PEMBAHASAN
Banyaknya perubahan yangg terjadi tentu saja ada kekurangan dalam implementasinya
karena kurangnya pengetahuan serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yangg
harus di laksanakan. Dengaan persepsi yangg berbeda diantara kompenen-kompenen pelaksana
yaitu kepala dinas, pengawasan, kepala sekolah, dan guru karena kurangnya kemampuan
menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi pembelajaran.
Salah satu hasil darii panitia tersebut ialah menyanggkut kurikulum (rencana pelajaran)
pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :
Dan sesuai ketetapan MPRS NO. II/MPRS/1960 maka pendidikan berfungsi sebagai :
a. Pendidikan sebagai pembina manusia indonesia baru yangg berakhlak tinggi
b. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan
c. Pendidikan sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan teknik dan fisik
d. Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.
Pada masa itu kurikulum 1960 ini memiliki kaitan yangg sangat erat dengaan situasi
politik di Indonesia pada zaman itu sehingga dirumuskan bahwa “pendidikan sebagai alat
revolusi dalam suasana mengharuskan pembantingan dalam segala bidang khususnya bidang
pendidikan”. (Tilaar, 1995 : 255)
1. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan realisasi darii TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966, Bab
II pasal 2 ayat (3) berbunyi : “Pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-sekolah mulai
darii sekolah dasar sampai dengaan universitas negeri.” Dengaan tujuan pendidikannya
dirumuskan dalam pasal 3 yangg berbunyi : “Membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yangg dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dan isi Undang-Undang 1945.”
Pada kurikulum ini lebih menitik beratkan pada mempertinggi mental-moral-budi pekerti
dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina
atau mengembangkan fisik yangg kuat dan sehat, sebagaimana tercantum dalam pasal 4 yangg
berbunyi :
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengaan kurikulum sekolah lanjutan. Jumlah mata
pelajarannya 9, yangg memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Muatan materi pelajarannya
sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengaan permasalahan faktual di lingkungan
sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan
psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya ialah teori psikologi unsur. Contoh penerapan
metode pembelajan ini ialah metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata
pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur-unsurnya dulu”.
Kelompok jiwa pancasila ialah kelompok segi pendidikan yangg terutama ditujukan kepada
pembentukkan mental dan moral Pancasila serta pengembangan manusia yangg sehat dan kuat
fisiknya dalam rangka pembinaan bangsa.
2. Kurikulum 1975
3. Kurikulum 1984
A. Latar Belakang
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR
1983 yangg produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yangg
menghendaki perubahan kurikulum darii kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada
tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.Secara
umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya ialah sebagai berikut :
1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yangg belum tertampung ke dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapatt ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengaan
kemampuan anak didik.
3) Terdapatt kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4) Terlalu padatnya isi kurikulum yangg harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan
yangg berdiri sendiri mulai darii tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas
termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untukk memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja.
B. Ciri-ciri Kurikulum 1984
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan
masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975
dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984
tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
4. Kurikulum 1994
A. Latar Belakang
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 ialah sebagai berikut :
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengaan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengaan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengaan sistem caturwulan yangg pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapatt memberi kesempatan bagi siswa untukk dapatt
menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapatt ciri-ciri yangg menonjol darii pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengaan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yangg cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yangg memberlakukan satu sistem kurikulum
untukk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yangg khusus dapatt mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yangg
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapatt memberikan bentuk soal yangg mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih darii satu jawaban), dan
penyelidikan.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengaan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapatt keserasian antara pengajaran yangg menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yangg menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
6) Pengajaran darii hal yangg konkrit ke hal yangg abstrak, darii hal yangg mudah ke hal
yangg sulit, dan darii hal yangg sederhana ke hal yangg komplek.
7) Pengulangan-pengulangan materi yangg dianggap sulit perlu dilakukan untukk
pemantapan pemahaman siswa.
Mulai tahun 2004 lahirlah kurikulum baru dengaan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (
KBK ) diterapkan di Indonesia. Lahir sebagai respon darii tuntutan reformasi, diantaranya UU
No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah
kebijakan.j pendidikan nasional.
Kurikulum ini mengharapkan agar siswa yangg mengikuti pendidikan disekolah memilki
kompetensi yangg diinginkan, karena konsentrasi kompetensi ialah pada perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yangg ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) bermakna suatu perangkat pemahaman
tentang kapasitas dan standar program pendidikan yangg diharapkan dapatt mengantarkan siswa
menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yangg dipelajari melalui pendidikan
disekolah, yangg memuat sejumlah kompetensi maupun sub kompetensi yangg harus dikuasai
siswa sebagai gambaran hasil belajarnya ( Learning – Outcomes). Siswa yangg memilki
kompetensi berarti ia mapu atau dapatt melakukan suatu pekerjaan tertentu, setelah melalui suatu
proses pembelajaran bermakna.
KBK ini mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yangg harus
dicapai siswa. Dan kegiatan pembelajaran pun diarahkan untukk membantu siswa mengyasai
kompetensi – kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa yangg baik secara individual maupun
klasik.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi
d. Sumber belajar bukam hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yangg memenuhi
unsur edukatif
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.[6]
Kebijakan tentang KBK sebagai sebuah Sistem Kurikulum Nasional, KBK terdiri darii dua buah
bagian penting yangg mencakup:
a. Kebijakan KBK yangg disusun oleh Depdiknas
b. Silabus-silabus yangg disusun oleh dinas pendidikan atau sekolah
Dengaan adanya kebijakan pembuatan silabus didaerah atau sekolah berarti bahwa daerah
kabupaten dan atau sekolah menjadi lokasi penyusun silabus oleh dinas pendidikan atau para
guru disekolah,
Kurikulum tingkat satuan Pendidikan ( KTSP ) ini disusun untukk menjalankan amanah
yangg tercantum dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yangg tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengaan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri darii tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. ditetapkan oleh kepala
sekolah setelah memperhatikan pertimbangan darii komite sekolah. Dengaan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari
Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan
guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli darii perguruan
tinggi setempat. Dengaan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP
yangg disusun akan sesuai dengaan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat. Standar Isi ialah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yangg
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yangg harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untukk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang memuat.
a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum,
b. Beban belajar,
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yangg dikembangkan di tingkat satuan pendidikan,
dan
d. Kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik darii satuan
pendidikan.SKL meliputi kompetensi untukk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran.Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yangg mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengaan standar nasional yangg telah disepakati.
3. Kurikulum 2013
A. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengaan kondisi pendidikan dikaitkan dengaan tuntutan
pendidikan yangg mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yangg meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
B. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengaan arus globalisasi dan berbagai isu yangg terkait
dengaan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
1. Peran Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan adalah
mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. Siswa merlu
memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika
mereka kembali kemasyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berprilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing
menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat
penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh
yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat sehingga identitas masyarakat akan terpelihara.
2. Peran Kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan
zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang
selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum mempunyai peran
kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus
mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap
potensi yang dimiliki agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang
senantiasa bergerak maju secara dinamis.
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan
budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan keadaan
dan tuntutan zaman. Dengan demikian kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya
mana yang perlu dipertahankan dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak
didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus
berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat
itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan colonial Belanda
dan Jepang. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok:
a) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
b) Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang
diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :
a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalamI
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Pada
perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan
istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat
(SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia 9. Menulis
2. Bahasa Daerah 10. Seni Suara
3. Berhitung 11. Pekerjaan Tangan
4. Ilmu Alam 12. Pekerjaan kepurtian
5. Ilmu Hayat 13. Gerak Badan
6. Ilmu Bumi 14. Kebersihan dan kesehatan
7. Sejarah 15. Didikan budi pekerti
8. Menggambar 16. Pendidikan agama
3. Kurikulum 1964
Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi
Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep
pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan
sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem
solving).
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah
Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok
perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran
berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1968 adalah :
A. Pengembangan Moral
1). Pendidikan kemasyarakatan
2). Pendidikan agama/budi pekerti
II. B. Perkembangan kecerdasan
1. 1). Bahasa Daerah
2. 2). Bahasa Indonesia
3. 3). Berhitung
4). Petahuan Alamiah
III.
C. Pengembangan emosional atau Artistik
1. 1) Pendidikan kesenian
D. Pengembangan keprigelan
1. 1)Pendidikan keprigelan
E). Pembangan jasmani
1. 1) Pendidikan jasmani/Kesehatan
4. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
5. Kurikulum 1975
Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum, sedangkan
pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut
dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki tujuan instruksional khusus. Dalam proses
pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta
didik, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode
penyampaian satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1994
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang hanya berlaku sampai tahun 2006 di sekolah-
sekolah pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar
(KBKD) yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik.
KBK merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun
ajaran 2006/2007 yang menggantikan kurikulum 2004 (KBK). Salah satu perbedaan KTSP
dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya di Indonesia adalah terletak
pada sistem pengembangannya. Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara
terpusat (sentralistik), sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah
(desentralistik). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus. Secara substantive