1. PENDAHULUAN
Oral Candidiasis atau kandidiasis adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan infeksi oral yang disebabkan oleh
jamur Candida sp. Meskipun agen etiologi utamanya adalah Candida
1
Albicans, spesies non- albican juga dapat menyebabkan infeksi.
Spesies Candida sp lain yang menyebabkan kandidiasis oral adalah
Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
2,3,
guilliermondii, Candida parapsilosis, Candida dublinensis.
Kandidiasis pseudomembran akut dikenal juga dengan istilah thrush
dan merupakan bentuk kandidiasis yang paling umum. Kandidiasis ini
dapat mengenai pasien yang memiliki penyakit kronis atau penyakit yang
menekan sistem imun. Lesi ini juga dapat muncul pada pasien yang
memakai obat antibiotik, imunosupresan dan kortikosteroid.
Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2001 frekuensi KO antara 5,8% sampai 98,3%.1,7 Menurut
penelitian Shiboski dan kawan-kawan, kejadian kandidiasis meningkat
pada usia lebih dari 35 tahun.5
Kandidiasis pseudomembran akut merupakan suatu infeksi jamur
yang umumnya disebabkan oleh jamur candida spp. Faktor predisposisi
6
nya terbagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor lokal
a. Saliva
Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi
predisposisi dari kandidiasis oral. Pada saliva terdapat
polipepsida seperti histidin, laktoferin, lisosim dan
sialoperoksidase yang dapat menghambat pertumbuhan
berlebih pada kandida yang mempengaruhi kuantitas dan
kualitas sekresi saliva yang dapat menyebabkan
peningkatan resiko kandidiasis oral.
b. Gigi tiruan
Sekitar 65% pengguna gigi tiruan terinfeksi kandidiasis
oral yang disebabkan karena basis gigi gigi tiruan yang
tidak pas, penurunan aliran saliva dibawah basis gigi
tiruan atau tingkat kebersihan yang tidak terjaga.
c. Obat-obatan topikal
Penggunaan kortikosteroid topikal atau inhalasi dan
penggunaan obat kumur antimikroba yang terlalu
berlebihan dapat mengakibatkan kekebalan lokal dan
menyebabkan perubahan pada flora normal pada mulut
menjadi patogen.
d. Merokok
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat
mempengruhi terjadinya kandidiasis oral karena pecahnya
enzimatik hidrokarbon aromatik yang terkandung dalam
asam rokok, penurunan eksudat gingiva, peningkatan
kadar hemoglobin dan akhirnya asap tembakau
meningkatkan kadar adrenalin dalam darah, secara tidak
langsung mempengaruhi kadar glukosa darah.
e. Diet
Asupan makanan yang tidak seimbang dari gula,
karbohidrat dan susu (mengandung laktosa yang tinggi)
dapat menurunkan pH dan memicu pertumbuhan kandida.
2. Faktor sistemik
a. Usia
Usia dapat memicu pertumbuhan kandida karena imun
yang melemah.
b. Nutrisi
Defisiensi zat besi mengurangi aksi fungistatik transferin
dan enzim. selain itu, nutrisi lain yang dapat memicu
pertumbuhan kandida yaitu asam folat, vitamin A dan
vitamin B6, magnesium, selenium dan seng.
c. Obat
Penggunaan obat sistemik yang berkepanjangan seperti
antibiotik spektrum luas dapat menekan kekebalan tubuh
dan dapat menimbulkan efek samping yaitu xerostomia
yang dapat mengurangi laju alir saliva, sehingga
menyebabkan pertumbuhan kandidiasis oral. Selain itu,
terapi radiasi pada daerah kepala dan leher juga dapat
menyebabkan kandidiasis oral. Pasien mengalami abses
serebri sehingga dokter meresepkan obat antibiotik berupa
Meropenem dan Azitromicin yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan komposisi normal dari
populasi bakteri yang mendiami jaringan akibatnya terjadi
superinfeksi dan meningkatkan pertumbuhan kandida.
Penggunaan obat-obatan antibiotik memiliki efek samping
terutama di rongga mulut, antara lain :
Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua
antibiotika dengan melibatkan sistem imun, terjadinya
tidak bergantung pada besarnya dosis obat.
Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat
bervariasi.
Reaksi toksik
Efek toksik pada host dapat ditimbulkan oleh semua
jenis antibiotika. Dalam menimbulkan efek toksik,
masing-masing antibiotika dapat memiliki predileksi
terhadap organ atau sistem tertentu pada tubuh.
Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang
diturunkan secara genetik terhadap pemberian
antibiotika tertentu.
Superinfeksi
Superinfeksi adalah suatu infeksi baru yang terjadi
akibat terapi atau pemakaian antibiotika yang lama.
Penggunaan antibiotika yang berlebihan dan kurang
tepat akan menyebabkan resistensi bakteri terhadap
antibiotika tersebut dan menjadikannya superinfeksi.
Pemilihan jenis antibiotika dengan dosis yang tepat
merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan
hasil terapi yang optimal, disamping mengurangi
terjadinya resistensi bakteri dan superinfeksi17.
Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang
menderita infeksi terdapat populasi mikroflora normal.
Dalam pengobatan abses serebral, antibiotika memegang
peranan sebagai terapi kausal. Namun, penggunaan
antibiotika terutama yang berspektrum luas dapat
mengganggu keseimbangan komposisi normal dari
populasi bakteri yang mendiami rongga mulut, akibatnya
bisa terjadi superinfeksi. Antibiotika juga menyebabkan
perubahan proporsi jamur di rongga mulut. Menurut
Caldwell dan Cluff (1974) pemakaian ampisilin, penisilin,
tetrasiklin, gentamisin, klorampenikol dan nitrofurantoin
menyebabkan peningkatan pertumbuhan kandida dan
keparahan kandidiasis mulut. Obat-obatan yang digunakan
dalam pengobatan abses serebral dalam kasus ini berupa
antibiotik golongan b-lactam yaitu Meropenem dan
golongan Makrolid yaitu Azitromicin. Sibrim, Jose, dkk
menyatakan bahwa obat-obatan tersebut dapat memberi
predisposisi terhadap terjadinya infeksi Candida, akibat
berkurangnya mikroba pesaing dalam jaringan.
d. Gangguan endokrin
Berbagai laporan mengungkapkan bahwa kandidiasis oral
lebih sering terjadi pada pasien dengan disfungsi endokrin
seperti diabetes.
e. Gangguan imun
Gangguan imun seperti AIDS merupakan faktor
predisposisi kandidiasis oral.
f. Terapi kanker
Prevalensi kandidiasis oral yang disebabkan karena
perawatan kanker yaitu 7,5% sebelum perawatan, 39,1%
selama pengobatan dan 32,6% setelah terapi kanker.
Kolonisasi yang sering terjadi yaitu kandida albicans
(42%) dan NCAC yaitu candida tropikalis (16,6%), C.
Glabrata (5,5%) dan C. Krusei (3%).
g. Genetik
Kondisi bawaan yang terkait dengan sistem kekebalan
tubuh seperti sindrom George, defisiensi myeloperoxidase
herediter biasanya rentan terhadap infeksi kandida.
Patogenesis candidiasis dimulai pada saat kondisi lingkungan
dalam rongga mulut memungkinkan untuk menjadi patogen, hal ini
ditandai dengan peningkatan jumlah candida spp. Sebelum terjadi
proses kolonisasi, candida terlebih dahulu harus melekat/ adhesi
pada dinding sel epitel mukosa rongga mulut. Dinding sel Candida
spp terdiri atas polisakarida mannan, glucan dan chitin. Perlekatan
kandida pada mukosa dibantu oleh enzim Als1p, Als5p, Int1p dan
Hwp1p. Glikoprotein tersebut berikatan dengan matriks ekstra
selular dinding sel inang seperti fibrinogen, laminin dan kolagen.
Setelah kandida berhasil melekat maka candida akan melakukan
kolonisasi kemudian tahap selanjutnya adalah invasi.
Candida spp dapat melakukan penetrasi ke dalam epitel dengan
merusak permukaan epitel, hifa Candida spp memiliki enzim
aspartyl proteinase, enzim ini bersifat dapat melisiskan lapisan
epitel rongga mulut sehingga epitel rusak dan candida dapat
menginvasi lapisan epitel lebih dalam, kemudian candida spp akan
melekat pada complement receptor 3 (CR3) pada permukaan
endotel. Jika infeksi candida terus berlanjut menjadi lebih parah
maka melalui sistem pembuluh darah candida akan menyebar ke
jantung, ginjal, dan sebagainya.7
Gambaran klinis lesi ini adalah terdapat plak putih, lunak, dan
sedikit tinggi pada mukosa bukal dan lidah. Lesi juga dapat terlihat
pada gingiva, palatum dan dasar mulut. Plak putih tersebut ketika
folat.1,4
tengah palatum.1,2,4
mikroorganisme.2
2. PENATALAKSANAAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Putra Agung
Tempat/tanggal lahir : Palembang / 10 November 1984
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan 32 ilir, kecamatan ilir barat II
Palembang
Pendidikan terakhir : SLTP
HP : 081271641399
Pekerjaan : Buruh
No. Rek.Med : 1073599
Peserta Asuransi : BPJS Kesehatan
B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien (34th) mengeluhkan adanya bercak putih kekuningan pada
lidah pasien yang disadari muncul +/- 3 hari yang lalu. Bercak
tersebut menyebabkan kemerahan pada lidah saat dibersihkan
dengan kassa, sehingga terasa sakit dan pasien menjadi tidak nafsu
makan, pasien ingin diobati.
b. Keluhan tambahan : tidak ada
c. Riwayat Perawatan Gigi : belum pernah dilakukan perawatan
d. Kebiasaan Buruk : tidak ada
e. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang tinggal bersama
istrinya dan memiliki 2 orang anak.
C. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : Simetris
Bibir : Sehat
Kelenjar Getah Bening : Kanan: tidak teraba, tidak sakit
Kiri : tidak teraba, tidak sakit
D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Plak : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Kalkulus : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Pendarahan papila interdental : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Gingiva : -Terdapat eritema dan edema pada
gingiva di regio b,c,d
Mukosa : sehat
Palatum : sehat
Lidah : -Terdapat bercak putih kekuningan
pada lidah, sakit
*- Terdapat lapisan plak berwarna
putih kekuningan pada 2/3 posterior
dorsum lidah, mengelupas saat
dikerok dan meninggalkan dasar
kemerahan dan terasa sakit saat
dikerok.
*-Terdapat gambaran merah halus
pada lateral lidah sebelah kiri,
berbatas jelas dengan struktur lidah
normal dan berbentuk seperti peta.
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Orthognati
Lain - lain : -
OHI-S : 2,2 (sedang)
PEMERIKSAAN GIGI-GELIGI DAN JARINGAN PENYANGGA
Lesi D3 pada gigi 21,38,42,47,48
Lesi D5 pada gigi 12
Atrisi pada gigi 33,32,31,41,42,43
E. PEMERIKSAAN LANJUTAN
F. DIAGNOSA
1. Terdapat lesi plak berwarna putih kekuningan yang tersebar pada 2/3
posterior dorsum lidah, plak tersebut dapat terangkat saat dikerok,
terasa sakit saat dikerok dengan diagnosis Kandidiasis
Pseudomembran Akut (Thrush)
2. Terdapat gambaran merah halus pada lateral lidah sebelah kiri
berbatas jelas dengan struktur lidah normal dan berbentuk peta.
3. Terdapat kalkulus, eritema, edema, dan perdarahan regio a,b,c,d,e,f
dengan diagnosis Periodontitis marginalis kronis generalisata.
4. Terdapat lesi D3 pada gigi 21, 38, 42, 47, 48, perkusi (-), palpasi (-),
CE (+) dengan diagnosis Pulpitis reversibel
5. Terdapat lesi D5 pada gigi 12 perkusi (-), palpasi (-), CE (+) dengan
diagnosis Pulpitis reversibel
F. RENCANA PERAWATAN
Pro Oral Medicine : pemberian obat untuk kandidiasis
pseudomembran akut
* observasi lesi geographic tongue
Pro Periodonsia : scaling dan root planning
Pro Konservasi :
- Restorasi resin komposit kelas V pada gigi 21 dan 42
- Restorasi GIC kelas I pada gigi 38, 47, 48
Pro Orthodonsia : Removable Appliance
G. PENATALAKSANAAN KASUS
Tanggal 25 Juli 2018 (Pemeriksaan Awal)
Pemeriksaan Subjektif : Pasien mengeluhkan terdapat plak putih
kekuningan di dorsum lidah, bisa
terkelupas saat diseka dan sakit.
* Pasien mengeluhkan terdapat plak putih
kekuningan pada dorsum lidah dan
pangkal lidah serta lateral kiri dan kanan,
lesi ini bisa terkelupas saat dikerok dan
sakit.
Pemeriksaan Objektif : Terdapat lesi plak putih pada dorsum
lidah.
*Terdapat lesi plak putih kekuningan
pada dorsum dan pangkal lidah serta
lateral lidah kiri dan kanan, lesi ini dapat
terkelupas dan meninggalkan dasar
kemerahan serta nyeri, selain itu pada
lateral lidah sebelah kiri terdapat
gambaran merah halus, berbatas jelas
dengan struktur lidah normal dan
berbentuk seperti peta.
*Pasien merupakan pasien rujukan dari
bagian saraf dengan diagnosa abses
serebri.
*Dilakukan pemeriksaan hematologi
pada tanggal 24 Juli 2018
3. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiasis pseudomembran akut Diagnosa
Deskripsi Lesi banding
Teori Pasien
(coated tongue)
Mukosa bukal,
palatum dan yang
Lokasi Dorsum lidah Dorsum lidah
paling sering adalah
dorsum lidah
Plak yang terdiri
Plak yang terdiri dari Lapisan tipis
Morfologi dari hifa, yeast
hifa, yeast dan debris atau plak
dan debris
Warna Putih kekuningan Putih kekuningan Putih
Berdasarkan dalam Berdasarkan
ukuran satuan metrik perluasan yaitu
yang diperoleh pada dorsal lidah
berdasarkan panjang dari +/- Berdasarkan
Ukuran
dan lebar pada pertengahan 2/3 perluasan
dimensi terbesar, anterior lidah
ketebalan dan sampai 1/3
perluasan posterior lidah
Gambaran
Klinis
Berdasarkan Pemeriksaan
pemeriksaan penunjang yang
mikrobiologi untuk dilakukan adalah
mendiagnosa suatu pemeriksaan Tidak dilakukan
lesi yang disebabkan mikrobiologi pemeriksaan
kandida seperti dengan jenis laboratorium
kandidiasis atau lesi kultur jamur atau jika
Pemeriksaan
oral yang disebutkan terhadap swab dilakukan maka
Laboratorium
bakteri seperti lidah. Hasil hasil yang
ANUG. Hasil mikroskopis diperoleh yeast
mikroskopis KOH KOH yeast cell cell (-) dan hasil
yeast cell (+) dan hasil (+) dan hasil biakan kuman(-)
biakan kuman, biakan kuman
tergantung jenis berupa candida
kuman dublinensis
4. PEMBAHASAN
Penentuan diagnosa pada kasus ini yaitu kandidiasis
pseudomembran akut ditegakkan berdasarkan amanesa, pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesa, pasien
mengeluhkan terdapat bercak putih kekuningan pada lidah yang disadari
muncul +/- 3 hari yang lalu. Bercak tersebut bisa dikerok dan
menyebabkan kemerahan pada lidah saat dikerok dan terasa sakit. Pasien
merasa tidak nyaman dengan kondisi lidahnya tersebut, sehingga pasien
ingin lidahnya diobati. Berdasarkan riwayat sistemik nya, pasien
terdiagnosis mengalami abses serebri dan dirawat di bangsal saraf.
Superinfeksi adalah suatu infeksi baru yang terjadi akibat terapi atau
pemakaian antibiotika yang lama. Penggunaan antibiotika yang
berlebihan dan kurang tepat akan menyebabkan resistensi bakteri
terhadap antibiotika tersebut dan menjadikannya superinfeksi. Pemilihan
jenis antibiotika dengan dosis yang tepat merupakan suatu hal yang
penting untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal, disamping
mengurangi terjadinya resistensi bakteri dan superinfeksi17.
Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang menderita infeksi
terdapat populasi mikroflora normal. Dalam pengobatan abses serebral,
antibiotika memegang peranan sebagai terapi kausal. Namun,
penggunaan antibiotika terutama yang berspektrum luas dapat
mengganggu keseimbangan komposisi normal dari populasi bakteri yang
mendiami rongga mulut, akibatnya bisa terjadi superinfeksi.
Topikal
Kulum dan Khasiat
100,000 meludah bervariasi.
Satu botol (atau Jika lesi
Nystatin Polyene U/mL
(473 mL) telan jika Tidak
Suspensi
menderita mengalami
lesi pada perubahan,
esofagus perawatan
) selama 1- dilakukan
2 menit secara
dua hingga sistemik
tiga kali /
hari.
Pengobatan
dilanjutkan
hingga
lesi teratasi
Satu tablet
Tablet
Satu botol hisap larut
10 mg hisap sulit
(70 atau dalam
Clotrimazole Azole tablet larut pada
140 tablet mulut,
hisap pasien
hisap) empat
xerostomia
kali/hari
Tanda dan
Oles krim gejala
pada umumnya
sudut-sudut merespons
Nystatin/ Satu tube mulut dalam
Polyene and
triamcinolone krim (15, 30,
corticosteroid sebanyak waktu 2–3
acetonide atau 60 g)
dua kali hari
sehari
Sistemik
Satu tablet
sekali untuk
sehari. Lidah
menjadi Resistensi
bersih terhadap
umumnya 7 fluoconazole
hari. Pasien sangat
Satu bulan dengan langka. Oral
persediaan infeksi yang suspensi
Tablet (30 tablet). berulang berguna
(100, Perawatan (misalnya, untuk pasien
150, selama 30 penggunaan dengan
and 200 hari steroid kesulitan
Flukonazole Azole mg) jarang topikal, menelan
oral dilakukan. hipofungsi pil. Tidak
suspensi Hal ini kelenjar ada
ludah) bukti yang
(40 memastikan pengobatan menjelaskan
mg/mL) obat cukup dengan satu topikal
jika terjadi Tablet 100 fluoconazole
rekurensi. mg sekali lebih efektif
atau daripada
dua kali nistatin atau
seminggu clotrimazole
lebih
efektif
Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol. Pada kontrol
pertama (09-08-2018), berdasarkan pemeriksaan subjektif yaitu pasien
mengeluhkan masih terdapat plak putih kekuningan pada dorsum lidah
dan pangkal lidah serta lateral kiri dan kanan, namun kondisi ini
berkurang dari kondisi 1 minggu yang lalu (02-08-2018). Pada
pemeriksaan objektif yaitu lapisan plak yang berwarna putih kekuningan
pada dorsum dan pangkal lidah serta lateral lidah kiri dan kanan, dapat
terkelupas dan meninggalkan dasar kemerahan serta nyeri, selain itu pada
pangkal lidah sebelah kiri terdapat gambaran merah halus, berbatas jelas
dengan struktur lidah normal dan berbentuk seperti peta. Pasien
kemudian diinstruksikan untuk melanjutkan pemakaian obat anti fungal,
menjaga oral hygiene dan kontrol satu minggu kemudian (16-08-2018).