Skripsi: Perpustakaan - Uns.ac - Id Digilib - Uns.ac - Id
Skripsi: Perpustakaan - Uns.ac - Id Digilib - Uns.ac - Id
id
SKRIPSI
Oleh:
Heru Saputro
X 2506015
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh :
Heru Saputro
X 25 06 015
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Heru Saputro
X 25 06 015
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Heru Saputro. PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN
PENGELASAN SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING)
TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK BAJA KEYLOS 50. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sifat fisis dan mekanis
Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal, (2)
Mengetahui variasi suhu preheat yang memberikan perbedaan pengaruh terbesar
terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan.
Hasil uji rerata (uji Z) adalah ada peningkatan ketangguhan bahan yang
signifikan pada variasi perbedaan temperatur preheat dibandingkan nonpreheat.
Dari hasil uji komposisi dan hasil uji ketangguhan impak yang telah dilakukan,
terlihat terjadi perbedaan kadar kadar karbon (C) sebesar 0,504 % karbon pada
Baja Keylos 50 setelah dilakukan preheat dan peningkatan ketangguhan impak
spesimen benda uji setelah dilakukan preheat.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena
didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh)
Hai manusia, sesungguhnya hanya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali
janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah
syaiton yang pandai menipu,memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. Fathir :2)
Kalau semua yang kita ingini harus kita miliki darimana kita belajar keikhlasan.
Kalau semua yang kita mau harus terpenuhi darimana kita belajar kesabaran.
Kalau do’a kita dikabulkan dengan cepat darimana kita memaksimalkan
kemampuan yang diberikan pada kita. Kalau kehidupan kita selalu bahagia dari
mana kita mengenal Allah lebih dekat. (Arief Ramadhan)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah............................................................... 4
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6
1. Pengertian Las ................................................................. 6
2. Las SMAW ....................................................................... 6
3. Las Busur Listrik .............................................................. 7
4. Arus Pengelasan ............................................................... 8
5. Elektroda ........................................................................... 9
6. Pengelasan Baja Karbon ................................................... 10
7. Daerah Pengaruh Panas (HAZ)
commit ........................................
to user 10
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Kampuh V......................................................................... 11
9. Preheat (Pemanasan Mula) ............................................... 11
10. Ketangguhan Impak .......................................................... 12
11. Baja Keylos 50.................................................................. 16
12. Termokopel ....................................................................... 16
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 17
C. Hipotesis Penelitian ................................................................ 18
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda .................................... 8
Tabel 2. Suhu Pemanasan Mula pada Baja Karbon Sedang dan Tinggi .......... 12
Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50 ........................... 31
Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50. ......................... 32
Tabel 5. Hasil Pengujian Ketangguhan Impak ................................................. 37
Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy .............................. 38
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors .................................. 41
Tabel 8. Hasil Ringkasan Hasil Uji Z .............................................................. 42
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Las Busur dengan Elektroda Terbungkus ............................. 8
Gambar 2. Elektroda Las......................................................................... 9
Gambar 3. Daerah Las dan Sekitarnya .................................................... 11
Gambar 4. Kampuh V ............................................................................. 11
Gambar 5. Metode Charpy (kiri) dan Metode Izod (kanan) ................... 13
Gambar 6. Pengujian ketangguhan Charpy ............................................ 14
Gambar 7. Termokopel ........................................................................... 16
Gambar 8. Bagan Aliran Penelitian ........................................................ 23
Gambar 9. Kampuh V terbuka ................................................................ 25
Gambar 10. Histogram Hasil Uji Ketangguhan Impak
Spesimen Benda Uji ............................................................. 39
Gambar 11. Grafik Ketangguhan Impak Spesimen Benda Uji ............... 40
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi
panas. Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal
ini sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak
yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari
konstruksi yang dilas.
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair
adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung dipanaskan
sampai mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang paling banyak
digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Jenis
dari las busur listrik ada 4 yaitu las busur dengan elektroda terbungkus, las busur
gas (TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa gas, las busur rendam. Jenis dari
las busur elektroda terbungkus salah satunya adalah las SMAW (Shielding Metal
Arc Welding).
Baja adalah logam paduan antara unsur Besi (Fe) dengan Karbon (C)
dengan kadar karbon mencapai 2%. Disamping kedua unsur dalam baja terdapat
pula unsur-unsur dalam jumlah kecil, seperti Mangan (Mn), Silicon (Si), Fosfor
(P), Belerang (S). Dapat juga dipadu dengan unsur-unsur paduan seperti
Chromium (Cr), Nikel (Ni), Wolfram (W), Molibden (Mo) dan sebagainya, dan
dapat divariasi menurut kebutuhan. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran,
pencanaian atau penempaan.
Dalam industri dikenal berbagai macam jenis baja. Jenis-jenis baja dapat
dibedakan berdasarkan komposisi kimianya, proses pembuatan, penggunaannya
atau berdasarkan salah satu sifat yang paling menonjol. Berdasarkan komposisi
baja dapat dibagi, baja karbon dan baja paduan. Jenis baja paduan dibedakan
menurut unsur paduannya. Baja mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, antara
40–200 kg/mm.
Disamping itu baja juga mempunyai sifat keras dan ulet. Dengan
kombinasi sifat tersebut baja mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Sifat-sifat
baja dapat diatur dengan cara pengaturan komposisi kimianya, terutama kadar
Karbonnya. Semakin tinggi kadarcommit
karbon to user baja, semakin tinggi kekuatannya
dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
B. Identifikasi Masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
D. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sifat mekanis Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal
dan tanpa pemberian panas awal?
2. Pada suhu preheat berapakah yang memberikan pengaruh terbesar
terhadap sifat mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah Pengetahuan tentang kemajuan teknlogi di bidang metallurgi.
b. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta
khususnya di program Pendidikan Tehnik Mesin.
c. Sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat mengetahui secara langsung perbedaan ketangguhan impak antara
pengelasan dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal
pada Baja Keylos 50.
b. Mengetahui karakteristik sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50.
c. Menumbuhkan motivasi bagi para peneliti metallurgy khususnya dalam
pengelasan untuk mengoptimalkan penelitian-penelitian dibidang yang
sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Las
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
pencairan bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian
kampuh las. Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi.
Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar. Pola
pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Logam
mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran
yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan
komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk
membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang
menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai
penghalang oksidasi.
Dalam pengelasan SMAW proses pengoperasian terdiri dari busur
elektroda terbungkus dan logam induk. Busur ini ditimbulkan oleh adanya
sentuhan singkat elektroda pada logam dan panas yang ditimbulkan oleh busur
akan meleleh pada permukaan logam induk untuk membentuk logam lelehan,
kemudian akan membeku bersama.
4. Arus Pengelasan
Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari
mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada
mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda
yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang terlalu kecil akan
mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang
terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan
deformasi dalam pengelasan
Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
5. Elektroda
Baja karbon sedang dan baja karbon tinggi mengandung banyak karbon
dan unsur lain dapat memperkeras baja, karena itu daerah pengaruh panas atau
HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibandingkan baja karbon rendah.
Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi
menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Disamping itu pengelasan
dengan menggunakan elektroda yang sama kuat dengan logam lasnya dengan
pemanasan mula dan suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon.
Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan
pengelasan daerah yang pertama yaitu logam las adalah daerah dimana terjadi
pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. Daerah yang kedua yaitu
daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur atau susunan dari logam
akibat panas dari tindakan pengelasan. Daerah yang kedua ini sering disebut
dengan Heat Affected Zone (HAZ). Daerah yang ke tiga adalah daerah logam itu
sendiri yang tidak mengalami perubahan struktur. Daerah HAZ merupakan daerah
paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah strukturnya juga terjadi
perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas
efektif di pengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk itu
sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
8. Kampuh V
Gambar 4. Kampuh V
Tabel 2. Suhu pemanasan mula pada baja karbon sedang dan tinggi
dengan metode charpy dan izod. Perbedaan charpy dengan izod adalah peletakan
spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod,
pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur
bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya. Metode yang sering
digunakan adalah metode Charpy dengan menggunakan benda uji standar. Pada
pengujian pukul takik (impact test) digunakan batang uji yang bertakik (notch).
Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung-ujungnya ditahan
kearah mendatar oleh penahan yang berjarak 40 mm. Bandul akan berayun
memukul batang uji tepat dibelakang takikan. Untuk pengujian ini akan
digunakan sebuah mesin dimana sebuah batang dapat berayun dengan bebas. Pada
ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji diletakkan di
bagian bawah mesin dan takikan tepat pada bidang lintasan pemukul.
hal. Yaitu:
a. Temperatur
Pada temperatur yang sangat rendah, spesimen dapat bersifat getas.
Hal tersebut disebabkan butiran-butiran atom spesimen berotasi lebih cepat dan
bervibrasi sehingga lebih leluasa untuk melakukan slip sistem.
b. Jenis material
Jenis material yang atom-atomnya membentuk struktur FCC cenderung
lebih ulet dibandingkan yang membentuk struktur BCC. Hal tersebut terjadi karena
atom-atom pada struktur FCC lebih banyak melakukan slip sistem sehingga banyak
menyerap energi ketika dilakukan uji impak.
c. Arah butiran spesimen
Arah butiran spesimen yang tegak lurus dengan arah pembebanan
menyebabkan harga impak suatu specimen lebih tinggi daripada arah spesimen yang
sejajar dengan arah pembebanan. Hal tersebut terjadi karena pembebanan
memerlukan energi lebih untuk memecah butiran-butiran spesimen tersebut.
d. Kecepatan pembebanan
Pembebanan yang terlalu cepat menyebabkan spesimen mempunyai lebih
sedikit waktu yang diperlukan untuk menyerap energi sehingga hal tersebut
mempunyai pengaruh harga impak yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.
e. Tegangan triaxial
Tegangan triaxial adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi di
takikan(notch). Tegangan pada specimen akan berpusat pada takikan tersebut
sehingga bentuk takikan akan mempengaruhi nilai harga impak yang didapat.
Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara
lain: berserat, permukaanya kasar, gelap, dan terlihat sempat terjadi deformasi
palstis. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kekuatan butir yang lebih kuat dari
kekuatan batas butir sehingga jalur patahan terletak pada batas butir. Patah
getas disebabkan oleh tegangan normal dengan ciri-ciri antara lain: tidak
berserat, permukaannya halus, mengkilap, dan tidak terlihat adanya deformasi plastis.
Hal tersebut disebakan oleh kekuatan batas butir yang lebih kuat dari kekuatan
butir sehingga jalur patahan membelah
commitbutir-butir
to user pada specimen tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Baja Keylos 50 ini dapat dikatakan setara dengan baja EMS 45. Baja
Keylos 50 merupakan baja paduan dengan komponen-komponen paduan terdiri
dari kadar Karbon (C) 0,40%; Silicon (Si) 0,15%; Mangan (Mn) 0,50% (Catalog).
Baja ini mengaju pada standar Deutche Industrie Normen (DIN) 50049/EN
10204/2.3. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon oleh karena itu
baja karbon di kelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja dengan kadar
karbon kurang dari 0,3% disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon
0,3%-0,7% disebut dengan baja karbon sedang dan baja dengan kadar karon
0,7%-1,5% disebut dengan baja karbon tinggi.
12. Termokopel
Gambar 7. Termokopel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
a. Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800 Kelvin. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
1. Industri besi dan baja
2. Pengaman pada alat-alat pemanas
3. Untuk termopile sensor radiasi
4. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
B. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan kurang lebih 6 bulan, dari bulan Agustus 2010
sampai bulan Januari 2011. Adapun jadual pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen desain
acak sempurna model tetap eksperimen faktorial. Desain acak sempurna adalah
desain ini dimana perlakuan dilakukan sepenuhnya secara acak kepada unit – unit
eksperimen atau sebaliknya. Dimana syarat yang harus dipenuhi dalam desain ini
adalah mempunyai data yang homogen. (Sujana, 1996 : 15). Desain model tetap
yaitu desain yang digunakan apabila peneliti hanya mempunyai a buah taraf
faktor A dan b buah faktor B dan semuanya digunakan dalam eksperimen yang
dilakukan. (Sujana, 1996 : 116). Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang
semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau
disilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada
dalam eksperimen itu. (Sujana, 1996 : 190).
Pada penelitian ini untuk pengukuran tingkat ketangguhan digunakan
desain eksperimen faktorial 1 x 3. Terhadap satu variabel bebas yang kemudian
pada desain eksperimen ini disebut faktor. Faktor itu mempunyai tiga taraf yaitu
variasi suhu preheat 270°C, 300°C dan 330°C. Sehingga pada eksperimen ini
diperoleh desain eksperimen faktorial 1 x 3. Dengan demikian diperlukan 3
kondisi eksperimen atau 3 kombinasi perlakuan yang berbeda – beda. Pada
masing – masing perlakuan dilakukan 1 kali replikasi dan di ambil 3 spesimen
pengujian ketangguhan, sehingga total data yang diperoleh 12 data. Kemudian
ditambah lagi 3 pengujian ketangguhan pada specimen raw material sehingga
jumlah total data yang diperoleh 15 data.
2. Sampel Penelitian
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi” (Sugiyono;2010:118). Sampel dalam penelitian ini adalah hasil
pengaruh suhu pemanasan awal (Preheat) dan tanpa pemanasan awal pada Baja
Keylos 50 terhadap sifat fisis dan mekanis. Jumlah sampel 4 buah yang terdiri dari
1 buah untuk pengelasan tanpa pemberian panas awal dan 3 buah lainnya untuk
pengelasan dengan pemberian panas awal. Spesimen dilas dan dipanaskan dengan
suhu 2700 C, 3000 C, 3300 C.
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu pemanasan awal sebesar
2700 C, 3000 C, 3300 C.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketangguhan impact, uji
komposisi kimia dari pengelasan Baja Keylos 50.
c. Variabel kontrol yang dimaksud disini adalah semua faktor yang
mempengaruhi hasil pengelasan dan pemanasan. Adapun variabel kontrol
tersebut antara lain :
1) Prosedur pengelasan yaitu cara-cara pengelasan yang baik dan
benar sehingga diharapkan mendapatkan hasil pengelasan yang
berkualitas.
2) Bahan yang sama untuk semua penelitian yaitu Baja Keylos 50.
3) Elektroda yang digunakan harus sama jenis dan ukurannya yaitu
menggunakan elektroda E 7016 dengan diameter 3,2 mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
2. Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, observasi dan eksperimen langsung yaitu metode pengumpulan data
penelitian yang dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan perlakuan atau
tindakan pengamatan terhadap suatu variabel. Dilakukan dengan cara pengujian
tanpa pemanasan awal dan dengan pemanasan awal (Preheat) pada Baja Keylos
50.
3. Pelaksanaan Eksperimen
a. Bahan Penelitian
1. Mesin gergaji
2. Mesin las listrik AC/DC
3. Sikat baja
4. termokopel
5. Kikir
6. Tang penjepit
7. Perlengkapan keselamatan kerja
8. Palu
9. Ampere meter
10. Alat uji komposisi kimia milik Politeknik Manufaktur Polman Ceper.
11. Mesin uji ketangguhan impak Lab. Material Fakultas Teknik Mesin UNS
commit to user
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
E. Desain Penelitian
1. Tahap Eksperimen
Start
Preparasi
I : 130 A
Pengelasan jenis SMAW
E : E 7016, diameter
3,2 mm
Pengujian
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 8.commit
Bagan to user Penelitian
Aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
2. Penyiapan Bahan
Langkah-langkah Persiapan Spesimen
a. Pembuatan bahan dasar
Langkah–langkah yang dilakukan dalam proses pemotongan
bahan adalah:
1) Membuat sket bahan dasar dengan alat ukur dan penitik di material
dengan ukuran 200 mm x 100 mm x 15 mm sejumlah 2 buah.
2) Memasang material pada ragum mesin gergaji pita (saw band),
selanjutnya nyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan
lakukan pemotongan pada garis pemotongan yang telah ditentukan
dengan perlahan - lahan dan hati – hati.
3) Lakukan langkah tersebut sesuai dengan garis pemotongan yang
telah dibuat hingga terbentuk sesuai ukuran.
4) Membuat kampuh V terbuka dengan ukuran yang telah ditentukan
menggunakan mesin frais sesuai prosedur pengoperasian mesin.
5) Meratakan sisi – sisi pemotongan dengan kikir agar rapi dan tidak
membahayakan.
b. Pengelasan
Standar pengelasan yang digunakan dalam pembuatan bahan
adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Pengujian raw material komposisi Baja Keylos 50 ini sudah diketahui dari
katalog produk PT. Tira Austenite Tbk. Namun untuk mengetahui perbedaan
komposisi Baja Keylos 50 yang mengalami Preheat perlu diadakan kembali
pengujian komposisi kimia. Pengujian komposisi digunakan untuk mengetahui
jumlah persen karbon yang nantinya akan digunakan untuk menentukan suhu
pemanasan yang efektif. Pengujian komposisi ini dilakukan di Politeknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Manufaktur Ceper dimana nantinya akan dilakukan 4 burn di titik-titik yang akan
dicari komposisi bahan spesiment tersebut.
𝐸 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
K(ketangguhan) = 𝐴
keterangan :
A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t
a = tinggi dibawah takikan (mm)
t = lebar specimen (mm)
Eserap = Energi serap (Joule)
Prosedur dan pembacaan hasil dari pengujian ketangguhan adalah sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
𝐸 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
K(ketangguhan) =
𝐴
keterangan :
X − μ0
𝑍= ~N(0,1)
σ/ n
X = rataan sampel
μ0 = rataan populasi
n Yi2 − Yi 2
σ=
n(n − 1)
n = banyak sampel
commit to user
DK = {Z | Z < - Zα}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
DK = {Z | Z < - 4,541}
Z0,01 = 4,541
Kesimpulan :
Bila harga Zobs < -Ztabel dalam taraf 1% maka hipotesis nihil (H0) diterima dan
hipotesis kerja (H1) ditolak, kemudian sebaliknya bila Zobs > -Ztabel maka hipotesis
kerja diterima dan hipotesis nihil (H0) ditolak.
1) Tentukan hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
SD 2
n n 1
Keteranagan :
n : Jumlah baris
4) Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, …., Zn dengan
Xi X
menggunakan rumus : Zi =
SD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
banyaknya Z1 , Z 2 , Z3 , Z N Zi
S Zi
n
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Komposisi Kimia
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur penyusun
material Baja Keylos 50 yang mengalami pengelasan dengan Preheat. Pada
pengujian ini menggunakan alat spectrometer merk hilger di Laboratorium
Pengujian Logam POLMAN CEPER. Pengujian ini dilakukan dengan
penembakan gas argon pada 4 titik yaitu pada daerah logam las dan daerah logam
induk. Pengujian dilakukan dengan standar komposisi non ferro dengan maksud
agar logam-logam selain ferro dapat terdeteksi secara maksimum.
Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50
Hasil Pengujian
No Unsur Metal Weld Raw Material
(Logam Las) (Logam Induk)
1 Fe 97,5 97,7
2 C 0,115 0,504
3 Si 0,704 0,339
4 Mn 0,837 0,774
5 P 0,0254 0,0264
6 S 0,0089 0,0050
7 Cr 0,0257 0,0331
8 Mo 0,0451 0,0438
9 Ni 0,0684 0,0685
10 Al 0,0121 0,0310
11 Co 0,0262 0,0276
12 Cu 0,168 0,0304
13 Nb 0,0397 0,0360
14 Ti 0,0256 0,0177
15 V 0,0264 0,0217
16 W 0,271 0,302
17 Pb 0,0104 0,0121
18 Ca 0,0002 0,0001
19 Zr 0,0212 0,0191
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Hasil uji komposisi kimia dilakukan pada dua daerah yaitu pada daerah
logam las dan daerah logam induk Baja Keylos 50. Pengujian pada specimen ini
dilakukan dengan standar steel carbon karena pada dasarnya Baja Keylos 50 ini
terindikasi adalah baja karbon yang bersifat magnetis. Berdasarkan data dari
catalog produk PT. Tira Austenite Baja Keylos 50 komposisi kimia dapat dilihat
dalam tabel 4.
Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50.
Unsur C Si Mn P S Cr Ni Mo Sn
Berat % 0,40 0,15 0,50 - - - - - -
(Sumber : Katalok Produk PT. Tira Austenite)
Dari hasil uji tersebut ada beberapa unsur yang tidak terdeteksi dengan
jelas. Pada raw material Baja Keylos 50 unsur Fe, P, S, Cr, Ni, Mo, Sn tidak
terdeteksi dengan jelas. Namun lain halnya dengan Baja Keylos 50 yang telah
mengalami preheat unsur-unsur yang tidak terdeteksi akan terdeteksi dengan jelas
pada masing-masing daerah yaitu daerah logam las dan daerah logam induk
seperti pada tabel 4. Dari kesemua unsur tambahan yang terdeteksi dengan jelas
tersebut memiliki persen yang sangat sedikit sekali sehingga dianggap bahwa
komposisi tambahan yang terdeteksi tersebut tidak mempengaruhi terhadap
ketangguhan bahan.
Komposisi bahan yang sangat mempegaruhi ketangguhan bahan dari
penelitian diatas adalah besi (Fe) dan karbon (C). Parameter persen yang sangat
diperhatikan adalah jumlah persen karbon yang masuk dalam komposisi besi (Fe).
Hasil komposisi diatas menunjukkan bahwa keduanya memiliki persen komposisi
yang berbeda-beda. Pada raw material Baja Keylos 50 kandungan karbon 0.40 %
sehingga dapat diklasifikasikan bahwa baja tersebut merupakan baja karbon yang
masuk dalam klasifikasi baja karbon sedang. Sangat berbeda sekali dengan
komposisi pada Baja Keylos 50 yang mengalami preheat, yaitu pada daerah
logam las memiliki persen besi (Fe) 97.5 % dan karbon (C) 0.115%, jika dilihat
dari komposisi karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam golongan rendah
yaitu antara 0,05 % - 0,30% C. Sedangkan pada daerah logam induk memiliki
commit to user
persen besi (Fe) 97.7 % dan karbon (C) 0,504 %, jika dilihat dari komposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam golongan sedang yaitu antara
0,20 % - 0,50 % C. Melihat dari komposisi jumlah karbon dari keduanya dapat
dilihat kualitas dari raw material dan logam las serta logam induk Baja Keylos 50
tersebut. Komposisi yang paling ideal dan bagus terdapat pada logam induk Baja
Keylos 50 yang telah mengalami preheat, jika dibandingkan raw material Baja
Keylos 50.
Pada hasil komposisi diatas memiliki berbagai macam unsur yang
terbentuk dan membentuk menjadi sebuah kesatuan yang memiliki sifat tersendiri.
Sifat yang paling dominan adalah kandungan antara Fe-C, sifat Karbon (C) dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan tetapi dapat menurunkan kemampuan
tempa dan keliatan. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur
Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C)
lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast
Iron). Makin tinggi kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal- hal
sebagai berikut :
1. Kuat leleh dan kuat tarik baja akan naik,
2. Keliatan / elongasi baja berkurang,
3. Semakin sukar dilas.
Oleh karena itu adalah penting agar kita dapat menekan kandungan karbon
pada kadar serendah mungkin untuk dapat mengantisipasi berkurangnya keliatan
dan sifat sulit dilas diatas.
Kelebihan karbon (C) antara lain tahan terhadap efek yang di sebabkan
suhu yang tinggi hal ini karena sifat karbon mampu menahan suhu yang tinggi
sampai 3000°C, kepadatan rendah, karbon lebih ringan dibanding logam paduan
umumnya, hal tersebut memudahkan adaptasi dengan gerakan permukaan yang
tidak beraturan, tidak terjadi penyatuan logam pada kondisi yang sama, jika logam
menyatu sama lainnya disebabkan panas dengan suhu tertentu. Kandungan karbon
pada baja dapat mempengaruhi sifat-sifat baja tersebut terutama dalam proses
kimia.
Untuk kandungan paduan pada hasil komposisi kedua specimen (tabel 3)
commit
sedikit sekali untuk mempengaruhi to user
ketangguhan namun dapat diidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
dengan hasil yang buruk. Pada kandungan Si diatas 10%, paduan sudah
kehilangan kemampuan bentuknya. Kandungan Silikon yang lebih banyak pada
logam las mengakibatkan baja ini mudah memiliki karbida yang lebih tinggi
daripada logam induk.
Unsur lain yang cukup berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan
spesimen uji adalah mangan (Mn), dalam jumlah diatas 0,5 % akan bereaksi
dengan belerang membentuk sulfida mangan. Ikatan ini rendah bobot jenisnya
dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsur deoksidasi dan khususnya
sebagai pengikat unsur belerang (S), pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas,
kekuatan dan kekerasan baja. Akibat dari persenyawaannya dengan unsur
belerang (S) menjadi mangansulfida (MnS) yang memiliki temperatur lebur
tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah patah pada temperatur
tinggi. Bila kadarnya semakin besar dalam baja maka kemungkinan meningkatkan
terbentuk ikatan kompleks dengan karbon. Dari data hasil pengujian diperoleh
kandungan unsur tersebut mencapai 0,837 % untuk logam las dan 0,774 % untuk
logam induk pada baja Keylos 50. Unsur kandungan dari logam las memiliki
kandungan paduan yang lebih tinggi dari logam induk.
Unsur belerang (S) pada sebagian besar baja hanya memiliki kandungan S
sangat rendah. Maksimum sampai 0,06%. Namun bahaya terjadinya kerapuhan
tetap harus diwaspadai, terutama bila baja hanya mengandung unsur Mn yang
sangat rendah. Belerang (S) memiliki kecenderungan untuk segregasi sebagai
segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi terutama apabila proses peleburan
khususnya baja dilakukan secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak.
Dengan demikian unsur ini juga dimasukan dalam golongan unsur yang tidak
dikehendaki. Mn (0,5% – 0,9%) merupakan unsur yang ditambahkan untuk
mencegah efek buruk yang disebabkan oleh S.
Unsur Fosfor (P) pada baja paduan baja-karbon, kandungan P umumnya
adalah 0,06%. Hanya pada beberapa baja khusus saja yang memiliki kandungan P
sampai 0,3%. Karena pada temperatur kamar P dapat larut sampai 0,6% didalam
besi α, maka sampai dengan kandungan ini tidak akan menghasilkan fasa-fasa
commit to user
khusus didalam baja. P juga menjadi penyebab perapuhan baja pada keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
2 44,27 J 0,0883
3 39,79 J 0,0794
Rata-rata 0,0874
2 73,02 J 0,1470
3 73,02 J 0,1472
Rata-rata 0,1471
2 74,26 J 0,1514
3 73,49 J 0,1530
Rata-rata 0,1522
2 71,63 J 0,1475
3 73,49 J 0,1499
Rata-rata 0,1473
2 72,56 J 0,1531
3 72,56 J 0,1514
Rata-rata 0,1499
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Dari data tabel hasil ketangguhan impak diatas dapat diketahui nilai
ketangguhan pada tiap spesimen yang mengalami preheat dan non preheat dengan
pengelasan SMAW. Hasil pengujian diperoleh dari alat penguji ketangguhan
dengan menggunakan metode ketangguhan impak Charpy pada benda uji
menunjukkan bahwa Baja Keylos 50 (raw material) rata-rata nilai ketangguhan
impaknya sebesar 0.0874 kg/mm². Pada specimen uji dengan proses Nonpreheat
pada spesimen rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1471 kg/mm².
Sedangkan pada proses Preheat dengan suhu 2700 C pada spesimen uji
ketangguhan menunjukan nilai rata-rata ketangguhan impaknya sebesar 0.1522
kg/mm². Dan pada proses Preheat 3000 C pada spesimen uji ketangguhan
menunjukan rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1473 kg/mm². Serta
pada proses Preheat 3300 C pada spesimen uji ketangguhan menunjukan rata-rata
nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1499 kg/mm².
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa data pengaruh ketangguhan impak
pada proses non preheat dan preheat disusun berdasarkan kolom, dan penggunaan
sumber varian disusun berdasarkan baris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
di bawah ini.
Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy
Ketangguhan impak (Joule/mm2)
Preheat
Raw Material Non Preheat 2700 C 3000 C 3000 C
Rata-rata 0,0874 0.1471 0.1522 0.1473 0.1499
Dari tabel di atas didapat bahwa nilai rata-rata ketangguhan impak untuk
raw material yaitu sebesar 0,0874 kg/mm² sedangkan nilai rata-rata ketangguhan
impak paling tinggi terjadi pada preheat 2700 C yaitu sebesar 0,1522 kg/mm²
sedangkan rata-rata nilai ketangguhan impak paling rendah terjadi pada preheat
3000 C yaitu sebesar 0,1473 kg/mm².
Dan dapat dilihat juga ketangguhan impak spesimen benda uji tanpa
dilakukan preheat (non preheat)commit to user nilai yang paling rendah yaitu
mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
0,1471 J/mm2. Variasi suhu preheat 3000 C ketangguhan impak spesimen benda
uji naik sebesar 0,019% dari non preheat, Variasi suhu preheat 3300 C
ketangguhan impak spesimen benda uji naik sebesar 0,28% dari non preheat,
sedangkan kanaikan ketangguhan impak spesimen benda uji paling tinggi adalah
pada Variasi suhu preheat 2700 C yaitu mengalami kenaikan sebesar 0,51% dari
non preheat.
0,12
0,1 0,0874 raw material
0,08 non pre heat
0
raw non pre pre heat pre heat pre heat
material heat 270⁰C 300⁰C 330⁰C
Gambar 10. Histogram hasil uji ketangguhan impak spesimen benda uji.
Dari hasil pengujian ketangguhan tersebut bahwa dengan preheat
sebagian besar dapat merubah nilai ketangguhan impaknya pada spesimen benda
uji. Dan dari data diatas nilai ketangguhan tertinggi setelah dirata-rata terjadi pada
preheat 270°C = 0,1522 kg/mm², ketangguhan terendah pada preheat 300°C =
0,1473 kg/mm² pada spesimen benda uji.
Untuk memahami lebih jelas mengenai pengaruh preheat terhadap
ketangguhan impak spesimen benda uji dapat dilihat pada grafik berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
0,151
0,15 0.1499
0,149
non pre heat
0,148
0,147 0.1471 0.1473 pre heat 270⁰C
0,146 pre heat 300⁰C
0,145 pre heat 330⁰C
0,144
non pre heat pre heat pre heat pre heat
270⁰C 300⁰C 330⁰C
Suhu (0C)
Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk uji ini dilakukan
dengan menggunakan uji normalitas Lilliefors, dengan taraf signifikansi 1 %.
Selanjutnya mencari harga Lmaks F(Zi) - S(Zi) pada masing-masing kelompok
perlakuan. Kemudian harga Lmaks dikonsultasikan dengan harga LTabel yang
didapatkan pada Tabel dengan N = 3 dan diperoleh LTabel sebesar 0,595. Jika hasil
perhitungan mendapatkan harga Lmaks lebih kecil dari harga LTabel, maka data
berdistribusi normal. Adapun keputusan uji normalitas data selengkapnya adalah
tersebut dalam Tabel 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Karena Lmaks dari perlakuan tidak berada pada daerah kritik atau lebih
kecil dari Ltabel maka Ho masing-masing perlakuan diterima. Jadi data hasil
pengukuran tingkat ketangguhan impak specimen uji hasil proses non preheat dan
preheat dalam penelitian ini secara keseluruhan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil uji komposisi kimia menunjukkan ada perbedaan pada logam induk
setelah mengalami preheat menunjukan hasil sebesar 0,504 % karbon,
bila dibandingkan dengan raw material yang hanya sebesar 0,40% karbon.
Sedangkan pada logam las setelah mengalami preheat menunjukan hasil
sebesar 0,115 % karbon.
2. Berdasarkan hasil uji ketangguhan impak yang dilakukan dengan
perlakuan panas untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50
adalah preheat dengan variasi suhu yang digunakan yaitu 2700C, 3000C,
3300C. Proses preheat pada Baja Keylos 50 menunjukan hasil yang
signifikan yaitu dapat menaikan ketangguhan bahan terhadap beban kejut.
a) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 2700C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 57,4015 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
b) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 3000C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 2 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
c) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 3300C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 31,5302 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
1. Implikasi Teoritis
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa preheat pada Baja Keylos 50
termasuk dalam klasifikasi baja karbon sedang dengan % karbon sebesar 0,504 %
C. Dengan penelitian ini dapat diketahui karakteristik mekanis dari Baja Keylos
50 yaitu ketangguhan melalui preheat menunjukan nilai ketangguhan yang lebih
besar dari ketangguhan nonpreheat. Hasil pengujian ketangguhan tersebut terlihat
bahwa adanya distribusi ketangguhan yang semakin meningkat dari suhu terendah
hingga suhu yang tinggi. Setalah Baja Keylos 50 mengalami preheat maka
dihasilkan nilai ketangguhan yang meningkat. Hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai acuan pengembangan penelitian selanjutnya karena masih ada
metode preheat dengan suhu lain didalam proses pengelasan untuk meningkatkan
ketangguhan dari pada Baja Keylos 50.
2. Implikasi Praktis
Dari Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi industri
logam dan mesin dalam menentukan komposisi kimia, karakteristik fisis, dan
mekanis yang digunakan untuk proses pembuatan jembatan, bumper, serta pada
industry perkapalan agar didapatkan nilai ketangguhan lebih baik serta dapat
ditentukan pula metode (preheatcommit to user
dan pengelasan) yang ketangguhannya cocok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
C. Saran
commit to user