03
RUMAH SAKIT TK IV 14.07.03 Dr. R. Ismoyo
BAB I
DEFINISI
Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit TK. IV 14.07.03 Dr.R.Ismoyo harus
dijamin aksesnya untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas
pelayanan yang didapat, serta mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi
dari berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga dapatlah
diharapkan hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien, yang
akhirnya bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali dengan
baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit, mengatur pemberian
pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan ke pelayanan yang tepat baik
di dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
1
Rumah Sakit TK. IV 14.07.03 Dr.R.Ismoyo, adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara paripurna pada unit unit gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan dan ruang perawatan khusus. Penyelenggaraan
pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi. Para profesional utama yang
memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik dokter maupun
dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan), nutrisionis dan farmasis yang
rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan tetapi tidak kalah pentingnya profesional
lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis laboratorium, penata rontgen,
fisioterapis.
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung jalannya rumah sakit
yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan medis, kelompok keperawatan membe
rikan pelayanan asuhan keperawatan, serta kelompok keteknisian medis yang memberikan
pelayanan penunjang medis, dan akhirnya adalah kelompok administrasi yang memberikan
pelayanan administrasi manajemen.
Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu dibuat di
rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai pasien dipulangkan
kerumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain. Standar tersebut disebut standar pelayanan
berfokus pasien, yang di antaranya adalah Asesmen pasien.
Untuk itu Rumah Sakit TK. IV 14.07.03 Dr.R.Ismoyo membuat kebijakan mengenai
proses asesmen pasien sebagai acuan standar dalam proses asesmen. Untuk mencapai ini,
rumah sakit menetapkan isi minimal dari asesmen awal medis dan keperawatan serta
asesmen lain. Juga ditetapkan kerangka waktu yang disyaratkan untuk menyelesaikan
asesmen dan pendokumentasi asesmen awal tersebut.
2
Selain asesmen awal medis dan keperawatan adalah penting untuk instalasi
pelayanan, kemungkinan diperlukan asesmen tambahan dari praktisi pelayanan kesehatan lain
termasuk asesmen khusus dan asesmen individual.
Semua asesmen ini harus terintegrasi dan kebutuhan pelayanan yang paling urgen
harus di identifikasi/ditetapkan. Rencana asuhan pasien harus dibuat berdasarkan data
asesmen awal ini.
Juga pada keadaan gawat darurat, asesmen awal medis dan keperawatan, dapat
dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata. Juga apabila tidak ada waktu untuk mencatat
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dari seorang pasien gawat darurat
yang perlu dioperasi, dibuat catatan pada diagnosis praoperatif sebelum tindakan
dilaksanakan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Acuan
Pada pelaksanaannya dalam mengasesmen awal pasien dirumah Rumah Sakit TK. IV
14.07.03 Dr.R.Ismoyo mengacu pada :
1. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 / Menkes / SK /
IX / 2009 tentang Standar Instalasi Rawat Inap dan Rawat jalan Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II / 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III / 2008 / tentang
Rekam Medis
5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 / 2004 tentang praktik
kedokteran.
B. Tujuan
4
a. Asesmen medis
b. Asesmen keperawatan
c. Asesmen Gizi
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap, rawat jalan, IGD adalah
asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Khusus pasien
rawat inap, asesmen pasien terkait status kesehatan, intervensi, kebutuhan keperawatan,
dan gizi. Untuk dapat berhasil memberikan terapi / asuhan yang berorientasi kepada
pasien, dalam prakteknya, dokter, perawat, dan dietisien harus memiliki pengetahuan dan
keahlian dalam melakukan asesmen pasien. Asesmen pasien diperoleh dari pasien dan
sumber-sumber lain (misalnya : profil terapi obat, rekam medis, dan lain-lain ) . Asesmen
pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan- keputusan terkait : (a) status kesehatan
pasien, (b) kebutuhan dan permasalahan keperawatan, (c) intervensi guna memecahkan
permasalahan kesehatan yang sudah terindentifikasi atau juga mencegah permasalahan
yang bisa timbul di masa mendatang, serta (d) tindak lanjut untk memastikan hasil-hasil
yang diharapkan pasien terpenuhi.
Proses asuhan kepada pasien salingberhubungan / terjadi kolaborasi antara dokter
perawat, dan gizi. Sulit untuk dimengerti bahwa dokter dapat menyembuhkan pasien
tanpa bantuan asuhan keperawatan dan terapi gizi.
ASESMEN PASIEN
RENCANA TERAPI
BERSAMA
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
MELAKUKAN
Dalam melakukan asesmen,ASESMEN ULANG
pasien atau BILAharus
keluarga TERJADI PERUBAHAN
diikutsertakan SIGNIFIKANSI
dalam seluruh
TERHADAP KONDISI KLINIS
proses, agar asuhan kepada pasien menjadi optimal. Pada saat evaluasi, bila terjadi
perubahan yang signifikan terhadap kondisi klinis pasien, maka harus segera dilakukan
asesmen ulang. Bagian akhir dari asesmen adalah melakukan evaluasi, umumnya disebut
monitoring yang menjelaskan faktor-faktor yang akan menentukan pencapaian hasil-hasil
nyata yang diharapkan pasien.
5
2. Alur masuk rawat jalan
1) Pasien atau keluarga menuju tempat penerimaan pasien
2) Selesai dilakukan pendaftaran maka pasien dan keluarga menuju ke masing – masing
poli klinik yang dihendaki sesuai keluhan/penyakit yang diderita pasien. Saat
dilakukan pemanggilan diruang pemeriksaan, dokter/ perawat/ bidan/ melakukan
verifikasi identitas pasien disesuaikan dengan status rekam medisnya.
Dokter/perawat/bidan berkolaborasi melakukan assesmen awal pasien saat pasien
datang berobat.
3) Lakukan assesmen awal berdasarkan usia/ kelompok kasus penyakit pasien dengan isi
minimal SOAP yang berbentuk narasi:
- Subyektif terdiri atas anannesa, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang sesuai
disiplin klinis masing – masing.
- Obyektif terdiri dari pemeriksaan fisik, nyeri, resiko jatuh, status, dan pengkajian
fungsional pasien.
- Assesmen : diagnose yang didapat
- Planning : Terapi tindakan yang diberikan
4) Lakukan pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan
5) Tentukan diagnosis pasien berdasarkan assesmen, buat rencana dan tindakan
keperawatan/medis yang disusub berdasrkan skala prioritas ( mulai dari keadaan
umum, pemeriksaan fisiknya, dan terakhir pemeriksaan penunjang) untuk menetapkan
pemberian terapi, tindakan
6) Informasikan semua hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan dilakukan
pada pasien dan keluarga untuk menentukan keputusan
7) Lakukan evaluasi dan edukasi hasil pemeriksaan apakah pasien bisa dipulangkan atau
harus rawat inap atau lanjutan. Dokumentasikan di lembar edukasi
8) Dokter menulis hasil assesmen awl dilembar status pasien rawat jalan saat itu juga
9) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk assesmen pra bedah
didokumentasikan di lembar pengkajian awal medis rawat jalan
10) Apabila pada pengkajian nyeri didapatkan skala nyeri, maka petugas melakukan
intervensi sesuai dengan panduan manajemen nyeri dan didokumentasi.
6
8) Perawat melakukan assesmen keperawatan saat pasien datang yang terdiri dari TTV,
pengkajian nyeri, pengkajian jatuh, dan riwayat kesehatan
9) Untuk pasien yang mengalami kegawatan di bidang OBG assesmen awal meliputi
status kebidanan
10) Bila pada pengkajian didapatkan skala nyeri, maka dokter/perawat melakukan
intervensi dan implementasi sesuai panduan manajemen nyeri
11) Tentukan diagnosis pasien berdasarkan assesmen, buat rencana dan tindakan
medis/keperawatan yang disusun berdasarkan skala prioritas ( mulai dari penilaian
keadaan umum pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ) untuk
menentukan pemberian terapi dengan tenaga kesehatan lainnya
12) Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga pada saat di IGD maupun pasien yang
akan rawat jalan, dirujuk dan rawat inap. Dokumentasikan di lembar edukasi
13) Lakukan evaluasi hasil pemberian terapi, apakah pasien bisa rawat jalan atau rawat
inap
14) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk assesmen medis awal harus
didokumentasikan di lembar assesmen gawat darurat dan lembar konsultasi dokter
15) DPJP ( Operator ) melakukan verifikasi pada lembar konsultasi
16) Bila pasien rawat jalan/dirujuk, maka berkas RM di simpan di Instalasi Rekam
Medik. Bila pasien rawat inap maka berkas disertakan ke ruang rawat inap.
4. Alur Masuk Rawat Inap
1) Setalah pasien tiba diruang rawat inap, perawat melakukan verifikasi identitas pasien
( no. RM, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat) sambil mencocokkan dengan
gelang identitas yang sudah terpasang
2) Perawat melakukan assesmen awal berdasarkan usia
3) Perawat melakukan assesmen awal yang terdiri dari pemeriksaan TTV. Pemeriksaan
fisik, nyeri, resiko jatuh, nutrisi, komunikasi, psikologis, sosial ekonomi sampai
dengan daftar masalah keperawatan yang timbul dan didokumentasikan disertai
tanda tangan dan nama lengkap perawat yang mengkaji
4) Assesmen rencana pemulangan pasien dikaji sejak pasien MRS
5) Dokter melakukan assesmen awal di lembar asesmen awal yang terdiri dari :
Subyektif : keluhan pasien
Obyektif : pemeriksaan fisik dan TTV
Assesmen : diagnose yang didapat dan diagnose banding bila ada
Planning : tindakan/pengobatan yang diberikan
6) Bila pada assesmen nyeri ditemukan skala nyeri, maka dilakukan tindakan sesuai
panduan nyeri
7) Tentukan diagnosis pasien berdasarkan assesmen, buat rencana dan tindakan
medis/keperawatan yang disusun berdasarkan skala prioritas, bila perlu kolaborasi
dengan dokter spesialis lain atau yang merawat untuk tindakan medis, atau kolaborasi
dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
7
8) Informasikan pada pasien dan keluarga semua rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk menentukan keputusan untuk pelayanan selanjutnya dan dokumntasikan di
lembar edukasi
9) lakukan evaluasi hasil pemberian terapi dan tindakan yang telah dilakukan
10) Tulis hasil assesmen pada berkas rekam medis maksimal 24 jam sejak pasien di
rawatinapkan atau lebih cepat sesuai dengan kondisi pasien
11) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk assesmen pra bedah bedah
didokumentasikan di lembar pengkajian awal medis rawat inap dan lembar rencana
pelayanan
12) Perbaharui pemeriksaan fisik atau verifikasi riwayat kesehatan pasien masuk RS, bila
sudah lebih dari 30 hari sebelum pasien dirawat, catat hasil assesmen termasuk
kondisi pasien yang signifikasikan di status pasien.
C. Asesmen Awal
Asesmen awal dari seorang pasien, rawat jalan pengobatan dan rawat inap, sangat
penting untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan untuk memulai proses
pelayanan. Asesmen awal memberikan informasi untuk : (1) memahami pelayanan
apa yang dicari pasien, (2) memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien, (3)
menetapkan diagnosis awal, (4) memahami respon pasien terhadap pengobatan
sebelumnya.
Untuk mendapatkan informasi ini, asesmen awal termasuk evaluasi kondisi medis
pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya. Kemudian dokter
menetapkan diagnosis, rencana penatalaksanaan (pengobatan dan tindakan), meminta
persetujuan tindakan bila diperlukan (informed concent), agar kebutuhan dan jenis
pelayanan pasien baik kebutuhan pelayanan medis ataupun pelayanan keperawatan
sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai.
Semua hasil temuan dari hasil asesmen termasuk apabila ada observasi klinis,
konsultasi, spesialistik dan hasil pengobatan, didokumentasikan pada rekam medis,
dicantumkan tanggal dan waktu pemeriksaan serta ditandatangani oleh dokter
pemeriksa
8
D. Asesmen Ulang
a) Bagian Subyektif berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang
diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang dianggap penting, atau
yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi :
1) Keluhan/gejala-gejala atau alas an utama pasien dating ke RS, menggunakan
kata – katanya sendiri ( keluhan utama )
2) Riwayat penyakit saat ini yang berkenan dengan gejala – gejala ( riwayat
penyakit saat ini )
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping ( dari pasien, bukan
dari profil obat yang terkomputerisasi )
5) Alergi
6) Riwayat sosial/keluarga
7) Tinjauan/ulasan sistem organ
b) Bagian obyektif berisi infomasi tentang pemeriksaan fisik, tes diagnostik dan
laboratorium, terapi obat
c) Bagian Assesmen menilai kondisi pasien untuk diterapi
d) Bagian Planing berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana
terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan
untuk menilai perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentsi yang sistematik, konsisten, dan seragam tersebut maka
lembar SOAP akan menjadi rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih efisien.
Catatan SOAP adalah format yang akan digunakan pada keseluruhan tindakan medis,
keperawatan, dan gizi dalam rencana terapi/terapeutik serta asuhan pasien.
E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium ,radiodiagnostik, dll. Semua catatan disimpan dalam
rekam medis pasien.
F. Asesmen Tambahan
Apabila pada asesmen awal ditemukan kebutuhan akan diagnosis lain selain
diagnosis utama, maka diperlukan asesmen tambahan dan perlu dikonsultasikan ke
bagian lain atau ke RS lain yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Apabila
didapatkan asesmen tambahan, maka diperlukan persetujuan dari pasien atau
9
keluarganya tentang rencana konsultasi ke bagian lain. Bila keluarga pasien atau pasien
menolak maka harus dicatat dalam lembar pengkajian.
G. Asesmen Khusus
Pada asesmen awal terdapat pula pengkajian tentang asesmen khusus, yaitu :
a. Skrinning nyeri d. Status Psikologis
b. Skrinning gizi e. Status sosial ekonomi
c. Risiko jatuh f. Kebutuhan fungsional
Semua asesmen di atas perlu dikaji sesuai dengan kondisi pasien. Khusus asesmen
nyeri, gizi, risiko jatuh, status fungsional perlu dilakukan monitoring selama pasien
dalam status rawat inap, serta rawat jalan bila didapatkan kendala.
H. Asesmen Individual
Pasien dengan kondisi khusus di RS TK. IV 14.07.03 Dr.R.Ismoyo yaitu : anak-
anak, obgyn, gigi, rehabilitasi medik, pasien dengan infeksi atau penyakit menular,
pasien yang daya imunnya direndahkan, serta sakit terminal.
BAB III
TATA LAKSANA
Dengan mengacu dan berpedoman pada ketentuan diatas, Karumkit TK III R.W
MONGISIDI NOMOR : SK / AP / / I / 2017 TENTANG PELAYANAN ASESMEN
10
PASIEN DI RUMAH SAKIT TK IV WIRABUANA PALU memberlakukan standar
prosedur operasional asesmen awal dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
TK III R.W Mongisidi, maka diperlukan penyelenggaraan proses pemberian informasi di
unit rawat inap dan rawat jalan ,pelayanan instalasi rawat inap dan rawat jalan rumah sakit
TK IV Wirabuana palu dapat dilaksanakan dengan baik.
Agar asesmen kebutuhan pasien menjadi konsisten ,maka rumah sakit menentukan isi
minimal asesmen pasien sesuai dengan disiplin dalam lingkup praktek / profesi, perizinan
,undang – undang dan peraturan terkait. Isi minimal dari asesmen, harus dilaksanakan
oleh dokter dan perawat dan staf disiplin klinis lainya.
b) jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap asesmen awal sudah lebih
dari 30 hari, maka dokter atau perawat harus mereview pengkajian awal terdahulu
dan memutuskan apakah perlu pengkajian awal di ulangi secara lengkap atau
hanya mencatat perubahan yang terjadi menyangkut keluhan dan pemeriksaan
fisik di buat dalam lembar asesmen awal rawat inap.
a) pengkajian paramedis pasien rawat jalan maksimal 15 menit sejak pasien datang
ke poli
11
b) Pengkajian medis pasien rawat jalan maksimal 10 menit sejak ditangani oleh
tenaga medis
c) asesmen awal yang di lakukan di luar rumah sakit atau praktek pribadi dokter
tidak boleh berlangsung lebih dari 30 hari. Apabila waktu 30 hari terlampaui ,
maka riwayat kesehatan harus di perbaharui dan pemeriksaan fisik harus di ulangi
d) asesmen awal saat penerimaan pasien rawat jalan sudah lebih dari 30 hari, maka
dokter harus meriview atau mememeriksa ulang
e) jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat jalan asesmen awal kurang dari 30
hari, maka perubahan signifikan yang terjadi di catat dalam lembar CPPT (Catatan
perkembangan pasien terintegrasi)
c. Pasien IGD
C. ASESMEN MEDIS
a) DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalah kesehatan pasien
dengan melakukan :
(a) Anamnesis : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu
dan riwayat terapi, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga
(b) Pemeriksaan fisik : generalis ( kepala leher, mulut, jantung, paru, abdomen,
ekstremitas, dan lokalis
(c) Skrining nyeri ( lihat panduan manajemen nyeri)
b) Asesmen ulang medis dilakukan setiap hari pada :
(a) Kasus - kasus yang mengancam jiwa (life saving) dan yang menimbulkan
kerusakan organ
(b) Fase akut dari perawatan dan pengobatannya.
12
c) Asesmen ulang pasien rawat inap pada hari libur untuk kasus – kasus non akut yang
tidak mengancam jiwa (life saving) atau pada pasien yang sudah dalam kondisi
perbaikan yang signifikan dapat dilakukan asesmen ulang oleh dokter ruangan
d) DPJP dapat memberikan kewenangan untuk melakukan assesmen awal dan assesmen
ulang dirawat inap kepada dokter ruangan atau dokter jaga ruangan yang sudah diatur
sesuai dengan surat perintah karumkit
e) Apabila DPJP berhalangan untuk melakukan assesmen awal maupun assesmen ulang
medis sesuai dengan kerangka waktu yang ditentukan, maka dapat didelegasikan
kepada sesama dokter spesialis yang ada dibagiannya atau dokter ruangan yang sudah
diatur sesuai dengan surat perintah karumkit
f) Dalam hal melakukan assesmen awal dan assemen ulang medis yang didelegasikan
kepadanya, dokter ruangan maupun dokter jaga ruangan harus melaporkan hasil
assesmen pasien kepada DPJP untuk diberikan penatalaksanaan selanjutnya oleh
DPJP
g) Pada hari libur assesmen awal medis pasien rawat inap dapat dilakukan oleh dokter
ruangan. Pada kondisi tertentu yang perlu pananganan segera maka dokter
melaporkan atau mengkonsultasikan kepada DPJP atau spesialis sesuai kebutuhan
pasien untuk pengobatan dan tindakan lebih lanjut
h) Dokter umum yang bertugas di instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat inap
(poliklinik, rawat inap, ICU) Rumah Sakit TK. IV 14.07.03 Dr.R.Ismoyo merupakan
asisten dari dokter spesialis dibagiannya masing-masing
i) Untuk pasien yang membutuhkan pelayanan berbeda (misal pasien yang
membutuhkan pelayanan lebih dari satu spesialistik) maka tiap-tiap disiplin klinis
yang memberikan pelayanan pada pasien melakukan asesmen awal masing – masing
sesuai dengan bidangnya
j) Asesmen awal dan asesmen ulang medis dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP) apabila pasien mungkin menjalani banyak jenis asesmen oleh berbagai
unit kerja dan pelayanan, maka staf yang bertanggung jawab atas pasien bekerjasama
menganalisis temuan pada asesmen dan mengkombinasi informasi dalam suatu
gambaran komprehensif dari kondisi pasien.
k) Setelah dokter menetapkan rencana penatalaksanaan terhadap pasien, dokter harus
menjelaskan tentang indikasi dan efek samping yang mungkin timbul dari hasil
pengobatan maupun tindakan
l) Pendokumentasian hasil asesmen medis : Untuk asesmen ulang medis
didokumentasikan pada lembar terintegrasi
D. Asesment Keperawatan
13
a) Asesmen awal dan asesmen ulang keperawatan dilakukan oleh perawat di unit
kerjanya masing – masing sesuai dengan kompetensi dan tanggung jawabnya yang
ditetapkan secara tertulis, termasuk asesmen gawat darurat
b) Pendokumentasian hasil asesmen keperawatan :
(a) Untuk asesmen awal keperawatan rawat jalan didokumentasikan pada lembar
pengkajian awal rawat jalan dengan menggunakan ball-point tinta biru.
(b) Untuk asesmen awal keperawatan IGD didokumentasikan pada lembar asuhan
keperawatan IGD dengan menggunakan ball-point tinta biru.
(c) Untuk asesmen awal dan ulang keperawatan rawat inap didokumentasikan pada
lembar asuhan keperawatan dan lembar terintegrasi dengan menggunakan ball-
point tinta biru.
(d) Perawat mendokumentasikan asesmen ulang setiap harinya. Semua instruksi
dokter dan perubahan yang signifikan pada pasien didokumentasikan pada lembar
terintegrasi dan asuhan keperawatan dibubuhi nama dan tandatangan/paraf
perawat pemeriksa.
c) Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan segera setelah pasien masuk
perawatan dalam kerangka waktu 30 menit
d) Asesmen ulang keperawatan rawat jalan (pengisian form asesmen keperawatan)
(a) Untuk pasien baru : Dilakukan asesmen kembali saat pasien kontrol pertama kali.
Untuk kontrol berikutnya, asesmen keperawatan menilai keluhan pasien, tanda –
tanda vital, tinggi badan dan berat badan. Hasil asesmen didokumentasikan
dilembar terintegrasi
(b) Untuk pasien lama / kronis : Asesmen dilakukan setiap 30 hari saat pasien kontrol
berikutnya
(c) Apabila pasien mendapat pelayanan lebih dari satu poliklinik, maka tiap – tiap
perawat poliklinik melakukan asesmen dibagiannya masing – masing.
e) Asesmen ulang keperawatan rawat inap dilakukan setiap hari oleh perawat dan
diulang kembali setiap shift pergantian jaga perawat. Hasil asesmen
didokumentasikan dilembar integrasi, apabila ada hal-hal khusus misalnya
perburukan, harus dilakukan asesmen segera dan dilaporkan kepada dokter ruangan
untuk tindakan lebih lanjut
f) Perawat memberikan pelayanan lain baik kepada pasien ataupun kepada keluarganya,
diantaranya kebutuhan edukasi tentang:
(a) Terdapat hambatan dalam pembelajaran, pendengaran, penglihatan, kognitif, fisik,
budaya, agama, emosi, bahasa (butuh penerjemah atau tidak)
(b) Menjelaskan diagnosis dan manajemen penyakit
(c) Obat – obatan
(d) Diet nutrisi
(e) Tindakan keperawatan
14
(f) Rehabilitasi manajemen nyeri.
g) Dalam melakukan tindakan, perawat harus menjelaskan indikasi dilakukannya
tindakan dan kemungkinan timbulnya efek samping (misalnya, pemasangan infus,
NGT, penyuntikan, pemberian obat dan tindakan lainnya).
E. ASESMEN GAWAT DARURAT
Asesmen dilakukan di unit gawat darurat dan di seluruh unit yang menemukan
pasien dalam keadaan gawat.
a. Asesmen awal gawat darurat dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit TK IV Wirabuana
palu atau perawat yang terlatih dalam melakukan asesmen gawat darurat
b. Asesmen gawat darurat minimal harus meliputi : riwayat singkat kejadian gawat
darurat, kesadaran, Airway, Breathing, Circulation (ABC), dan tanda vital yang
meliputi tekanan darah, nadi, dan pernapasan. Untuk Asesmen di UGD, asesmen
tambahan dilakukan sesuai format yang tertera di FORMULIR ASESMEN MEDIS
DAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
15
d. Asesmen keperawatan pasien intensif dan semi intensif dilakukan secara kontinyu,
dan didokumentasikan dalam chart minimal setiap interval satu jam
e. Asesmen awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan untuk
pemulangan pasien (Discharge Planning). Pada kondisi tertentu, pasien memerlukan
perencanaan pemulangan sedini mungkin, demi kepentingan penanganan selanjutnya
di rumah. Hal mana berhubungan dengan kelanjutan pengobatan, kepatuhan minum
obat, proses rehabilitasi, dan lain sebagainya.
a) Asesmen perlu/tidaknya discharge planning harus setidaknya meliputi : Siapa
yang akan melanjutkan perawatan di rumah saat pulang nantinya
b) Bagaimana tingkat ketergantungan pasien setelah di rumah (dilihat dari jenis dan
berat ringanya penyakit yang diderita)
c) Pemahaman dari pasien / keluarga / yang merawat di rumah tentang penyakit
pasien dan rencana penanganan yang ada, termasuk obat-obatan yang diberikan,
serta Asesmen lain (pemeriksaan penunjang) yang dilakukan.
f. Hasil akhir Asesmen cukup didokumentasikan sebagai PERLU / TIDAK PERLU
Discharge Planning
g. Instruksi pelatihan maupun edukasi yang diperlukan, termasuk perencanaan
transportasi didiskusikan oleh dokter maupun perawat dengan keluarga / pengampu /
penanggung jawab pasien.
h. Perencanaan pemulangan pasien PERLU dilakukan pada pasien sebagai berikut :
a) Pasien yang tinggal sendiri
b) Pasien yang penyakitnya tidak akan sembuh total dan memerlukan perawatan
lanjutan di rumah atau di tempat lain
c) Pasien dengan gangguan mental
d) Pasien intensive care unit
e) Bayi prematur, cacat
f) Pasien yang memerlukan pembedahan
g) Pasien warga negara asing yang mungkin memerlukan pemulangan ke negara
asalnya
H. Asesmen Peri Operatif
a. Asesmen peri operatif dilakukan oleh dokter operator utama atau dokter lain dengan
kompetensi sama yang telah mendapat pelimpahan tertulis dari dokter operator utama
b. Asesmen pre-operatif menghasilkan diagnosis pre-operatif, dan dokumentasi di rekam
medik yang minimal meiputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (serta penunjang jika
standar profesi medik mengharuskan demikian) harus menunjukkan justifikasi dari
tindakan operatif yang akan dilakukan
c. Asesmen pasca operasi dilakukan sesuai dengan standar profesi masing-masing,dan
didokumentasikan dalam rekam medik. Diagnosis pasca operasi harus dituliskan,
serta rencana penanganan pasca operasi (lihat ketentuan Asesmen lanjutan)
16
d. Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana Asesmen pasien belum
dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses untuk
mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan skrining dilakukan
oleh unit kamar bedah.
I. Asesmen Peri Anestesi / Sedasi
a. Asesmen peri anaestesi meliputi :
a) Asesmen pre anestesi (dilakukan pada hari sebelum anestesi), untuk operasi cito
dapat digabungkan dengan Asesmen pre induksi
b) Asesmen pre induksi (dilakukan saat pasien sudah di kamar operasi, sesaat
sebelum induksi dimulai)
c) Monitoring durante anestesi / sedasi
d) Asesmen pasca anestesi / sedasi.
(a) Asesmen peri anestesi dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi sesuai
standar ikatan dokter anestesi indonesia (IDSAI).
(b) Asesmen pre-sedasi dilakukan oleh dokter / perawat yang telah mendapat
pelatihan mengenai sedasi sesuai kebijakan pelayanan anestesi & sedasi
RUMAH SAKIT TK IV Dr.R.Ismoyo
(c) Pelatihan terhadap dokter / perawat pelaksana sedasi harus sedikitnya meliputi
Jenis-jenis obat sedatif dan farmakologi singkatnya
Pengenalan berbagai brand / variasi obat sedasi dan kemasannya
Cara pemberian obat sedasi
Indikasi dan Kontra Indikasi obat sedasi
Efek samping dan monitoring selama pemberian sedasi
Penanganan efek samping dan kegawatan sehubungan dengan obat sedasi
Reversal agent dari obat sedasi
(d) Dokter / perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi adalah:
Dokter UGD
Dokter ICU
Dokter Ranap / Ruangan
Perawat UGD
Perawat ICU
Perawat Anestesi
Perawat Unit lain yang bertugas memasukkan obat-obat sedatif intravena.
e) Asesmen pre, durante dan post anestesi / sedasi dilakukan dan didokumentasikan
dalam rekam medik secara lengkap
f) Pasien tidak dilakukan tindakan anestesi & sedasi bilamana Asesmen pasien
belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses untuk
mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan skrining
dilakukan oleh unit kamar bedah atau unit lain yang melakukan sedasi
b) Etiologi jatuh :
(a) Ketidaksengajaaan: 31%
(b) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%
(c) Vertigo: 13%
(d) Serangan jatuh (drop attack): 10%
(e) Gangguan kognitif: 4%
(f) Hipotensi postural: 3%
(g) Gangguan visus: 3%
(h) Tidak diketahui: 18%
19
f. Asessmen resiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse Fall Scale (Skala
Jatuh Morse) sebagai berikut :
Risiko Skala Tgl/jam Tgl/ja Tgl/ja Tgl/jam
m m
Riwayat jatuh, yang baru Tidak 0
atau dalam bulan terahir Ya 25
Diagnosis Medis Sekunder Tidak 0
>1 Ya 15
Alat bantu jalan :
Bed rest /dibantu 0
perawat
Penopang, 15
tongkat/walker
Furnitur
30
Memakai terapi heparin Tidak 0
lock/IV Ya 25
Cara berjalan/berpindah
Normal/bed res/ 0
imobilisasi
Lemah 15
Terganggu
30
Status mental
Orientasi sesuai 0
kemampuan diri
Lupa keterbatasan diri 15
20
Total
Nama jelas dan tanda
tangan penilai
Kategori :
Skor 0-24 : Tidak berisiko
Skor 25-50 : Risiko rendah
Skor ≥51 : Risiko tinggi
21
Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/
Parameter Kriteria skor
jam jam jam jam
Umur <3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-14 tahun 2
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Kelaianan neurologi 4
Perubahan dalam 3
oksigenasi (masalah sal.
Nafas, anemia) dehidrasi,
anoreksi, sakit
kepala,sinkop.
Kelainan psikis/perilaku 2
Diagnosa lain 1
Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/
Parameter kriteria skor
jam jam jam jam
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh dari 4
tempat tidur saat bayi-
anak
Pasien menggunakan alat 3
bantu atau box
Pasien berada di tempat 2
tidur
Di luar ruang rawat 1
Respon terhadap Dalam 0-24 jam 3
Dalam 25-48 jam 2
operasi/obatpenena
>48 jam 1
ng/efek anstesi
Penggunaan obat Bermacam-macam obat 3
digunakan :Obat sedatif,
hipnotik, barbiturat,
fenotiazin, antidepresan,
laksatif, diuretik,
narkotik
Salah satu dari 2
pengobatan diatas
Pengobatan lain 1
TOTAL
Nama jelas dan ttd penilai
Skor 7-11 : Risiko rendah untuk jatuh
Skor ≥ 12 : Risiko tinggi untuk jatuh
Skor Minimal : 7 Skor Maksimal : 23
22
a. Protokol pencegahan pasien jatuh pada pasien anak :
a) Standar Risiko Rendah (Skor 7-11):
(a) Orientasi ruangan
(b) Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
(c) Ada pengaman/pagar samping tempat tidur. Mempunyai luas tempat tidur
yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian tubuh lain terjepit
(d) Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan
(e) Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan bantu bila dibutuhkan
(f) Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau. Terangkan
kepada pasien mengenai fungsi alat tersebut
(g) Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung risiko
(h) Penerangan lampu harus cukup
(i) Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
(j) Dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada tempatnya.
b) Standar Risiko Tinggi (skor >12):
(a) Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning
(b) Terdapat tanda peringatan pasien risiko jatuh
(c) Penjelasan pada pasien atau orang tuanya tentang protocol pencegahan pasien
jatuh
(d) Cek pasien minimal setiap satu jam
(e) Temani pasien saat mobilisasi
(f) Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien
(g) Pertimbangkan penempatan pasien yang perlu perhatian diletakkan dekat
nurse station
(h) Perbandingan pasien dengan perawat 1:3, libatkan keluarga pasien sementara
perbandingan belum memadai
(i) Evaluasi terapi yang sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan
ke luar ruangan
(j) Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
(k) Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan
ruang isolasi
(l) Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada pasien
yang ditunggu keluarga
(m) Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan.
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat pada rekam medis saat setiap dilakukan
pemeriksaan fisik ,saat transfer ke unit lain,dan saat terdapat perubahan kondisi
23
pasien.
25
sedasi yang terlalu dalam ataupun tidak adekuat
c) Instruksi terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5 dengan skor
total 9-45.
k. Pada pasien usia < 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau pasien yang tidak
dapat dinilai dengan skala lain, dapat digunakan asesmen nyeri menggunakan
FLACCS
27
Berbaring dengan Menggeliat,menggeser Melengkung,kaku
tenang,posisi maju mundur,tegang
Aktivitas
normal,bergerak
dengan mudah
Tidak ada Erangan atau rengekan Menangis terus,teriakan/isak
Santai 0
Pola bernafas Perubahan pola nafas 1
Santai 0
Lengan Fleksi/ektensi 1
Santai 0
Kaki Fleksi /ekstensi 1
Tertidur /bangun 0
Keadaan Rewel 1
rangsangan
28
Pada bayi prematur ,ditambahkan 2 parameter lagi,yaitu:
Interpretasi :
Skor dari keenam item dijumlah kan
1-2 = nyeri ringan
3-4 = nyeri sedang
>5 = nyeri berat ( intervensi farmakologis + non farmakologis dilakukan + asesmen
ulang 30 menit kemudian)
a. Perawat menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri kepada pasien .
b. Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri:
a) lokasi nyeri
b) kualitas dan atau pola penjalaran / penyebaran
c) onset, durasi, dan faktor pemicu
d) riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya
e) efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
f) obat-obatan yang dikonsumsi pasien
N. Asesmen ulang nyeri
adalah prosedur menilai ulang derajat nyeri pada pasien yang bertujuan untuk
mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan terkait penatalaksanaan nyeri yang telah
diberikan. Assesmen ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari
beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
a) Monitoring nyeri dilakukan oleh dokter dan perawat
b) Monitoring nyeri ringan setiap 8 jam
c) Monitoring nyeri sedang setiap 2 jam
d) Menitoring nyeri berat setiap 30 menit
e) Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 1 jam setelah pemberian
obat oral nyeri dan 15 menit setelah intervensi obat injeksi
f) Laporkan kepada DPJP sesuai intruksi
A. Tatalaksana nyeri :
a) Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1-3) dilakukan edukasi untuk
relaksasi dan distraksi
b) Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak berkurang
29
dilakukan kolaborqasi medis untuk pemberian terapi jenis NSAID
c) Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang ( skala 4-6) dilakukan kolaboraqsi
medis untuk pemberian terapi jenis NSAID / opioid dosis ringan.
d) Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7-10) dilakukan kolaborasi
medis untuk pemberian terapi jenis opioid
e) Apabila dengan pemberian terapi jenis opioid, tetapi keluhan nyeri belum teratasi,
maka bila diperlukan DPJP akan merujuk ke Tim Nyeri Intervensi
Semua tindakan assessment dan penanganan nyeri didokumentasikan dalam catatan
rencana pengelolaan, implementasi, catatan perkembangan terintegrasi dan lembar
monitoring terpadu rawat inap, rawat jalan, maupun rawat khusus rekam medis. Staf yang
terlibat dalam penanganan nyeri semuanya kompeten. Rumah sakit memiliki proses untuk
mendidik staf mengenai manajemen nyeri dengan melaksanakan pelatihan manajemen nyeri.
P. Skrining Psikologis
a. Skrining psikologis dilakukan pada seluruh pasien rawat jalan, rawat inap, UGD
sesuai format yang ada
30
b. Asesmen lebih lanjut oleh psikiater dilakukan atas konsultasi jika pada Asesmen awal
ditemukan indikasi untuk Asesmen lanjut
c. Asesmen psikologi didokumentasikan dalam rekam medik.
Q. Asesmen Pasien Dengan Kecurigaan Ketergantungan Alkohol / Obat
a. Jenis zat yang perlu diwaspadai menimbulkan ketergantungan :
a) Alkohol
b) Nikotin
c) Golongan barbiturat (flunitrazepam, triazolam, temazepam, and nimetazepam)
d) Golongan opiat (kodein, morfin, fentanil, oxycodon)
e) Amfetamin& Metamfetamin.
b. Identifikasi populasi beresiko :
a) Pasien yang “meminta” obat secara spesifik (terutama obat tranquilizer atau opiat)
dengan frekuensi yang sering dari rekam medik (dokter/ perawat melihat rekam
medik untuk melihat riwayat obat-obatan pasien)
b) Dokter/perawat baik OPD/UGD/rawat inap perlu juga waspada bagi pasien yang
mengeluh nyeri kronik dan “meminta” pain killer yang kuat atau meminta
peningkatan dosis
c) Keluhan keluarga yang mengantar (anak, istri, orang tua) tentang masalah obat,
alkohol maupun merokok
d) Farmasi dapat mendeteksi riwayat pengobatan pasien. Bila hal ini terjadi, maka
petugas farmasi perlu melaporkan ke dokter penanggung jawab pasien yang
bersangkutan
e) Memasukkan riwayat minum alkohol dan merokok sebagai bagian dari pertanyaan
rutin untuk Medical Check Up
c. Tergantung dari kondisi pasien, dokter yang mengidentifikasi (mencurigai adanya
masalah ketergantungan) dapat melakukan Asesmen awal berupa pertanyaan -
pertanyaan sebagai berikut :
a) Berapa banyak merokok? Minum alkohol?
b) (Jika drug abuse : ditanya, obat apa yang digunakan? Darimana didapatkan?)
c) Sejak usia berapa?
d) Pernah mencoba berhenti atau mengurangi?
e) Apakah pasien sadar bahaya dan resiko dari merokok?
d. Bila ditemukan populasi berresiko, pasien dibuatkan rujukan ke psikiater untuk
Asesmen dan penanganan lebih lanjut.
e. Penanganan meliputi : psikoterapi, medikamentosa, termasuk diantaranya konseling
untuk HIV oleh tim HIV bagi pengguna obat via injeksi (Injecting drug users / IDUs).
f. Seluruh proses penanganan ini didokumentasikan dalam rekam medik.
31
R. Asesmen & Penanganan Pasien Dengan Kondisi Terminal
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien mulai masuk rawat inap diruang
intensive care. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan pada pasien, antara lain :
a. Pernapasan
b. Irama Napas
c. Suara napas tambahan
d. Sesak napas
e. Batuk, sputum
f. Alat bantu napas
1. Kardiovascular
a. Irama jantung
b. Akral
c. Perdarahan
d. Tekanan darah, MAP, suhu
2. Persyarafan
a. GCS
b. Kesadaran
c. ICP
d. Tanda-tanda peningkatan TIK
e. Konjunctiva
f. Lain-lain
3. Perkemihan
a. Kebersihan area genetalia
b. Jumlah cairan masuk
c. BAK
d. Produksi urine
4. Pencernaan
a. Nafsu makan
b. NGT
c. Porsi makan
d. Minum
e. Mulut
f. Mual, muntah
g. BAB
h. Lain-lain
5. Musculoskeletal/integument
a. Kemampuan pergerakan sendi
b. Warna kulit
c. Oedema
d. Decubitus dengan Norton Scale
Kondisi fisik 1. Sangat buruk 2. Buruk 3. Cukup 4. Baik
BAB IV
DOKUMENTASI
Kendari , 2019
Kepala Rumah Sakit
34
DAFTAR PUSTAKA
1) Lucas County Emergency Medical Services. Tab 600: pre hospital patient assessment.
Ohio Toledo; 2010
2) Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessment policy; 2009
3) Patient assessment definitions.
4) San Mateo County EMS Agency. Patient assessment, routine medical care,
primaryand secondary survey; 2009
5) Denver Paramedic Division. Pre-hospital protocols; 2012
6) Malnutrition Advisory Group: a Standing Commitees of BAPEN. Malnutrition
Universal Screening Tool (MUST); 2010
7) Sizewise Understanding fall risk, prevention, and protection. USA: Kansas
8) Sentara Williamsburg Community Hospital Pain assessment and management policy:
2006
9) National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Centre. Pain intensity
instrument: numeric rating scale; 2003
10) Pain management. (diakses tanggal 23 Februari 2012).
11) Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakkovich P, Nursing assessment, plan of care, and
patient education: the foundation of patient care USA: HCPro, Inc; 2006
12) Yudiyanta, dkk, Assessment Nyeri,CDK-266/ vol.42 no.3,2015
35
36