Anda di halaman 1dari 6

Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

Simulasi Double Buck Boost Converter DC-DC Bidirectional


Menggunakan PID Controller
Hermansyah 1), Soedibyo 2), Mochamad Ashari 3)
Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Email: anchaogi.hp@gmail.com

Abstrak
Pada paper ini akan dipaparkan sebuah rancangan DoubleBoost dan Double Buck Converter DC-DC
Bidirectional yang mempunyai kemampuan menggandakan tegangan dua kali berturut turut dan dari arah
sebaliknya mampu menurunkan tegangan dua kali berturut turut dimana tegangan pada sisi output dapat
dipertahankan pada nilai tertentu walaupun tegangan baterai pada sisi input mengalami perubahan.Sistem kontrol
yang digunakan adalah PID controller (Proportional, Integrator, Diverative) yang berfungsi mempertahankan
tegangan pada sisi output.Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap double boost dan double buck.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa sistem kendali yang diajukan mampu mempertahankan tegangan keluaran
dengan sangat baik dan konsisten. Variasi perubahan yang dilakukan meliputi: pada mode double boost,
tegangan output dipertahankan pada kisaran 99.9 sampai 100 volt DC dengan perubahan tegangan input yang
turun berturut-turut 24 sampai 16 Volt DC. Sedangkan untuk mode double buck, tegangan output dipertahankan
pada kisaran 2,9 sampai 3 volt DC dengan perubahan tegangan input yang mengalami penurunan berturut-turut
100 sampai 60 volt DC.
Kata Kunci: Konverter DC-DC, Double Boost, Double Buck, Bidirectional, PID Controller

A. Latar Belakang Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka


Padaera modern ini hampir semua sistem pada penelitian ini akan merancang sebuah alat
perangkat elektronik membutuhkan catu daya konversi tegangan DC yaitu Double Buck Boost
DC.Catu daya DC banyak digunakan pada sistem Converter DC-DC Bidirectional yang disertai
elektronika yang bertegangan rendah hingga sistem dengan sistem kontrolnya yang berfungsi untuk
kelistrikan bertegangan tinggi, termasuk untuk mempertahankan tegangan pada sisi output
kendaraan listrik, penjejak daya maksimum (MPPT), (konstan) walaupun tegangan imputnya mengalami
inverterpada Distributed Generation [1-4]. Oleh penurunan. Sistem kontrol yang akan diterapkan
karena itu penggunaan sistem catu daya DC pada converter tersebut adalah PID kontroler,
memerlukan sistem yang mampu mengkonversikan dimana PID kontroler memiliki kemampuan dan
tegangan DC dari suatu tingkat tegangan DC ke respon yang cepat untuk mengontrol kinerja dari
dalam bentuk tingkat tegangan DC yang lain. Ada suatu konverter DC-DC.
berbagai jenis desain konversi tegangan DC yang
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Jenis- B. Dasar Teori Boost Converter DC-DC
jenis alat konversi energi tersebut meliputi boost Dalam beberapa tahun terakhir, sistem
converter, buck converter, buck boost converter atau penyimpanan energi menggunakan baterai telah
pengembangan dari buck boost yaitu double buck banyak diteliti dan dikembangkan untuk sistem
boost converter DC-DC bidirectional dan lain-lain energi terbarukan. Untuk memaksimalkan energi
[5]. yang tersimpan pada baterai tentu harus didukung
Pada hakikatnya, terdapat berbagai macam dengan sistem transmisi energi dari baterai ke beban.
sumber tegangan DC yang dapat dikonversikan oleh Rangakain dasar dari boost konverter dapat
berbagai macam konverter DC-DC ke dalam tingkat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Konverter jenis ini
tegangan yang lain. Salah satu sumber tegangan mempunyai kemampuan menghasilkan tegangan
yang dimaksud adalah adalah baterai. Namun dalam output yang lebih besar daripada tegangan
penggunaan baterai sering menemui kendala yang sumbernya.
sangat fatal bila diabaikan. Kendala yang di maksud
adalah bagaimana mempertahankan tegangan pada
sisi output konverter jika tegangan pada baterai
mengalami penurunan. Untuk mendapatkan
tegangan yang konstan dari baterai maka perlu
menggunakan sebuah alat konversi energi yang
mampu mempertahankan tegangan outputnya
walaupun tegangan pada sisi sumbernya mengalami Gambar.1 Rangkaian Boost Konverter
penurunan tegangan [5]-[6]
Konverter tipe boost mempunyai perisip kerja
sebagai berikut:
B-1
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

(6)
1. Pada saat saklar dalam posisi on induktor
akan terisi arus.
2. Pada saat saklar dalam posisi off, arus pada Dari persamaan yang sebelumnya, dapat kita
induktor akan dikosongkan. diketahui bahwa, ton + toff = T dan toff = (1–k)T maka
persamaan (6) bisa diubah menjadi:
Induktor akan terhubung singkat dengan
tegangan sumber jika saklar dalam posisi on. Hal
tersebut disebabkan karena semua arus akan (7)
mengalir ke sisi negative melalu saklar elektronik,
dan oleh sebab itu maka arus yang mengalir menuju Persamaan (7) di atas merupakan persamaan
beban R dapat kita abaikan. Persamaan tegangan yang dapat kita gunakan untuk menghitung duty
pada gambar.1 di atas dapat dituliskan sebagai cycle dan tegangan pada sisi input konverter. Dalam
berikut. persamaan tersebut tidak terdapat adanya parameter
frekuensi pensaklaran dan parameter induktor.
(1) Namun dalam hal ini, riak gelombang pada sisi
output sangat dipengaruhi oleh induktor dan
frekuensi pensaklaran. Nilai induktansi sangat
Penyebut dt pada persamaan (1) dapat diganti berhubungan dengan riak arus, sedangkan
menjadi ton seperti persamaan (2) dibawah ini kapasitansi dapat mempengaruhi riak tegangan.
apabila linier. Berikut ini adalah persamaan hubungan antara
induktor dan riak arus:
(2)
(8)
Berdasarkan persamaan (2) di atas maka dapat di
ubah kedalam bentuk persamaan dalam bentuk lain, Jika nilai dari riak arus ∆I dapat kita tentukan
yaitu: terlebih dahulu, maka nilai induktor L dapat kita
peroleh. Perhitungan nilai kapasitor pada rangkaian
L∆I = Vs (3) boost konverter dapat kita lakukan dengan cara yang
sama dengan konverter jenis buck. Caranya adalah
Tegangan input akan menjadi seri dengan induktor L dengan menggunakan perhitungan penurun tegangan
dan beban R apabila saklar dalam posisi padam atau kapasitor, maka diperoleh hubungan seperti
off. Pada kondisi ini induktor akan berubah menjadi persamaan dibawah ini: [6]-[8]
mode pengosongan arus yang sebelumnya berada
dalam mode pengisian arus. Dan induktor akan (9)
berubah fungsi menjadi sumber arus atau sumber
tegangan. Sehingga beban dalam hal ini adalah
resistor R akan disuplay dari dua sumber yang C. Dasar Teori Buck Converter DC-DC
terhubung seri, yaitu sumber tegangan VL dan Vs. Konverter buck adalah jenis konverter yang
Dengan demikian tegangan output pada konverter berfungsi untuk menurungkan tegangan pada sisi
boost akan menjadi lebih tinggi dari tegangan input output, yakni tegangan output yang dihasilkan lebih
dari konverter tersebut. Rentang waktu saat saklar kecil jika dibandingkan dengan tegangan pada sisi
padam adalah toff sehingga persamaan t input. Berikut ini adalah gambar rangkaian dasar
eganganyang digunakan dapat diubah menjadi: dari sebuah buck konverter :

(4)

Jika persamaan (3) disubtitusikan dengan persamaan


(4) maka dapat dihasilkan:

(5) Gambar.2 Rangkaian Buck Konverter

Prinsip kerja dari konverter jenis buck dapat


dibagi menjadi dua mode, yaitu

B-2
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

1. Mode pada saat saklar dalam keadaan on.


Kondisi ini disebut dengan periode (14)
pengisian arus. Dalam hal ini, arus akan
mengalir dari sumber Vs melewat induktor
L dan menuju ke beban R. Nilai arus akan
naik secara perlahan hingga mencapai titik (15)
maksimalnya.
2. Mode 2 pada saat saklar dalam posisi
padam atau off. Akibat dari adanya aliran (16)
arus pengosongan dari induktor maka diode
akan konduksi. Arus akan mengalir dari
Pada saat mode 1 Tegangan sumber adalah
induktor ke beban kemudian dilanjutkan ke
penjumlahan dari seluruh tegangan yang ada pada
diode dan akan kembali lagi ke induktor.
sisi beban. Hal tersebut sesuai dengan hukum
Arus tersebut akan membentuk kurva linier
kirchoff. Sehingga bisa dituliskan dalam persamaan
yang menurun. Hal tersebut disebabkan
berikut ini:
karena arus yang mengalir merupakan arus
pengosongan induktor. Penurunan arus
akan berlanjut sampai saklar dinyalakan (17)
kembali pada siklus berikutnya [5]-[8].
Berikut ini adalah gambar rangkaian dari dua Bangkitnya tegangan pada induktor V L
mode yang dijelaskan di atas. diakibatkan oleh arus yang mengalir pada induktor
tersebut. Hal tersebut dapat dituliskan kedalam
bentuk persamaan dibawah ini:

(18)

Gambar.3 Rangkaian eqivalen saat Q konduksi (19)

Berdasarkan pada Gambar.4 kondisi saklar Q


sedang off. Diode Dm akan konduksi apabila
induktor berubah menjadi sebuah sumber arus atau
sumber tegangan. Dan hal tersebut menyebabkan
tegangan pada sisi sumber Vs akan terpisah dengan
sisi induktor dan beban. Sehingga persamaannya
adalah:
Gambar.4 Saat Q tidak konduksi
(20)
Berikuta ini adalah persamaan ketika saklar Q
konduksi (on) dan ketika saklar Q padam (off) [3].
Saat Q konduksi: Dan kondisi pada mode 2 dapat dituliskan seperti
(10) persamaan berikut ini:

(21)
(11)
Persamaan yang ada pada mode 1 dan mode 2 dapat
kita subtitusikan:
Saat Q padam:
Mode 1. (22)
(12)

Mode 2. (23)
(13)
Dari kedua persaaan di atas maka dapat kita
Pola penyalaannya dapat dituliskan seperti peroleh hasil subtitusinya yaitu sebagai berikut:
persamaan berikut ini:
Duty cycle (k) = rasio antara interval waktu (t) saat
Q on dan periode sistem.
B-3
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

(24)
(32)

(25) D. PID Controller


Dalam pengendali PID terdapat beberapa
parameter yang harus diatur untuk mendapatkan
respon keluaran yang lebih baik. Parameter-
(26) parameter yang dimaksud adalah parameter
proportional (Kp), integral (1/s K1) dan derivative (
Tegangan pada sisi output dari rangkaian buck SKD, KP , KI dan KD ). Beberapa parameter di atas
converter adalah proporsional terhadap tegangan memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing untuk
pada sisi input dan duty cycle (k) dimana duty sycle mengontrol suatu plant [10].
mempunyai nilai 0 s/d 100%. Parameter proportional (Kp) berfungsi untuk
Apabila kita menginginkan kualitas tegangan mengurangi rise time dan steady state error.
yang lebih baik maka bisa didapatkan dengan cara Parameter integral berfungsi untuk menghilangkan
memasan kapasitor yang terhubung paralel dengan steady state error pada suatu plant. Jika kedua
beban. Sedangkan untuk mendapatkan nilai induktor pengendali di atas P dan I digabung maka akan
maka bisa dihitung saat kondisi saklar dalam menghasilkan pengendali PI tetapi memiliki akibat
keadaan konduksi maupun sedang dalam keadaan yaitu respon transient akan bertambah buruk. Untuk
padam seperti yang ditunjukkan pada persamaan memperbaiki kekurangan dari pengendali PI maka
berikut ini: ditambahkan pengendali diverative (D) yang
berfungsi untuk menyempurnakan kekurangan dari
(27) pengendali PI. Gabungan dari P, I dan D disebut
dengan pengendali PID yang mampu meningkaatkan
kestabilan suatu sistem mengurangi overshoot dan
Dari subtitusi persamaan diatas maka akan settling time pada suatu plant [11].
diperoleh nilai induktasi yang diberikan pada Berikut ini adalah persamaan-persamaan yang
persamaan berikut ini: digunakan untuk menentukan nilai dari parameter
proportional, integral dan direvative:
(28)
 Hubungan Input dan Output
 det  
t
Sedangkan untuk menghitung suatu nilai
u t   K p et    et  dt   d
1
kapasitor C pada rangkaian buck konverter terlebih 
dahulu harus menentukan batas dari besaran riak  i 0 dt  (30)
tegangan, yaitu tidak lebih besar dari ∆V dimana
riak tegangan keluaran adalah:
 Transformasi Laplace
(29)
 
U s   K p  1    d s  E s 
1 (31)
  i s 
Berdasarkan pada periode saklar pada saat
kondisi padam, atau pada saat kapasitor dalam  Fungsi Alih
kondisi pengosongan toff maka nilai kapasitor dapat
kita hitung. Dimana toff = (1–k)T maka dapat
diperoleh persamaan riak tegangan keluaran seperti U s   1  (32)
 K p 1  d s 
persamaan berikut ini: E s   is 

(30)  Model Matematika Diagram Blok


 1 
E(s) Kp
 1 τ s  τd s 
 U(s)(33)
Dari persamaan-persamaan di atas maka dapat  i 
diperoleh nilai sebuah kapasitor dengan riak
tegangan keluaran yang berbeban R dan tidak lebih Dimana,
dari diberikan pada persamaan berikut ini [6]-[9] Kp : penguatan proporsional,
: waktu integral,

(31) : waktu differensial

B-4
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

Persamaan diatas merupakan persamaan yang


berfungsi untuk menentukan parameter dari P,I dan
D. Persamaan tersebut akan diubah kedalam bentuk
bahasa pemrograman C yang selanjutnya dituangkan
kedalam C blok yang terdapat pada PSIM.
Parameter PID yang digunakan pada simulasi ini
adalah sebagai berikut:

kp=1, = 233,3 dan =0.0000015

E. Desain dan Hasil Simulasi Double Buck


Boost Converter DC-DC Bidirectional
Pada penelitian ini, penulis akan memaparkan Gambar 7. Desain Double buck converter DC- DC
desain dan hasil simulasi dari suatu modivikasi buck bidirectional menggunakan PID Controloler
boost converter menjadi double boost converter DC-
DC bidirectional yang tegangan outputnya dapat
dipertahankan (konstan) walaupun tegangan pada
batrai atau imput mengalami penurunan (tidak
konstan) dan akan dikendalikan dengan
menggunakan sistem kendali PID yang berfungsi
untuk mengatur duty cycle mosfet hingga akhirnya
tegangan output bisa dipertahankan. Secara visual,
konverter ini berbeda dengan konverter boost dan
konverter buck pada umumnya. Konverter ini
merupakan dua buah konverter boost dan buck yang
masing-masing terhubung seri dan dapat difungsikan
dari dua arah yang berbeda. Desain double boost dan
double buck converter DC-DC bidirectional dan
hasil simulasinya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini: Gambar 8. Hasil simulasi Double buck
converter DC-DC bidirectional menggunakan PID
Controler

Dengan diterapkannya kontrol PID pada


konverter ini maka dapat menghasilkan gelombang
yang lebih bagus dan stabil dengan overshot yang
lebih rendah, osilasi yang kecil, dan waktu
steadystate yang lebih cepat seperti yang
ditunjukkan pada gambar.6 dan gambar.8. Ketiga
parameter P,I dan D yang diberikan sangat
berpengaruh terhadap gelombang tegangan yang
dihasilkan. Dengan kata lain, jika parameter yang
digunakan tepat, maka respon gelombang yang
dihasilkan akan lebih baik.
Simulasi diatas menunjukkan kinerja dari
Gambar.5 Desain Double boost converter DC-DC double boost dan double buck converter dc-dc yang
bidirectional menggunakan PID Controloler dikendalikan oleh sistem kontrol PID. Berikut ini
adalah tabel rincian hasil dari simulasi yang telah
dilakukan:
Tabel 1. Hasil simulasi Double Boost
Converter DC-DC

Tegangan Input Tegangan


(VDC) Output (VDC)
Gambar 6. Hasil simulasi Double boost converter 24 100
DC-DC bidirectional menggunakan PID Controloler 22 100
20 100
18 99.9
16 99.9

B-5
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347

Gunawan. “Rancang Bangun DC-DC


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa walaupun Buck Converter dengan PID Diskrit Sebagai
tegangan pada sisi input mengalami perubahan, Pengendali Tegangan Keluaran” UI, 2009
tegangan pada sisi output akan tetap dipertahankan Ashari, Mochamad “Sistem Konverter DC”ITS
pada kisaran 100 Volt dengan toleransi 0.5 %. Pers, Surabaya 2012
W.E Robert “Fundamentals Power Electronics”
Tabel 2. Hasil simulasi Double Buck Cluwer Academic Publishers, New York 2001
Converter DC-DC W. C. Liao, T. J. Liang, H. H. Liang, H. K. Liao, S.
Yang, K.C. Juang, J. F. Chen “Study and
Tegangan Input Tegangan Implementation of a Novel Bidirectional DC-
(VDC) Output (VDC) DC Converter with High Conversion
100 3 Ratio”IEEE 2011
90 3 J.L Tsorng, H.L Hsiu, M.C Shih, FC Jian, SY Lung
80 3 “Analysis, Desaign and Implementation of a
70 3 bidirectional double-boost DC-DC converter”
60 2.9 IEEEAOTC, GREERC 2014.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa walaupun Ali Muhammad, “ Pembelajaran Perancangan
tegangan pada sisi input mengalami perubahan, Sistem Kontrol PID dengan Software Matlab”
tegangan pada sisi output akan tetap dipertahankan Jurnal Edukasi@Elektro, Vol.1, No.1 Oktober
pada kisaran 3 Volt dengan toleransi 0.5 %. 2004.
Setiawan Iwan, “Konrol PID Untuk Proses
Industri” Elex media Kompotindo” 2008.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi maka dapat
disimpulkan bahwa tegangan keluaran pada sisi
output konverter Double Buck Boost DC-DC
bidirectional dapat dipertahankan relatif konstan
dengan menggunakan sistem kontrol PID meskipun
tegangan pada sisi input (baterai) mengalami
perubahan. Dengan demikian sistem kontrol PID
sangat cocok untuk diimplementasikan pada plant
yang membutuhkan tegangan yang konstan namun
mempunyai sumber tegangan yang tidak konstan.
Konverter Double Buck Boost DC-DC bidirectional
mempunyai efisiensi yang lebih bagus jika
dibandingkan dengan konverter boost dan buck pada
umumnya.

G. Daftar Pustaka
B Suprianto, MAshari, MHPurnomo, MPujiantara,
HSAtmojo, Uniform current distribution
control using fuzzy logic for parallel connected
non identic DC-DC converters, Innovative
Computing, Information and Control, 2007.
ICICIC'07, Kumamoto - Japan, 2007.
B Sujanarko,MAshari,MHPurnomo, Universal
Algorithm Control for Asymmetric Cascaded
Multilevel Inverter, International Journal of
Computer Applications (0975–8887) 8 (15),
2010.
CV Nayar,MAshari, Phase Power Balancing of a
diesel generator using a bidirectional PWM
Inverter IEEE Power Engineering Review 19
(11), 46-46, 1999
R Syahputra,I Robandi,M Ashari, Reconfiguration
of distribution network with DG using fuzzy
multi-objective method, Innovation
Management and Technology Research
(ICIMTR), Malaysia, 2012

B-6

Anda mungkin juga menyukai