Anda di halaman 1dari 6

131

Perbaikan Profil Tegangan pada Feeder Harapan


Baru Lima (H5) Area Samarinda untuk
Pengurangan Susut Energi
Muslimin, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah

pada peralatan penyaluran daya listrik baik pada sistem


AbstrakPerbaikan profil tegangan untuk transmisi maupun pada sistem distribusi. Susut energi
pengurangan susut energi (losses) pada suatu sistem dalam sistem tenaga listrik tidak dapat dihindari. Salah
tenaga listrik dimaksudkan untuk meningkatkan satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi susut
performance dari sistem tersebut. Semakin baik profil energi (losses) adalah melakukan perbaikan profil
tegangan pada suatu sistem, maka susut energi (losses) tegangan [3]. Oleh karena itu tegangan pada sistem
yang terjadi pada sistem tersebut akan semakin kecil. distribusi perlu dijaga sehingga tetap pada batas-batas
Penelitian ini bertujuan untuk perbaikan profil tegangan
yang diizinkan 5% dari tegangan nominal sistem [4].
pada feeder H5 area Samarinda dalam upaya
pengurangan susut energi (losses). Perbaikan profil
Salah satu feeder pada sistem kelistrikan samarinda
tegangan ini menggunakan peralatan AVR, bank yang mengalami drop tegangan di luar batas-batas
capacitor, dan SVC. Metode Newton-Raphson digunkan yang diizinkan adalah feeder H5 yaitu sebesar 11%.
untuk analisis aliran daya dan metode Genetic Algorithm Feeder H5 merupakan Saluran Udara Tegangan
(GA) digunakan untuk menentukan lokasi pemasangan Menengah (SUTM) tipe radial dengan panjang saluran
dan kapasitas peralatan. Dari hasil analisis diperoleh 40 km. Feeder ini menyalurkan daya listrik di mulai
bahwa dengan pemasangan AVR, bank capacitor, dan dari GI Harapan Baru sampai ke beban atau konsumen
SVC drop tegangan dapat diberbaiki serta susut energi yang tersebar di area kota Samarinda, dengan jumlah
(losses) dapat dikurangi. gardu distribusi sebanyak 71.
Kata Kunciprofil teganga, susut energi, aliran daya.
II. METODE PERBAIKAN PROFIL TEGANGAN DAN
OPTIMASI PERALATAN
I. PENDAHULUAN
Pada penelitian ini perbaikan drop tegangan feeder
P ADA sistem tenaga listrik, sistem distribusi
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari
H5 dilakukan dengan pemasangan peralatan pengatur
tegangan yaitu Automatic Voltage Regulator (AVR),
sumber daya listrik besar (bulk power source) sampai bank capacitor, dan peralatan Flexible AC
ke beban atau konsumen. Sistem distribusi dibagi atas Transmission System (FACTS) yaitu Static VAR
dua bagian yaitu sistem distribusi primer dan sistem Compensator (SVC). Dengan pemasangan peralatan
distribusi sekunder. Kedua sistem distribusi ini tersebut diharapkan profil tegangan akan lebih baik
dibedakan atas tegangan kerjanya [1]. Sesuai dengan dan susut energi (losses) dapat berkurang [5].
Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN), tegangan Untuk mengoptimalkan penempatan dan kapasitas
kerja untuk sistem distribusi primer adalah 6 kV, 12 yang sesuai dengan sistem atau feeder H5, maka
kV, dan 20 kV, sedangkan tegangan kerja untuk sistem digunakan metode Genetic Algorithm (GA). Metode
distribusi sekunder adalah 220/380 Volt [2]. GA merupakan metode kecerdasan buatan yang
Meningkatnya usaha di bidang industri yang mampu menyelesaian optimasi dengan ruang lingkup
umumnya bersifat beban induktif, menyebabkan yang besar dan kompleks. Metode ini menirukan proses
kebutuhan daya reaktif induktif meningkat. evolusi alam, sehingga cocok digunakan untuk
Meningkatnya daya reaktif induktif pada suatu sistem menyelesaikan masalah optimasi yang didasari oleh
mengakibatkan terjadinya drop tegangan. Terjadinya seleksi alam seperti pencarian lokasi, rute, dan jalur
drop tegangan pada penyaluran daya listrik akan yang optimum [6].
berpengaruh terhadap besarnya susut energi (losses). Sebelum melakukan optimasi lokasi penempatan
Susut energi juga dipengaruhi oleh besarnya impedansi dan kapasitas peralatan, terlebih dahulu dilakukan
analisis aliran daya dengan menggunakan metode
Muslimin, mahasiswa Program Magister Jurusan Teknik Elektro,
Newton-Raphson. Analisis aliran daya dilakukan untuk
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia dan dosen di mengetahui besar tegangan, sudut fasa tegangan, daya
Universitas Mulawarman Samarinda (e-mail: musculi@mail.com). aktif (P), daya reaktif (Q), rugi daya aktif (Ploss), dan
Hadi Suyono, dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, rugi daya reaktif (Qloss) pada masing-masing bus
Malang, Indonesia (Telp.0341-554166; e-mail: hadis@ub.ac.id).
Rini Nur Hasanah, dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya,
sebelum pemasangan peralatan. Setelah semua nilai
Malang, Indonesia (Telp.0341-554166; rini.hasanah@ub.ac.id). parameter diketahui, selanjutnya dilakukan optimasi

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013


132

lokasi penempatan dan kapasitas peralatan untuk = IL(RLcos+XLsin) merupakan rangkaian tertutup
mengetahui lokasi penempatan yang optimal dan sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan (1).
kapasitas yang sesuai dengan sistem atau feeder H5.
Setelah diketahui lokasi penempatan yang optimal dan Vreg

kapasitas peralatan yang sesuai, selanjutnya dilakukan ILXL


VVRR
kembali analisis aliran daya untuk mengetahui besar IL
ILRL

tegangan, sudut fasa tegangan, daya aktif (P), daya


reaktif (Q), rugi daya aktif (Ploss), dan rugi daya reaktif Gambar 2. Diagram fasor kompensator drop tegangan
(Qloss) pada masing-masing bus setelah pemasangan
peralatan. Diagram alir metodologi penelitian seperti VVRR Vreg VLDC (1)
pada Gambar 1. Persamaan (1), dapat dinyatakan bahwa besarnya VVRR
tergantung pada besarnya nilai Vreg dan VLDC. Besarnya
Mulai
nilai Vreg diatur oleh transformator tegangan dan
besarnya nilai VLDC diatur melalui pengaturan besarnya
Menngumpulkan
data sistem
resistansi dan reaktansi pada Line Drop Compensation
(LDC), dengan menggunakan persamaan (2) dan
Analisis Load Flow
dengan Metode persamaan (3).
Newton-Raphson

R set
CTP
R eff (2)
Optimasi Lokasi & Kapasitas
AVR, Bank Capacitor, dan SVC PTN
dengan Metode GA

Penempatan AVR, Capasitor


X set
CTP
X eff (3)
Bank, dan SVC PTN

Analisis Load Flow dengan


dengan:
Metode
Newton-Raphson Setelah Rset = Setting regulator untuk kompensasi resistif (V)
Pemasangan Peralatan
Xset = Setting regulator untuk kompensasi reaktif (V)
CTP = Nilai arus primer trafo arus (A)
Hasil Perbaikan Profil
Tegangan dan Minimalisasi
Losses
PTN = Perbandingan potensial primer dan sekunder
Tidak
trafo tegangan.
ya
Reff = Resistansi saluran dari regulator sampai
Selesai
regulator point ()
Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian Xeff = Reaktansi saluran dari regulator sampai titik
pusat beban ()
A. Perbaikan Profil Tegangan
2) Bank Capacitor
Perbaikan profil tegangan pada feeder H5 dalam
Bank capacitor digunakan secara luas pada sistem
upaya pengurangan susut energi (losses),
tenaga listrik untuk perbaikan faktor daya dan
menggunakan AVR, bank capacitor, dan SVC.
pengaturan profil tegangan. Pada saluran distribusi,
1) Automatic Voltage Regulator (AVR) bank capacitor digunakan untuk mengkompensasi
Automatic Voltage Regulator (AVR) pada saluran rugi-rugi I2.X dan memastikan tegangan terjaga pada
distribusi merupakan autotransformer, dimana lilitan levelnya. Beban yang bersifat induktif akan menyerap
primer dan sekunder dihubungkan menjadi satu. AVR daya reaktif, yang mengakibatkan drop tegangan di sisi
dilengkapi dengan peralatan pengubah sadapan yang penerima. Dengan pemasangan bank capacitor, beban
mengatur tegangan keluaran (step voltage regulator), akan mendapatkan suplai daya reaktif. Kompensasi
dan peralatan pengatur saklar pembalik (reversing yang dilakukan oleh bank capacitor, dapat mengurangi
switch) yang kerjanya diatur oleh sistem kontrol penyerapan daya reaktif sistem oleh beban. Dengan
otomatis (automatic control switch). Dengan demikian jatuh tegangan yang terjadi pada sistem dapat
dilengkapi peralatan-peralatan tersebut, tegangan dikurangi. Diagram fasor pemasangan bank capacitor
keluaran dapat diatur pada nilai yang tetap sesuai pada saluran distribusi seperti pada Gambar 3 [8].
dengan kemampuan sadapannya untuk nilai tegangan
input yang bervariasi, lebih tinggi ataupun lebih rendah
dari pada tegangan keluaran [7].
Pemasangan AVR pada saluran distribusi primer
berfungsi untuk memperbaiki tegangan yang bertitik
Gambar 3. Diagram fasor saluran distribusi setelah
pangkal pada tempat pemasangan AVR sampai pemasangan bank capacitor
perbaikan tegangan saluran kearah beban. Diagram
fasor kompensator drop tegangan pada saluran Pada Gambar 3 diketahui tegangan pada ujung
distribusi seperti pada Gambar 2 [8]. penerima Vr setelah pemasangan bank capacitor
Pada Gambar 2, terlihat bahwa VVRR, Vreg, dan VLDC seperti pada persamaan (4).

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013


133

P.X (Q Q ).X pemodelan SVC sebagai variable VAR sources seperti


Vr Vs j c (4) pada Gambar 3, kita dapat menetapkan batas
Vs Vs
dengan: maksimum dan minimum keluaran daya reaktif dari
P = Daya aktif (W) SVC (Qsvc). Penetapan batas tersebut masing-masing
Q = Daya reaktif (VAR) sesuai dengan susceptansi induktif (Bind) dan
QC = Daya reaktif kapasitif (VAR) susceptansi kapasitif (Bcap) yang tersedia, serta sesuai
VS = Tegangan pada sisi pengirim (V) dengan tegangan referensi (Vref). Batasan maksimum
Vr = Tegangan pada sisi penerima (V) dan minimum dapat ditulis seperti pada persamaan (5)
R = Resistansi saluran () dan persamaan (6) [11].
X = Reaktansi saluran () Q max Bind .Vref
2
(5)
Persamaan (4), terlihat bahwa dengan penambahan
Q max Bcap .Vref
2
(6)
bank capacitor ke dalam sistem, maka dapat
mengurangi konsumsi daya reaktif oleh beban, yang dimana:
1
pada akhirnya akan dapat memperbaiki nilai tegangan Bind (7)
di sisi penerima. XL
1
3) Static VAR Compensator (SVC) Bcap (8)
XC
Static VAR Compensator (SVC) merupakan dengan:
generator statis yang terhubung secara paralel dengan XL = reaktansi induktif ()
beban, dan memiliki output bervariasi untuk XC = reaktansi kapasitif ()
mengontrol parameter-parameter sistem tenaga listrik. Susceptansi (BSVC) dinyatakan sebagai fungsi dari
Istilah statis disini mengidentifikasikan bahwa SVC sudut penyalaan thyristor , seperti pada persamaan
tidak seperti kompensator singkron, dimana SVC tidak (9).
memiliki komponen bergerak atau berputar. SVC Bsvc Bcap Bind (9)
terdiri dari Thyristor Controller Reactor (TCR),
Thyristor Switched Capacitor (TSC), dan filter Daya reaktif yang dihasilkan oleh SVC dapat
harmonic. Filter harmonic berfungsi untuk mengatasi dihitung dengan menggunakan persamaan (10).
harmonisa yang dihasilkan oleh TCR [9]. Qsvc Vt2 .Bsvc (10)
Prinsip kerja dari static VAR Compensator (SVC) dengan:
adalah dengan mengatur sudut penyalaan thyristor. Vt = Tegangan terminal (V)
Sudut penyalaan thyristor akan mengatur keluaran
B. Aliran Daya (Load Flow)
daya reaktif dari SVC. Nilai tegangan sistem
Analisis aliran daya (load flow) adalah suatu analisis
merupakan input bagi pengendali yang kemudian akan
yang dilakukan untuk menghitung tegangan, arus, daya
mengatur sudut penyalaan thyristor. Dengan demikian
aktif, daya reaktif, dan faktor daya yang terdapat pada
SVC akan memberikan kompensasi daya reaktif sesuai
berbagai titik dalam suatu saluran tenaga listrik pada
dengan kebutuhan sistem [10].
keadaan operasi normal. Hal yang dapat diperoleh dari
Static VAR Compensator (SVC) dapat digunakan
analisis aliran daya adalah besar dan sudut fasa
untuk mempertahankan nilai tegangan pada suatu bus
tegangan setiap bus, daya aktif dan daya reaktif yang
yang terhubung dengan SVC, dengan nilai yang
mengalir dalam setiap saluran. Selain itu, analisis
dikehendaki selama variasi beban, dengan cara
aliran daya (load flow) sangat dibutuhkan untuk
menyerap dan menginjeksi daya reaktif melalui kontrol
mengevaluasi unjuk kerja dari sistem tenaga listrik,
sudut penyalaan (firing angle) thyristor. Salah satu
mendapatkan informasi mengenai beban saluran
model SVC adalah model total susceptansi seperti pada
distribusi, rugi-rugi saluran, dan menganalisis kondisi
gambar 4 [11].
pembangkitan dan pembebanan. Oleh sebab itu studi
aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta
pengembangan sistem di masa yang akan dating [12,
13].
Dengan menerapkan hukum kirchoff antara simpul
dalam sistem, maka diperoleh persamaan arus yang
mengalir menuju suatu bus dalam satu saluran seperti
Gambar 4. Model total susceptansi SVC
persamaan (11) [14].
I bus Ybus Vbus (11)
Pada model total susceptansi ini, SVC dilihat sebagai
sebuah reaktansi yang dapat diatur melalui perubahan atau:
n
susceptansi. Bsvc melambangkan nilai total susceptansi
dari SVC yang diperlukan untuk mempertahankan
Ip Y
q 1
pq Vq (12)

besar tegangan pada bus dengan nilai tertentu. Dalam dimana:

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013


134

p = 1, 2, 3, 4, . n, merupakan nomor bus. yang memiliki peran untuk menghitung nilai


Daya aktif dan daya reaktif pada bus p dinyatakan sebuah kromosom. Nilai fitness dari kromosom-
seperti persamaan (13). kromosom bermanfaat untuk proses selanjutnya,
Pp jQp Vp* Ip (13) yaitu sebagai perbandingan besarnya masing-
dengan: masing fungsi objektif pada setiap kromosom.
Ip = Arus pada bus p (V) 3) Seleksi
Vp = Tegangan pada bus p (V) Proses seleksi adalah proses pemilihan calon induk
Pp = Daya aktif pada bus p (W) yang akan diproses pada proses berikutnya yaitu
Qp = Daya reaktif pada bus p (VAR) kawin silang dan mutasi. Proses pemilihan ini
Metode Newton-Raphson menggunakan sejumlah didasarkan pada fungsi objektif tiap kromosom yang
persamaan nonlinier untuk menyatakan daya aktif dan diranking atau diurutkan berdasarkan besar
daya reaktif sebagai fungsi dari besar dan sudut fasa nilainya, dan kemudian urutan tersebut menjadi
tegangan. Daya aktif dan daya reaktif pada bus p indeks bagi kromosom yang bersangkutan.
dinyatakan dengan persamaan (14) dan Persamaan 4) Kawin Silang
(15). Proses kawin silang adalah proses menyilangkan

V G
n atau menukarkan gen dari dua kromosom induk
Pp Vp q pqcos pq Bpq sin pq (14) hasil seleksi. Pada kawin silang tidak semua gen
q 1
dari dua kromosom induk saling ditukarkan,

V G
n
melainkan dimulai dari gen yang terpilih (nilainya
Qp Vp q pqsin pq Bpq cos pq (15)
q 1
telah ditentukan sebelumnya), sehingga akan
Daya yang mengalir dari bus p ke bus q diperoleh terbentuk dua kromosom induk baru yang terpilih
dengan menggunkan persamaan (16), dan daya yang untuk proses pada kawin silang. Fungsi kawin
mengalir dari bus q ke bus p diperoleh dengan silang yaitu menghasilkan kromosom anak dari
menggunakan persamaan (17). kombinasi gen dua kromosom induk.
5) Mutasi
Spq Ppq jQpq Vp .I*pq (16)
Proses mutasi tidak memandang kromosom,
Sqp Pqp jQqp Vq .I*qp (17) melainkan gen-gen dalam kromosom. Probabilitas
dengan: mutasi akan menentukan gen-gen dari suatu
Ppq = Daya aktif pada saluran dari bus p ke bus q (W) populasi yang akan mengalami proses mutasi.
Qpq = Daya reaktif pada saluran dari bus p ke bus q Mutasi adalah proses mengganti nilai gen
(VAR) sebelumnya dengan nilai baru yang ditentukan
Pqp = Daya aktif pada saluran dari bus q ke bus p (W) secara acak (random) dengan range yang ditentukan
Qqp = Daya reaktif pada saluran dari bus q ke bus p sebelumnya.
(VAR) 6) Reinsertion (Reins)
Spq = Daya yang mengalir dari bus p ke bus q (VA) Setelah mengalami proses mutasi, akan diperoleh
Sqp = Daya yang mengalir dari bus q ke bus p (VA) beberapa kromosom yang mengalami perubanan
Rugi-rugi daya pada saluran p-q merupakan jumlah nilai fitness-nya. Kromosom-kromosom tersebut
aljabar dari persamaan (16) dan persamaan (17), akan digabung dengan kromosom-kromosom lama
sehingga persamaan rugi-rugi daya pada saluran p-q yang tidak mengalami kawin silang dan mutasi,
seperti persamaan (18). maka digunakan proses yang dinamakan reinsertion
SLpq Spq Sqp (18) atau reins. Pada proses reins, seluruh kromosom
akan dihitung kembali nilai objektifnya dan
C. Algoritma Genetik
kromosom yang telah menjadi induk baru disisipkan
Proses dalam algoritma genetik secara bertahap lagi kedalam populasi lama sehingga jumlah
dijelaskan sebagai berikut [6]: populasinya tetap.
1) Pengkodean
Pengkodean merupakan langkah awal yang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dalam menggunakan optimasi Genetic
Data yang digunakan dalam analisis aliran daya dan
Algorithm (GA), yaitu pengkodean atau representasi
optimasi lokasi penempatan dan kapasitas peralatan
permasalahan yang akan dioptimasi. Pengkodean
adalah data sistem existing feeder H5.
yang lazim digunakan adalah kode bilangan biner,
bilangan riel, dan huruf. Pengkodean tersebut 1) Hasil Optimasi Lokasi Penempatan dan Kapasitas
diwujudkan dalam gen-gen yang membentuk Peralatan
kromosom. Setiap elemen atau gen dalam Optimasi lokasi penempatan dan kapasitas peralatan
kromosom merupakan variabel string. untuk perbaikan profil tegangan pada feeder H5
2) Fungsi Fitness menggunakan dua parameter yaitu lokasi dan kapasitas
Fungsi objektif adalah sebuah persamaam fungsi peralatan, sehingga gen dalam kromosom berisi dua

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013


135

nilai. Nilai pertama merupakan variabel lokasi


penempatan peralatan, dikodekan dalam bentuk
bilangan biner (0 dan 1). Nilai 0 mengidentifikasikan
bus tidak dipasang peralatan dan nilai 1
mengidentifikasikan bus lokasi pemasangan peralatan.
Nilai kedua merupakan variabel kapasitas peralatan,
Gambar 7. Profil tegangan sebelum dan setelah pemasangan
dikodekan dalam bentuk bilangan real (fload encoding) peralatan pada beban minimum
antara -1 sampai 1. Nilai peralatan yang sebenarnya
Dari Gambar 5 perbandingan tegangan sebelum dan
diperoleh setelah proses decoding. Kapasitas peralatan
setelah pemasangan peralatan pada beban maksimum,
yang akan digunakan dalam optimasi ini bekerja
terlihat bahwa dengan pemasangan AVR kenaikan
dengan range nilai -100 MVAR sampai 100 MVAR.
tegangan bertitik pangkal pada bus pemasangan AVR
Jumlah gen yang digunakan dalam tiap kromosom
sampai perbaikan tegangan saluran kearah beban.
adalah 74 sesuai dengan jumlah bus pada sistem. Nilai
Dengan pengurangan drop tegangan pada ujung
gen tersebut diuji keandalannya, apakah kromosom
saluran bus 74 sebesar 5%. Dengan pemasangan bank
mampu memperbaiki profil tegangan atau tidak.
capacitor kenaikan tegangan terjadi pada keseluruhan
Pengujian nilai gen dalam kromosom dilakukan pada
bus dalam sistem kecuali bus 1. Dengan pengurangan
fungsi objektif. Fungsi objektif yang digunakan adalah
drop tegangan pada ujung saluran bus 74 sebesar 4%.
rugi-rugi daya seperti persamaan (19).
Sedangkan dengan pemasangan SVC kenaikan
V V Y (19)
n n
Min F S
loss
p 1 q 1(q p)
p q pq pq q p tegangan juga terjadi pada keseluruhan bus dalam
sistem kecuali bus 1. Dengan pengurangan drop
Batas yang digunakan adalah batas toleransi
tegangan pada ujung saluran bus 74 sebesar 6%.
tegangan, yaitu Vmin p Vmax ; dimna: p = 1,2,3,n
Dari Gambar 6 perbandingan tegangan sebelum dan
merupakan nomor bus, Vmin = 0.95 dan Vmax = 1.05.
setelah pemasangan peralatan pada beban rata-rata,
Ukuran populasi yang digunakan adalah 40, dengan
terlihat bahwa dengan pemasangan AVR kenaikan
probabilitas kawin adalah 0.90, probabilitas mutasi
tegangan bertitik pangkal pada bus pemasangan AVR
adalah 0.005, dan maksimum generasi adalah 100.
sampai perbaikan tegangan saluran kearah beban.
Solusi optimasi diperoleh dari sejumlah solusi dengan
Dengan pengurangan drop tegangan pada ujung
cara proses random, melalui proses seleksi, kawin saluran bus 74 sebesar 4%. Dengan pemasangan bank
silang, dan mutasi. Berdasarkan parameter tersebut
capacitor kenaikan tegangan terjadi pada keseluruhan
maka diperoleh hasil optimasi lokasi penempatan dan bus kecuali bus 1. Dengan pengurangan drop tegangan
kapasitas peralatan yaitu peralatan di tempatkan pada
pada ujung saluran bus 74 sebesar 3%. Sedangkan
bus 33 dengan kapasitas sebesar 1.6 MVA.
dengan pemasangan SVC juga terjadi perbaikan
2) Perbandingan Tegangan Sebelum dan Setelah
tegangan pada keseluruhan bus kecuali bus 1. Dengan
Pemasangan Peralatan pengurangan drop tegangan pada ujung saluran bus 74
Dari hasil analisis aliran daya sebelum dan setelah
sebesar 3%.
pemasangan peralatan, maka diperoleh perbandingan Dari Gambar 7 perbandingan tegangan sebelum dan
tegangan pada masing-masing bus sebelum dan setelah setelah pemasangan peralatan pada beban minimum,
pemasangan peralatan, seperti pada Gambar 5 untuk
terlihat bahwa dengan pemasangan AVR kenaikan
beban maksimum, Gambar 6 untuk beban rata-rata,
tegangan bertitik pangkal pada bus pemasangan AVR
dan Gambar 7 untuk beban minimum.
sampai perbaikan tegangan saluran kearah beban.
Dengan pengurangan drop tegangan pada ujung
saluran bus 74 sebesar 5%. Dengan pemasangan bank
capacitor kenaikan tegangan terjadi pada keseluruhan
bus kecuali bus 1. Dengan pengurangan drop tegangan
pada ujung saluran bus 74 sebesar 2%. Sedangkan
Gambar 5. Profil tegangan sebelum dan setelah pemasangan dengan pemasangan SVC tengan sama dengan sebelum
peralatan pada beban maksimum pemasangan peralatan.
3) Perbandingan Total Losses Sebelum dan Setelah
Pemasangan Peralatan.
Dari hasil analisis aliran daya sebelum dan setelah
pemasangan peralatan, maka diperoleh perbandingan
total losses sebelum dan setelah pemasangan peralatan,
seperti pada Tabel 1 untuk beban maksimum, Tabel 2
Gambar 6. Profil tegangan sebelum dan setelah pemasangan untuk beban rata-rata, dan Tabel 3 untuk beban
peralatan pada beban rata-rata minimum.

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013


136

TABEL I sebagai berikut:


TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN
PADA BEBAN MAKSIMUM
1. Dari hasil analisis aliran daya sebelum pemasangan
Bank
peralatan pada beban maksimum, bus yang
Total Losses Sebelum AVR SVC mengalami drop tegangan diluar batas-batas yang
Capacitor
Daya Aktif 0.335931 0.333155 0.289220 0.291378 diizinkan terjadi pada bus 32 sampai bus 74, pada
Daya Reaktif 0.730223 0.732598 0.619914 0.618649
beban rata-rata terjadi pada bus 55 sampai bus 74,
sedangkan pada beban minimum keseluruhan bus
Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR tidak mengalami drop tegangan diluar batas-batas
yang diizinkan.
TABEL II
TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN 2. Dari hasil optimasi lokasi penempatan dan
PADA BEBAN RATA-RATA kapasitas peralatan yang sesuai dengan sistem atau
Bank feeder H5, diperoleh lokasi penempatan peralatan
Total Losses Sebelum AVR SVC
Capacitor pada bus 33 dengan kapasitas peralatan sebesar 1.6
Daya Aktif 0.191947 0.051809 0.167696 0.168528 MVAR.
Daya Reaktif 0.418039 0.419422 0.358572 0.359431 3. Dari hasil analisis aliran daya setelah pemasangan
peralatan, baik pada beban maksimum, beban rata-
Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR
rata, maupun beban minimum, terlihat bahwa bus-
TABEL III bus yang mengalami drop tegangan diluar batas-
TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN batas yang diizinkan, dapat diperbaiki dengan
PADA BEBAN MINIMUM
pemasangan AVR, bank capacitor, dan SVC.
Bank 4. Dari hasil analisis aliran daya setelah pemasangan
Total Losses Sebelum AVR SVC
Capacitor
peralatan, pada beban maksimum dan beban rata-
Daya Aktif 0.052366 0.051809 0.053739 0.051646
rata, terlihat bahwa total losses daya aktif dapat
Daya Reaktif 0.076252 0.076633 0.076340 0.075146 dikurangi dengan pemasangan, AVR, bank
Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR capacitor, dan SVC, sedangkan total losses daya
reaktif dapat dikurangi dengan pemasangan bank
Dari Tabel 1, terlihat bahwa dengan pemasangan capacitor dan SVC.
AVR, bank capacitor dan SVC berkurang, sedangkan 5. Dari hasil analisis penggunaan ketiga peralatan
total losses daya reaktif, terlihat bahwa dengan dalam perbaikan profil tegangan untuk
pengurangan susut energi (losses) feeder H5,
pemasangan AVR tidak berkurang, sedangkan dengan
terlihat bahwa penggunaan bank capacitor dan
pemasangan bank capacitor berkurang sebesar 2% dan
SVC lebih baik dibandingkan dengan AVR.
dengan pemasangan SVC berkurang sebesar 3%. Hal
ini disebabkan karena AVR dalam mengkompensasi DAFTAR PUSTAKA
drop tegangan tidak menginjeksi daya reaktif.
[1] Pansini, A.J. 2007. Electrical Distribution Engineering, Third
Dari Tabel 2, terlihat bahwa dengan pemasangan Edition, The Fairmont, Inc., Indian Trail.
AVR, bank capacitor, dan SVC total losses daya aktif [2] SPLN 1. 1978. Tegangan-Tegangan Standar Perusahaan Umum
Listrik Negara, PT. PLN (Persero), Jakarta.
berkurang. Sedangkan total losses daya reaktif, terlihat
[3] Marsudi, D. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik, Edisi Kedua,
bahwa dengan pemasangan AVR tidak berkurang, Graha Ilmu, Yogyakarta.
dengan pemasangan bank capacitor berkurang sebesar [4] SPLN 72. 1987. Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR), PT.
2% dan dengan pemasangan SVC berkurang sebesar PLN (Persero), Jakarta.
3%. Hal ini disebabkan karena AVR dalam [5] Gerbex, S.; R. Cherkaoui, and A.J. Germond. 2001. Optimal
mengkompensasi drop tegangan tidak menginjeksi Location of Multi-Type FACTS Devices in a Power System by
Means of Genetic Algorithms, IEEE Transactions on Power
daya reaktif. Systems, Vol 16, No. 3.
Dari Tabel 3, terlihat bahwa dengan pemasangan [6] Robandi, I. 2006. Desain Sistem Tenaga Modern, ANDI,
Yogyakarta.
AVR, bank capacitor, dan SVC total losses daya aktif
[7] Short, T.A. 2004. Electric Power Distribution Handbook, CRC
dan reaktif tidak berkurang. Hal ini disebabkan karena Press LLC, USA.
pada beban minimum drop tegangan masih dalam [8] Gonen, T. 1986. Electric Power Distribution System
Engineering, McGraw-Hill, Inc., USA.
batas-batas toleransi sehingga tidak berpengaruh [9] Kundur, P. 1994. Power System Stability and Control, McGraw-
terhadap pemasangan peralatan. Hill, Inc., USA.
[10] Padiyar, K.R. 2007. FACTS Controllers in Power Transmission
and Distribution, New Age International, Ltd., New Delhi.
IV. KESIMPULAN [11] Acha, E. 2002. Power Electronic Control in Electrical Systems,
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Newnes, London.
[12] Arrillaga, J. and C.P. Arnol. 1990. Computer Analysis of Power
perbaikan profil tegangan pada feeder H5 dengan Systems, John Wiley & Sons, Ltd., Chichester.
menggunakan peralatan pengatur tegangan AVR, bank [13] Grainger, J.J. and W.D. Stevenson, Jr. 1994. Power System
capacitor, dan SVC untuk pengurungan susut energi Analysis, McGraw-Hill, Inc., USA.
[14] Saadat, H. 1999. Power System Analysis, McGraw-Hill, Inc.,
(losses), maka dapat ditarik beberapa kesimpulan USA.

Jurnal EECCIS Vol. 7, No. 2, Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai