Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI KONSELING

Oleh Kelompok 1

NAMA KELOMPOK :

GALIH KRESNA YOGA A. (PTE-B/17050514040/2017)


MEGA SURYA AGUSTIN (PTE-B/17050514043/2017)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan literasi tentang psikologi
konseling dengan baik.

Literasi ini kami harapkan dapat memenuhi tugas dari bapak Zaini Sudarto, M.Kes selaku
dosen psikologi kami dengan hasil yang tidak mengecewakan karena kami telah berusaha
mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Kemudian tidak lupa ucapan terimakasih kepada
berbagai pihak khususnya kelompok 1 psikologi PTE-B 2017 selaku penyusun literasi, yang
telah bahu-membahu menyelesaikan literasi tentang Psikologi Konseling ini.

Namun tidak lupa kami hanyalah manusia, tiada yang sempurna maka kami ucapkan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas berbagai kekurangan dalam literasi ini. Mengingat
kami masih dalam tahap belajar sehingga diharapkan maklum dari pembaca dan juga menerima
kritik dan saran.

Semoga literasi tentang Psikologi Konseling ini bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat
menginspirasi.

Surabaya, Maret 2018

Penyusun
Daftar Isi
BAB 1

A. LATAR BELAKANG

Seorang konselor harus mampu melakukan konseling, hal ini dipelajari dalam psikologi,
yaitu psikologi konseling, yang merupakan cabang psikologi. Seorang konselor harus mampu
memahami psikologi konseling agar dapat mengerti dan menjadi acuan dalam melakukan
konseling. Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu phyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.

Konseling biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknai
sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. konseling sebagai
cabang dari psikologi merupakan praktik pemberian bantuan kepada individu.

B. TUJUAN

a. Mengetahui hakekat psikologi konseling


b. Mengetahui keterampilan-keterampilan dasar konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PSIKOLOGI KONSELING

Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu yaitu adanya interaksi
antara konselor dan klien dalam suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam
mencapai perubahan dan belajar membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas
keputusan yang ia ambil.
Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada
dasarnya memiliki pengertian spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam
lingkup ilmu dan profesinya. Diantara berbagai ilmu yang memiliki kedekatan hubungan
dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan konseling
merupakan aplikasi dari psikologi. Hal ini dapat dilihat terutama pada tujuan, teori yang
digunakan dan proses penyelenggaraannya. Dalam bab ini akan membahas mengenai hakekat
psikologi konseling dan konseling yang dilihat dari perspektif helping relationship.
Pada hakekatnya psikologi konseling menunjuk pada studi ilmiah mengenai aspek-aspek
psikis yang terlibat dalam proses konseling, yaitu aspek psikis pada konselor, klien dan pada
interaksi antara konselor dengan klien (Mappiare, 2006). Berkaitan dengan hal ini Nelson,
1982 (dalam Surya, 2003), mengemukakan ada empat alasan bahwa konseling merupakan
proses psikologis yaitu:
a. Dilihat dari tujuannya, rumusan tujuan konseling itu adalah berupa pernyataan yang
mengambarkan segi-segi psikologis (perilaku) dalam diri klien.
b. Dilihat dari prosesnya, seluruh proses konseling merupakan proses kegiatan yang bersifat
psikologis.
c. Dilihat dari teori atau konsep, konseling bertolah dari teori-teori atau konsep-konsep
psikologis
d. Dilihat dari riset, hampir semua penelitian dalam bidang konseling mempunyai
singgungan dengan penelitian dalam bidang psikologi.

Untuk memperoleh hakekat lebih jelas mengenai tentang psikologi konseling maka berikut
ini beberapa pendapat dari para ahli dalam mendefinisikan konseling:
a. Rogers (1952) dalam Rosjidan (1994:4), mengemukakan bahwa konseling merupakan
proses dimana sturktur diri (pribadi) dibuat sesantai mungkin demi menjaga hubungan
dengan ahli terapi, dan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang tertolak dirasakan dan
selanjutnya diintegrasikan kedalam suatu diri (self) yang telah dirubah.
b. Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara
konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
c. Stefflre (1970) dalam Rosjidan (1994 : 5), menyatakan bahwa konseling merupakan suatu
hubungan professional…dilakukan untuk membantu pengertian klien dan menjernihkan
memperjelas pendapatnya selama kehidupannya sehingga dia bisa menentukan pilihan
yang berguna dan dinyatakan dengan sifat esensial dan lingkungan yang dimilikinya.
Konseling merupakan suatu proses belajar-mengajar, karena klien belajar tentang
kehidupannya.Apabila dia harus membuat pilihan-pilihan yang berarti, dia harus
mengetahui tentang dirinya sendiri fakta-fakta tentang situasi yang dimilikinya sekarang,
dan kemungkinan-kemungkinan…serta konseksuensi-konsekuensi yang sangat mungkin
adanya dari berbagai pilihan tersebut.
d. Menurut Pietrofesa, Leonarddan Hoose (1978) dalam Mappiare (2002:16) menyatakan
bahwa definisi konseling dapat digambarkan konseling adalah suatu proses dimana ada
seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam
memahami diri, pembuatan keputusan dan memecahkan masalah. Selain itu konseling
adalah pertemuan “dari hati ke hati” antarmanusia yang hasilnya sangat bergantung pada
kualitas hubungan.
e. Menurut C. H. Patterson (1959) dalam Abimanyu dan Manrihu (1996:9), mengemukakan
bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang
terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya
meningkatkan kesehatan mental klien.
f. Menurut Brammer dan Shostrom (1982:8) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu
perencanaan yang lebih rasional, pemecahan masalah, pembuatan keputusan
intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan member
dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan beberapa rumusan definisi dan ciri-ciri pokok konseling maka dapat disimpulkan
bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan
klien yang bertujuan membantu individu (klien) dalam memecahkan masalahnya agar
individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan
yang ada pada dirinya. Cavanagh dan Levitov (2002) menyimpukan bahwa dari 36 definisi
konseling, konseling memiliki 4 komponen utama, yakni hubungan, masalah, tujuan, dan
treatment.
(1) Hubungan
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antar konselor dengan konseli, pentingnya
hubungan dalam konseling telah lama digali oleh para ahli psikologi seperti Freud, Sullivan,
dan Rogers. Dalam hubungan konseling, konselor mengembangkan berbagai sikap seperti
empati, hangat, terbuka, unconditional positive regard, sehingga hubungan yang dibuat
antara konselor dan konseli dapat menjadi sebuah instrumen yang dapat membantu konseli,
oleh karena itu hubungan dalam konseling disebut sebagai helping relationship atau
hubungan yang membantu.
(2) Masalah
Masalah merupakan komponen penting dalam konseling, berbagai teknik konseling yang
dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya bertujuan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi,
dan menyelesaikan masalah yang dialami oleh konseli.
(3) Tujuan
Tujuan konseling bervariasi sesuai dengan orientasi teoritis dan masalah konseli.
Beberapa teori menekankan pada perubahan kognisi dan pemahamna, teori lainnya
menekankan pada perubahan emosi dan perilaku, dan ada juga teori yang bertujuan
pengembangan dan pertumbuhan individu. Terdapat pendekatan konseling fokus secara
langsung pada proses belajar dengan fokus utama mengubah perilaku yang maladaptif
dengan perilaku yang adaptif, tetapi secara umum, berbagai pendekatan tersebut fokus pada
salah satu dibawah ini:
(a) Meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal
(b) Perkembangan kepribadian
(c) Membantu individu yang mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.
(4) Treatment
Treatment dalam hubungan konseling dilaksanakan berdasarkan tujuan yang ingin di
capai dalam proses konseling. Pelaksanaan treatment sangat bergantung pada permasalahan
konseli dan pendekatan yang digunakan.

B. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN DASAR KONSELING

Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang mencukupi. Meskipun


terdapat beragam pendekatan terhadap konseling, ada seperangkat keterampilan umum yang
mendasari berbagai pendekatan. Yeo (2003:62) mengemukakan terdapat tiga perangkat
keterampilan konselor, yakni keterampilan antar pribadi, keterampilan intervensi dan
keterampilan integrasi. Dalam bab ini akan dibahas beberapa keterampilan dasar yang harus
dimiliki konselor, yaitu keterampilan antar pribadi, keterampilan intervensi dan keterampilan
integrasi.
1. Keterampilan Antarpribadi
Keterampilan ini merupakan keterampilan inti dalam konseling. Termasuk dalam
keterampilan ini adalah semua keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun realsi
dengan klien, sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling. Keterampilan ini
merupakan dasar karena relasi yang penuh kepercayan antara konselor dan klien akan
membentuk penghargaan, keterbukaan, pemahaman, dan partisipasi klien dalam konseling.
Keterampilan antarpribadi mencakup kemampuan konselor dalam mendampingi klien,
mendengarkan mereka, dan mendorong mereka menceritakan apa saja yang ada dalam
benak mereka. Leod (2006:536) mengemukakan bahwa keterampilan antarpribadi berkaitan
dengan konselor mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati,
kehadiran, kesadaran komunikasi non verbal, sensitivitas terhadap kualitas suara,
responsivitas terhadap ekspresi emosi, pengambilalihan, menstruktur waktu, dan
menggunakan bahasa. Jika keterampilan ini diterapkan secara efektif, klien akan mendapat
keberanian untuk membicarakan pikiran-pikiran dan masalah-masalah mereka. Leod (2006:
538) juga mengemukakan bahwa hubungan atau relasi antapribadi sangat dipengaruhi oleh
faktor umum, seperti klas sosial, usia, etnisitas, dan gender. Walaupun sulit untuk
mengeneralisir efek hubungan konseling dari berbagai variabel ini, cukup rasional rasanya
untuk menyimpulkan bahwa salah satu hubungan kompetensi penting bagi konselor.
Dengan kata lain dalam keterampilan antarpribadi ini dan berdasar pada faktor-faktor
yang mempengaruhinya, maka konselor seharusnya untuk sadar akan budaya dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh setiap individu (klien) maupun yang ia miliki sendiri serta mampu
meningkatkan gaya atau pendekat konselingnya secara tepat.
Keterampilan-keterampilan antarpribadi dasar secara umum dapat dikelompokkan dalam
tiga jenis keterampilan, yakni:
a. Keterampilan Verbal
Keterampilan ini mengacu pada isi verbal dari proses konseling. Konselor
menggunakan keterampilan ini memberi ini untuk memberi perhatian pada klien yang pada
gilirannya akan memperlancar jalannya percakapan. Penggunaan keterampilan ini
membantu klien merasa cukup nyaman untuk memberi informasi pada konselor sehingga
konselor dapat menelaah pokok permasalahan. Ketrampilan verbal mencakup tanggapan-
tanggapan verbal, kualitas vokal yang memadai, dan alur verbal.
b. Keterampilan Non verbal
Komunikasi atau keterampilan merupakan bentuk komunikasi yang ikut memwarnai
corak konseling sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi komunikai verbal (Surya,
2003:121). Keterampilan ini mengacu pada perilaku non-verbal konselor yang dapt
menyebabkan kemajuan dalam proses konseling dan memperlihatkan pendampingan pada
klien. Penampilan dan sikap tubuh konselor memperlihatkan besarnya perhatian dan
keprihatian konselor yang sulit diungkapkan dengan kata-kata (Yeo, 2003).Konselor dalam
hal ini dituntut untuk sungguh-sungguh sadar akan apa yang sedang klien katakan
khususnya melalui gerakan-gerakan tubuh mereka, raut wajah, kualitas vokal, dan
ketidaksesuaian antara bahasa non verbal dengan ungkapan-unkapan verbal mereka.
Perilaku non verbal klien harus secara cermat diamati ketika ia sedang menyampaikan satu
informasi penting tentang dirinya dan situasinya. Ivey (2003:95) mengemukakan bahwa
keterampilan mengamati klien ini akan membantu konselor untuk merespon dan
mengetahui apa dan bagaimana bahasa verbal dan non verbal klien. Selain itu juga
mengamati perbedaan-perbedaan multibudaya yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapn
verbal dan nonverbal klien.
2. Keterampilan Intervensi
Keterampilan intervensi adalah kemampuan konselor untuk melibatkan klien dalam
pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah, konselor perlu memiliki
pengetahuan tentang berbagai strategi dan cara yang berbeda untuk menolong klien
menghadapi masalah.
Ada beragam strategi dan cara yang diusulkan oleh berbagai aliran atau pendekatan
konseling. Pendekatan ini dapat membentang dari pendekatan psikodinamis (psikoanalisis,
Adlerian) sampai pendekatan eksistensial, pendekatan Rogerian yang terpusat pada klien
sampai terapi rasional emotif behavior, realitas dan analisis transaksional. Dalam hal ini
konselor sebaiknya menguasai satu pendekatan dasar dan kemudia berusaha memadukan
cara-cara yang bermanfaat dari berbagai pendekatan lainnya demi penanganan efektif
terhadap masalah-masalah klien.
3. Keterampilan Integrasi
Keterampilan ini mengacu pada kemampuan-kemampuan konselor untuk menerapakan
strategi-strategi pada situasi-situasi khusus, sambil mengingat konteks budaya dan sosio-
ekonomi klien (Yeo, 2003). Hal ini dikarenakan konseling tidak dapat dipraktikkan tanpa
memperhatikan konteks budaya. Setiap klien yang hadir dengan cara pikir tertentu yang
sebagian besar dipengaruhi oleh sistem nilai dan sistem budayanya.
BAB III

KESIMPULAN

 Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu yaitu adanya


interaksi antara konselor dan klien dalam suatu kondisi yang membuat konseli
terbantu dalam mencapai perubahan dan belajar membuat keputusan sendiri serta
bertanggung jawab atas keputusan yang ia ambil.
 Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang mencukupi.
Keterampilan dasar yang harus dimiliki konselor, yaitu keterampilan antar pribadi,
keterampilan intervensi dan keterampilan integrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Egan, Gerard. 1986. The Skilled Helper: A Systematic Approach to Effective Helping.
Brooks/Cole Publishing
Hutahuruk, T. dan Pribadi, S. Konseling Mikro. Jakarta: Dekdikbud Dikti P2LPTK
Ivey, A.E. dan Ivey, M.B. 2003. Intentional Interviewing and Counseling: Facilitating Client
Development in a Multicultural Society. CA: Brooks/Cole Thomson Learning.
Ivey, Allen E, Ivey, M.B, Downing, L.S. 1987. Counseling and Psychoterapy; Integrating Skills,
Theory, and Practice: Second Edition. New Jersey: Prentice Hall inc.
Leod. J.M. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. Terjemahan oleh A.K Anwar. 2006.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Lesmana, J.M. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press
Mappiare. A, AT. 1998. Teknik-teknik Komunikasi dalam Konseling. Suplemen Kuliah. Malang:
Jurusan BK FIP UM
Surya, M. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Yeo, Antony. 2003. Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah. Terjemahan A. Wuisan.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai