Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Peternakan Vol 13 No 2 September 2016 (59 - 65) ISSN 1829 – 8729

NILAI NUTRISI AMPAS TEBU (Bagasse) YANG DIFERMENTASI


MENGGUNAKAN STARBIO® PADA LEVEL YANG BERBEDA

RAFLES, A. E. HARAHAP DAN D. FEBRINA


Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Kampus Raja Ali Haji Jl. H. R. Soebrantas Km 16 Pekanbaru
E-mail : raflez808@gmail.com

ABSTRACT

The bagasse has potential as an alternative feed for ruminant. However, though the high of the crude fibre and the very
low in the nutritional value make them very limited in using for animal feed. To overcome the problem in order to increase
nutritional value was the fermentation technology by the application of the starbio inoculums. The objective of the research
was to observe the nutrition qualities of the bagasse with aplication of different levels of starbio. The experimental design
was a completely Randomized Design with 4 treatments i.e. P0 (bagasse + 0% Starbio), P1 (bagasse+ 0.2% starbio),
P2 (bagasse+ 0.4% Starbio), P3 (bagasse+ 0.6% Starbio) and each treatment has 5 replication, The parameters measured
were pH, dry matter (DM), crude protein (CP), ether extract (EE) crude fiber (CF), ash and Nitrogen Free Extract (NFE).
The results of the research indicated that pH of the fermentation was very good (3.37-3.67), DM (66.59-68.73%), and
CP 1.47-1,97%. However, there was no effect on EE, CF, ashes and NFE. The addition of 0.6% starbio was the best result to
increase CP but did not affect on ash content.

Keywords : sugarcane, by product, probiotic


_________________________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN kemarau saat pakan hijauan kurang


tersedia.
Pakan merupakan salah satu faktor
Pemanfaatan hasil sampingan tebu
penentu keberhasilan usaha peternakan,
sebagai bahan pakan membutuhkan
lebih dari separuh biaya produksi
sentuhan teknologi karena memiliki serat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kasar yang tinggi dan kadar protein kasar
pakan. Oleh karena itu penyediaan pakan
yang rendah. Menurut Plantus (2008) hasil
harus diusahakan dengan biaya murah,
sampingan tebu berpotensi sebagai pakan,
mudah diperoleh dan tidak bersaing
namun perlu ditambahkan beberapa
dengan kebutuhan manusia. Hijauan
bahan untuk melengkapi kebutuhan
merupakan salah satu makanan utama
mineral yang diperlukan dalam bahan
bagi ternak, namun penyediaan hijauan
pakan tersebut.
secara kontinu mengalami beberapa
kendala, karena semakin sempitnya lahan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
untuk penanaman hijauan sehingga (BPS) Provinsi Riau Tahun (2013) luas
ketersediaan pakan semakin berkurang. lahan perkebunan tebu di Provinsi Riau
Salah satu alternatif menanggulangi adalah 28,94 Ha. Suparjo (2008)
masalah ketersediaan pakan adalah menyatakan 24-36% dari total bagian tebu
memanfaatkan hasil sampingan pertanian. adalah ampas dan merupakan sampingan
terbesar pada tanaman tebu dengan nilai
Salah satu hasil sampingan pertanian
kecernaan bahan kering yang rendah.
yang dapat dimanfaatkan adalah ampas
Pengolahan ampas tebu diperlukan untuk
tebu. Menurut Sutardi (1980) hasil
meningkatkan kualitas bahan pakan.
sampingan penggilingan tebu dapat
Apabila hasil sampingan ini diberikan
dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia.
kepada ternak tanpa disuplementasi atau
Pangestu (2003) menyatakan hasil
diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi
sampingan tebu dapat dijadikan sebagai
hasil sampingan ini tidak mencukupi
pakan karena toleran terhadap musim
kebutuhan ternak. Melalui fermentasi
panas, tahan terhadap hama dan penyakit,
menggunakan inokulan, kualitas dan
serta mudah tersedia pada musim
tingkat kecernaan ampas tebu akan

59
RAFLES, dkk Jurnal Peternakan

diperbaiki sehingga dapat digunakan Peralatan yang digunakan adalah


sebagai pakan, salah satu inokulan baskom, plastik, timbangan analitik,
fermentasi yang dapat digunakan adalah spatula, termometer dan selotip. Alat
starbio (Kusuma, 2009). untuk analisis proksimat yaitu pemanas,
oven listrik, desikator, timbangan analitik,
Starbio adalah pakan tambahan yang
kjeltec, fibertec,soxtec, digestion tubes straight,
membantu meningkatkan nilai cerna
tanur listrik, crusible, crusible tang, gelas
pakan karena mengandung koloni
piala, buret, desikator, aluminium cup dan
mikroba (bakteri fakultatif) yang bersifat
erlenmeyer.
lignolitik, selulolitik, proteolitik, dan fiksasi
nitrogen non simbiotik. Jerami padi yang
Metode Penelitian
telah difermentasi menggunakan starter
mikroba (starbio) sebanyak 0,6% dari berat Penelitian menggunakan Rancangan
jerami padi meningkatkan protein kasar Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
dari 4,23% menjadi 8,14% (Syamsu, 2001). masing-masing dengan 5 ulangan.
Ampas tebu yang difermentasi Perlakuan adalah :
menggunakan jamur tiram putih A. Ampas tebu + starbio 0,0%
menghasilkan kandungan protein kasar B. Ampas tebu + starbio 0,2%
5,85%; serat kasar 36,75%; lemak kasar C. Ampas tebu + starbio 0,4%
1,7%; abu 0,48%; Ca 1,41%; F 0,49%; TDN D. Ampas tebu + starbio 0,6%
42,76%; hemiselulosa 17,92%; selulosa
46,07%; lignin 10,76% (Tarmidi, 2004). Fermentasi dilakukan selama 21 hari
Penggunaan starbio 0,6% dari berat ampas (3 minggu), parameter yang diukur adalah
ganyong meningkatkan kandungan pH, Bahan Kering (BK), Protein Kasar
protein kasar dari 4,43% menjadi 6,02% (PK), Serat Kasar (SK), Lemak Kasar (LK),
serta menurunkan serat kasar dari 3,84% abu dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
menjadi 3,54% dan lemak kasar dari 0,46% (BETN). Data yang diperoleh diolah secara
menjadi 0,32% (Wahyuningsih, 2010). statistik menggunakan Rancangan Acak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1995).
kualitas nutrisi ampas tebu yang Bila terdapat perbedaan antar perlakuan
difermentasi menggunakan starbio pada dilakukan uji lanjut menggunakan
level yang berbeda meliputi kandungan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Bahan Kering, Serat Kasar, Lemak Kasar,
Protein Kasar, Abu dan Bahan Ekstrak Prosedur Penelitian
Tanpa Nitrogen (BETN). Ampas tebu dipotong-potong
menggunakan mesin chooper dengan
MATERI DAN METODE ukuran 3–5 cm kemudian dikeringkan.
Ditimbang starbio sesuai perlakuan,
Bahan dan Alat
kemudian ditaburkan starbio ke
Penelitian telah dilaksanakan pada hamparan ampas tebu hingga homogen
bulan Agustus–September 2015 di lalu ditambahkan aquades. Bahan yang
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia telah tercampur dimasukkan ke dalam
Fakultas Pertanian dan Peternakan kantong plastik hitam dan dipadatkan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif hingga mencapai keadaan anaerob dengan
Kasim Riau Pekanbaru. Bahan yang cara menekan plastik hingga udara yang
digunakan untuk fermentasi adalah ada di dalam kantong plastik keluar,
ampas tebu, starbio, dan aquades. Untuk kemudian diikat dan dilapisi dengan
analisis proksimat digunakan adalah plastik kedua selanjutnya plastik
aquadest, HCl, K3SO4, MgSO4, NaOH, dimasukkan lagi ke dalam plastik ketiga,
H3BO4, metilen red, brom kresol green dan dan diberi kode sesuai perlakuan.
aceton. Fermentasi dilakukan selama 21 hari.

60
Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU

Setelah 21 hari fermentasi dibuka lalu HASIL DAN PEMBAHASAN


dilihat perbedaan warna, bau dan
dilakukan pengukuran pH. Selanjutnya pH Ampas Tebu Fermentasi
ampas tebu hasil fermentasi tersebut Nilai pH dan kandungan nutrisi ampas
dikeringan dan dilakukan analisis tebu fermentasi menggunakan starbio
laboratorium sesuai peubah yang diukur. pada level yang berbeda dapat dilihat
pada 1.

Tabel 1. Nilai pH dan kandungan nutrisi ampas tebu fermentasi


Perlakuan pH BK (%) PK (%) L K(%) SK(%) Abu % BETN %
P0 3,65±0,19 68,73b±7,63 1,54a±0,18 0,48±0,00 36,44±4,08 1,72a±4,08 59,78±4,26
P1 3,37±0,40 66,59a±5,73 1,47a±0,13 0,49±0,00 38,22±2,18 1,75a±2,18 57,96±1,84
P2 3,54±0,32 68,44b±6,09 1,58a±0,15 0,51±0,22 39,28±3,77 2,52b±3,77 45,01±3,94
P3 3,67±0,09 67,04a±4,73 1,97b±0,14 0,59±0,21 38,73±3,62 2,67b±3,62 56,15±3,67
Ket : Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)
P1 = Ampas Tebu + 0,0% Starbio
P1 = Ampas Tebu + 0,2% Starbio
P1 = Ampas Tebu + 0,4% Starbio
P1 = Ampas Tebu + 0,6% Starbio

Fermentasi ampas tebu menggunakan pada saat ensilase menyebabkan


starbio pada level yang berbeda tidak kandungan BK menurun sehingga
memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap meningkatkan kehilangan BK, semakin
nilai pH, dengan nilai pH 3,65–3,67 dan tinggi air yang dihasilkan maka
termasuk ampas tebu fermentasi penurunan BK semakin meningkat.
berkualitas baik. Sandi et al. (2010)
Terjadi peningkatan kandungan BK
menyatakan kualitas silase digolongkan
pada perlakuan P2 (0,4% starbio)
empat kategori, yaitu sangat baik
dibandingkan P1 (0,2% starbio). Hal ini
(pH 3,2-4,2), baik (pH 4,2-4,5), sedang
diduga penambahan starbio 0,4%
(pH 4,5-4,8), dan buruk (pH >4,8). Nilai
menyebabkan bakteri dan mikroba dapat
pH pada penelitian ini hampir sama
memanfaatkan sumber energi berupa
dengan yang dilaporkan Pertiwi (2010)
karbohidrat untuk pertumbuhannya
pada ampas ganyong (canna edulis kerr)
sehingga mikroba mampu memecahkan
difermentasi menggunakan 0,6% starbio
struktur sel dan mentransformasikan ke
menghasilkan pH 3,86.
ampas tebu. Ritonga (1992) menyatakan
penambahan starbio yang cukup pada
Kandungan Bahan Kering Ampas Tebu
bahan pakan akan meningkatkan nilai
Fermentasi
nutrisi bahan pakan tersebut.
Terjadi penurunan kandungan BK
Penambahan starbio 0,6% (P3)
ampas tebu fermentasi pada perlakuan P0
menghasilkan kandungan bahan kering
(0% starbio) dibandingkan P1 (0,2%
yang lebih rendah dibandingkan
starbio) yaitu 68,73-66,69%. Terjadi
penambahan 0,4% starbio (P2). Hal ini
penurunan BK ini diduga penambahan
diduga sebagian besar air keluar dari
starbio 0,2% meningkatkan aktivitas
produk, sehingga air yang tertinggal
mikroba. Peningkatan aktivitas mikroba
dalam produk inilah yang menyebabkan
ditandai dengan terjadinya pemanasan/
kadar air menjadi tinggi dan bahan kering
penguapan pada kondisi aerob yang
menjadi rendah. Fardiaz (1988)
menghasilkan air sehingga menurunkan
menyatakan selama fermentasi
kandungan BK. Surono et al. (2006)
berlangsung, mikroba menggunakan
menyatakan peningkatan kandungan air
karbohidrat sebagai sumber energi yang

61
RAFLES, dkk Jurnal Peternakan

dapat menghasilkan molekul air dan CO2. tebu fermentasi dengan jamur tiram putih
Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan (pleuretus ostreorus) adalah 3,1%, tetapi
(Zumael, 2009) penggunaan nutrisi dari tidak jauh berbeda yang dilaporkan
substrat oleh mikroba sebagai sumber Tarmanto (2009) fermentasi menggunakan
karbon, nitrogen dan mineral serta 0,6% starbio pada ransum kelinci
dilepaskannya CO2 dan energi dalam menghasilkan kandungan protein kasar
bentuk panas yang menguap bersama 2%.
partikel air.
Kandungan Lemak Kasar Ampas Tebu
Hasil penelitian ini lebih rendah dari
Fermentasi
yang dilaporkan Ghafur (2009) pada
ampas tebu yang difermentasi Tabel 1 memperlihatkan tidak terjadi
menggunakan starbio 0,6% menghasilkan perubahan LK seiring dengan
bahan kering 69,24-79,24%. Penelitian penambahan starbio, dengan kandungan
yang dilaporkan Rayhan dkk (2013) pada lemak kasar 0,48-0,59%. Tidak adanya
fermentasi ampas tebu menggunakan pengaruh kandungan LK seiring dengan
Phanerochaete chrysosporium menghasilkan penambahan starbio diduga selama proses
bahan kering 35,92-46,48%. ensilase tidak banyak terjadi pemecahan
lemak menjadi asam lemak, di samping
Kandungan Protein Kasar Ampas Tebu itu Bakteri Asam Laktat (BAL) belum
Fermentasi memanfaatkan lemak kasar yang ada pada
substrat sebagai energi (sumber energi
Semakin tinggi penambahan level
untuk BAL adalah gula). Menurut
starbio ke dalam fermentasi ampas tebu
Mulyani dkk. (2009) BAL dianggap
semakin tinggi peningkatan kandungan
memiliki aktifitas lipolisis yang lebih
protein kasar dengan nilai 1,54-1,97%.
rendah dibandingkan bakteri lainnya.
Kandungan PK tertinggi terdapat pada P3
Kandungan LK penelitian ini lebih
(0,6% starbio), hal ini diduga semakin
rendah dengan yang dilaporkan Amiroh
banyak starbio yang ditambahkan maka
(2008) ransum komplit yang berasal dari
akan semakin banyak enzim protease
limbah tebu fermentasi lemak kasar
yang dihasilkan. Starbio mengandung
adalah 2,0%, tidak jauh berbeda dengan
mikroba proteolitik yang akan memecah
yang dilaporkan Tarmidi dan Hidayat
protein menjadi asam amino dan produk
(2002) ampas tebu yang difermentasi
lainnya. Kusumaningrum dkk. (2012)
menggunakan jamur tiram putih
menyatakan peningkatan kadar protein
menghasilkan lemak kasar 1,5%.
pada ransum fermentasi disebabkan
adanya kerja mikroba dan adanya
Kandungan Serat Kasar Ampas Tebu
penambahan protein yang terdapat pada
Fermentasi
sel mikroba itu sendiri. Selanjutnya Sukara
dan Atmowidjojo (1980) menjelaskan Tidak terjadi penurunan kandungan
mikrobia yang mempunyai pertumbuhan serat kasar seiring dengan penambahan
dan perkembangbiakan yang baik akan level starbio. Hal ini diduga ampas tebu
dapat mengubah lebih banyak komponen memiliki kandungan lignin (13,74-21,58%)
penyusun media menjadi massa sel dan selulosa (28,75-40,07%) yang tinggi
sehingga akan terbentuk protein yang dan berstruktur kristal sehingga
berasal dari tubuh kapang itu sendiri dan penambahan starbio sampai 0,6% belum
pada akhirnya akan meningkatkan protein mampu menghasilkan enzim selulase
kasar dari bahan yang cukup untuk menurunkan
kandungan serat kasar ampas tebu
Hasil penelitian ini lebih rendah dari
fermentasi. Soejono dkk (1985)
yang dilaporkan Tarmidi dan Hidayat
menyatakan bakteri selulolitik
(2002) kandungan proteian kasar ampas
menghasilkan enzim selulase yang dapat

62
Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU

mendegradasi senyawa selulosa limbah Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa


organik, sehingga menghasilkan glukosa. Nitrogen (BETN) Ampas Tebu
Imsya dan Palupi (2008) menyatakan Fermentasi
kecernaan bahan pakan serat dipengaruhi Tabel 1 memperlihatkan tidak terjadi
oleh kandungan penyusun dinding sel perubahan kandungan BETN seiring
tanaman berupa NDF, ADF dan lignin. dengan penambahan starbio. Hal ini
Lama fermentasi 21 hari kemungkinan disebakan karena penambahan starbio
belum optimal dalam mendukung tidak mempengaruhi kandungan SK, dan
pertumbuhan bakteri selulolitik sehingga LK sehingga tidak mempengaruhi
belum dapat menurunkan kandungan kandungan BETN. BETN dipengaruhi
serat kasar. Jaelani dkk (2014) melaporkan oleh kandungan abu, PK, dan SK (Tilman
silase daun kelapa sawit yang disimpan dkk. 1989). Menurut Kusumaningrum dkk.
selama 35 hari dapat menurunkan kadar (2012) BETN dapat dikatakan sebagai
serat kasar. Kandungan serat kasar pada karbohidrat yang larut, kebalikan dengan
penelitian ini lebih tinggi dari yang serat kasar yang merupakan polisakarida
dilaporkan Febrina dkk (2013) pada yang tidak larut. Kandungan serat kasar
fermentasi ransum komplit dari limbah ini mempengaruhi nilai BETN. Tilman dkk.
perkebunan kelapa sawit dan agroindustri (1989) menambahkan BETN berisi zat-zat
menggunakan 0,6% starbio dengan lama monosakarida, disakarida, trisakarida dan
pemeraman yang berbeda kandungan polisakarida terutama pati yang mudah
serat kasar berkisar 26,25-27,64%, tetapi larut dalam larutan asam dan basa dalam
tidak jauh berbeda dengan yang analisis serat kasar dan mempunyai daya
dilaporkan Tarmidi dan Hidayat (2002) cerna tinggi.
ampas tebu yang difermentasi dengan
jamur tiram putih (Pleourotus Ostreorus) KESIMPULAN
kandungan serat kasar yaitu 34,9%.
Penambahan starbio dengan level yang
Kandungan Abu Ampas Tebu berbeda pada fermentasi ampas tebu
Fermentasi meningkatkan kandungan bahan kering
Tabel 1 menunjukkan fermentasi dan protein kasar, tetapi tidak
ampas tebu menggunakan starbio pada memberikan pengaruh terhadap LK, SK,
level yang berbeda memberikan pengaruh abu dan BETN. Fermentasi ampas tebu
sangat nyata (P<0,01) terhadap perubahan dengan penambahan 0,6% starbio
kadar abu. Kandungan abu pada merupakan hasil terbaik karena
penelitian ini berkisar 1,72-2,67%. meningkatkan protein kasar.
Meningkatnya kadar abu seiring dengan
penambahan level starbio diduga DAFTAR PUSTAKA
berhubungan dengan kadar abu starbio
yang tinggi yaitu 54,79%. Semakin tinggi Amiroh, I. 2008. Pengaruh Wafer Ransum
Komplit Limbah Tebu dan Penyimpanan
starbio yang ditambahkan maka semakin
terhadap Kualitas Sifat Fisik. Skripsi.
tinggi kandungan abu ampas tebu Fakultas Peternakan Institut Pertanian
fermentasi. Tarmidi dan Hidayat (2002) Bogor IPB. Bogor.
melaporkan ampas tebu melalui
fermentasi dengan jamur tiram putih Badan Pusat Statistik. 2013. Riau dalam Angka
(pleuorotus ostreorus) menghasilkan : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau.
kandungan abu yaitu 8,8%. Pekanbaru.

Fardiaz, S. 1988. Fermentasi Pangan. Pusat


Antara Universitas Pangan dan Gizi
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

63
RAFLES, dkk Jurnal Peternakan

Febrina. D., J. Handoko dan Erizal. 2013. Pertiwi, S. 2010. Pengaruh Penggunaan Ampas
Kandungan Nilai Nutrisi Limbah Ganyong (Canna Edulis Kerr) Fermentasi
Perkebunan Kelapa Sawit dan dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan
Agroindrustri yang Difermentasi Kering dan Bahan Organik Domba Lokal
Menggunakan Starbio dengan Lama Jantan. Skripsi. Program Studi Peternakan.
Pemeraman yang Berbeda. Prosiding Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Seminar Nasional “Fakultas Pertanian dan Maret. Surakarta.
Peternakan UIN SUSKA RIAU” hal 107–
113. Plantus. 2008. Fermentasi Ampas Tebu Untuk
Pakan Ternak. http ://www.fermentasi
Ghafur, A,M. 2009. Nilai Kecernaan In Vivo aneka plantasia cybermedia clips .htm .
Ransum Kelinci New Zealand white Jantan Diakses tanggal 2 Juni 2016.
yang Menggunakan Bagasse Fermentasi.
Jurusan Ilmu Peternakan. Fakultas Rayhan, M. W., Suryapratama, dan T. R.
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Sutardi. 2013. Fermentasi ampas tebu
Surakarta. (bagasse) menggunakan Phanerochaete
chrysosporium sebagai upaya meningkatkan
Imsya. A dan R. Palupi. 2009. Pengaruh Dosis kecernaan bahan kering dan kecernaan
Starter Fermentasi Cair terhadap bahan organik secara invitro. Jurnal Ilmiah
Kandungan Lignin, Selulosa, Hemiselulosa, Peternakan. 17:2:82.
Pelepah Sawit. Majalah Ilmiah Sriwijaya.
13(5). Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara
Menghilangkan Mikroorganisme Patogen.
Jaelani.A., A. Gunawan., I. Asriani. 2014. Majalah Ayam dan Telur N. 73: 24-26.
Pengaruh Lama Penyimpanan Silase Daun
kelapa Sawit terhadap Kadar Protein dan Sandi. S, E. B. Laconi, A. Sudarman, K.G.
Serat Kasar. Ziraa’ah. 39(1):8-16. Wiryawan dan D. Mangundjaja. 2010.
Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku
Kusuma, J. K. 2009. Pengaruh Tingkat Singkong yang Diberi Enzim Cairan
Penggunaan Ampas Tebu (Bagasse) Rumen Sapi dan Leuconostoc mesenteroides.
Fermentasi dalam Ransum terhadap Media Peternakan. 33(1): 25-30.
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik pada Domba Lokal Jantan. Skripsi. Soejono, M, R. Utomo dan S.Priyono. 1985.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap
Maret. Surakarta. Kecernaan In Vitro Bagasse. Proc. Seminar
Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan
Kusumaningrum, M., Sutrisno, C.I. dan Ternak. Pusat Penelitian dan
Prasetiyono, B.W.H.E. 2012. Kualitas Kimia Pengembangan Ternak. Grati.
Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah
Pertanian dan Hasil Samping Pertanian Steel and Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur
yang Difermentasi dengan Aspergillus Statistika. Gramedia Utama. Jakarta.
Niger. Animal Agriculture Journal. 1:109-119.
Sukara, E dan A. H. Admowidjojo. 1980.
Mulyani. S., A. Azizah dan A.M. Legowo. Pemanfaatan Ubi Kayu untuk
2009. Profil, Kolestrol, Kadar Protein, dan Produktivitas Enzim ansilase dan Protein
Tekstur Keju Menggunakan muchor miechei Tunggal ; Optimasi Nutrisi untuk Proses
sebagai sumber Koagulan. Seminar Fermentasi Substrat Cair dengan
Kebangkitan Peternakan. Fakultas Menggunakan Kapang Rhizopus. Seminar
Peternakan. Universitas Diponegoro. Nasional UPT-EPG-Lampung.
Semarang.
Suparjo. 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah
Pangestu, E.2003. Evaluasi potensi nutrisi untuk Pakan. Artikel. Laboratorium
fraksi pucuk tebu pada ternak Makanan Ternak Fakultas Peternakan
ruminansia.Media.Peternakan.5:65-70. Universitas Jambi. Jambi.

64
Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU

Surono, I. S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh Pemberian


dan Kesehatan. Tri Cipta Karya. Jakarta. Ransum yang mengandung Ampas Tebu
Hasil Biokonversi oleh Jamur Tiram Putih
Sutardi, T. 1980. Peningkatan Mutu Hasil (Pleuretus ostreorus) terhadap Performans
Limbah Lignoselulosa sebagai Makanan Domba Priangan. Jurnal Penelitian Ilmu
Ternak. Institut Pertanian Bogor (IPB). Peternakan. Fakultas Peternakan
Bogor. Universitas Padjajaran. Bandung. 9:3:158.

Syamsu, J. A. 2001. Fermentasi Jerami Padi Tillman, A. D., H. Hartadi., S.


dengan Probiotik Sebagai Pakan Ternak Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan
Ruminansia. Jurnal Agrista 5(3):280-283. S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press.
Tarmanto, E. 2009. Performan Produksi Kelinci Yogyakarta.
New Zealand White jantan dengan Bagasse
Fermentasi sebagai salah satu Komponen Wahyuningsih, N. 2010. Pengaruh
Ransumnya. Skripsi. Program Studi Ilmu Penggunaan Ampas Ganyong (canna edulis
Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Carr) Fermentasi dalam Ransum terhadap
Sebelas Maret. Surakarta. Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi.
Prodi Peternakan. Fakultas Pertanian
Tarmidi, A. R. & Hidayat, R. 2002. Peningkatan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Kualiatas Ampas tebu Melalui Fermentasi
dengan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Zumael, Z. 2009. The Nutrient Enrichment of
ostreatus) Jurnal Ilmu Hayati dan Fisik. Biological Processing. Agricmed, Warsaw.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran. Bandung.

65

Anda mungkin juga menyukai