Disusun Oleh:
2018
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu fisika yang paling tua dan familiar.
Menjelaskan mengenai benda dalam keadaan diam maupun bergerak dan kondisi diam
ataupun bergerak ketika berada dibawah pengaruh gaya internal maupun gaya eksternal. Ilmu
mekanika terbagi atas kinematika dan dinamika (Jufriadi, A., dkk., 2015).
Kajian tentang gerak benda merupakan bagian penting dari penggambaran
alam semesta. Sejak zaman dahulu manusia berusaha menyingkap rahasia tentang gerak
benda. Mulai dari masa Aristoteles sampai masa Galileo dan Newton, pemahaman gerak
mengalami perkembangan yang signifikan (Setya, N., 2009).
A. Hukum-Hukum Newton
Pembahasan tentang hukum-hukum Newton dan pemahaman konsep secara
kualitatifnya telah Anda dapatkan di SMP. Hukum-hukum tersebut membahas tentang
hubungan antara gerak benda dan gaya. Di sini Anda akan mengkaji kembali ketiga hukum
Newton tersebut dan mengaplikasikannya pada persoalan-persoalan dinamika sederhana.
1. Hukum Newton I
Pada zaman dahulu, orang percaya bahwa alam ini bergerak dengan sendirinya. Tidak
ada sesuatu pun yang menggerakkannya. Mereka menyebutnya dengan gerak alami. Di lain
sisi, untuk benda yang jelas-jelas digerakkan, mereka menamakan gerak paksa. Teori yang
dipelopori oleh Aristoteles ini terbukti salah saat Galileo dan Newton mengemukakan
pendapat mereka. Galileo mematahkan teori Aristoteles dengan sebuah percobaan sederhana.
Ia membuat sebuah lintasan lengkung licin yang digunakan untuk menggelindingkan sebuah
bola. Satu sisi dari lintasan tersebut diubah- ubah kemiringannya. Setelah mengamati, Galileo
menyatakan “ Jika gaya gesek pada benda tersebut ditiadakan, maka benda tersebut akan
terus bergerak tanpa memerlukan gaya lagi”.
Teori Galileo dikembangkan oleh Isaac Newton. Newton mengatakan bahwa “ Jika
resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam
dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”. Kesimpulan Newton
tersebut dikenal sebagai hukum I Newton. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
ΣF = 0
Berdasarkan hukum I Newton, dapatlah Anda pahami bahwa suatu benda cenderung
mempertahankan keadaannya. Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan
diamnya, dan benda yang mulamula bergerak akan mempertahankan geraknya. Oleh karena
itu, hukum I Newton juga sering disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum inersia.
Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah massa. Setiap benda memiliki tingkat
kelembaman yang berbeda beda. Makin besar massa suatu benda, makin besar
kelembamannya.
Deskripsi matematis dari gerak partikel memerlukan sebuah kerangka acuan, atau satu
set koordinat dalam ruang konfigurasi yang dapat menentukan posisi, kecepatan dan
percepatan dari partikel pada waktu tertentu. Kerangka acuan dimana hukum pertama
Newton berlaku valid disebut kerangka acuan inersia. Hukum ini mengesampingkan
kerangka acuan dipercepat sebagai inersia, karena objek yang benar-benar diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan, yang terlihat dari kerangka acuan yang dipercepat akan
muncul dipercepat. Sementara objek yang diam pada kerangka acuan ini akan terlihat
dipercepat jika diamati dari kerangka acuan inersia.
Contoh sederhana untuk menjelaskan tentang kerangka acuan noninersia, misalnya
seorang pengamat berada di dalam gerbong kereta api yang bergerak dipercepat dengan a.
kemudian sebuah bandul timbangan dicencang pada atap gerbong. Apa yang yang akan
terlihat oleh pengamat tersebut? Jadi, pengamat yang ada di dalam gerbong disini berarti
berada dalam kerangka acuan noninersia dan diam terhadap gerbong. Sementara bandul
kelihatannya juga diam dengan membentuk sudut θ terhadap vertikal, padahal apabila tidak
ada gaya selain gravitasi dan tension, maka bandul akan berada vertikal lurus. Tetapi yang
terjadi bahwa ada gaya yang tidak diketahui yang mendorong bandul ke belakang.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mungkin menentukan kerangka acuan yang
diberikan itu merupakan kerangka inersia. Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Kemudian
apakah ada kerangka acuan inersia itu? Untuk tujuan praktis, tentu tidak perlu presisi yang
terlampau tinggi. Sistem koordinat yang tetap di bumi adalah hampir inersia. Sebagai contoh,
sebuah bola billiard sepertinya bergerak lurus dengan laju konstan selama tidak terjadi
benturan dengan bola lain. Padahal sebenarnya, jika diukur dengan presisi tinggi lintasan bola
tersebut sedikit melengkung. Hal ini dikarenakan bumi berotasi dan sistem koordinat yang
tetap di bumi sebenarnya bukanlah sistem inersia. Sistem yang lebih baik mungkin sistem
yang menggunakan pusat bumi, pusat matahari dan bintang yang jauh sebagai titik-titik
acuan. Tetapi hal ini juga tidak inersia sekali, karena bumi bergerak mengitari matahari.
Berikutnya mungkin lebih baik jika diambil pusat matahari dan dua bintang yang jauh
sebagai titik-titik acuan. Biasanya disepakati bahwa siatem inersia, kaitannya dengan
mekanikan Newtonian adalah sistem yang didasarkan pada rata-rata background dari seluruh
benda di dunia.
2. Hukum II Newton
Hukum I Newton hanya membahas benda yang tidak dikenai gaya dari luar, artinya
benda tidak mengalami percepatan. Bagaimana jika suatu benda mendapat gaya dari luar atau
pada benda tersebut bekerja beberapa gaya yang resultannya tidak sama dengan nol? Pada
kondisi ini benda mengalami perubahan percepatan.
Misalkan Anda mendorong sebuah kotak di atas lantai licin (gaya gesek diabaikan)
dengan gaya F, ternyata dihasilkan percepatan sebesar a. Saat gaya dorong terhadap kotak
Anda perbesar menjadi dua kali semula (2F), ternyata percepatan yang dihasilkan juga dua
kali semula (2a). Ketika gaya dorong Anda tingkatkan menjadi tiga kali semula (3F), ternyata
percepatan yang dihasilkan juga menjadi tiga kali semula (3a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
percepatan berbanding lurus dengan besarnya resultan gaya yang bekerja pada suatu benda (a
~ f).
Sekarang, taruhlah sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda
dorong (massa kotak menjadi 2 kali semula (2m)). Ternyata dengan gaya F dihasilkan
percepatan yang besarnya setengah percepatan semula (½a). Kemudian tambahkan lagi
sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong (massa menjadi 3
kali semula). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang besarnya sepertiga
percepatan semula (½a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding terbalik
1
dengan massa benda (𝑎 ~ ).
𝑚
a ~f 𝛴𝐹
sehingga a = atau 𝛴𝐹 = m x a
1 𝑚
𝑎~
𝑚
𝑑𝑣𝐴 𝑑𝑣𝐵
=− 𝜇𝐵𝐴 (1.1)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Konstanta 𝜇𝐵𝐴 menyatakan ukuran inersia B terhadap A. Dari persamaan itu, kita
dapat nyatakan 𝜇𝐵𝐴 = 1/𝜇𝐵𝐴 Mungkin akan lebih bagus lagi jika 𝜇𝐵𝐴 dinyatakan lagi dengan
persamaan
𝑚𝐵
𝜇𝐵𝐴 =
𝑚𝐴
𝑚
Dan gunakan benda standar sebagai satuan inersia. Sekarang rasio dari 𝑚𝐵 harus bebas
𝐴
terhadap pemilihan satuan. Jika ada benda satu lagi yaitu C, maka
𝜇𝐵𝐶
= 𝜇𝐵𝐴
𝜇𝐴𝐶
Laju perubahan dari produk massa dengan kecepatan merupakan perubahan gerak
dari hukum Newton kedua, dan menurut hukum tersebut, berbanding langsung dengan gaya.
Dengan kata lain kita dapat menyatakan hukum Newton kedua melalui ungkapan
𝑑(𝑚𝑣) (1.3)
𝐹=𝑘
𝑑𝑡
𝑑(𝑚𝑣) 𝑑𝑣 (1.4)
𝐹=𝑘 =𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dari persamaan (1.4) kita dapat mengintepretasikan suatu kenyataan bahwa ungkapan (2)
menyatakan bahwa dua benda yang saling berinteraksi mengerahkan gaya yang sama besar
dan berlawanan.
𝐹𝐴 = −𝐹𝐵 (1.5)
Momentum linier merupakan produk dari massa dan kecepatan yang ditandai dengan
p. Jadi,
p = mv (1.6)
Hukum Newton kedua selanjutnya dinyatakan sebagai
𝑑𝑝
𝐹= (1.7)
𝑑𝑡
Atau dapat dinyatakan ketika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda, maka gaya
tersebut sama dengan laju perubahan momentum linier benda tersebut. Hukum ketiga
Newton selanjutnya dapat dinyatakan dalam bentuk momentum menjadi
𝑑𝑣𝐴 𝑑𝑣𝐵
=− 𝜇
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐵𝐴
Atau
𝑑𝑝𝐴 𝑑𝑝𝐵
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑝𝐴 + 𝑝𝐵 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (1.8)
Jadi, jumlah total dari dua benda yang saling berinteraksi adalah konstan. Pernyataan
ini dapat digeneralisir menjadi “ jumlah total momentum linier dari setiap sistem yang
terisolasi adalah konstan”. Pernyataan ini merupakan statemen dasar dari hukum kekekalan
momentum.
Gaya gesek yang bekerja antara dua permukaan yang berada dalam keadaan diam
relatif satu dengan lainnya disebut dengan gaya gesek statik (fs). Gaya gesek statik
maksimum adalah gaya terkecil yang menyebabkan benda bergerak. Untuk permukaan yang
kering dan tidak diberi pelumas, diperoleh bahwa gaya gesek statik maksimum diantara dua
permukaan tidak bergantung pada luas permukaan kontak yang saling bergesekan, tetapi
sebanding dengan besarnya gaya normal diantara kedua benda yang saling bergesekan
(Gambar 4).
Misalkan sebuar partikel bermassa m mendapatkan gaya dari beberapa gaya F1, F2,
…, Fn. Maka gaya resultan yang bekerja pada partikel tersebut dinyatakan dengan prinsip
superposisi, yaitu
F = 𝜮𝑭𝒏 = 𝑭𝟏 + 𝑭𝟐 + ⋯ + 𝑭𝒏 (1.9)
𝑑𝑝
𝐹=
𝑑𝑡
Dimana p adalah momentum linear dari partikel. Ketika massa m tetap konstan, maka
dapat ditulis
𝑑2𝑟
𝐹=𝑚 = 𝑚𝑎 (1.10)
𝑑𝑡 2
𝑟 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡 = 𝑣𝑡 + 𝑟0
2) F = konstan (GLBB)
𝑑2𝑥 𝑑2𝑟 𝐹
𝑚 = 𝐹 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑚
𝑑𝑥 𝐹 𝐹
𝑣= ∫ 𝑑𝑡 = 𝑡 + 𝑣0 , 𝑣0 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
𝑑𝑡 𝑚 𝑚
𝐹
𝑣= 𝑡 + 𝑣0
𝑚
𝐹 2
𝑟 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡 = 𝑡 + 𝑣0 𝑡 + 𝑟0 , 𝑟0 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
2𝑚
Dimana:
𝐹
=𝑎
𝑚
Jika persamaan (1.10) diuraikan dengan gerak pada koordinat rectangular, maka dapat
ditulis dalam bentuk tiga komponen
𝑑2𝑥
𝐹𝑥 = ∑ 𝐹𝑛𝑥 𝑚 = 𝑚ẍ = 𝑚𝑎 (1.11)
𝑑𝑡 2
Bentuk persamaan (1.11) tersebut juga sama untuk Fy dan Fz. Jika percepatan a atau
komponen-komponennya ax, ay, az diketahui, maka bisa digunakan untuk mencari F.
Persamaan (1.11) juga bisa ditulis dalam bentuk
𝑑2 𝑥
𝐹=𝑚 2 (1.12)
𝑑𝑡
𝑑2𝑥
𝐹(𝑥, ẋ, 𝑡) = 𝑚 2 (1.13)
𝑑𝑡
Jika gaya bekerja pada selang waktu t1 dan t2, dengan integrasi didapatkan
𝒕𝟐
P2 − P1 = ∫ 𝐹 dt (1.18)
𝒕𝟏
Persamaan (1.18) yang merupakan bentuk integral dari hukum kedua Newton, dimana
persamaan (1.15) sampai (1.16) adalah bentuk lainnya. Bentuk integral pada sisi kanan
persamaan (1.18) adalah impuls yang dikirim oleh gaya F selama interval waktu singkat (t2 –
t1). Jadi perubahan momentum linear adalah sama dengan impuls terkirim. Persamaan (1.18)
adalah pernyataan dari Teori impuls-momentum.
∫ 𝑑𝑣 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡 (1.20)
𝒗𝟎 𝒕𝟎
Karena dilakukan pengintegralan sebanyak dua kali, maka dapat digunakan dua
variable, yaitu t’ dan t” sehingga persamaan (1.27) dapat dinyatakan
t 𝑡
1
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0 (𝑡 − 𝑡0 ) + ∫ 𝑑𝑡′ ∫ 𝐹(𝑡")𝑑𝑡" (1.28)
𝑚
t0 𝑡0
Ilustrasi tentang pembahasan ini bisa dilakukan dengan menjelaskan interaksi dari
gelombang radio dengan electron pada ionosfer, hasil dari pemantulan gelombang radio
dari ionosfer. Ionosfer menutupi bumi pada ketinggian 200 km (sekitar 125 mil) dari
permukaan tanah. Ionosfer berisi ion-ion bermuatan negative dan positif sehingga
membentuk gas netral. Ketika gelombang radio yang merupakan gelombang
elektromagnetik melewati ionosfer, sehingga terjadi interaksi dengan muatan partikel dan
mempercepatnya. Gerak dari elektron bermassa m dan bermuatan negatif yang awalnya
dalam keadaan diam, ketika terjadi interaksi dengan gelombang elektromagnetik yang
datang dengan medan listrik E, maka dapat dinyatakan
𝐸 = 𝐸0 sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.29)
Dimana adalah frekuensi osilasi dalam radian per detik dari gelombang
elektromagnetik dan adalah sudut fasa awal. Interaksi tersebut menghasilkan gaya
terhadap elektron sebesar
𝐹 = −𝑒𝐸 = −𝑒𝐸0 sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.30)
Dimana percepatan dari elektron adalah
𝐹 𝑒𝐸0
𝑎= =− sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.31)
𝑚 𝑚
Jika a0 = eE0/m menjadi percepatan yang maksimum, maka
𝑎 = −𝑎0 sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.32)
Jika a = dv/dt, persamaan gerak dari elektron menjadi
𝑑𝑣 𝑒𝐸0
=− sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.33)
𝑑𝑡 𝑚𝜔
Dengan asumsi bahwa ketika dalam keadaan diam t=t0 maka v0=0, pengintegralan
dari persamaan (1.33) menghasilkan
𝑒𝐸0 𝑒𝐸0
𝑣=− cos ∅ + cos(𝜔𝑡 + ∅) (1.33)
𝑚𝜔 𝑚𝜔
Dan jika v = dx/dt dengan asumsi bahwa x=x0 ketika t0=0, pengintegralan dari
persamaan (1.33) menghasilkan
𝑒𝐸0 𝑒𝐸0 𝑒𝐸0
𝑥=− sin ∅ − ( 𝑐𝑜𝑠∅) 𝑡 + sin(𝜔𝑡 + ∅) (1.34)
𝑚𝜔 𝑚𝜔 𝑚𝜔 2
Dua suku yang pertama menunjukkan bahwa elektron mengalir dengan kecepatan
yang tetap dan kecepatan ini merupakan fungsi dari keadaan awal. Superposisi dari gerak
aliran elektron iniadalah gerak osilasi yang ditunjukkan pada suku terakhir. Frekuensi
osilasi elektron tidak tergantung atas kondisi awal, dan hal ini sama dengan kejadian
gelombang elokromagnetik.
𝐾 − 𝐾0 = ∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥 (1.61)
𝑥0
Atau ditulis dalam bentuk lain
𝑥
1 1
𝑚𝑣 2 − 𝑚𝑣𝑜 2 = ∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥 (1.62)
2 2
𝑥0
Bagian persamaan sisi sebelah kanan sama dengan usaha yang dilakukan untuk
memindahkan partikel dari x0 ke x. Pembahasan mengenai ini, sangat cocok untuk
memperkenalkan energi potensial atau fungsi energi potensial V(x), yaitu
𝑑𝑣𝑥
− = 𝐹(𝑥) (1.63)
𝑑𝑥
Definisi dari V(x) adalah usaha yang dilakukan oleh gaya ketika partikel
dipindahkan dari titik x ke titik standart xs.
𝑥𝑠 𝑥
Sama dengan persamaan (1.63), jadi usaha bekerja dari x0 sampai x, yaitu
𝑥 𝑥 𝑥
𝑑𝑣(𝑥)
∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ [− ] 𝑑𝑥 = − ∫ 𝑑𝑉(𝑥) (1.65)
𝑑𝑥
𝑥𝑜 𝑥0 𝑥0
𝑥 𝑥𝑠 𝑥
Atau
1
𝑉(𝑥) = 𝑘𝑥 2 (1.72)
2
𝑑𝑣
𝑚𝑣 = 𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥 (1.73)
𝑑𝑥
Integralkan persamaan (1.73), sehingga diperoleh
𝑚𝑣𝑑𝑣 = −𝑘𝑥 𝑑𝑥 (1.74)
1 1
𝑚𝑣 2 = − 𝑘𝑥 2 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (1.75)
2 2
Atau
1 1
𝑚𝑣 2 + 𝑘𝑥 2 = 𝐸 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (1.76)
2 2
DAFTAR PUSTAKA
Jufriadi, A. dan Ayu, H.D., 2015. Bahan Materi Kuliah Mekanika. Malang: Universitas
Kanjuruhan Malang.
Setya, Nurachmandani. 2009. Fisika I untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Pusast: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Supardi. 2014. Catatan Kuliah Mekanika Klasik. http://staffnew.uny.ac.id/upload
/132206562/pendidikan/MEKANIKA+NEWTONIAN+(Autosaved).pdf (diakses
pada tanggal 20 Desember 2018)
Solusi Persamaan Newton. https://www.scribd.com/document/371841667/94065-Bab-03-
Solusi-Persamaan-Newton (Diakses pada tanggal 21 Desember 2018)