BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan merupakan sifat dasar dari sel yang hidup dan sel memiliki
lagi mengadakan pertumbuhan karena pertumbuhan sel sudah berada dalam keadaan
seimbang di mana sel-sel lama yang telah mati telah tergantikan oleh sel baru.
Dalam keadaan tertentu misalnya ada luka pada jaringan tubuh, akan terjadi lagi
pertumbuhan yang bersifat lokal yang akan berhenti dengan sendirinya, apabila
hidup yang paling kecil yang sanggup hidup mandiri. Mekanisme pertumbuhan sel
ini teratur dan terkontrol, sehingga normal sesuai dengan siklusnya. Sel tumor/
kanker berbeda dengan sel tubuh normal, yaitu kepekaaNyya. Tumor/kanker berasal
dari satu sel dengan pertumbuhan terus menerus, tidak terkontrol, dapat berubah
bentuk dan dapat tumbuh pada organ lain atau metastasis. Tumor/kanker terjadi
akibat gangguan atau mutasi kode genetik, yang dapat terjadi pada sel tubuh akibat
bahan kimia yang bersifat karsinogenik, radiasi, virus, atau keturunan. (Jurnal RS
eksponensial, karena adanya cacat pada untaian DNA yang dapat menyebabkan
sel tidak ada atau rusak, sel-sel yang terkena dampak dapat membelah dan
2
berkembang biak tanpa kendali. Sel-sel yang membelah dan berkembang biak tanpa
yang tumbuh terus meNyerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000) Tumor adalah : massa
padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin, 2000).
Tumor jaringan lunak adalah tumor yang berasal dari jaringan
mesoderm, antara lain dapat berasal dari otot, lemak, jaringan ikat fibrous, sinovial,
saraf dan pembuluh darah. Sebagian besar tumor jaringan lunak merupakan tumor
jinak yang mengenai semua usia dan insideNyya meningkat seiring dengan
pasien.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2012 bahwa mengatakan jumlah
orang yang didiagnosis menderita tumor/kanker di dunia setiap tahun telah mencapai
lebih dari 14 juta orang. Data pada tahun 2012 menunjukkan kenaikan kasus dari
tahun 2008 yang hanya terdapat 12,7 juta kasus. Pada waktu itu jumlah kematian
juga meningkat yaitu sebanyak 76 juta -82 juta kasus kematian akibat tumor/kanker.
paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru, payudara, dan area
semua keganasan (Enzinger dan Weiss’s, 2001). Berdasarkan data dari Badan
Registrasi Kanker (BRK), pada tahun 2004 di Indonesia dilaporkan sekitar 3% kasus
tumor jaringan lunak dan pada tahun yang sama di Surabaya dilaporkan sekitar 2%
kasus tumor jaringan lunak dari semua keganasan, sedangkan di Malang dilaporkan
sekitar 0,6% kasus mengenai tumor jaringan lunak. Akan tetapi jumlah penderita
tumor jaringan lunak ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan (BRK,
2004).
Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi
penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari
setiap 1000 orang terdapat sekitar 4 penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada
memperkirakan jumlah kematian karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan
tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa. (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007).
Menurut data rekam medis pasien FNAB ( Fine Needle Aspiration
Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan 433 orang
penderita yang didiagnosa klinis tumor jaringan lunak dan didiagnosa sitologi
dengan pemeriksaan FNAB. Dari 433 pasien penderita tumor jaringan lunak
didapatkan 383 pasien penderita tumor jinak dan 50 pasien penderita tumor ganas.
Penderita terbanyak tumor jaringan lunak yang dilakukan pemeriksaan FNAB adalah
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 241 kasus atau sebesar 55,66%
sedangkan penderita laki – laki sebanyak 192 kasus atau sebesar 44,34%. Untuk usia
4
penderita tumor jaringan lunak didapatkan berkisar antara usia 1 tahun (paling muda)
sampai dengan usia 80 tahun (paling tua). Sedangkan untuk usia penderita tumor
jaringan lunak terbanyak berusia adalah pada usia tua yaitu di atas umur 46 tahun
atau sebesar 40,18%. Penderita tumor jaringan lunak terbanyak berasal dari daerah
Malang yaitu sebanyak 335 orang atau sebesar 77,37%, sedangkan 98 orang atau
sebesar 22,63% laiNyya berasal dari daerah luar Malang. Berdasarkan data rekam
medis FNAB pasien tumor jaringan lunak yang dikumpulkan di Instalasi Patologi
Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan 433 kasus dengan jenis diagnosa
sitopatologi terbanyak penderita tumor jinak jaringan lunak adalah Lipoma yaitu 173
kasus atau sebesar 45,17%, sedangkan kasus tumor ganas jaringan lunak terbanyak
adalah Malignant Fibroushistiocytoma yaitu 19 kasus atau sebesar 38%. Dari 711
diagnosa tumor jinak jaringan lunak terbanyak adalah Lipoma yaitu 201 kasus atau
sebesar 32,90% sedangkan kasus tumor jaringan lunak ganas terbanyak adalah
penderita Soft Tissue Tumor pada tahun 2012-2014 mencapai 173 orang. Pada tahun
2012 didapatkan sekitar 63 orang (36,4%) dan pada tahun 2013 untuk kasus Soft
Tissue Tumor meningkat hingga 72 orang (41,6%). Pada periode januari sampai
maret 2014 kasus Soft Tissue Tumor terdapat 38 orang (21,9%) penderita.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian tumor masih cukup
tinggi dimana jumlah pasien yang meninggal bertambah setiap tahuNyya. Masalah
perawatan yang timbul pada kasus tumor tidak dapat diabaikan begitu saja dan
Tumor Diruang Sakura Rumah Sakit Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun
2019”.
B. Rumusan Masalah
Bagaiaman pemebrian Asuahan keperawataba pada Ny.R dengan Gangguan
Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor Diruang Sakura Rumah Sakit Kota
dengan kasus Gangguan Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor di Ruang Sakura
Sistem Integumen : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura Rumah Sakit Kota
pengalaman yang nyata dalam merawat klien dengan Kasus “Soft Tissue
Tumor”.
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat/pasien
Diharapakan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh terus meNyerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
yang bermassa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm (Carwin, 2000).
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan
tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang
berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah
dan limfe, jaringan lemak, dan selaput saraf. Bila kulit diatas benjolan masih baik
dan tidak ada luka berupa borok, kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah
kulit yaitu dari jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga,
namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila pembesaraNyya
B. Anatomi Fisiologi
Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai
alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di
1. Epidermis
Merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1
milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Tipe-Tipe Sel
9
Cells. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis
memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes
epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel
banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk
ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini
dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah
terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia
setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan
Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses
Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan
sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada
sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya.
ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau
atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein
ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan
yaitu :
dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
12
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada
dua jenis kelenjar keringat yaitu Kelenjar keringat ekrin dan Kelenjar
keringat apokrin
b. Kelenjar palit (Sebacea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
3. Hipodermis / Subcutis.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan
ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-
organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan
makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata.
Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga
kimiawi terutama bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali
kuat laiNyya yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam dan amonia.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
dan subkutis.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
baik.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. makin lama inti menghilang dan
keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-
menerus seumur hidup dan proses ini berlangsung selama 14 sampai 21 hari
matahari.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
pada silsilah keluarga pasien dengan Soft Tissue Tumor (STT) terdapat anggota
keluarga yang pernah menderita Soft Tissue Tumor (STT) juga. Ada bukti
tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
4. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan
hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Karena
oleh mutasi ganetic dari DNA seluler. Pembedaan sel tumor tergantung dari
lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan
protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat
2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun
penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun
tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada
suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan
jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya,
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya antara lain (Desen W, 2010):
1. adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit
penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf
tepi.
2. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
3. Penurunan berat badan
4. Mual, muntah dan anoreksia.
5. Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6. Pertumbuhnya lambat, dan tidak cepat membesar.
7. Bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan
cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak
sukar bergerak dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun
17
tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan
G. Pemeriksaan penunjang
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi tumor
tumor dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai terkena tidaknya komponen
neurovascular yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga bisa
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi aspirasi jarum halus adalah
biopsi dari tumor jaringan langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
18
mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka
cukup hanya benjolaNyya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis
tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari
tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari
bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor,
mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari
Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal.
19
Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat
untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada
keseluruhan hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah
operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker
lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah
menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink
Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi
predisposisi :
genetik, umur, virus, infeksi, dan trauma
Gangguan gastrointestinal
Terputusnya kontinitas
jaringan Kurang informasi
Mual, muntah,anoreksia
Pengeluaran mediator
kimia : bradikimia dan Pintu masuk bagi kuman Strees psikologis
histamin pathogen meningkat
Penurunan intake
cairan dan makanan
Daya tahan tubuh menurun Ansietas
Dihantarkan
kehipotalamus dan
cortex serebri
Resiko tinggi Resiko nutrisi
kekurangan volume kurang dari
Resiko tinggi
cairan kebutuhan
terjadinya infeksi
Perfusi jaringan
Nyeri
terganggu
Kerusakan integritas
Konstipasi kulit
22
J. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan suatu kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
asbes.
i. Keamanan
Gejala : Pemajanan bahan kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan. Perubahan pada
tingkat kepuasan.
k. interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan
K. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari
status kesehatan.
b. Nyeri (gangguan rasa nyaman)
2000) :
a. Pre operasi
1. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,
takut.
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi.
3) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
Rencana keperawatan :
mendskusikan perasaaNyya.
Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima pada adanya kondisi
perilaku berhati-hati .
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Rencana keperawatan :
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
pengobatan.
Rencana keperawatan :
26
sensitive.
Rasional : Membantu penilaian diagnose tumor, memberikan informasi
bebas.
Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan
latihan teratur.
Rasional : Memperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltik.
b. Post. operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan
dan berlebihan.
Rasional : Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma
membran mukosa.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan
tingkat hidrasi.
3) Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan
operasi.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria : Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah normal.
Rencana keperawatan :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sebagai
diharapkan.
3) Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional : Untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan nafas dalam dan batuk yang efektif.
28
Rasional : Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif dapat mengurangi
nyeri.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada
selanjutnya.
2) Gunakan tehnik septik dan antiseptik.
Rasional : Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman
penyebab infeksi.
3) Ganti verban.
Rasional : Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat
adekuat.
Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria : Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan
HB normal.
Rencana keperawatan :
1) Kaji intake dan out put klien.
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan merupakan asupan
metabolik.
3) Identifikasi kesukaan/ketidak sukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan
vitamin C
4) Berikan cairan IV.
Rasional : Memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit. Kehilangan
penyembuhan luka.
5) Berikan obat-obat sesuai indikasi.
Rasional : Mencegah muntah dan menetralkan atau menurunkan
Jaringan lemak sulit menyatu, dan garis jahitan lebih mudah terganggu.
3) Gunakan plester kertas untuk balutan sesuai indikasi.
Rasional : Pengantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan
serum.
Rasional : Anemia dan pembentukan edema dapat memenuhi pemulihan.
30
BAB III
LAPORAN KASUS
Integumen : Soft Tissue Tumor, yang dilakukan pada tanggal 24 April sampai 26 April
2019. Studi Kasus ini dimulai dari tahp pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan,
klien Ny.R, berumur 63 tahun, pasien berjenis kelamin perempuan, beragama islam,
suku bugis-tolaki, tempat tinggal sekarang di jln. Wedahu kec. Abeli pendidikan
SMA, dan pekerjaan sebagai IRT. Pasien masuk pada tanggal 23 April 2019 jam
14.00 WITA dengan nomor registrasi. 07-92-69 . Diagnosa medis Soft Tissue
benjolan deaerah wajah sebelah kiri. Dokter praktik poli bedah Rumah Sakit Umum
Kota Kendari menyarankan klien agar diopname segera untuk menjalani operasi
dengan melakukan pengangkatan atau eksisi tumor jaringan lunak pada wajah
sebelah kiri sebelum tumor tersebut bertambah besar dan semakin parah. Ny.R
mengikuti saran dokter untuk menjalani operasi, dan kemudian pada tanggal 23
April 2019 jam 14.00 WITA klien masuk di ruangan Sakura Rumah Sakit Umum
dirawat di rumah sakit sebelumnya. klien tidak pernah mengalami penyakit berat
seperti hipertensi, diabetes militus, hepatitis dan klien juga mengatakan tidak pernah
dioperasi, klien pernah merokok dan mengonsumsi alcohol.dan obat yang biasa
dengan tinggi badan 168 cm. Sementara pada riwayat kesehatan keluarga klien
berat ataupun keturunan. Pada pengkajian riwayat kesehatan, klien merupakan anak
GI
? ? ? ? ? ? ? ? ?
GII
33
? ? ? 63 ?
GIII
Keterangan :
: Laki-Laki.
: Perempuan.
: Klien.
X : Meninggal.
? : Tidak Diketahui.
: Garis Pernikahan.
: Garis Keturunan.
GI : Tidak ada riwayat penyakit yang sama.
GII : Tidak ada riwayat penyakit yang sama.
GIII : Klien berada di generasi ke tiga dengan diagnosa
“ Soft Tissue Tumor ( STT )”.
Pada riwayat kesehatan ketika dilakukan pengkajian pada tanggal 24
April 2019 jam 10.45 WITA, klien telah di operasi Dirumah Sakit Umum
Post. Operasi Soft Tissue Tumor (STT) di. keluhan utama yang dirasakan klien
pada saat dikaji yaitu nyeri pada wajah daerah post.op. keluhan nyeri hilang-
timbul, lokasi di wajah sebelah kiri , skala nyeri 7 (sedang), dan klien
mengatakan nyeri dirasakan pada saat bergerak. Dengan tidak ada riwayat
Upaya yang telah dilakukan yaitu klien mendapat terapi pada tanggal 24
April 2019 Infus RL 20 tetes permenit, injeksi cetorolac 1ampul/8 jam/IV. Dan pada
tanggal 25 April 2019 obat klien ditambahkan yaitu injeksi ranintidine 1ampul/12
darah 110/80 mmHg, , suhu 36,4 oC, nadi 86 kali permenit, pernafasan 20 kali
ada secret dan nyeri tekan. Pada thoraks atau dada bentuknya simetris tidak ada luka
disekitar dada dan tidak ada nyeri tekan maupun edema pada dada, vocal fremitus,
suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan misalnya ronchi, wheezing,
stridor, crackles. Pada saat diperkusi terdengar bunyi redup pada seluruh area paru-
paru, respirasi tidak ada nyeri, dsypnea, batuk, cyanosis, tidak ada sputum, tidak ada
tekan, pada saat diperkusi terdengar bunyi redup dan tidak ada pembesaran jantung.
Suara jantung normal, tidak ada nyeri dada, klien mengatakan pusing. Tidak ada
edema pada palpebra, ekstermitas atas dan ekstermitas bawah serta tidak ada ascites.
ada nyeri tekan dan kulit kepala nampak kotor. Pada wajah tidak ada gerakan
abnormal dan ekspresi wajah nampak meringgis. Pada pemeriksaan mata didapatkan
bola mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, pupil isokor kanan-kiri,
kelopak mata dapat membuka dan menutup dan tidak ada nyeri tekan. Pada
pemeriksaan telinga didapatkan bentuk telinga simetris, tidak ada serumen keadaan
35
nampak bersih, dan tidak ada nyeri tekan maupun edema. Kemudian pada lidah
tidak ada deviasi lidah, keadaan lidah tampak kotor, klien dapat mengangkat
bahunya dan dapat memalingkan kepala dan tidak ada kaku kuduk, tidak ada
menelan baik, namun ada refleks muntah. Pada persepsi sensori pendengaran pada
telinga kanan dan kiri baik, persepsi sensori penciuman baik, persepsi pengecapan
manis, asin, pahit juga baik, penglihatan pada mata kanan dan kiri baik, dan
perabaan panas, dingin, dan tekan juga baik. Pada status mental didapatkan klien
bau amoniak, serta tidak ada masalah dalam perkemihan, dan tidak ada pemasangan
kateter.
ada radang dan pemaikaian gigi palsu, mukosa bibir kering Pada leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, tidak
ada nyeri tekan dan tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.
Pada abdomen nampak terpasang verban didaerah epigastrium, ada nyeri tekan
dengan peristaltik usus 4-5 kali permenit, Sementara di rectum tidak dilakukan
pengkajian. Klien mengatakan belum BAB sejak tanggal 26 Januari 2014. Dengan
Ka 4 5 Ki
5 5
permenit, pada ektremitas bawah tidak terdapat luka dan nyeri tekan, pergerakan
sendi , kekutaan otot normal, sementara pada kulit akral hangat, dengan turgor kulit
jelek.
riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik baik, tidak ada perubahan pada
ukuran bagian tubuh, nampak ada kekeringan pada kulit dan rambut serta tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid. Sementara pada sistem reproduksi
klien mengatakan tidak mandi dan hanya di lap basah. Pada aktifitas dan istirahat
perubahan selama sakit klien mengatakan tidak ada perubahan, Sementara pada
eliminasi klien mengatakan belum BAB selama masuk di RS tanggal 23 April 2019
dan produksi urine 800 ml perhari dengan frekuensi 3-4 kali perhari.
Terapi obat yang didapatkan klien saat ini tanggal 25 April 2019 adalah
morce
4. Nampak terpasang verban didaerah
C. Perumusan Masalah
infeksi -
adanya luka operasi
DO :
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
insisi bedah, yang ditandai keperawatan selama 3X24 lokasi dan karakteristik insisi dan menentukan
- Antibiotik
6. HE tentang pendidikan 6. mengurangi/mengontrol nyeri
infeksi berhubungan dengan keperawatan selama 3X24 insisi : adanya inflamasi, Perkembangan infeksi dapat
adanya luka operasi, yang jam, diharapkan tidak karakter drainase memperlambat pemulihan
Op
distraksi.
Hasil :
- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran
dalam
44
5. Berkolaborasi
indikasi :
Hasil :
- Infus RL 20 tetes
permenit
- Injeksi Ranintidine
1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1
ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone
1gr/12 jam/IV
Resiko tinggi terjadinya Rabu, 1. Mengobse Rabu, S:
29 januari 29 januari Klien mengatakan demam
infeksi berhubungan rvasi keadaan luka insisi : Klien mengatakan nyeri
2014 2014
dengan adanya luka 16.20 adanya inflamasi, karakter 17.05 pada wajah daerah post. Op
ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone
1gr/12 jam/IV
Nyeri berhubungan Rabu, 1. M Rabu, S:
24 April 24 April Klien mengatakan nyerinya
dengan insisi bedah, yang engkaji skala nyeri, catat 11:00
2019 berkurang
ditandai dengan : 11:00 lokasi dan karakteristik
DS : O:
46
permenit 4. M
- Pernafasan : 24
emberikan tindakan
kali permenit
kenyamanan : posisi yang
13:20
nyaman, teknik relaksasi
Hasil :
- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran
dalam
5. Be
Hasil :
- Infus RL 20 tetes
48
permenit
- Injeksi Ranintidine
1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1
ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone
1gr/12 jam/IV
3. Memberi HE tentang
1gr/12 jam/IV
Nyeri berhubungan Kamis, 1. Mengkaji skala nyeri, catat Kamis, S:
25 April 25 April Klien mengatakan nyerinya
dengan insisi bedah, yang lokasi dan karakteristik
2019 2019 berkurang
50
Op
4. M
emberikan tindakan
Hasil :
- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran
dalam
5. Be
Hasil :
52
- Infus RL 20 tetes
permenit
- Injeksi Ranintidine
1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1
ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone
1gr/12 jam/IV
Resiko tinggi kekurangan Kamis, 1. Kamis, S:
25 April 25 April klien mengatakan banyak
volume cairan Mengobservasi membran
2019 2019 minum air
berhubungan dengan 11.00 mukosa, dan turgor kulit 11.00
O:
pembatasan pasca 11:30 Hasil :
keadaan umum baik
operasi : puasa, yang - mukosa bibir lembab mukosa bibir lembab
- turgor kulit baik turgor kulit baik
ditandai dengan : 2. masukan minuman 2800 ml
DS : Mengawasi masukan dan sehari
klien mengatakan cairan infuse di UP
haluaran: catat warna urine
sudah tidak puasa 12.00
A : masalah teratasi
53
flatus lagi
- peristaltik usus 6-7 kali
permenit
4.
54
dari perawat
2. Berkolaborasi dalam
dengan : hasil : O:
S: 11.36
Klien mengatakan - Tidak ada edema Keadaan umum baik
- Tidak ada pus Tidak ada edema
sudah tidak demam - Terdapat 3 jahitan post. Tidak ada pus
Klien mengatakan Terdapat 3 jahitan post. Op
13.08 Op A : masalah tidak terjadi
nyerinya berkurang P : intervensi dihentikan
2. Mempertahankan perawatan (pasien pulang)
55
indikasi :
Hasil :
- Infus RL 20 tetes
permenit
- Injeksi Ranintidine
1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1
ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone
1gr/12 jam/IV
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memberikan uraian tentang “Asuhan Keperawatan
pada Ny.R dengan Gangguan Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor di Ruang Sakura
Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari Tahun 2019”. Maka pada bagian ini penulis akan
antara teori dan praktek atau kasus yang ditemukan dilapangan selama melaksanakan
asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu
spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya antara
lain (Desen W, 2010). adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.
Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan
pada saraf-saraf tepi. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
Penurunan berat badan. mual, muntah dan anoreksia. Pertumbuhanya lambat, dan
tidak cepat membesar. Bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif
57
masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.
Pada kasus yang didapatkan dari pengkajian Ny.R pada tanggal 27
Januari 2014, jam 14.25 WITA didapatkan hasil nyeri pada abdomen daerah
epigastrium, nampak ada benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, Sementara pada
pengkajian tanggal 29 Januari 2014, jam 10.45 WITA didapatkan hasil nyeri pada
abdomen daerah Post. Operasi, pusing, mual dan muntah 2 kali, dan belum BAB
sejak 3 hari yang lalu data lain yang diperoleh saat pengkajian adalah mukosa bibir
telah dipaparkan di BAB II hanya beberapa data yang terdapat kesenjangan yang
ditemukan dalam tahap pengkajian yaitu data penurunan berat badan, dan anoreksia,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
jaringan akibat tindakan operasi. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
(Doegoes, 2000).
58
ditegakan penulis pada Pre. Operasi yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan adanya massa. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi
yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang
association for the study of paiba in), dengan awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
subjektif klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian epigastrium, sedangkan data
objektif ditemukan keadaan umum klien lemah, klien nampak meringgis, skala nyeri
5 (sedang), nyeri tekan pada abdomen, nampak ada benjolan pada abdomen pada
berhubungan dengan prognisis dan kebutuhan pengobatan yang terdapat pada teori
berhubungan dengan insisi bedah. Alasan ditegakan diagnosa ini karena didapatkan
data objektif klien mengatakan nyeri pada abdomen daerah Post. Operasi, dan klien
ekspresi wajah nampak meringgis, skala nyeri 5 (sedang) dari rentang nyeri 0-10,
tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Potter
dan Perry, 2005). Diagnosa ini penulis prioritaskan pertama karena merupakan
keluhan yang sangat dirasakan oleh klien. Masalah ini harus segera ditangani karena
otonom, gangguan tidur, tingkah laku ekspresif, dan perubahan nafsu makan
(Nanda, 2005). Jika masalah tersebut tidak segera ditangani maka nyeri akan
dan kegiatan-kegiatan atau aktifitas yang biasa dilakukan serta dapat menyebabkan
dengan data subjektif klien mengatakan mual dan muntah 2 kali, dan klien
mengatakan masih puasa. Data objektif ditemukan keadaan umum klien lemah,
klien nampak mual dan muntah, mukosa bibir kering, dan turgor kulit jelek.
Diagnosa keperawatan ketiga yang ditegakan merupakan diagnosa yang
ditegakan diagnosa ini karena didapatkan klien mengatakan belum BAB sejak 3 hari
yang lalu, dengan data objektif keadaan umum lemah, dan peristaltik usus 4-5 kali
permenit.
Pada diagnosa keperawatan terakhir yaitu resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya luka operasi. Infeksi adalah suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik (Utama, 2006). dengan data objektif keadaan umum lemah, ekspresi eajah
60
nampak meringgis, dan nampak terpasang verban pada abdomen daerah Post.
Opearasi.
Untuk diagnosa post. Operasi penulis mengambil diagnosa dari referensi
kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan pada Tn.A, selain konstipasi
yang terdapat pada kasus, pada teori terdapat diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi
tersebut, karena penulis tidak menemukan data yang menunjang untuk mengangkat
diagnosa tersebut.
3. Intervensi keperawatan
klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi yang
dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).
Intervensi yang akan dilakukan penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon
2007).
tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi pasien
2011).
61
intervensi yang ditegakkan pada teori maupun dalam kasus yaitu tentukan riwayat
nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala. Berikan tindakan kenyamanan dasar
kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. selain itu intervensi yang ada dalam
kasus selain yang diterapkan tadi adalah observasi tanda-tanda vital dimana
yang ditegakkan pada teori maupun kasus yaitu kaji karakteristik nyeri, ukur tanda-
tanda vital, ajarkan teknik relaksasi, ajarkan nafas dalam dan batuk yang efektif dan
pada Tn.A yaitu kaji insisi bedah, perhatikan : edema, perubahan luka atau inflamasi
dan mengeringnya tepi luka tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi yang dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi. Health education tentang
pendidikan kesehatan : Soft Tissue Tumor untuk memberikan pemahaman bagi klien
dan juga ada dalam teori intervensi yang ditegakkan yaitu pantau tanda-tanda vital
dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap
tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan. palpasi nadi periver. Evaluasi
pengisian kapiler turgor kulit, dan status membran mukosa. perhatikan adanya
edema. pantau masukan dan haluaran. pantau suhu tubuh. Selain itu, intervensi yang
62
ditegakkan pada Tn.A yaitu auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus dan
gerakan usus tindakan ini dilakukan sebagai indikator kembalinya peristaltik dan
dimulai, dan lanjutkan dengan diit sesuai indikasi tindakan ini ditunjukan untuk
menjadi kesenjangan adapun itervensi yang ditegakkan adalah auskultasi bising usus
dan keluhan nyeri abdomen, berikan diit dengan kadar serat dan menganjurkan
makan dalam keadaan hangat, observasi gerakan usus : perhatikan warna, konsitensi
dan jumlah, dan berkolaborasi dalam pemberian obat : pelunak feses sesuai indikasi.
Masalah keperawatan resiko infeksi yang ada dalam teori dan juga
terdapat pada kasus, intervensi yang ditegakkan yaitu kaji tanda-tanda infeksi dan
vital sign, gunakan tehnik septik dan antiseptik, ganti verban, penatalaksanaan
pemberian obat antibiotik. Sementara intervensi yang tidak ditegakkan pada kasus
4. Implementasi keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawatan
yang direncanakan pada klien Tn.A dapat dilaksanakan hampir secara keseluruhan
63
hal ini dimungkinkan adanya kerja sama dengan petugas dan keadaan klien beserta
intervensi yang tidak dilakukan berhubungan dengan saran dan prasarana yang tidak
mendukung.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat melakukan
kontak dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP) yaitu S
(subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang
tindakan segera, P (plaNying) merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
WITA. Subjektif : klien mengatakan masih nyeri pada abdomen daerah epigastrium,
Objektif : keadaan umum lemah, klien masih nampak meringgis, skala nyeri 4
(sedang), nyeri tekan pada abdomen, nampak ada benjolan pada daerah abdomen,
dan tanda-tanda vital : TD : 100/80 mmHg, suhu : 36,8oC, nadi : 82 kali permenit,
intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan : kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik,
teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat
Evaluasi hasil Post. Operasi pada diagnosa utama selama 3X24 jam
perawatan, hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA, didapatkan data
klien nampak rileks, skala nyeri 3 (baik), nampak masih terpasang verban, tanda-
tanda vital : TD : 100/70 mmHg, suhu : 36,5oC, nadi : 82 kali permenit, dan
dihentikan.
Evaluasi hasil Post. Operasi pada diagnosa kedua, selama 3X24 jam
perawatan, hari kamis 30 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien
mengatakan banyak minum air putih. Objektif : keadaan umum baik, mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, masukan minuman 2800 ml sehari, cairan infuse di Up.
perawatan pada hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien
mengatakan belum BAB lagi. Objektif : keadaan umum baik. Peristaltik usus 6-7
perawatan hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien
keadaan umum baik. Tidak ada edema. Tidak ada pus. Terdapat 3 jahitan Post.
BAB V
PENUTUP
Integumen : Soft Tissue Tumor, yang dilakukan penulis selama 5 hari, penulis banyak
menemukan hal-hal yang bermanfaat dan menumbuhkan wawasan bagi penulis untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Maka sebagai langkah terakhir dalam
pembuatan laporan akhir ini, penulis memberikan kesimpulan berdasarkan tujuan yang
telah ditulis pada BAB I dan saran yang kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
A. Kesimpulan
bahwa soft tissue tumor atau tumor jaringan lunak adalah suatu benjolan atau
lunak yaitu tumor yang berasal dari jaringan mesoderm, antara lain dapat berasal
dari otot, lemak, jaringan ikat fibrous, sinovial, saraf dan pembuluh darah.
kepada pasien dan keluarga, membaca buku status pasien, juga dengan pemeriksaan
fisik langsung kepada pasien, serta mencari informasi tentang pasien kepada para
perawat ruang melati, sehingga dapat diperoleh data yang sesuai dengan keadaan
2014 yang dilakukan oleh penulis pada kasus Tn.A dengan Soft Tissue Tumor
pada daerah abdomen. Data objektif keadaan umum lemah, klien nampak
meringgis, skala nyeri 5, ada nyeri tekan pada abdomen, dan nampak ada
mengatakan nyeri pada abdomen daerah post. Operasi, klien mengatakan mual
dan muntah 2 kali, klien mengatakan pusing, klien mengatakan masih puasa, dan
klien mengatakan belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Data objektif yaitu
(sedang), klien nampak mual dan muntah 2 kali, mukosa bibir kering, turgor
kulit jelek, nampak terpasang verban didaerah operasi, dan peristaltik usus 4-5
kali permenit.
67
dilakukan pengkajian Tn. A yaitu pada Pre. Operasi diagnosa yang muncul
adalah Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan adanya massa pada
abdomen. Sementara pada Post. Operasi diagnosa yang muncul adalah nyeri
pengkajian oleh penulis pada kasus Tn. A dengan Soft Tissue Tumor penyusun
Pre. Operasi yaitu Kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik, observasi
relaksasi nafas dalam dan distraksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai
indikasi : analgetik dan antibiotik. Sementara pada rencana tindaka Post. Operasi
untuk diagnosa utama yaitu Kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik.
kenyamanan : posisi yang nyaman, teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi.,
kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi : analgetik dan antibiotic, dan
yang dilakukan penulis pada disgnosa kedua yaitu observasi membran mukosa,
dan turgor kulit, awasi masukan dan haluaran: catat warna urine dan jumlah,
68
auskultasi bising usus: catat kelancaran flatus dan gerakan usus, anjurkan untuk
minum bila pemasukan per-oral dimulai, dan lanjutkan dengan diit sesuai
dilakukan penulis pada diagnosa ketiga yaitu auskultasi bising usus dan keluhan
nyeri abdomen, berikan diit dengan kadar serat dan menganjurkan makan
pemberian obat: pelunak feses sesuai indikasi. Dan pada rencana keperawatan
yang dilakukan pada diagnosa keempat yaitu observasi keadaan luka insisi :
tindakan.
Januari 2014 sampai tanggal 31 Januari 2014 dari evaluasi dari masalah
B. Saran
69
1. bagi penulis
menyeluruh.
2. Manfaat praktis
1. Bagi masyarakat/pasien
dini.
2. Bagi institusi/pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
71
EGC.