Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertumbuhan merupakan sifat dasar dari sel yang hidup dan sel memiliki

kemampuan mengendalikan pertumbuhaNyya. Organisme yang sudah dewasa tidak

lagi mengadakan pertumbuhan karena pertumbuhan sel sudah berada dalam keadaan

seimbang di mana sel-sel lama yang telah mati telah tergantikan oleh sel baru.

Dalam keadaan tertentu misalnya ada luka pada jaringan tubuh, akan terjadi lagi

pertumbuhan yang bersifat lokal yang akan berhenti dengan sendirinya, apabila

jaringan tersebut sudah mengalami penyembuhan. (Sudoyo, 2009).


Tubuh manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel. Sel merupakan satuan

hidup yang paling kecil yang sanggup hidup mandiri. Mekanisme pertumbuhan sel

ini teratur dan terkontrol, sehingga normal sesuai dengan siklusnya. Sel tumor/

kanker berbeda dengan sel tubuh normal, yaitu kepekaaNyya. Tumor/kanker berasal

dari satu sel dengan pertumbuhan terus menerus, tidak terkontrol, dapat berubah

bentuk dan dapat tumbuh pada organ lain atau metastasis. Tumor/kanker terjadi

akibat gangguan atau mutasi kode genetik, yang dapat terjadi pada sel tubuh akibat

bahan kimia yang bersifat karsinogenik, radiasi, virus, atau keturunan. (Jurnal RS

Kanker Dharmais, 2011).


Pertumbuhan sel tumor dapat digambarkan dengan model pertumbuhan

eksponensial, karena adanya cacat pada untaian DNA yang dapat menyebabkan

kesalahan pengkodean gen, akibatnya gen yang biasanya membatasi pertumbuhan

sel tidak ada atau rusak, sel-sel yang terkena dampak dapat membelah dan
2

berkembang biak tanpa kendali. Sel-sel yang membelah dan berkembang biak tanpa

kendali membesar (membentuk tumor).


Tumor merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh terus meNyerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan

disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, 2001).


Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan

pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000) Tumor adalah : massa

padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin, 2000).
Tumor jaringan lunak adalah tumor yang berasal dari jaringan

mesoderm, antara lain dapat berasal dari otot, lemak, jaringan ikat fibrous, sinovial,

saraf dan pembuluh darah. Sebagian besar tumor jaringan lunak merupakan tumor

jinak yang mengenai semua usia dan insideNyya meningkat seiring dengan

bertambahnya usia serta menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan dari

pasien.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2012 bahwa mengatakan jumlah

orang yang didiagnosis menderita tumor/kanker di dunia setiap tahun telah mencapai

lebih dari 14 juta orang. Data pada tahun 2012 menunjukkan kenaikan kasus dari

tahun 2008 yang hanya terdapat 12,7 juta kasus. Pada waktu itu jumlah kematian

juga meningkat yaitu sebanyak 76 juta -82 juta kasus kematian akibat tumor/kanker.

(Depkes RI, 2008-2012).


Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit kardiovaskuler yang

menyebabkan kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang

Amerika meninggal akibat proses maligna, setiap tahuNyya. Memperlihatkan

frekuensinya, penyebab kematian akibat tumor di Amerika Serikat meliputi kanker

paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru, payudara, dan area

kolorektal pada wanita.(Smelstzer, 2001).


3

Insiden tumor jaringan lunak di Amerika Serikat terjadi sekitar 1% dari

semua keganasan (Enzinger dan Weiss’s, 2001). Berdasarkan data dari Badan

Registrasi Kanker (BRK), pada tahun 2004 di Indonesia dilaporkan sekitar 3% kasus

tumor jaringan lunak dan pada tahun yang sama di Surabaya dilaporkan sekitar 2%

kasus tumor jaringan lunak dari semua keganasan, sedangkan di Malang dilaporkan

sekitar 0,6% kasus mengenai tumor jaringan lunak. Akan tetapi jumlah penderita

tumor jaringan lunak ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan (BRK,

2004).
Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi

penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari

keseluruhan penduduk Indonesia yang meninggal. Riset juga menyatakan bahwa

setiap 1000 orang terdapat sekitar 4 penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada

tahun-tahun berikutnya sehingga dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015) WHO

memperkirakan jumlah kematian karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan

tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa. (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007).
Menurut data rekam medis pasien FNAB ( Fine Needle Aspiration

Biopsy ) yang dikumpulkan selama periode Januari 2008 – Desember 2010 di

Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan 433 orang

penderita yang didiagnosa klinis tumor jaringan lunak dan didiagnosa sitologi

dengan pemeriksaan FNAB. Dari 433 pasien penderita tumor jaringan lunak

didapatkan 383 pasien penderita tumor jinak dan 50 pasien penderita tumor ganas.

Penderita terbanyak tumor jaringan lunak yang dilakukan pemeriksaan FNAB adalah

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 241 kasus atau sebesar 55,66%

sedangkan penderita laki – laki sebanyak 192 kasus atau sebesar 44,34%. Untuk usia
4

penderita tumor jaringan lunak didapatkan berkisar antara usia 1 tahun (paling muda)

sampai dengan usia 80 tahun (paling tua). Sedangkan untuk usia penderita tumor

jaringan lunak terbanyak berusia adalah pada usia tua yaitu di atas umur 46 tahun

atau sebesar 40,18%. Penderita tumor jaringan lunak terbanyak berasal dari daerah

Malang yaitu sebanyak 335 orang atau sebesar 77,37%, sedangkan 98 orang atau

sebesar 22,63% laiNyya berasal dari daerah luar Malang. Berdasarkan data rekam

medis FNAB pasien tumor jaringan lunak yang dikumpulkan di Instalasi Patologi

Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan 433 kasus dengan jenis diagnosa

sitopatologi terbanyak penderita tumor jinak jaringan lunak adalah Lipoma yaitu 173

kasus atau sebesar 45,17%, sedangkan kasus tumor ganas jaringan lunak terbanyak

adalah Malignant Fibroushistiocytoma yaitu 19 kasus atau sebesar 38%. Dari 711

penderita tumor jaringan lunak yang dilakukan pemeriksaan histopatologi jenis

diagnosa tumor jinak jaringan lunak terbanyak adalah Lipoma yaitu 201 kasus atau

sebesar 32,90% sedangkan kasus tumor jaringan lunak ganas terbanyak adalah

Fibrosarcoma yaitu 22 kasus atau sebesar 23,91%.


Di Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari terdapat jumlah seluruh

penderita Soft Tissue Tumor pada tahun 2012-2014 mencapai 173 orang. Pada tahun

2012 didapatkan sekitar 63 orang (36,4%) dan pada tahun 2013 untuk kasus Soft

Tissue Tumor meningkat hingga 72 orang (41,6%). Pada periode januari sampai

maret 2014 kasus Soft Tissue Tumor terdapat 38 orang (21,9%) penderita.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian tumor masih cukup

tinggi dimana jumlah pasien yang meninggal bertambah setiap tahuNyya. Masalah

perawatan yang timbul pada kasus tumor tidak dapat diabaikan begitu saja dan

membutuhkan pelayanan yang komprehensif. Berdasarkan uraian di atas, maka


5

penulis membuat Laporan Karya Tulis ilmiah yang berjudul : “Asuhan

Keperawatan pada Ny.R dengan Gangguan Sistem Integumen : Soft Tissue

Tumor Diruang Sakura Rumah Sakit Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun

2019”.
B. Rumusan Masalah
Bagaiaman pemebrian Asuahan keperawataba pada Ny.R dengan Gangguan

Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor Diruang Sakura Rumah Sakit Kota

Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2019”?


C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Melaporkan kasus penyakit dalam dan menerapkan asuhan keperawatan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komperhensif pada Ny.R

dengan kasus Gangguan Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor di Ruang Sakura

Rumah Sakit Kota Kendari tahun 2014.


2. Tujuan khusus :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. R Dengan Gangguan Sistem

Integument : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura Rumah Sakit Kota

Kendari tahun 2019.


b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.R Dengan

Gangguan Sistem Integument : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura

Rumah Sakit Kota Kendari tahun 2019.


c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada Ny. R. Dengan

Gangguan Sistem Integumen : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura Rumah

Sakit Kota Kendari tahun 2019.


d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. R Dengan Gangguan

Sistem Integumen : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura Rumah Sakit Kota

Kendari tahun 2019.


6

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.R Dengan Gangguan Sistem

Integumen : “Soft Tissue Tumor” di Ruang Sakura Rumah Sakit Kota

Kendari tahun 2019.


D. Manfaat penulis
1. Manfaat bagi penulis
Diiharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan memperoleh

pengalaman yang nyata dalam merawat klien dengan Kasus “Soft Tissue

Tumor”.

2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat/pasien
Diharapakan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit “Soft Tissue Tumor” sehingga dapat dilakukan

pencegahan lebih dini.


b. Bagi institusi/pendidikan
Sebagai masukan, tambahan wacana pengetahuan dan bahan masukan

dalam proses belajar mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan

pada pasien dengan “Soft Tissue Tumor”.


c. Bagi rumah sakit
Diharapakan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada

umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada klien dengan “Soft

Tissue Tumor” sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh

sel-sel yang tumbuh terus meNyerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, 2001).


Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu

benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru,

yang bermassa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm (Carwin, 2000).
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan

tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang

berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah

dan limfe, jaringan lemak, dan selaput saraf. Bila kulit diatas benjolan masih baik

dan tidak ada luka berupa borok, kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah

kulit yaitu dari jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga,

namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila pembesaraNyya

relatif cepat dalam waktu yang singkat.


8

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 1.1 : anatomi kulit

Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai

alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di

lapisan dermis. Dengan struktur anatomi sebagai berikut :

1. Epidermis
Merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda

pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya

pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1

milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Tipe-Tipe Sel
9

Epidermis terdiri dari Keratinocytes, Melanocytes, Merkel Cells, Langerhans

Cells. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis

memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes

melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.

Epidermis tersusun atas lima lapisan kulit, yaitu :

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)


Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan

epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel

pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak

berwarna dan sangat sedikit mengandung air.


Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih

banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk

ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut

dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini

dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah

terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia

setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan

terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.


b. Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan

dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.

Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis

dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).

Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses

keratinisasi bermula dari lapisan bening.


c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
10

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung

butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut.

Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan

dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika

sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel

berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada

lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.


e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak

(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas

sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya.

Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan

dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan

metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan

ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi

bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam

lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau

melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.


11

Gambar 1.2 : Lapisan Kulit Epidermis


2. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat

keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea)

atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot

penegak rambut (muskulus arektor pili).


Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang

dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein

ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan

penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang

menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.


Di dalam lapisan dermis atau kulit jangat terdapat dua macam kelenjar

yaitu :

a. Kelenjar keringat (Sudorifera)


Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu

saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk

pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat

dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
12

dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu

membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. KegiataNyya terutama

dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada

dua jenis kelenjar keringat yaitu Kelenjar keringat ekrin dan Kelenjar

keringat apokrin
b. Kelenjar palit (Sebacea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan

kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke

dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang

meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk

sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,

kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
3. Hipodermis / Subcutis.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan

limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang

dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan

ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-

organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan

makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur

tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata.

Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga

menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya

berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.


4. Fisiologi Kulit
Kulit memiliki fungsi bermacam-macam untuk menyesusaikan diri

dengan lingkungaNyya (Mass G, 2012) :


13

a. Sebagai pelindung (proteksi)


Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

misalnya tekanan, gesekan, tarikan. Gangguan kimiawi misalnya : zat-zat

kimiawi terutama bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali

kuat laiNyya yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra

violet, gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.


b. Fungsi absorbsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyebaran dapat

penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel

epidermis atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang

melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.


c. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam dan amonia.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis

dan subkutis.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerut (otot berkontaksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan

pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup

baik.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini

berasal dari rigi saraf.


g. Fungsi Keratinin
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel

langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan


14

pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah

bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng

dan bergranula menjadi sel granulosum. makin lama inti menghilang dan

keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-

menerus seumur hidup dan proses ini berlangsung selama 14 sampai 21 hari

dan memberi perlindungan terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.


h. Pembentukan vitamin D
Pembentukan vit D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale

yaitu dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar

matahari.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang

abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam

bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan

infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya tumor antara lain:


1. Kondisi Genetik
Beberapa kasus ditengarahi memiliki hubungan dengan faktor genetik, dimana

pada silsilah keluarga pasien dengan Soft Tissue Tumor (STT) terdapat anggota

keluarga yang pernah menderita Soft Tissue Tumor (STT) juga. Ada bukti

tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk

beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa

gen memiliki peran penting dalam diagnosis.


2. Karsinogen
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu

dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.


3. Hormone
15

4. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan

yang kurang berserat.


5. Parasit dan radiasi
parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
6. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang

mendorong transformasi neoplastic.


7. Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalaNyya lemah juga akan

meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak. Sementara

hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Karena

trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.


E. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah

oleh mutasi ganetic dari DNA seluler. Pembedaan sel tumor tergantung dari

besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan,

kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.


Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena

kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang

lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan

berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk

berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.


Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk

protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat

mengalahkan sel-sel normal dalm mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma,

2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan

terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui


16

pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk

membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun

penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun

tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada

suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan

prognosa yang berbeda.(Smelstzer, 2001).


Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor

jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya,

maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor

jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.


F. Manifestasi klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada

lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya antara lain (Desen W, 2010):
1. adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit

penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau

nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf

tepi.
2. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
3. Penurunan berat badan
4. Mual, muntah dan anoreksia.
5. Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6. Pertumbuhnya lambat, dan tidak cepat membesar.
7. Bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan

dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Sementara pada kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhaNyya relatif

cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak

sukar bergerak dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun
17

tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan

perdarahan pada kulit diatasnya.

G. Pemeriksaan penunjang
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi tumor

meliputi (Smeltzer, 2001) :


1. Angiografi
bermanfaat karena dapat menilai hubungan anatomi tumor dengan jaringan

sekitarnya sehingga dapat memberikan pemetaan yang tepat terhadap susunan

otot. Dalam perencanaan pembedahan, angiografi membantu menentukan jarak

tumor dengan pembuluh darah utama.


2. MRI
Merupakan modalitas diagnostic terbaik untuk mendeteksi, karakterisasi, dan

menentukan stadium tumor jaringan lunak, MRI mampu membedakan jaringan

tumor dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai terkena tidaknya komponen

neurovascular yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga bisa

digunakan untuk mengarah biopsy, merencanakan teknik operasi, mengevaluasi

respons kemoterapi, penentuan ulang stadium, dan evaluasi jangka panjang

terjadinya kekambuhan local.


3. USG (Ultra Sonografi)
Mempunyai dua peran yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat, dan

mengukur besarnya tumor. Pada sarcoma jaringan lunak akan didapatkan

gambaran massa hiperechoic, kecuali pada liposarkoma. USG Doppler berwarna

sangat berguna untuk melihat vaskularisasi massa jaringan lunak.


4. CT Scan
Memiliki keunggulan dalam mendeteksi kalsifikasi dan osifikasi, melihat

metastasis di tempat lain (misalnya paru-paru), dan mengarahkan metode

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi aspirasi jarum halus adalah

biopsi dari tumor jaringan langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
18

mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.

Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh

tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat

diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka

cukup hanya benjolaNyya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan

pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan

kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis

tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.


5. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau

oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.


H. Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada

tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari

tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi

radiasi, dan kemoterapi.


1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika

memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari

jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor

untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik

bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor,

mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari

lengan atau kaki.


2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink

Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal.
19

Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat

dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan

untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada

keseluruhan hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah

operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker

yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan

lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah

menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink

Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi

tidak mungkin untuk membasmi penyakit.


20

I. Pathway (Smeltzer, 2001)

predisposisi :
genetik, umur, virus, infeksi, dan trauma

Perubahan struktur sel dan funsi sel yang abnormal

Aktifitas regenerasi sel meningkat

Sel membelah dan berkembang secara terus-menerus, tanpa terkendali

Sel membesar dan membentuk massa atau jaringan

Terjadi penekanan pada saraf Terjadi status perubahan


Tumor
kesehatan
21
Tindakan pembedahan Selalu bertanya tentang
penyakitnya

Gangguan gastrointestinal
Terputusnya kontinitas
jaringan Kurang informasi

Mual, muntah,anoreksia
Pengeluaran mediator
kimia : bradikimia dan Pintu masuk bagi kuman Strees psikologis
histamin pathogen meningkat

Penurunan intake
cairan dan makanan
Daya tahan tubuh menurun Ansietas
Dihantarkan
kehipotalamus dan
cortex serebri
Resiko tinggi Resiko nutrisi
kekurangan volume kurang dari
Resiko tinggi
cairan kebutuhan
terjadinya infeksi
Perfusi jaringan
Nyeri
terganggu

Peristaltik usus menurun


Edema, inflamasi, dan
pus,
Gangguan eliminasi

Kerusakan integritas
Konstipasi kulit
22

J. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan suatu kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan

waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu

sebelumnya (Potter dan Perry, 2009)


Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan

ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen

antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.

Data dasar pengkajian klien (Doengoes, 2000) :


a. Aktivitas istirahat.
Gejala : kelemahan dan keletihan. Perubuhan pada pola istirahat dan jam

kebiasaan tidur pada malam hari : adanya factor-faktor yang mempengaruhi

istirahat misalnya : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.


b. Sirkulasi.
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah
c. integritas ego
Gejala : masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya : alopesia, lesi

cacat dan pembedahan


Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah.

d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada

defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada

saat berkemih, hematuria, sering berkemih.


Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan

pengawet). Anoreksisa, mual/muntah. Intoleransi makanan. perubahan pada

berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa otot.


Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
23

f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan

sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit).


h. Pernafasan
Gejala : Merokok (atau hidup dengan seseorang yang merokok). Pemajanan

asbes.
i. Keamanan
Gejala : Pemajanan bahan kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari

lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan. Perubahan pada

tingkat kepuasan.
k. interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan

(berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan). Masalah

tentang fungsi/tanggung jawab peran.

K. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari

hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan

menjadi diagnosa aktual, dan analisis untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana

perawat bertanggung jawab melaksanakanya. (Mubarak, 2006).


Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan soft tissue tumor antara lain (Doengoes, 2000) :


1. Pre operasi
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan

status kesehatan.
b. Nyeri (gangguan rasa nyaman)

berhubungan dengan proses penyakit.


24

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

prognisis dan kebutuhan pengobatan.


2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.


b. Resiko tinggi terhadap kekurangan

volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan.


c. Resiko infeksi berhubungan dengan

adanya luka operasi.


d. Gangguan pemenuhan nutrisi

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan

berhubungan dengan insisi bedah.


L. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan

untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Keliat, 1994).


Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain (Doenges,

2000) :
a. Pre operasi
1. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,

mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.


Hasil yang diharapkan :
1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa

takut.
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat

diatasi.
3) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan

partisipasi aktif dalam pengaturan obat.

Rencana keperawatan :

1) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.


25

Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta

kesalahan konsep tentang diagnosis.


2) Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk

mendskusikan perasaaNyya.
Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima pada adanya kondisi

tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.


3) Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4) Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut

untuk memulai mengembangkan strategi koping


Rasional : Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk

memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut.


5) Berikan informasi yang akurat.
Rasional : dapat emnurunkan ansietas klien.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah,

perilaku berhati-hati .
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Rencana keperawatan :
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/ keefektifan intervensi.


2) Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya massage punggung dan

aktivitas hiburan misalnya musik.


Rasional : Dapat meningkatkan relaksasi
3) Dorong penggunaan manajement nyeri misalnya relaksasi napas dalam.
Rasional : Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam

meningkatkan rasa kontrol.


4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Analgetik dapat menghambat stimulus nyeri.
3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan

pengobatan.
Rencana keperawatan :
26

1) Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus,

alternatif pengobatan dan sifat harapan.


Rasional : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi

kebutuhan belajar dan memberiakan dasar pengobatan dimana klien

membuat keputusan berdasarkan informasi.


2) Tentukan persepsi klien tentang tumor dan pengobatan tumor.
Rasional : Membantu identifikasi ide ,sikap, rasa takut, kesalahan

konsepsi, dan kesenjanagan pengetahaun tentang tumor.


3) Berikan informasi akurat dan jelas dalam cara yang nyata tetapi

sensitive.
Rasional : Membantu penilaian diagnose tumor, memberikan informasi

yang diperlukan selama waktu menyerapnya.


4) Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual

bebas.
Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan

menghindari potensial, komplikasi, reaksi/interaksi obat.


5) Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan

status nutrisi optimal.


Rasional : Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan

memumgkinkan klien mentoleransi pengobatan.


6) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta

latihan teratur.
Rasional : Memperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltik.
b. Post. operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa

lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan

haluaran urien adekuat.


Rencana keperawatan :
27

1) Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan

sering selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang

dan berlebihan.
Rasional : Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma

yang dapat menyebabkan syok hepovelemik.


2) Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status

membran mukosa.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan

tingkat hidrasi.
3) Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan

dengan penurunan kadar albumin (protein).


4) Pantau masukan dan haluaran.
Rasional : Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan

pedoman untuk penggantian cairan.


5) Pantau suhu tubuh.
Rasioanl : Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat

menambah kehilangan cairan.


2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan

operasi.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria : Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah normal.

Rencana keperawatan :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sebagai

acuan untuk intervensi selanjutnya.


2) Ukur tanda-tanda vital.
Rasional : Mengetahui kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang

diharapkan.
3) Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional : Untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan nafas dalam dan batuk yang efektif.
28

Rasional : Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif dapat mengurangi

tekanan darah pada abdomen yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri.


5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik.
Rasional : Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan rasa

nyeri.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada

tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).


Rencana keperawatan :
1) Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.
Rasional : Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi

selanjutnya.
2) Gunakan tehnik septik dan antiseptik.
Rasional : Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman

penyebab infeksi.
3) Ganti verban.
Rasional : Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat

berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.


4) Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.
Rasional : Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui

tentang perawatan luka.


5) Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
Rasional : Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.
Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria : Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan

HB normal.
Rencana keperawatan :
1) Kaji intake dan out put klien.
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan merupakan asupan

dalam tindakan selanjutnya.


2) Timbang berat badan sesuai indikasi.
29

Rasional : Mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan

metabolik.
3) Identifikasi kesukaan/ketidak sukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan

makanan tinggi protein dan vitamin C.


Rasioanal : Meningkatkan kerja sama pasien dengan aturan diet. Protein/

vitamin C
4) Berikan cairan IV.
Rasional : Memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit. Kehilangan

plasma; penurunan albumin serum (edema) dan dapat memperpanjang

penyembuhan luka.
5) Berikan obat-obat sesuai indikasi.
Rasional : Mencegah muntah dan menetralkan atau menurunkan

prmbentukan asam untuk mencegah erosi mukosa.


5. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
Tujuan : Mencapai pemulihan kluka tepat waktu tanpa komplikasi.
Rencana keperawatan :
1) Pantau tanda-tanda vital perhatikan demam, periksa luka dengan sering

terhadap bengkak insisi berlebihan.


Rasional : Pembentukan hematoma/terjadinya infeksi, yang menunjang

lambatnya pemulihan luka dan meningkatklan resiko pemisahan luka.


2) Bebas insisi selama batuk dan latihan napas. Berikan pengikat atau

penyokon untuk pasien gemuk bila di indikasikan.


Rasional : Meminimalkan stress/tegangan pada tepi luka yang sembuh.

Jaringan lemak sulit menyatu, dan garis jahitan lebih mudah terganggu.
3) Gunakan plester kertas untuk balutan sesuai indikasi.
Rasional : Pengantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan

kulit karena perlekatan yang kuat.


4) Tinjau ulang nilai laboratorium terhadap anemia dan penurunan albumin

serum.
Rasional : Anemia dan pembentukan edema dapat memenuhi pemulihan.
30

BAB III

LAPORAN KASUS

Studi Kasus yang dilakukan pada Ny.R dengan Gangguan Sistem

Integumen : Soft Tissue Tumor, yang dilakukan pada tanggal 24 April sampai 26 April

2019. Studi Kasus ini dimulai dari tahp pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.


31

A. Pengkajian Post Operasi


Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien bahwa nama

klien Ny.R, berumur 63 tahun, pasien berjenis kelamin perempuan, beragama islam,

suku bugis-tolaki, tempat tinggal sekarang di jln. Wedahu kec. Abeli pendidikan

SMA, dan pekerjaan sebagai IRT. Pasien masuk pada tanggal 23 April 2019 jam

14.00 WITA dengan nomor registrasi. 07-92-69 . Diagnosa medis Soft Tissue

Tumor ( STT) di wajah.


Klien merupakan rujukan dari poli bedah dengan keluhan nyeri pada

benjolan deaerah wajah sebelah kiri. Dokter praktik poli bedah Rumah Sakit Umum

Kota Kendari menyarankan klien agar diopname segera untuk menjalani operasi

dengan melakukan pengangkatan atau eksisi tumor jaringan lunak pada wajah

sebelah kiri sebelum tumor tersebut bertambah besar dan semakin parah. Ny.R

mengikuti saran dokter untuk menjalani operasi, dan kemudian pada tanggal 23

April 2019 jam 14.00 WITA klien masuk di ruangan Sakura Rumah Sakit Umum

Kendari untuk diopname dengan rencana menjalani operasi.


Dalam riwayat kesehatan terdahulu klien mengatakan tidak pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya. klien tidak pernah mengalami penyakit berat

seperti hipertensi, diabetes militus, hepatitis dan klien juga mengatakan tidak pernah

dioperasi, klien pernah merokok dan mengonsumsi alcohol.dan obat yang biasa

dikonsumsi klien yaitu progmagh. serta berat badan sebelumnya adalah 60 kg

dengan tinggi badan 168 cm. Sementara pada riwayat kesehatan keluarga klien

mengatakan keluarganya menderita penyakit gastritis, dan tidak terdapat penyakit

berat ataupun keturunan. Pada pengkajian riwayat kesehatan, klien merupakan anak

ke 6 dari 7 bersaudara dengan genogram sebagai berikut :


32

GI

? ? ? ? ? ? ? ? ?

GII
33

? ? ? 63 ?
GIII

Keterangan :
: Laki-Laki.
: Perempuan.
: Klien.
X : Meninggal.
? : Tidak Diketahui.
: Garis Pernikahan.
: Garis Keturunan.
GI : Tidak ada riwayat penyakit yang sama.
GII : Tidak ada riwayat penyakit yang sama.
GIII : Klien berada di generasi ke tiga dengan diagnosa
“ Soft Tissue Tumor ( STT )”.
Pada riwayat kesehatan ketika dilakukan pengkajian pada tanggal 24

April 2019 jam 10.45 WITA, klien telah di operasi Dirumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari, dan kembali di ruangan sebelumnya, dengan diagnosa

Post. Operasi Soft Tissue Tumor (STT) di. keluhan utama yang dirasakan klien

pada saat dikaji yaitu nyeri pada wajah daerah post.op. keluhan nyeri hilang-

timbul, lokasi di wajah sebelah kiri , skala nyeri 7 (sedang), dan klien

mengatakan nyeri dirasakan pada saat bergerak. Dengan tidak ada riwayat

keluhan yang menyertai.

Upaya yang telah dilakukan yaitu klien mendapat terapi pada tanggal 24

April 2019 Infus RL 20 tetes permenit, injeksi cetorolac 1ampul/8 jam/IV. Dan pada

tanggal 25 April 2019 obat klien ditambahkan yaitu injeksi ranintidine 1ampul/12

jam/IV, injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV.


34

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan data bahwa keadaan umum Ny.R

lemah, dengan kesadaran composmentis. Pengukuran tanda-tanda vital tekanan

darah 110/80 mmHg, , suhu 36,4 oC, nadi 86 kali permenit, pernafasan 20 kali

permenit. Berat badan klien 60 kg dengan tinggi badan 168 cm.

Pada penafasan (B1 : Breating) bentuk hidung simetris, nampak tidak

ada secret dan nyeri tekan. Pada thoraks atau dada bentuknya simetris tidak ada luka

disekitar dada dan tidak ada nyeri tekan maupun edema pada dada, vocal fremitus,

suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan misalnya ronchi, wheezing,

stridor, crackles. Pada saat diperkusi terdengar bunyi redup pada seluruh area paru-

paru, respirasi tidak ada nyeri, dsypnea, batuk, cyanosis, tidak ada sputum, tidak ada

napas dangkal dan tidak ada retraksi dada.

Pada Cardiovaskuler (B2 : Bleeding) didapatkan hasil tidak ada nyeri

tekan, pada saat diperkusi terdengar bunyi redup dan tidak ada pembesaran jantung.

Suara jantung normal, tidak ada nyeri dada, klien mengatakan pusing. Tidak ada

edema pada palpebra, ekstermitas atas dan ekstermitas bawah serta tidak ada ascites.

Pada persyarafan (B3 : Brain) didapatkan GCS (E : 3, V : 5, M : 6) jadi

totalnya 14 (composmentis), pada pemeriksaan kepala, bentuk kepala simetris, tidak

ada nyeri tekan dan kulit kepala nampak kotor. Pada wajah tidak ada gerakan

abnormal dan ekspresi wajah nampak meringgis. Pada pemeriksaan mata didapatkan

bola mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, pupil isokor kanan-kiri,

kelopak mata dapat membuka dan menutup dan tidak ada nyeri tekan. Pada

pemeriksaan telinga didapatkan bentuk telinga simetris, tidak ada serumen keadaan
35

nampak bersih, dan tidak ada nyeri tekan maupun edema. Kemudian pada lidah

tidak ada deviasi lidah, keadaan lidah tampak kotor, klien dapat mengangkat

bahunya dan dapat memalingkan kepala dan tidak ada kaku kuduk, tidak ada

bendungan pada vena jugularis. Pada pemeriksaan refleks didapatkan refleks

menelan baik, namun ada refleks muntah. Pada persepsi sensori pendengaran pada

telinga kanan dan kiri baik, persepsi sensori penciuman baik, persepsi pengecapan

manis, asin, pahit juga baik, penglihatan pada mata kanan dan kiri baik, dan

perabaan panas, dingin, dan tekan juga baik. Pada status mental didapatkan klien

terorientasi pada waktu, tempat dan orang.

Pada perkemihan-Eliminasi Uri (B4 : Bladder) frekuensi buang air kecil

3 – 4 kali perhari dengan produksi urine 400 ml sehari, warna kekuning-kuninggan,

bau amoniak, serta tidak ada masalah dalam perkemihan, dan tidak ada pemasangan

kateter.

Pencernaan–Eliminasi Alvi (B5 : Bowel) pada pemeriksaan mulut tidak

ada radang dan pemaikaian gigi palsu, mukosa bibir kering Pada leher tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, tidak

ada nyeri tekan dan tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.

Pada abdomen nampak terpasang verban didaerah epigastrium, ada nyeri tekan

dengan peristaltik usus 4-5 kali permenit, Sementara di rectum tidak dilakukan

pengkajian. Klien mengatakan belum BAB sejak tanggal 26 Januari 2014. Dengan

nutrisi klien mengatakan mual dan muntah 2 kali.

Tulang-Otot Integumen (B6:Bone) didapatkan kekuatan otot


36

Ka 4 5 Ki
5 5

Pada tangan kiri vena radialis terpasang infus RL 500 cc 20 tetes

permenit, pada ektremitas bawah tidak terdapat luka dan nyeri tekan, pergerakan

sendi , kekutaan otot normal, sementara pada kulit akral hangat, dengan turgor kulit

jelek.

Pada sistem endokrin didapatkan klien tidak pernah terapi hormon,

riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik baik, tidak ada perubahan pada

ukuran bagian tubuh, nampak ada kekeringan pada kulit dan rambut serta tidak ada

pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid. Sementara pada sistem reproduksi

tidak dilakukan pengakajian.

Pada pola aktifitas kebutuhan dasar, makan maupun minum klien

mengatakan masih puasa. pada kebiasaan perorangan perubahan selama sakit,

klien mengatakan tidak mandi dan hanya di lap basah. Pada aktifitas dan istirahat

perubahan selama sakit klien mengatakan tidak ada perubahan, Sementara pada

eliminasi klien mengatakan belum BAB selama masuk di RS tanggal 23 April 2019

dan produksi urine 800 ml perhari dengan frekuensi 3-4 kali perhari.

Terapi obat yang didapatkan klien saat ini tanggal 25 April 2019 adalah

Infus RL 20 tetes permenit, injeksi Ranintidine 1ampul/12 jam/IV, Injeksi Cetorolac

1 ampul/8 jam/IV, Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam /IV.


37

B. Data Fokus ( Post. Op)


Nama pasien : Ny. R
No. RM : 07-92-69
Ruang rawat : SAKURA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Klien mengatakan nyeri Post op 1. Keadaan umum lemah
2. Klien mengatakan pusing 2. Ekspresi wajah nampak meringgis
3. Klien mengatakan nyeri skala 7 3. Skala nyeri 7 (sedang) dalam skala

morce
4. Nampak terpasang verban didaerah

post op pada wajah sebelah kiri


5. TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
P : 20 x/ menit
S : 36,4 oC
38

C. Perumusan Masalah

NO. MASALAH PENYEBAB DATA


1. Nyeri Tindakan pembedahan DS :
STT
 Klien mengatakan nyeri pada wajah sebelah

kiri daerah post. op


Terputusnya kontinitas jaringan
 Klien mengatakan pusing
 Klien mengatakan skala nyeri 7
Pengeluaran mediator kimia
DO :
(bradikimia dan histamin)
 Keadaan umum lemah
 Ekspresi wajah nampak meringgis
Dihantarkan ke hipotalamus dan corteks
 Skala nyeri 7 ( sedang )
cerebri  Nampak terpasang verban pada wajah sebelah

kiri daerah post. Op


Nyeri dipersepsikan
2. Resiko tinggi terjadinya tindakan pembedahan STT DS :

infeksi  -
adanya luka operasi
DO :

pintu masuk bagi kuman pathogen  Keadaan umum lemah


39

 Ekspresi wajah nampak meringgis


Nampak terpasang verban pada wajah sebelah
media utama tempat berkembang biaknya
kuman pathogen kiri daerah post. Op

daya tahan tubuh menurun

resiko terjadinya infeksi

D. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN KRITERIA HASIL


1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri, catat 1. mengetahui tingkat nyeri
40

insisi bedah, yang ditandai keperawatan selama 3X24 lokasi dan karakteristik insisi dan menentukan

dengan : jam diharapkan nyeri 2. Observasi TTV tindakan selajutnya


2. mengetahui perkembangan
DS : berkurang dengan kriteria
klien
 Klien mengatakan nyeri hasil : 3. Kaji insisi bedah 3. perdarahan pada jaringan,
 Keadaan umum baik
pada abdomen daerah post.  Nyeri perhatikan : edema, bengkak, inflamasi local atau

op berkurang/terkontrol perubahan luka, atau terjaadinya infeksi dapat


 Klien mengatakan pusing ( skala 0-3)
 Klien nampak rileks inflamasi, dan menyebabkan peningkatan
DO :
mengeringnya tepi luka nyeri insisi
 Keadaan umum lemah 4. Berikan tindakan 4. merilekskan dan mengontrol
 Ekspresi wajah nampak
kenyamanan : posisi yang rasa nyeri yang dirasakan
meringgis
 Skala nyeri 5 ( sedang ) nyaman, teknik relaksasi
 Nampak terpasang verban
nafas dalam dan distraksi.
5. Kolaborasi dalam 5. memberikan pemahaman bagi
pada wajah daerah post.
pemberian obat sesuai klien dan keluarga tentang
Op
indikasi : pendidikan kesehatan
- Analgetik
41

- Antibiotik
6. HE tentang pendidikan 6. mengurangi/mengontrol nyeri

kesehatan : SOFT TISSUE dan meningkatakan kerja

TUMOR sama dengan aturan terapeutik


2. Resiko tinggi terjadinya Setalah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan luka 1.

infeksi berhubungan dengan keperawatan selama 3X24 insisi : adanya inflamasi, Perkembangan infeksi dapat

adanya luka operasi, yang jam, diharapkan tidak karakter drainase memperlambat pemulihan

ditandai dengan : terjadi infeksi dengan 1. Pertahankan perawatan 2.

DS : kriteria hasil : luka aseptik dan antiseptik Melindungi pasien dari


 Keadaan umum baik
 -  Tidak ada tanda-tanda dalam melakukan tindakan kontaminasi silang selama
2. Berkoaborasi dalam
DO : infeksi : pergantian balutan
- Suhu normal pemberian obat sesuai 3.
 Keadaan umum lemah - Tidak ad a pus
 Ekspresi wajah nampak - Tidak ada edema indikasi : Untuk mengatasi infeksi dan
- Analgetik
meringgis - Antibiotik mempercepat penyembuhan
 Nampak terpasang verban
luka
pada wajah daerah post.
42

Op

E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari, Tgl Hari, Tgl Paraf


Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Evaluasi ( SOAP)
Dan Jam Dan Jam CI
Nyeri berhubungan Selasa, 1. M selasa S:
23 April 23 April  Klien mengatakan masih
dengan insisi bedah, yang engkaji skala nyeri, catat
2019 2019 nyeri pada Wajah daerah
ditandai dengan : 11.00 lokasi dan karakteristik 11:00
post. Op
DS : Hasil :  Klien mengatakan demam
11:30
 Klien mengatakan nyeri - Skala nyeri 6 (sedang) O:
- Lokasi di pipih
pada wajah daerah post. 2. Mengobservasi  Keadaan umum lemah
 Klien masih nampak
op tanda-tanda vital
 Klien mengatakan meringgis
Hasil :  Skala nyeri 6 (sedang)
pusing 12:00
 Nampak terpasang verban
- Tekanan darah : 100/80
DO : 12.40
pada wajah daerah post. op
mmHg
 Tanda –tanda vital :
 Keadaan umum lemah - Suhu : 38,7oC
43

 Ekspresi wajah nampak - Nadi : 86 kali permenit - Tekanan darah : 100/80


- Pernafasan : 24 kali
meringgis mmHg
 Skala nyeri 5 (sedang) permenit - S uhu : 38,7oC
 Nampak terpasang 3. Mengkaji insisi - Nadi : 86 kali permenit
- Pernafasan : 24 kali
verban pada wajah 13.20 bedah
permenit
daerah post. Op Hasil : Nampak terpasang verban
A : Masalah belum teratasi
4. Memberikan
P : Intervensi 1,2,3,4,5
tindakan kenyamanan : posisi
dilanjutkan
yang nyaman, teknik

relaksasi nafas dalam dan

distraksi.

Hasil :

- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran

teknik relaksasi nafas

dalam
44

5. Berkolaborasi

dalam pemberian obat sesuai

indikasi :

Hasil :

- Infus RL 20 tetes

permenit
- Injeksi Ranintidine

1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1

ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
Resiko tinggi terjadinya Rabu, 1. Mengobse Rabu, S:
29 januari 29 januari  Klien mengatakan demam
infeksi berhubungan rvasi keadaan luka insisi :  Klien mengatakan nyeri
2014 2014
dengan adanya luka 16.20 adanya inflamasi, karakter 17.05 pada wajah daerah post. Op

operasi, yang ditandai drainase O:


17.00
45

dengan : hasil : Nampak terpasang verban  Keadaan umum lemah


 Ekspresi wajah nampak
DS : 2. Berkolabo
meringgis
 - rasi dalam pemberian obat  Nampak terpasang verban

DO : sesuai indikasi : post. Op


 Suhu : 38,7oc
 Keadaan umum lemah Hasil :
 Ekspresi wajah A : masalah tidak terjadi
- Infus RL 20 tetes
nampak meringgis P : intervensi 1,2,3 dilanjutkan
 Nampak terpasang permenit
- Injeksi Ranintidine
verban pada wajah
1ampul/8 jam/IV
daerah post. Op - Injeksi Cetorolac 1

ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
Nyeri berhubungan Rabu, 1. M Rabu, S:
24 April 24 April  Klien mengatakan nyerinya
dengan insisi bedah, yang engkaji skala nyeri, catat 11:00
2019 berkurang
ditandai dengan : 11:00 lokasi dan karakteristik
DS : O:
46

 Klien mengatakan 11:30 Hasil :  Keadaan umum sedang


 Skala nyeri 4 (sedang)
masih nyeri pada wajah - Skala nyeri 4 (sedang)  Nampak masih terpasang
- Lokasi di epigastrium
daerah post. Op 2. M verban
 Klien mengatakan  Tanda –tanda vital :
engobservasi tanda-tanda - Tekanan darah : 100/80
demam
vital mmHg
DO : 12.00 - S uhu : 36,7oC
Hasil : - Nadi : 84 kali permenit
 Keadaan umum lemah - Pernafasan : 22 kali
 Klien masih nampak 12.30 - Tekanan darah : 100/80
permenit
meringgis mmHg
 Skala nyeri 6 (sedang) - S uhu : 36,7oC A : Masalah teratasi sebagian
 Nampak terpasang - Nadi : 84 kali permenit
- Pernafasan : 22 kali P : Intervensi 1,2,3,4,5
verban pada wajah
permenit dilanjutkan, dan intervensi 6
daerah post. op 3. M
13.00 dihentikan
 Tanda –tanda vital :
engkaji insisi bedah
- Tekanan darah :
Hasil : Nampak masih terpasang
100/80 mmHg
- S uhu : 38,7oC
verban
- Nadi : 86 kali
47

permenit 4. M
- Pernafasan : 24
emberikan tindakan
kali permenit
kenyamanan : posisi yang
13:20
nyaman, teknik relaksasi

nafas dalam dan distraksi.

Hasil :

- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran

teknik relaksasi nafas

dalam
5. Be

rkolaborasi dalam pemberian

obat sesuai indikasi :

Hasil :

- Infus RL 20 tetes
48

permenit
- Injeksi Ranintidine

1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1

ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
3. Memberi HE tentang

pendidikan kesehatan : Soft

Tissue Tumor ( STT )

Hasil : klien dan keluarga

nampak mengerti tentang

penjelasan yang telah diberikan


Resiko tinggi terjadinya Rabu, 1. M Rabu, S:
24 April 24 April  Klien mengatakan sudah
infeksi berhubungan engobservasi keadaan luka
2019 2019 tidak demam
dengan adanya luka 12.20 insisi : adanya inflamasi, 12:20  Klien mengatakan nyerinya

operasi, yang ditandai 13.05 karakter drainase berkurang


49

dengan : hasil : Nampak masih terpasang O:


DS :
 Klien mengatakan verban  Keadaan umum sedang
 Nampak masih terpasang
demam 2. Be
 Klien mengatakan verban post. Op
rkolaborasi dalam pemberian  Suhu : 36,7oc
nyeri pada wajah
obat sesuai indikasi : A : masalah tidak terjadi
daerah post. Op
Hasil : P : intervensi 1,2,3 dilanjutkan
DO :
- Infus RL 20 tetes
 Keadaan umum lemah
 Ekspresi wajah permenit
- Injeksi Ranintidine
nampak meringgis
 Nampak terpasang 1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1
verban post. Op
 Suhu : 38,7oc ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
Nyeri berhubungan Kamis, 1. Mengkaji skala nyeri, catat Kamis, S:
25 April 25 April  Klien mengatakan nyerinya
dengan insisi bedah, yang lokasi dan karakteristik
2019 2019 berkurang
50

ditandai dengan : 11.00 Hasil : 11:00 O:


DS :
 Klien mengatakan - Skala nyeri 3 (baik)  Keadaan umum baik
- Lokasi di pipi  Skala nyeri 3 (baik)
nyerinya berkurang 2. M  Klien Nampak rileks
11:30  Nampak masih terpasang
DO : engobservasi tanda-tanda
verban
 Keadaan umum sedang vital  Tanda –tanda vital :
 Skala nyeri 4 (sedang) - Tekanan darah : 100/70
 Nampak masih Hasil :
12:00 mmHg
terpasang verban - Tekanan darah : 100/70 - S uhu : 36,5oC
 Tanda –tanda vital : - Nadi : 82 kali permenit
- Tekanan darah : mmHg - Pernafasan : 22 kali
- S uhu : 36,5oC
100/80 mmHg - Nadi : 82 kali permenit permenit
- S uhu : 36,7oC 12.30 - Pernafasan : 22 kali
- Nadi : 84 kali A : masalah teratasi
permenit
permenit 3. M P : intervensi dihentikan
- Pernafasan : 22
engkaji insisi bedah (pasien pulang)
kali permenit
Hasil :

13.00 - Tidak ada edema


- Tidak ada pus
51

- Terdapat 3 jahitan post.

Op
4. M

emberikan tindakan

kenyamanan : posisi yang

nyaman, teknik relaksasi

nafas dalam dan distraksi.

Hasil :

- Posisi fowler
- Klien mengikuti anjuran

teknik relaksasi nafas

dalam
5. Be

rkolaborasi dalam pemberian

obat sesuai indikasi :

Hasil :
52

- Infus RL 20 tetes

permenit
- Injeksi Ranintidine

1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1

ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
Resiko tinggi kekurangan Kamis, 1. Kamis, S:
25 April 25 April  klien mengatakan banyak
volume cairan Mengobservasi membran
2019 2019 minum air
berhubungan dengan 11.00 mukosa, dan turgor kulit 11.00
O:
pembatasan pasca 11:30 Hasil :
 keadaan umum baik
operasi : puasa, yang - mukosa bibir lembab  mukosa bibir lembab
- turgor kulit baik  turgor kulit baik
ditandai dengan : 2.  masukan minuman 2800 ml
DS : Mengawasi masukan dan sehari
 klien mengatakan  cairan infuse di UP
haluaran: catat warna urine
sudah tidak puasa 12.00
A : masalah teratasi
53

 klien mengatakan dan jumlah P : intervensi dihentikan

sudah minum banyak hasil : (pasien pulang)

air - Minum : 2800 ml sehari


- Jumlah urine : 1000
DO :
12.30 ml/sehari
 keadaan umum sedang - warna urine kekuning-
 mukosa bibir lembab
 turgor kulit cukup 13.00 kuningan
 masukan minuman 3.

2500 ml sehari Mengauskultasi bising usus:


 Nampak terpasang
catat kelancaran flatus dan
cairan infuse RL 20
gerakan usus
tetes permenit
hasil :

- klien mengatakan belum

flatus lagi
- peristaltik usus 6-7 kali

permenit
4.
54

Menganjurkan untuk minum

hasil : klien mengikuti anjuran

dari perawat

2. Berkolaborasi dalam

pemberian cairan elektrolit

hasil : Cairan infuse di UP


Resiko tinggi terjadinya Kamis, 1. Kamis, S:
25 April 25 April  Klien mengatakan sudah
infeksi berhubungan Mengobservasi keadaan luka
2019 2019 tidak demam
dengan adanya luka 11.25 insisi : adanya inflamasi, 13.15  Klien mengatakan nyerinya

operasi, yang ditandai karakter drainase berkurang

dengan : hasil : O:
S: 11.36
 Klien mengatakan - Tidak ada edema  Keadaan umum baik
- Tidak ada pus  Tidak ada edema
sudah tidak demam - Terdapat 3 jahitan post.  Tidak ada pus
 Klien mengatakan  Terdapat 3 jahitan post. Op
13.08 Op A : masalah tidak terjadi
nyerinya berkurang P : intervensi dihentikan
2. Mempertahankan perawatan (pasien pulang)
55

O: luka aseptik dan antiseptik

 Keadaan umum sedang dalam melakukan tindakan


 Nampak masih
Hasil : tindakan perawatan luka
terpasang verban post.
diberikan
Op
 Suhu : 36,7oc 3. Berkolaborasi dalam

pemberian obat sesuai

indikasi :

Hasil :

- Infus RL 20 tetes

permenit
- Injeksi Ranintidine

1ampul/8 jam/IV
- Injeksi Cetorolac 1

ampul/8 jam/ IV
- Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam/IV
56

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memberikan uraian tentang “Asuhan Keperawatan

pada Ny.R dengan Gangguan Sistem Integumen : Soft Tissue Tumor di Ruang Sakura

Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari Tahun 2019”. Maka pada bagian ini penulis akan

membahas Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan tentang perbandingan

antara teori dan praktek atau kasus yang ditemukan dilapangan selama melaksanakan

asuhan keperawatan.

Ruang lingkup pembahasan ini mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, serta evaluasi yang telah dilakukan.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan

waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu

sebelumnya (Potter dan Perry, 2009).


Pada teori tanda dan gejala awal pada tumor jaringan lunak tidak

spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya antara

lain (Desen W, 2010). adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.

Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat

perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan

pada saraf-saraf tepi. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.

Penurunan berat badan. mual, muntah dan anoreksia. Pertumbuhanya lambat, dan

tidak cepat membesar. Bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif
57

masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke

tempat jauh.
Pada kasus yang didapatkan dari pengkajian Ny.R pada tanggal 27

Januari 2014, jam 14.25 WITA didapatkan hasil nyeri pada abdomen daerah

epigastrium, nampak ada benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, Sementara pada

pengkajian tanggal 29 Januari 2014, jam 10.45 WITA didapatkan hasil nyeri pada

abdomen daerah Post. Operasi, pusing, mual dan muntah 2 kali, dan belum BAB

sejak 3 hari yang lalu data lain yang diperoleh saat pengkajian adalah mukosa bibir

kering, turgor kulit jelek, peristaltik usus 4-5 kali permenit.


Data pengkajian tersebut diatas sebagian telah sejalan dengan teori yang

telah dipaparkan di BAB II hanya beberapa data yang terdapat kesenjangan yang

ditemukan dalam tahap pengkajian yaitu data penurunan berat badan, dan anoreksia,

yang terdapat pada teori tidak ditemukan pada kasus..


2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data

dan analisis cermat memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana

perawatan bertanggung jawab melaksanakaNyya (Mubarak, 2006).


Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada Post.

Operasi yaitu Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan tindakan pembedahan. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan akibat tindakan operasi. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

operasi. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

(Doegoes, 2000).
58

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.R diagnosa yang

ditegakan penulis pada Pre. Operasi yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri)

berhubungan dengan adanya massa. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi

yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (international

association for the study of paiba in), dengan awitan yang tiba-tiba atau perlahan

dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat

diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkinson,J, 2007).


Alasan diagnosa ini ditegakan pada Pre. Operasi karena didapatkan data

subjektif klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian epigastrium, sedangkan data

objektif ditemukan keadaan umum klien lemah, klien nampak meringgis, skala nyeri

5 (sedang), nyeri tekan pada abdomen, nampak ada benjolan pada abdomen pada

daerah abdomen, dengan tanda-tanda vital : TD :110/80 mmHg, nadi 86 kali

permenit, suhu : 36,4 oC, pernafasan : 20 kali permenit.


Kesenjangan yang ditemukan oleh penulis adalah diagnosa ansietas

berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Dan kurang pengetahuan

berhubungan dengan prognisis dan kebutuhan pengobatan yang terdapat pada teori

tidak didapatkan pada kasus Ny R.


Sementara pada diagnosa yang ditegakan pada Post. Operasi yaitu nyeri

berhubungan dengan insisi bedah. Alasan ditegakan diagnosa ini karena didapatkan

data objektif klien mengatakan nyeri pada abdomen daerah Post. Operasi, dan klien

mengatakan pusing. Sedangkan data objektif ditemukan keadaan umum lemah,

ekspresi wajah nampak meringgis, skala nyeri 5 (sedang) dari rentang nyeri 0-10,

Nampak terpasang verban pada abdomen daerah Post. Operasi.


59

Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri

tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Potter

dan Perry, 2005). Diagnosa ini penulis prioritaskan pertama karena merupakan

keluhan yang sangat dirasakan oleh klien. Masalah ini harus segera ditangani karena

jika tidak dikhawatirkan akan menimbulkan tanda-tanda seperti : perubahan respon

otonom, gangguan tidur, tingkah laku ekspresif, dan perubahan nafsu makan

(Nanda, 2005). Jika masalah tersebut tidak segera ditangani maka nyeri akan

berlangsung terus menerus dan ditandai spasme yang mengakibatkan otot–otot

sekitar tegang, mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi

dan kegiatan-kegiatan atau aktifitas yang biasa dilakukan serta dapat menyebabkan

peranan tidak berdaya atau depresi (Mustagfir, 2000).


Diagnosa keperawatan kedua yang ditegakan adalah resiko tinggi

kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi : puasa,

dengan data subjektif klien mengatakan mual dan muntah 2 kali, dan klien

mengatakan masih puasa. Data objektif ditemukan keadaan umum klien lemah,

klien nampak mual dan muntah, mukosa bibir kering, dan turgor kulit jelek.
Diagnosa keperawatan ketiga yang ditegakan merupakan diagnosa yang

menjadi kesenjangan yaitu konstipasi berhubungan malabsorpsi usus. Alasan

ditegakan diagnosa ini karena didapatkan klien mengatakan belum BAB sejak 3 hari

yang lalu, dengan data objektif keadaan umum lemah, dan peristaltik usus 4-5 kali

permenit.
Pada diagnosa keperawatan terakhir yaitu resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan adanya luka operasi. Infeksi adalah suatu organisme pada

jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun

sistemik (Utama, 2006). dengan data objektif keadaan umum lemah, ekspresi eajah
60

nampak meringgis, dan nampak terpasang verban pada abdomen daerah Post.

Opearasi.
Untuk diagnosa post. Operasi penulis mengambil diagnosa dari referensi

buku Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000), dimana didapatkan

kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan pada Tn.A, selain konstipasi

yang terdapat pada kasus, pada teori terdapat diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan kerusakan intregitas

kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah, penulis tidak mengangkat diagnosa

tersebut, karena penulis tidak menemukan data yang menunjang untuk mengangkat

diagnosa tersebut.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari

klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi yang

dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).

Intervensi yang akan dilakukan penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon

pasien, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan spesifik

(jelas), measurable (dapat diukur), acceptance, rasional, dan timing (Wilkinson,

2007).

Pembuatan kriteria hasil dan intervensi atau perencanaan tindakan adalah

tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi pasien

menetapkan diagnose keperawatan, penulis membuat rencana tindakan dan tolak

ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pasien (Debora,

2011).
61

Pada masalah keperawatan Pre. Operasi gangguan rasa nyaman (nyeri)

intervensi yang ditegakkan pada teori maupun dalam kasus yaitu tentukan riwayat

nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala. Berikan tindakan kenyamanan dasar

misalnya massage punggung dan aktivitas hiburan misalnya musik. Dorong

penggunaan keterampilan manajement nyeri misalnya relaksasi napas dalam. Dan

kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. selain itu intervensi yang ada dalam

kasus selain yang diterapkan tadi adalah observasi tanda-tanda vital dimana

rasionalnya untuk mengetahui perkembangan klien.

Sementara pada masalah keperawatan Post. Operasi nyeri intervensi

yang ditegakkan pada teori maupun kasus yaitu kaji karakteristik nyeri, ukur tanda-

tanda vital, ajarkan teknik relaksasi, ajarkan nafas dalam dan batuk yang efektif dan

penatalaksanaan pemberian obat analgetik. Selain itu, intervensi yang ditegakkan

pada Tn.A yaitu kaji insisi bedah, perhatikan : edema, perubahan luka atau inflamasi

dan mengeringnya tepi luka tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

infeksi yang dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi. Health education tentang

pendidikan kesehatan : Soft Tissue Tumor untuk memberikan pemahaman bagi klien

dan keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi.

Masalah keperawatan kekurangan volume cairan yang ada dalam kasus

dan juga ada dalam teori intervensi yang ditegakkan yaitu pantau tanda-tanda vital

dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap

tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan. palpasi nadi periver. Evaluasi

pengisian kapiler turgor kulit, dan status membran mukosa. perhatikan adanya

edema. pantau masukan dan haluaran. pantau suhu tubuh. Selain itu, intervensi yang
62

ditegakkan pada Tn.A yaitu auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus dan

gerakan usus tindakan ini dilakukan sebagai indikator kembalinya peristaltik dan

kesiapan pemasukan per-oral. Anjurkan untuk minum bila pemasukan per-oral

dimulai, dan lanjutkan dengan diit sesuai indikasi tindakan ini ditunjukan untuk

menurunkan iritasi gaster/muntah dan meminimalkan kehilangan cairan pada pasien.

Masalah keperawatan konstipasi merupakan salah satu masalah yang

menjadi kesenjangan adapun itervensi yang ditegakkan adalah auskultasi bising usus

dan keluhan nyeri abdomen, berikan diit dengan kadar serat dan menganjurkan

makan dalam keadaan hangat, observasi gerakan usus : perhatikan warna, konsitensi

dan jumlah, dan berkolaborasi dalam pemberian obat : pelunak feses sesuai indikasi.

Masalah keperawatan resiko infeksi yang ada dalam teori dan juga

terdapat pada kasus, intervensi yang ditegakkan yaitu kaji tanda-tanda infeksi dan

vital sign, gunakan tehnik septik dan antiseptik, ganti verban, penatalaksanaan

pemberian obat antibiotik. Sementara intervensi yang tidak ditegakkan pada kasus

yaitu berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.

4. Implementasi keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawatan

mengimplementasikan intervensi keperawatan berdasarkan NIC (nursing intervesion

classification), implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan

tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk

melaksanakan intervensi atau program keperawatan. (Kozier, 2010).


Setelah menentukan beberapa intervensi yang ada, maka dilanjutkan

dalam implementasi /tindakan keperawatan. Pelaksanakan tindakan keperawatan

yang direncanakan pada klien Tn.A dapat dilaksanakan hampir secara keseluruhan
63

hal ini dimungkinkan adanya kerja sama dengan petugas dan keadaan klien beserta

keluarga yang kooperatif dalam pelaksanakan setiap tindakan, hanya beberapa

intervensi yang tidak dilakukan berhubungan dengan saran dan prasarana yang tidak

mendukung.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat melakukan

kontak dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP) yaitu S

(subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang

merupakan ungkapan langsung, O (obyektif) analisa dan interpretasi, A (assessment)

berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi

diagnosis, antisipasi atau laboratorium serta potensial perlu tidaknya dilakukan

tindakan segera, P (plaNying) merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termaksud asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium serta konseling

untuk tindak lanjut (Potter dan Perry, 2009).


Evaluasi hasil Pre. Operasi pada hari selasa 28 Januari 2014 pukul 17.15

WITA. Subjektif : klien mengatakan masih nyeri pada abdomen daerah epigastrium,

Objektif : keadaan umum lemah, klien masih nampak meringgis, skala nyeri 4

(sedang), nyeri tekan pada abdomen, nampak ada benjolan pada daerah abdomen,

dan tanda-tanda vital : TD : 100/80 mmHg, suhu : 36,8oC, nadi : 82 kali permenit,

pernafasan : 22 kali permenit. Assessment : masalah belum teratasi. PlaNying :

intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan : kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik,

observasi tanda-tanda vital, berikan tindakan kenyamanan : posisi yang nyaman,

teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat

sesuai indikasi : analgetik dan antibiotik.


64

Evaluasi hasil Post. Operasi pada diagnosa utama selama 3X24 jam

perawatan, hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA, didapatkan data

subjektif : klien mengatakan nyerinya berkurang. Objektif : keadaan umum baik,

klien nampak rileks, skala nyeri 3 (baik), nampak masih terpasang verban, tanda-

tanda vital : TD : 100/70 mmHg, suhu : 36,5oC, nadi : 82 kali permenit, dan

pernafasan : 22 kali permenit. Assement : masalah teratasi. PlaNying : intervensi

dihentikan.
Evaluasi hasil Post. Operasi pada diagnosa kedua, selama 3X24 jam

perawatan, hari kamis 30 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien

mengatakan banyak minum air putih. Objektif : keadaan umum baik, mukosa bibir

lembab, turgor kulit baik, masukan minuman 2800 ml sehari, cairan infuse di Up.

Assesment : masalah teratasi. PlaNying : intervensi dihentikan.


Evaluasi hasil Post. Operasi diagnosa ketiga, selama 3X24 jam

perawatan pada hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien

mengatakan belum BAB lagi. Objektif : keadaan umum baik. Peristaltik usus 6-7

kali permenit. Assesement : masalah teratasi. PlaNying : intervensi dihentikan.


Evaluasi hasil Post. Operasi diagnosa terakhir selama 3X24 jam

perawatan hari jumat 31 Januari 2014 pukul 13.15 WITA. Subjektif : klien

mengatakan sudah tidak demam, klien mengatakan nyerinya berkurang. Objektif :

keadaan umum baik. Tidak ada edema. Tidak ada pus. Terdapat 3 jahitan Post.

Operasi. Assesment : masalah tidak terjadi. PlaNying : intervensi dihentikan.


65

BAB V

PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan Sistem

Integumen : Soft Tissue Tumor, yang dilakukan penulis selama 5 hari, penulis banyak

menemukan hal-hal yang bermanfaat dan menumbuhkan wawasan bagi penulis untuk

memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Maka sebagai langkah terakhir dalam

pembuatan laporan akhir ini, penulis memberikan kesimpulan berdasarkan tujuan yang

telah ditulis pada BAB I dan saran yang kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan

asuhan keperawatan.

A. Kesimpulan

Dari pengertian yang sudah dipaparkan pada BAB I dapat disimpulkan

bahwa soft tissue tumor atau tumor jaringan lunak adalah suatu benjolan atau

pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan


66

lunak yaitu tumor yang berasal dari jaringan mesoderm, antara lain dapat berasal

dari otot, lemak, jaringan ikat fibrous, sinovial, saraf dan pembuluh darah.

Penulis dalam melakukan pengkajian dilakukan melalui wawancara

kepada pasien dan keluarga, membaca buku status pasien, juga dengan pemeriksaan

fisik langsung kepada pasien, serta mencari informasi tentang pasien kepada para

perawat ruang melati, sehingga dapat diperoleh data yang sesuai dengan keadaan

pasien dan dapat mempermudah dalam merencanakan tindakan keperawatan.

1. Dari hasil pengkajian pada tanggal 27 Januari

2014 yang dilakukan oleh penulis pada kasus Tn.A dengan Soft Tissue Tumor

didapatkan masalah keperawatan yaitu Data subjektif klien mengatakan nyeri

pada daerah abdomen. Data objektif keadaan umum lemah, klien nampak

meringgis, skala nyeri 5, ada nyeri tekan pada abdomen, dan nampak ada

benjolan pada abdomen. Sementara pada pengkajian pada tanggal 29 Januari

2014 didapatkan masalah keperawatan yaitu Data subjektif yaitu klien

mengatakan nyeri pada abdomen daerah post. Operasi, klien mengatakan mual

dan muntah 2 kali, klien mengatakan pusing, klien mengatakan masih puasa, dan

klien mengatakan belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Data objektif yaitu

Keadaan umum lemah, ekspresi wajah nampak meringgis, skala nyeri 5

(sedang), klien nampak mual dan muntah 2 kali, mukosa bibir kering, turgor

kulit jelek, nampak terpasang verban didaerah operasi, dan peristaltik usus 4-5

kali permenit.
67

2. Diagnosa keperawatan yang muncul saat

dilakukan pengkajian Tn. A yaitu pada Pre. Operasi diagnosa yang muncul

adalah Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan adanya massa pada

abdomen. Sementara pada Post. Operasi diagnosa yang muncul adalah nyeri

berhubungan dengan insisi bedah, resiko tinggi kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi: puasa, gangguan eliminasi

BAB: konstipasi berhubungan dengan malabsopsi usus., resiko tinggi terjadinya

infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

3. Dari hasil analisa data yang didapatkan dari hasil

pengkajian oleh penulis pada kasus Tn. A dengan Soft Tissue Tumor penyusun

sudah merencanakan beberapa rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa

Pre. Operasi yaitu Kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik, observasi

tanda-tanda vital, berikan tindakan kenyamanan : posisi yang nyaman, teknik

relaksasi nafas dalam dan distraksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai

indikasi : analgetik dan antibiotik. Sementara pada rencana tindaka Post. Operasi

untuk diagnosa utama yaitu Kaji skala nyeri, catat lokasi dan karakteristik.

observasi tanda-tanda vital, kaji insisi bedah perhatikan : edema, perubahan

luka, atau inflamasi, dan mengeringnya tepi luka, berikan tindakan

kenyamanan : posisi yang nyaman, teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi.,

kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi : analgetik dan antibiotic, dan

HE tentang pendidikan kesehatan : Soft Tissue Tumor. Rencana keperawatan

yang dilakukan penulis pada disgnosa kedua yaitu observasi membran mukosa,

dan turgor kulit, awasi masukan dan haluaran: catat warna urine dan jumlah,
68

auskultasi bising usus: catat kelancaran flatus dan gerakan usus, anjurkan untuk

minum bila pemasukan per-oral dimulai, dan lanjutkan dengan diit sesuai

indikasi dan kolaborasi pemberian cairan elektrolit. Rencana keperawatan yang

dilakukan penulis pada diagnosa ketiga yaitu auskultasi bising usus dan keluhan

nyeri abdomen, berikan diit dengan kadar serat dan menganjurkan makan

makanan dalam keadaan hangat bila pemasukan per-oral dimulai, observasi

gerakan usus: perhatikan warna, konsistensi dan jumlah, kolaborasi dalam

pemberian obat: pelunak feses sesuai indikasi. Dan pada rencana keperawatan

yang dilakukan pada diagnosa keempat yaitu observasi keadaan luka insisi :

adanya inflamasi, karakter drainase, pertahankan perawatan luka aseptik dan

antiseptik dalam melakukan tindakan, dan berkolaborasi dalam pemberian obat

sesuai indikasi : analgetik dan antibiotik.

4. Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada

klien penulis berusaha membina hubungan baik dengan komunikasi teraupetik

dengan keluarga pasien sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan rencana

tindakan.

5. Langkah terakhir berupa evaluasi tindakan yang

dilakukan secara optimal. evaluasi dilakukan oleh penulis pada tanggal 27

Januari 2014 sampai tanggal 31 Januari 2014 dari evaluasi dari masalah

keperawatan yang didapatkan oleh penulis, semua masalah keperawatan sudah

teratasi sesuai dengan kriteria hasil dari masing-masing masalah keperawatan.

B. Saran
69

Sehubungan dengan masalah-masalah yang ditemukan selama pemberian

asuhan keperawatan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan agar

lebih baik lagi, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. bagi penulis

Diharapkan penulis dapat mengguanakan dan memanfaatkan waktu seefektif

mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara

menyeluruh.

2. Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat/pasien

Diharapakan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit “Soft Tissue Tumor” sehingga dapat dilakukan pencegahan lebih

dini.

2. Bagi institusi/pendidikan

Memberika kemudahan dalam pemakaian saran prasaran yang merupakan

fasilitasbagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.


70

3. Bagi rumah sakit

Diharapakan dapat memberikan pelayanankepada psien seoptimal mungkin

dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit khususnya perawat di

ruangan untuk menghindari infeksi silang dan gangguan kebutuhan

psikologis sehingga klien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
71

Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smelster, SuzaNye C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2. Jakarta :

EGC.

Anda mungkin juga menyukai