Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HEMATOLOGI II

HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFF COUNT)

Disusun Oleh
Nama : FELYANA ELSA PUTRI
NIM : AK816022
Kelas :A
Semester : IV
Dosen Pengampu : Dian Nurmansyah S.ST. M.Biomed

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU 2018

i
kATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.
Makalah ini adalah hasil kerjasama kami sebagai tim yang kompak di dalam
pencarian data sampai dengan penyusunan makalah sampai dengan selesai.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada dosen mata
kuliah Statistik yang telah memberikan banyak dorongan dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas ini, juga rekan-rekan mahasiswa semua. Semoga segala yang
telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini
dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di
masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Banjarbaru, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1. 2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

1. 3. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1.4. Manfaat Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Leukosit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.2. Hitung Jenis Sel Leukosit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6

2. 3. Basofil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

2. 4. Eosinofil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

2.5. Neotrofil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

2.6. Limfosit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .12

2.7. Monosit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

BAB III PENUTUP

3. 1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 14

3. 2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen
cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel
darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang
mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam
kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam
homeostasis (Bakri, 2005).
Sel darah putih atau Leukosit merupakan " bala tentara" kita. Tugasnya
melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri,
atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan
tubuh.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak luput dari serangan berbagai
macam kuman pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut
bisa merobohkan tubuh, berkat pasukan tempur yang selalu siap melawan kuman.
Pasukan tempur itu adalah sel darah putih yang dikenal dengan sebutan leukosit.
Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk bagi kuman. Nah, di
daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang melawan kuman
hingga tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan membengkak
serta seringkali mengeluarkan nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman
melawan sel darah putih. Jika sel darah putih menang, kuman akan hilang dan tubuh
kembali normal. Sebaliknya, jika sel darah putih kalah, diperlukan obat-obatan dari
luar untuk membantu sel darah putih melawan kuman. Bisa dibayangkan betapa
pentingnya sel darah putih dalam tubuh kita (Gandasoebrata ,2010).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Leukosit?


2. Apa pengertian dari hitung jenis sel leukosit?
3. Bagaimana untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel?
4. Apa yang dimaksud dengan basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan peulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca tentang leukosit, jenis-jenis dari sel leukosit, dan cara hitung jenis sel
leukosit atau different count.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
leukosit, jenis-jenis dari setiap sel leukosit, dan bagaimana cara perhitungan jenis sel
leukosit atau yang dikenal dengan different count.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki
fungsi yang sangat beragam. Walaupun demikian sel sel ini berasal dari suatu sel
bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-
fungsi tersebut dapat berjalan. Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah
sebagai berikut :
Stem cell (myeloid)→myeloblast→promyelocyte→metamyelocyte→band
granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 - 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler
meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan
Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya
proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis
(radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan
lain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin,
antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu
terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan

3
obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker,
antidiabetika oral, dan antibiotika (penicillin, cephalosporin) (Hoffbrand, 2012)

A.Fungsi umum leukosit sebagai berikut:


a. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yng dilakukan
oleh neutofil dan monosit.
b. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan oleh basofil.
Fungsi khusus leukosit sebagai berikut:
a. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
b. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan penyakit alergi.
c. Basofil berperan dalam mengeluarkan histamin, heparin dan dilepaskan setelah
pengikatan IgE ke reseptor permukaan, berperan penting pada reaksi
hipersensitivitas segera.
d. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T) sel B
memperantarai imunitas humoral. Sel T memperantarai imunitas seluler.
e. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
B.Sifat-sifat leukosit sebagai berikut:
a. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat kimia tertentu.
b. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
c. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat melewati
pembuluh darah dengan mengerutkan sel nya.
d. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk ke dalam
tubuh yang dilakukan oleh neutrofil dan monosit.

4
C.Kelainan kuantitatif leukosit meliputi:
a. Leukositosis yaitu jumlah leukosit lebih dari normal.
- Fisiologik pada latihan jasmani berat akhir kehamilan (terutama 2 bulan
terakhir), waktu partus / melahirkan, neonates, idiopathic normal.
- Kenaikan jumlah neutrofil pada keadaan patologik seperti pada infeksi
kerusakan jaringan (crush syndrome, neoplasma, luka bakar,keracunan CO dan
Pb, kelainan metaboli (eklampsia, Gout, ketosis diabetes, syndroma cushing).
b. Leukopenia yaitu jumlah leukosit kurang dari normal (granulosit berkurang)
- Agranulositosis , neutropenia karena obat.
- Depresi sumsum tulang pada anemia aplastik, osteosklerosis, mielofibrosis,
infiltrasi neoplasma.
- Iradiasi.
- Keracunan oleh zat benzene, urethan , Au, dll.
- Obat-obat sitostatika (myleran, mercaptopurin), dll.
- Infeksi oleh bakteri (thypus abdominalis, parathypus, brucellosis), virus
(influenza, campak, rubella, hepatitis), rickettsia (thypus, scrub thypus), protozoa
(malaria), infeksi berat (TBC miller,osteomyelitis berat, septicemia.
- Benda imun (PAP).
- Defisiensi.

c.Reaksi leukemoid
Merupakan produksi berlebihan sel leukosit kadang kadang bertambahnya
sel muda baik di darah perifer maupun di sumsum tulang. Biasanya jumlah leukosit
lebih dari 30.000 sel /ul darah atau kurang dari jumlah tersebut tetapi ada sel muda.
Keadaan ini perlu dibedakan dari leukemia. Penyebabnya adalah infeksi (pneumoni,
TBC miller) tumor (limfoma hodgin) penyakit lain (reaksi hipersensitivitas, luka
bakar, metaplasia myeloid, reaksi hemolitik) (Riswanto, 2013).

5
Shift to the left (terjadi bila sel yang didapat lebih banyak granulosit muda
batang dan mieolosit) pada infeksi, toksemia, perdarahan akut. Shift to the
right (hipersegmentasi) terjadi pada penyakit hati, anemia megaloblastik herediter.

2.2 Hitung jenis sel leukosit.


Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif
(%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30%
dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit
dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu
basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit.
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah
yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah
mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel
darah putih dinyatakan dalam persen (%) (Sutedjo, 2008).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hitung jenis leukosit adalah:
- Pilihlah sediaan yang cukup tipis dengan persebaran leukosit yang merata.
- Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah ke arah
pinggir bawah sediaan dan setelah itu geser ke kanan kemudiaan ke arah
pinggir atas lagi. Sesampai di pinggir atas geser ke kanan lagi kemudian ke
arah pinggir bawah.
- Lakukan pengerjaan itu sampai 100 sel leukosit terhitung menurut jenisnya.
- Selain menghitung, catatlah adanya kelainan morfologi pada leukosit.

6
- Hendaknya pelaporan jumlah leukosit sesuai urutan yang pasti dimulai dari
sel basofil, eosinofil, neutrofil menurut stadiumnya, limfosit dan terakhir
monosit (WHO,2003).
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit
sebagai berikut:
1. Obyek glass.
2. Spreader.
3. Rak pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar (kapiler/vena, segera
dibuat apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
9. Alkohol mikroskop.

Cara kerja hitung jenis leukosit sebagai berikut:


A. Cara membuat sediaan apus darah tepi (SADT).
1. Pilihlah kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca
penghapus" atau boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM dari ujung kaca objek di depan
tetes darah.
3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum spreader
mencapai ujung lain dari kaca objek.

7
5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat
diatur dengan menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan
menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis apusan
darah yang dihasilkan).
6. Biarkan apusan darah mengering di udara.
7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).

B. Pewarnaan Wright.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan
larutan buffer phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel
leukosit.

C.Pewarnaan Giemsa.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel
leukosit.

8
Ciri sediaan yang baik sebagai berikut:
1. Sediaan tidak melebar samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang objek
glass.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit
terletak berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk
Roleaux.
3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi,
degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA:
-bila jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku.
-bila jumlah pemakaian berlebih maka akan mempengaruhi morfologi leukosit.

2.3 Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang
seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini
jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula
sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada
reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam
jaringan basofil berubah menjadi sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan
immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin.
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase
penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stress, reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan (Tjokronegoro ,2009).

9
2.4 Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi
(terutama parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 3%. Sel ini mirip
dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarana merah
tua, jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik
dan berperan khusus dalam respon alergi, pertahanan terhadap parasit, dan
pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl
darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin
yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis
yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik,
dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl
darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar,
perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan
penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada
infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang
dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada
orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil (Tjokronegoro , 2009).

2.5 Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka
dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Sel
ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang pucat
dengan batas tida beraturan, mengandung banyak granula merah-biru (azurofilik)
atau kelabu - biru. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada

10
stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan
terbanyak pada neutrofil matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 – 5% untuk
neutrofil batang dan 50 – 70% untuk neutrofil segmen.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia
dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan
darah dan radang Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap
infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas
peradangan dan pengobatan. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari
pada orang dewasa. Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda ke peredaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran
ke kiri atau shift to the left. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons
penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda
degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan
gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl
darah. Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari
peredaran darah misalnya umur netrofil yang memendek karena penggunaan obat,
gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan
dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil
terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain
(Tjokronegoro ,2009).

11
2.6 Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan
sitoplasmanya sedikit.Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan
pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 - 40% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah
sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit dalam petahanan
tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem
limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu:

a.Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel
B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah
adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam
menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori').
b.Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi
HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat
membunuh sel yang terinfeksi virus
c.Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat membunuh
sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibinuh karena
telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah
limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl
darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis,
pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan
makroglobulinemia primer (Tjokronegoro ,2009).

12
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari
1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia
adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh kortikosteroid dan
obat-obat sitotoksis.

2.7 Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x
lebih besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan
diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 - 8% dari jumlah seluruh
leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan
mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin yang
menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak
vakuola halus sehingga memberikan gambaran kaca asah (ground-glass-apperance).
Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance. granula sitoplasma juga sering
dijumpai. Monosit membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis) dari neutrofil
tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan
patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau
dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl
pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai
pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik
(Tjokronegoro ,2009).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit
dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler
meliputi Limfosit dan Monosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap kepada mahasiswa agar lebih memahami
tentang cara memeriksa dan menghitung Leukosit agar kesalahan diagnosis dapat
dikurangi dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan leukosit menjadi
abnormal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bakri,Samsyul,dkk.2005.Hematologi.Jakarta:Pesat Pendidikan Tenaga Kesehatan


Departemen Kesehatan RI
Gandosoebrata,R.2010.Penuntun Laboratorium Klinik edisi keenambelas.
Jakarta:Dian Rakyat
Hoffbrand,A.V.2012.Kapita Selekta Hematologi edisi keempat.Jakarta:EGC
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan


Kanal Media.

Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Yogyakarta: Amara Books.

Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. 2009. Pemeriksaan Laboratorium


Hematologi Sederhana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

World Health Organization. 2003. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium


Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

15

Anda mungkin juga menyukai