Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PERHITUNGAN ATAP DAN KOLOM BAJA

Data Perencanaan

a. Bentang kuda-kuda : 11 m
b. Jarak antar kuda-kuda : 6m
c. Rencana jarak gording : 0.78 m
d. Kemiringan atap : 15o
e. Berat penutup atap galvalum : 3.2 kg/m2 (PPIUG, 1983:12)
f. Berat plafond an penggantung : 18 kg/m2 (PPIUG, 1983:12)
g. Tekanan angin : 25 kg/m2
h. Mutu baja profil

Gording : 320 MPa

σijin : 2400 kg/cm2

Kuda-kuda : 320 MPa

σijin : 2400 kg/cm2

i. Mutu beton (fc’) : 26 MPa


j. Dimensi gording rencana dengan profil C.150.50.20.4,5
q = 9,20 kg/m ; Wx = 49 cm3
A = 11,72 cm2 ; Wy = 10,5 cm3
Ix = 368 cm4
Iy = 35,7 cm4
2.1 Perhitungan Gording
2.1.1 Perhitungan Pembebanan dan Mekanika
Direncanakan menggunakan profil C.150.75.20.4.5 dengan data sebagai
berikut :
q : 9,20 kg/m ; Wx : 49 cm3

A : 11,72 cm2 ; Wy : 10,5 cm3

Ix : 368 cm4

Iy : 35,7 cm4

Gambar 2.1 Profil C.150.75.20.4.5

a. Akibat beban mati


 Berat sendiri gording : 9,20 kg/m
 Berat penutup atap (galvalum)
3.2 kg/m2 x 0.78 m : 2.496 kg/m
 Berat rangka plafond + penggantung
18 kg/m2 x 0.78 m x cos 15o : 13,56 kg/m +
: 25.576 kg/m
 Berat aksesoris dan alat sambung : 10% X 25.576 kg/m
: 2.525 kg/m
Berat total (Qtot) : 27.873 kg/m
1) Peninjauan arah sumbu x–x
qx = Qtot x sinα
= 27.873 x sin 15o
= 7.19 kg/m

2) Peninjauan arah sumbu y-y


Gambar 2.2 Arah gaya pada
qy = Qtot x cosα
gording
= 27.873 x cos 15o
= 26.836 kg/m
3) Momen akibat berat sendiri
 My1 = 1/8 x qx x L2
= 1/8 x 7.19 kg/m x (6m)2
= 32.35 kg.m
 Mx1 = 1/8 x qy x L2
= 1/8 x 26.836 x (6m)2
= 120.765 kg.m

b. Akibat beban hidup


Menurut PPIUG ’83 hal 13, beban atap minimal 100 kg/m2.
Untuk mengantisipasi beban tambahan, maka digunakan beban atap sebesar
150 kg/m2.

1) Peninjauan searah sumbu x-x


 Px = 150 kg x sina
= 150 kg x sin 15o
= 38,8 kg
2) Peninjauan searah sumbu y-y
 Py = 150 kg x cos a
= 150 kg x cos 15o
= 144,9 kg
3) Momen akibat beban hidup
 Mpy = ¼ x Px x L
= ¼ x 38.8 kg x 6 m
= 58,2 kg.m
 Mpx = ¼ x Py x L
= ¼ x 144.9 kg x 6 m
= 217,35 kg.m

c. Akibat beban angin


Menurut PPIUG ’83 pasal 4.3 ,1 untuk atap dengan sudut kemiringan
a ≤ 65O = 15o ≤ 65o
Gambar 2.3 Beban angina atap

Berarti untuk Angin tekan (Wt) = 0,02a – 0,4 ; Angin hisap (Wh) = -0,4
Wangin menurut (PPIUG 1983 hal 22 pasal 4.2) tekanan tiup harus diambil
minimum 25 kg/m2 daerah jauh dari pantai (Lumajang Kota), maka
digunakan Wangin 25 kg/m2.
1) Angin Tekan (Wt)
Wt = (0,02 x a) – 0,4 x jarak gording x W
= ((0,02 x 15o) – 0,4) x 0.78 x 25 kg/m2
= -1,95 kg/m (berarti beban angin tekan di anggap 0 kg/m)
 Momen akibat angin tekan
= 1/8 x Wt x L2
= 1/8 x -1,95 x 0.952
= -0,148 kg.m
2) Angin Hisap (Wh)
Wh = -0,4 x jarak gording x W
= -0,4 x 0.78 m x 25 kg/m2
= -7,8 kg/m
 Momen akibat angin hisap
= 1/8 x Wh x L2
= 1/8 x -7,8 m x 0.952
= -0,6 kg.m

d. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban menurut D + L untuk beban tetap, untuk beban sementara
D + L ± W.
1) Kombinasi beban tetap (DL + DD)
Mx = Mx1 + Mpx = 120.765 kg.m + 217,33 kg.m = 338.098 kg.m
My = My1 + Mpy = 32.35 kg.m + 58.234 kg.m = 90.6 kg.m
2) Kombinasi beban sementara (DL + DD + DW)
Mx = Mx1 + Mpx + Mtekan
= 120.765 kg.m + 217,33 kg.m + 0 kg.m = 337.95 kg.m
My = My1 + Mpy – Mhisap
= 32.358 kg.m + 58,23 kg.m – 0,6 = 90 kg.m
Mx Sementara
< 1,3 ; maka yang dipakai adalah moment akibat beban
Mx Tetap

lentur.
Mx Sementara
>1,3 ; maka yang dipakai adalah moment akibat beban
Mx Tetap

sementara.
Mx Sementara 385,75 kg.m
= = 1 < 1,3 dipakai moment beban lentur.
Mx Tetap 385,75 kg.m

 Menurut PPBBI hal 5 no 5, tegangan normal yang diijinkan untuk


pembebanan tetap, besarnya sama dengan tegangan dasar. Karena
menggunakan baja 320 MPa, maka tegangan dasarnya σ = 2400 kg/cm2.

2.1.2 Perhitungan Dimensi Gording

Ix : 368 cm4
Iy : 35,7 cm4
ix : 5,60 cm
iy : 1,75 cm
f : 11,72 cm2
q : 9,20 kg/m
Cx : 0 cm
Gambar 2.4 Profil C. 150.50.20.4,5
Cy : 1,54 cm
Zx : 49 cm3
Zy : 10,5 cm3
Berat : 9,20 kg/m
A : 11,72 cm2
Fy : 320 MPa
Fu : 520 MPa
a. Periksa Kelangsingan Penampang
Flens/sayap λf ≤ λp Web/Badan λw ≤ λt
𝑏 250 ℎ 665
≤ ≤
𝑡𝑓 √𝑓𝑦 𝑡𝑤 √𝑓𝑦
50 250 150 665
≤ ≤
4,5 √320 4,5 √320
11,11 ≤ 13,97 (OK) 33,3 ≤ 37,174 (OK)

b. Kontrol Tegangan
Berdasarkan PPBBI ’84 hal 5 pasal 2.2 (1), bahwa untuk elemen baja yang
mengalami tegangan normal dan tegangan geser, maka tegangan idiil yang
terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar atau tegangan yang diijinkan,
sehingga:
Profil C.150.50.20.4,5
W : 9,20 kg/m
Ix : 368 cm4
Iy : 35,7 cm4
Wx : 49 cm3
Wy : 10,5 cm3

Mx My
σ = √Wx + Wy ≤ σijin

38575 kg.cm 96,8


= √ + 10,5 cm3 ≤ 1600 kg/cm2
49 cm3

= 949 kg/cm2 ≤ 1600 kg/cm2 (OK)

c. Kontrol Geser
D Py
τ= =
A A
144,90 kg
=
11,72 cm2

= 12,94 kg/cm2
σid = √σ2 + 3τ2 ≤ σijin
2 2
= √(949 kg⁄cm2 ) + 3(12,36 kg⁄cm2 ) ≤ 1600 kg/cm2

= 949 kg/cm2 ≤ 1600 kg/cm2 (OK)

d. Kontrol Lendutan
Lendutan maksimum yang diijinkan menurut PPBBI 1984 hal.155
1
sebesar : 𝑓 max = 𝑥𝐿
250
1
= 250 𝑥 600 𝑐𝑚 = 2,4 𝑐𝑚

Dimana :
qx (Beban mati sumbu x) = 10,027 kg/m = 0,10027 kg/cm
qy (Beban mati sumbu y) = 37,421 kg/m = 0,37421 kg/cm
Px (Beban hidup sumbu x) = 38,8 kg
Py (Beban hid up sumbu y) =144,9 kg
E = 2,1 x 106 kg/cm2
L = 6 m = 600 cm
Ix = 368 cm4
Iy = 35,7 cm4
Perhitungan :
5 qx .L4 1 Px .L3
fx = x + x
384 E .Ix 48 E .Ix

5 0,07 x 6004 1 38,82 x 6003


= x + x
384 2100000 .368 48 2100000 .368

= 0,38 cm

5 qy .L/24 1 Py .L/23
fy = x + x
384 E .Iy 48 E .Iy

5 0,268 x 3004 1 1.46 x 3003


= x + x
384 2100000 .35,7 48 2100000 .35,7

= 1.46 cm

Kontrol :
= √(0,382 ) + (1,462 )
= 1.51 cm < 2,4 cm (OK)
2.1.3 Perhitungan Trekstang
Untuk memperkuat gording dari lendutan, maka harus diberi trekstang.

Diketahui :

 Jarak antar kuda kuda : 6 m


 Jarak antar gording : 0.78 m
 Berat sendiri gording : 11 kg/m
 Beban terpusat : 150 kg
 Beban galvalum : 3.2 kg/m2

Pembebanan :

a. Beban mati
Q = berat sendiri gording + berat penutup atap
= 11 kg/m2 + (3.2 kg/m2 x 0.78 m)
= 22.96 kg/m
Beban total yang diterima trekstang adalah beban yang bekerja searah
sumbu y-y

Qy = Q x cos a
= 71,76 kg/m x cos 15o
= 21.14 kg/m
b. Beban Hidup
Py = P x cos a
= 150 kg x cos 15o
= 144.9 kg
𝑄𝑦 . 𝐿𝑦
P total / Pmax = + 𝑝𝑦
3
22,46 . 6
= + 144.9
3

= 187.17 kg
Dimensi trekstang
Jumlah medan trekstang n = 4; jumlah gording =10; y =jarak gording = 0.78
m ; x = ¼ . jarak kuda-kuda = ¼ . 6 = 1.5 m
𝑦
tan a =𝑥
0.78
= 1.5

= 0.52
a = 27,47o
R x sin α = n x Pmax n = jumlah medan trekstang = 4 buah

Pmax = P yang bekerja pada masing masing


gording.
𝑛 . 𝑃 𝑚𝑎𝑥
R = sin 𝑎
4 . 189.8
= sin 27.47

= 1053.962 kg
𝑅
Tegangan (σ) = 𝐹
𝑅
F =
σ
1053.962
=
1600

= 0,64 cm2
Dimana :
F = ¼ x π x d2
𝐹𝑥4 0,658 𝑥 4
d = √ 3,14 = √ = 0.9 cm2 = 9 mm ≈ 15 mm
3,14

jadi, trekstang yang digunakan berdiameter Ø 15 mm.


2.1.4 Perhitungan Ikatan Angin

Data-data :
 Jarak antar kuda-kuda (dk) =6m
 Jarak Gording (gd) = 0.78 m
 Tekanan Angin (PBI ’83 pasal 4.2 ayat 1:22) = 25 kg/m2
Gaya P’ diambil dari hubungan gording dan ikatan angin yang arahnya sejajar
sumbu gording ( PPBBI ’84 hal. 64 ).
P’ = ( 0,01 x Pkapstang ) + ( 0,005 x n x q x dk x dg )
Dimana :
n = Jumlah travee antar dau batang ikatan angina = 2 bh
q = beban atap vertical terbagi rata = 3.2 kg/m2
dk = jarak kuda-kuda = 6 m
dg = jarak gording = 0.78 m
Pada bentang ikatan angin harus memenuhi syarat berdasarkan PPBBI ’83 hal
ℎ 0,25 . 𝑄
64 yaitu : 𝐼 < 𝐸 . 𝐴𝑡𝑒𝑝𝑖

Dimana :
 Atepi : luas bagian tepi kuda – kuda = (a+b)/2 x dg
 h : jarak kuda – kuda pada bentang ikatan angin
 l : panjang sisi miring tepi atas kuda – kuda = 8.28 m
 B : ½ lebar bangunan = 6 m
 l : 8.28 x 2 = 16.56 m
 Q : n x q x dk x dg
 Pk : ( a x b )/2 x tekanan angin/2

Dimana :
𝑎
a  tg 15o = 1 → a = tg 15o (1/2 x 6 m) = 0,8 m
.𝐵
2

𝑏
b  tg 15o = 1 → b = tg 15o (1/2 x 9,81 x 0.78 m) = 1,02 m
. 𝑙 . 𝑑𝑔
2
𝑎. 𝑏 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛
Pk =( )𝑥 ( )
2 2
0,8 . 1,02 25 𝑘𝑔/𝑚2
=( )𝑥 ( )
2 2

= 5,15 kg
P’ = (0,01 . Pk) + (0,005 . n . q . dk . dg)
= (0,01 . 5,15 kg) + (0,005 . 2 . 25 kg/m2 . 6 m . 0.78 m)
= 0,2 kg
𝑎+𝑏
Atepi =( ) 𝑥 𝑑𝑔
2
0,8 𝑚 + 1,02 𝑚
=( ) 𝑥 0,78 𝑚
2

= 0,71 m2
Qtepi = n x q x l x dk
= 1 . 25 kg/m2 . 16,56 m . 6 m
= 317,952 kg

Control :
ℎ 0,25 . 𝑄
> √𝐸 .
𝐼 𝐴𝑡𝑒𝑝𝑖

6 0,25 . 993,6 𝑘𝑔
> √2100000 .
16,56 0,71

0,362 > 0,0072 (OK)

𝑃′ 0,52 𝑘𝑔
Dimensi F = 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 = 0,000126 cm2

Dimana : F = ¼ . π . d2
4 . 0,000325
d=√ 3,14
= 0,02 cm = 0,2 mm
maka dipakai besi dengan Ø 12 mm.

2.2 Perhitungan Kuda-kuda


2.2.1 Perhitungan kuda kuda rangka

Gambar 2.12 Keyplan Kuda-kuda


 Beban Mati
Beban mati pada bagian (P1)
Jarak gording tepi = 0,52 m
Berat atap = 3,2 kg/m2 x 6 m x (0,78 . ½) x 0,52 m = 3,89 kg
Berat plafond dan penggantung
= 18 kg/m2 x 6 m x 0.78 m x 0.52 x cos 15o = 81,87 kg
Berat gording = 11 kg/m x 6 m = 55,2 kg +
= 140,96 kg
Berat aksesoris = 10% x 149,24 = 14.09 +
Berat total = 155,06 kg
Beban mati pada P2-P10
Berat Atap = 3,2 kg/m x 6 m x 0,78 m = 14,976 kg
Berat plafond dan penggantung
= 18 kg/m2 x 6 m x 0.78 m x 0.52 x cos 15o = 81,87 kg
Berat gording = 11 kg/m x 6 m = 55,2 kg +
= 151,5456 kg
Berat aksesoris = 10 % x 183,36 kg = 18,33 kg +
= 166,7 kg
Beban mati pada puncak P11
Berat atap = 3,2 kg/m x 6 m x 0,78 m = 14,976 kg
Berat plafond dan penggantung
= 18 kg/m2 x 6 m x 0.78 m x 0.52 x cos 15o = 81,87 kg
Berat gording = 11 kg/m x 6 m x 2 = 110,4 kg +
= 206,74 kg
Berat aksesoris = 10% x 238,57 kg = 20,67 kg
Berat bubungan = 20 kg x 6 m = 120 kg +
= 347,42 kg
 Beban Hidup
Menurut PPIUG ’83 hal 13, beban atap minimal 100 kg/m2. Untuk
keperluan antisipasi beban tambahan, maka digunakan beban atap
sebesar 150 kg/m2.
 Beban Angin
Berdasarkan PPIUG ’83 pasal 14.3 ,1 untuk atap dengan sudut
kemiringan = α ≤ 65°→ 30° ≤ 65°

ANGIN TEKAN ANGIN HISAP


+0,02 -0,4 -0,4

Berarti, angin tekan (W1) = 0,02 α - 0,4


angin hisap (W2)= -0,4
W angin (PPIUG ’83 hal 22 Pasal 4.2) tekanan angin tekan harus
diambil minimum 25 kg/m2. Maka dipakai W = 25 kg/m2

Pembebanan angin pada kuda-kuda :


Angin tekan (Wt) = ((0,02 . α) – 0,4) x jarak kuda-kuda x W
= ((0,02 x 15o) - 0,4) x 6 m x 25 kg/m2
= - 15 kg/m (angin tekan di anggap 0 kg/m)
Angin hisap (Wh) = - 0,4 x jarak kuda-kuda x W
= - 0,4 x 6 m x 25 kg/m2
= -60 kg/m
Whh (tepi) = Wt x sin α x ½ .jarak gording
= - 60 kg/m x sin 15 x ½ x 0.78 x 0.52
= -20,18 kg/m
Whh (tengah) = Wt x sin α x ½ .jarak gording
= - 60 kg/m x sin 15 x ½ x 0.78 x 0.52
= -12,11 kg/m
Wtv (tepi) = Wt x cos α x ½ x jarak gording
= - 60 kg/m x cos 15 x ½ x 0.78 x 0.52
= -75,34 kg/m
Wtv (tengah ) = Wt x cos α x jarak gording
= - 60 kg/m x cos 15 x 0.78
= -45,2 kg/m

2.2.2 Kombinasi Pembebanan


Untuk pembebanan menggunakan dua tipe kombinasi, yaitu:
Kombinasi 1 : 1,2 DL + 1,6 LL
Kombinasi 2 : !,2 DL + 1,6 LL + 0,8 WL

2.2.3 Proses Analisa Struktur Kuda-Kuda Menggunakan SAP2000


Analisa digunakan untuk menghitung Momen maks (M), P aksial maks (P),
dan P lintang maks (V) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Buka program SAP 2000 Versi 14.

2) Ubah satuan yang berada di kanan bawah sesuai kebutuhan.


3) Untuk membuat model baru pilih File New Model Grid OnlyOK

4) Kemudian edit grid dengan cara Klik Kanan  Edit Grid Data  Modfy
Show Sistem  isikan data kuda-kuda/ truss ke arah sumbu X setelah
menghapus semua data yang ada dimulai dari Nol. Kemudian isikan lagi
data Nol ke arah sumbu Y setelah menghapus data yang ada terlebih dahulu.
Yangterakhir yaitu memasukan data ketinggian atap ke arah sumbu Z
dengan menghapus data yang ada terlebih dahulu memasukan angka nol.
5) Setelah itu garis maka kita tentukan dulu bahan apa yang akan digunakan
dengan Define Material Add New Material Steel → Edit
sesuai dengan data.

6) Define → Section Properties Frame sections → Add New Properties


Add/Pipe (untuk baja Tipe Pipa) → isikan data baja yang diperoleh dari
table baja.
7) Lalu buat garis dengan Draw → Draw Frame/Cable Element → Pilih
Section (bahan yang dipakai dalam garis).
8) Masukan tumpuan Sendi Dan Rool dengan Klik Assign Joint
Restraint pilih tumpuan.

9) Kemudian definisikan beban apa saja yang akan di masukkan dengan cara
mencari Define → Define Load Pattern isikan Load (MATI, HIDUP,
ANGIN) → isikan Type (DEAD,LIVE,WIND) → isikan Multipler (0,0,0).
Add New Load → OK.

10) Mengisikan data beban mati, beban hidup dan beban angin di mulai beban
simpul tepi kemudian beban simpul tengah dan beban simpul puncak.
11) Setelah semua pembebanan sudah dimasukkan maka semua beban tersebut
harus dikombinasikan dengan cara cari Define → Load Combinations.

12) Untuk comb 1 → MATI Load case diisi dengan 1 dan HIDUP Load case
diisi dengan 1
Untuk comb 2 → MATI Load case diisi dengan 1, HIDUP Load case
diisidengan 1, ANGIN Load case diisi dengan 1
13) Analisis → set options → XZ Plan → OK.
14) Analisis → RUN → simpan data → OK.
2.2.4 Proses Analaisa Kuda-kuda Menggunakan Profil Pipa Baja

 Perhitungan batang tekan primer


Gaya batang maksimum pada batang 39 ; Pmax 5457 kg = 5,457 ton
; Lk = 0,77 m = 77 cm
Tabel 1.1 Tabel Element Forces Tekan Primer Kuda-Kuda Baja Pipa Besar

Dicoba profil pipa hollow diameter 4” tebal 4,5 mm, dengan data-data:
Ix= Iy= 234 cm4
ix= iy= 3,89 cm
Fprofil= 15,52 cm2
Wx=Wy= 41 cm
Berat = 12,2 kg/m
Berdasarkan PPBBI ’84 hal 20 pasal 4.2 (3), bahwa kelangsingan pada arah
tegak lurus dihitung dengan persamaan:
Lk 77 cm
λx = = = 19,7 ~ 20
ix 3,89 cm

Di dalam PPBBI ’84 hal 14 pada tabel 5 tentang faktor tekuk untuk baja Fe
510 dengan λx = 20 didapat ωx = 1,098
Tegangan yang terjadi :
ωx . p
= < σijin
𝐹
1,098 . 5457 cm
= < 2400 kg/cm2
15,2 𝑐𝑚2

= 394,21 kg/cm2 , 2400 kg/cm2


Jadi, profil pipa hollow diameter 4” tebal 4,5 mm memenuhi syarat untuk
digunakan pada batang tekan primer.
 Perhitungan batang tarik primer
Gaya batang maksimum pada batang 14 ; Pmax 5290 kg = 5,290 ton
; Lk = 0,77 m = 77 cm
Tabel 1.2 Tabel Element Forces Tekan Primer Kuda-Kuda Baja Pipa Besar

σ = 0,75 x σijin
= 0,75 x 2400 kg/cm2
= 1800 kg/cm2
Dicoba profil pipa baja 4” tebal 4,5 mm, dengan data-data :
Ix= Iy= 234 cm4
ix= iy= 3,89 cm
Fprofil= 15,52 cm2
Wx=Wy= 41 cm
Berat = 12,2 kg/m
Tegangan yang bekerja
𝑃
= 𝐹𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 < 0,75 x σijin
5290 𝑘𝑔
= < 0,75 x 2400 kg/cm2
15,52

= 340,91 kg/cm2 < 1800 kg/cm2


Jadi, profil pipa hollow diameter 4” tebal 4,5 mm, memenuhi syarat untuk
digunakan pada batang tarik primer.
 Perhitungan batang tekan sekunder
Gaya maksimum pada batang 63 : Pmax = 1912 kg ; Lk = 1,04 m =
104 cm
Tabel 1.3 Tabel Element Forces Tekan Sekunder Kuda-Kuda Baja Pipa Besar.
σ = 0,75 x σijin
= 0,75 x 2400 kg/cm2
= 1800 kg/cm2
Fperlu =P/σ
= 1912 kg / 1800
= 1,06 kg/cm2
Dicoba profil pipa hollow diameter 3” tebal 4 mm, dengan data-data:
Ix= Iy= 97 cm4
ix= iy= 3,01 cm
Fprofil= 10,69 cm2
Wx=Wy= 21,8 cm3
Berat = 8,39 kg/m
Berdasarkan PPBBI ’84 hal 20 pasal 4.2 (3), bahwa kelangsingan pada
arah tegak lurus dihitung dengan persamaan:
Lk 104 cm
= λx = = = 38,2 ~ 39
ix 3,01 cm

Di dalam PPBBI ’84 hal 14 pada tabel 5 tentang faktor tekuk untuk baja
Fe 510 dengan λx = 39 didapat ωx = 1,212
Tegangan yang terjadi :
ωx . p
= < σijin
𝐹
1,212 . 1912 kg
= < 2400 kg/cm2
10,69 𝑐𝑚2

= 178,9 kg/cm2 < 2400 kg/cm2


Jadi, profil pipa hollow diameter 3” tebal 4 mm memenuhi syarat untuk
digunakan pada batang sekunder.

 Perhitungan batang tarik sekunder


Gaya maksimum pada batang 83 : Pmax =2383 kg ; Lk = 1,12 m ;
= 112 cm
Tabel 1.4 Tabel Element Forces Tarik Sekunder Kuda-Kuda Baja Pipa Besar
σ = 0,75 x σijin
= 0,75 x 2400 kg/cm2
= 1800 kg/cm2
Fperlu =P/σ
= 2383 kg / 1800
= 1,32 kg/cm2
Dicoba profil pipa hollow diameter 3” tebal 4 mm, dengan data-data:
Ix= Iy= 97 cm4
ix= iy= 3,01 cm
Fprofil= 10,69 cm2
Wx=Wy= 21,8 cm3
Berat = 8,39 kg/m
Tegangan yang bekerja
𝑃
= 𝐹𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 < 0,75 x σijin
2383 𝑘𝑔
= < 0,75 x 2400 kg/cm2
10,69

= 270,27 kg/cm2 < 1800 kg/cm2


 Perhitungan sambungan las
Las yang digunakan adalah adalah las menyeluruh pada penampang
batang. Menurut PPBBI ’84 hal 73 pasal 8.5 (2.1) Pada suatu pelaksanaan
yang baik, dimana penampang las sesuai dengan penampang batang,
tegangan pada las sama dengan tegangan pada batang, sehingga apabila
batang itu telah cukup kuat, maka las tidak
perlu dihitung.
Tebal Las Pada Batang Primer
Tebal Las ≤ ½ t √2
≤ ½ 4,5 √2 = 3,2 cm
Jadi tebal las maksimal pada batang primer 3,2 cm
Tebal Las Pada Batang Sekunder
Tebal Las ≤ ½ t √2
≤ ½ 4√2 = 2,8 cm
Jadi tebal las maksimal pada batang primer sekunder 2,8 cm
Kontrol geser pada batang 30

σid = √σ2 + 3Ʈ² < σijin


5,43 𝑘𝑔
σ = 26,43 𝑐𝑚² = 0,2 kg/cm2

τ yang dingunakan adalah pada batang 16 yaitu τ = 81,12 kg

σid = √0,22 + (3 𝑥 81,122 )


= 140,5 kg/cm2 < 1800 kg/cm2 (OK)
 Perhitungan baut angker
Panjang Angker
Direncanakan :
 Diameter baut angker (db) = 19 mm
 Luas tulangan Ageser = ¼ π . D2) = 283,385 mm
 Mutu baja (fy) = 320 MPa
 Hitung tegangan τ = 0,58 x 1600
= 928 kg/cm2 (PPBBI 1984 :76)
 Tidak kurang dari S = 0,06 . db . fy
= 0,06 . 19 . 320
= 364,8 mm ~ 400 mm
Dipakai baut angker Ø 19 dengan panjang 400 mm.
Jumlah Angker
- Gaya geser (PH) = 0 kg
- PV = 3745,68 kg
- Dicoba memakai 4 buah angkur dengan Ø 19 (F = 283,385 mm²)
- A = F x (4 buah angkur)
= 283,385 mm² x 4
= 1133,5 mm² = 11,34 cm²
Jadi, gaya yang diterima oleh keempat baut adalah :
𝑃𝐻
τ =1 < 0,58 x σ dasar
. 𝜋 . 𝑑²
4
0
=1 < 0,58 x 1600 kg/cm2
.3,14 . 19²
4

= 0 kg/cm2 < 928 kg/cm2


𝑃𝑉
σ = < 0,75 x σ dasar
𝐴
3745,68
= < 0,75 x 1600 kg/cm2
11,34

= 330,44 kg/cm2 < 1200 kg/cm2


σi = √σ2 + 1,56(𝜏 2 )

= √330,442 + 1,56(02 )
= 330,44 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 (OK)
Jadi, 4 buah baut angker telah memenuhi untuk dipasang.

Anda mungkin juga menyukai