Anda di halaman 1dari 30

MENGHITUNG NILAI OTTV DAN RTTV

GEDUNG KULIAH 3 LANTAI

LAPORAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bangunan Ramah Lingkungan
yang dibina oleh Ir. Dian Ariestadi, M.T.

Oleh:
Dwi Martha Rachmawati 170521626004

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
April 2020
A. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menjelaskan prosedur perhitungan OTTV dan RTTV.
2. Terampil dalam mengaplikasikan rumus perhitungan OTTV dan RTTV.
3. Menganalisis nilai perpindahan termal pada desain yang telah
direncanakan.
4. Membandingkan data perhitungan OTTV dan RTTV terhadap SNI 6389-
2011.
B. ISTILAH DAN DEFINISI
Berikut disajikan istilah dan definisi yang akan dijumpai selama
perhitungan sesuai SNI 6389:2011 tentang Konservasi Energi Selubung
Bangunan pada Bangunan Gedung.
1. Absorbtans Radiasi Matahari (α)
Nilai penyerapan energi termal akibat radiasi matahari pada suatu bahan
dan yang ditentukan pula oleh warna bahan tersebut.
2. Transmitans Termal (U)
Koefisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan ke udara pada
sisi lainnya.
3. Koefisien Peneduh (Shading Coefficient = SC)
Angka perbandingan antara perolehan kalor melalui fenestrasi, dengan
atau tanpa peneduh, dengan perolehan kalor melalui kaca biasa/bening
setebal 3 mm tanpa peneduh yang ditempatkan pada fenestrasi yang sama.
4. Faktor Radiasi Matahari (Solar Factor = SF)
Laju rata-rata setiap jam dari radiasi matahari pada selang waktu tertentu
yang sampai pada suatu permukaan.
5. Beda Temperature Ekuivalen (Equivalent Temperature Difference =
TDEK)
Beda antara temperatur ruangan dan temperatur dinding luar atau atap
yang diakibatkan oleh efek radiasi matahari dan temperatur udara luar
untuk keadaan yang dianggap quasistatik yang menimbulkan aliran kalor
melalui dinding atau atap, yang ekuivalen dengan aliran kalor
sesungguhnya.
6. Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (Overall Thermal Transfer
Value = OTTV)
Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding
dan kaca bagian luar bangunan gedung yang dikondisikan.
7. Nilai Perpindahan Termal Atap (Roof Thermal Transfer Value =
RTTV)
Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk penutup
atap yang dilengkapi dengan atap transparan (skylight).
8. Fenetrasi
Bukaan pada selubung bangunan. Fenestrasi dapat berlaku sebagai
hubungan fisik dan/atau visual ke bagian luar gedung, serta menjadi jalan
masuk radiasi matahari. Fenestrasi dapat dibuat tetap atau dapat dibuka.
9. Konservasi Energi
Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu guna
melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan
efisiensi pemanfaatannya.
C. Informasi Bangunan
1. Tampak Bangunan

Gambar 1. Tampak Depan Gedung (Barat)


Gambar 2. Tampak Belakang Gedung (Timur)

Gambar 3. Tampak Samping Kanan (Utara)

Gambar 4. Tampak Samping Kiri (Selatan)


2. Detail Komponen Masif dan Fenetrasi

Gambar 5. Detail PJ1

Gambar 6. Detail PJ2

Gambar 7. Detail P2
Gambar 8. Detail J3

Gambar 9. Detail J1

Gambar 10. Detail BV


Gambar 11. Detail J4

Gambar 12. Detail P3

Gambar 13. Detail Peneduh


D. PROSEDUR PERHITUNGAN
1. OTTV
Berikut prosedur perhitungan OTTV menurut SNI 6389-2011.

MULAI

Tentukan: Luas
selubung dan WWR

Tentukan: α

Tentukan: U

Tentukan: SC

Tentukan SF dan
TDEQ


Hitung OTTV parsial

Tentukan kembali α, ↓
SC atau WWR Hitung OTTV total
↓ ↓
Periksa OTTV
Tidak kurang dari standar
yang ditentukan

SELESAI
Gambar 14. Diagram Aliran
Proses Perancangan Dinding Luar

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan desain rencana


yaitu:
a. OTTV
OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi
tertentu dengan lebih dari satu jenis material dinding, harus dihitung
melalui persamaan:

𝛂𝟏 𝐔𝒘𝟏 𝐱 𝐀𝟏 𝐀 𝟏 − 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝐓𝐃𝐄𝐤 +


OTTV = 𝛂𝟐 𝐔𝒘𝟐 𝐱 𝐀𝟐 𝐀 𝟏 − 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝐓𝐃𝐄𝐤 + + {Uf x WWR x ΔT} + {SC x WWR x SF}
… 𝛂𝐧 {𝐔𝒘𝒏 𝐱 𝐀𝐧 𝐀 𝟏 − 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝐓𝐃𝐄𝐤 }
Dimana:
A1 = area dinding dengan material 1
A2 = area dinding dengan material 2
A3 = area dinding dengan material n
A = A1 + A2 + ….. + An
Untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar, digunakan persamaan
sebagai berikut:

𝐀𝐨𝟏 x 𝐎𝐓𝐓𝐕𝟏 + 𝐀𝐨𝟐 x 𝐎𝐓𝐓𝐕𝟐 + … + 𝐀 𝐨𝐢 x 𝐎𝐓𝐓𝐕𝒊


OTTV =
𝐀 𝐨𝟏 + 𝐀𝐨𝟏 + … + 𝐀𝐨𝟏

Dimana:
Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar I (m2). Luas total ini
termasuk semua permukaan dinding tidak tembus cahaya dan
luas permukaan jendela yang terdapat pada bagian dinding
tersebut.
OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding I
(Watt/m2) sebagai hasil perhitungan dengan meggunakan
persamaan di atas.
b. Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari (α)
Nilai absorbtans termal (α) untuk beberapa jenis permukaan dinding tidak
transparan dapat dilihat pada table di bawah.

Tabel 1. Nilai absorbtans radiasi matahari untuk dinding luar dan


atap tidak transparan
Bahan dinding luar α
Beton berat1) 0.91
Bata merah 0.89
Bituminous felt 0.88
Batu sabak 0.87
Beton ringan 0.86
Aspal jalan setapak 0.82
Kayu permukaan halus 0.78
Beton ekspos 0.61
Ubin putih 0.58
Bata kuning tua 0.56
Atap putih 0.50
Cat alumunium 0.40
Kerikil 0.29
Seng putih 0.26
Bata glazur putih 0.25
Lembaran alumunium yang dikilapkan 0.12
1)
Untuk bangunan nuklir

Tabel 2. Nilai absorbtans radiasi matahari untuk cat permukaan


dinding luar
Cat permukaan dinding luar α
Hitam merata 0.95
Pernis hitam 0.92
Abu-abu tua 0.91
Pernis biru tua 0.91
Cat minyak hitam 0.90
Coklat tua 0.88
Abu-abu/biru tua 0.88
Biru/hijau tua 0.88
Coklat medium 0.84
Pernis hijau 0.79
Hijau medium 0.59
Kuning medium 0.58
Hijau/biru medium 0.57
Hijau muda 0.47
Putih semi kilap 0.30
Putih kilap 0.25
Perak 0.25
Pernis putih 0.21
c. Transmitansi Termal (U)
Untuk dinding tidak transparan dan fenetrasi yang terdiri dari beberapa
lapis komponen bangunan, maka besarnya U dihitung menggunakan
rumus:
𝟏
U=
𝐑 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥
Dimana:
RTotal = resistensi termal total
Resistans termal terdiri dari:
a) Resistans lapisan udara luar (RUL)
Tabel 3. Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap
Resistans Termal R
Jenis permukaan
(m2.K/W)
Emisivitas tinggi 1) 0.120
Permukaan dalam (RUP)
Emisivitas rendah2) 0.299
Permukaan luar (RUL) Emisivitas tinggi 0.044
Keterangan:
1) Emisivitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap
(non reflektif)
2) Emisivitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat reflektif,
seperti alumunium foil
b) Resistans termal bahan (RUL)

𝐭
Rk =
𝐤
Dimana:
t = tebal bahan (m)
k = nilai konduktivitas termal bahan (W/m.K) pada table 5.

Tabel 4. Nilai k bahan bangunan


Densitas K
No. Bahan bangunan
(kg/m2) (W/m.K)
1 Beton 2400 1.448
2 Beton ringan 960 0.303
3 Bata dengan lapisan plester 1760 0.807
Bata langsung dipasang tanpa plester, tahan
4 1.154
terhadap cuaca
5 Plesteran pasir semen 1568 0.533
6 Kaca lembaran 2512 1.053
7 Papan gypsum 880 0.170
8 Kayu lunak 608 0.125
9 Kayu keras 702 0.138
10 Kayu lapis 528 0.148
11 Glasswool 32 0.035
12 Fibreglass 32 0.035
13 Paduan Alumunium 2672 211
14 Tembaga 8784 385
15 Baja 7840 47.6
16 Granit 2640 2.927
17 Marmer/Batako/Terazo/Keramik/Mozaik 2640 1.298

c) Resistansi termal rongga udara (RRU)


Tabel 5. Nilai R lapisan rongga udara
Resistansi termal
No Jenis celah udara (m2.K/W)
5mm 10mm 100mm
RRU untuk dinding
1 Rongga udara vertikal (aliran panas
secara horizontal)
1. Emisifitas tinggi 0.110 0.148 0.160
2. Emisifitas rendah 0.250 0.578 0.606
RRU untuk atap
Rongga udara horizontal/miring
(aliran panas kebawah)
Rongga udara
0.110 0.148 0.174
horizontal
1. Emisifitas Rongga udara dengan
0.110 0.148 0.165
tinggi kemiringan 22 0
2 Rongga udara dengan
0.110 0.148 0.158
kemiringan 450
Rongga udara
0.250 0.572 1.423
horizontal
2. Emisifitas Rongga udara dengan
0.250 0.571 1.095
rendah kemiringan 22 0
Rongga udara dengan
0.250 0.570 0.768
kemiringan 450
RRU untuk loteng
3 1. Emisifitas tinggi 0.458
2. Emisifitas rendah 1.356

d) Resistansi lapisan udara permukaan (RUP)


Besar nilainya ditunjukaan pada table 3.
c. Koefisien Peneduh (SC)
Koefisien pada setiap sistem fenetrasi secara umum dirumuskan sebagai
berikut:
SC = SCk x SCeff

Dimana:
SC = koefisien peneduh sistem fenetrasi (susunan jendela dan pintu)
SCk = koefisien peneduh kaca atau koefisien peneduh efektif dari kaca
dengan solar control film (kaca film)
SCeff = koefisien peneduh efektif peralatan peneduh luar
d. Faktor Rerata Radiasi Matahari (SF)
Beberapa factor radiasi dihitung pada interval pukul 07.00 sampai dengan
18.00. Untuk bidang vertikal berbagai orientsinya disajikan dalam table
berikut:
Tabel 6. Faktor radiasi matahari (SF, W/m2) untuk berbagai orientasi1)
U TL T TGR S BD B BL
Orientasi
130 113 112 97 97 176 243 211
1)
Berdasar data radiasi matahari di Jakarta. Untuk kota lain dapat disesuaikan.
Dimana:
U = Utara S = Selatan
TL = Timur Laut BD = Barat Daya
T = Timur B = Barat
TGR = Tenggara BL = Barat Laut
e. Beda Temperatur ekuivalen (TDEK)
Sebagai penyederhanaan perhitungan OTTV, maka beda temperature
ekuivalen disajikan dalam table berikut:
Tabel 7. Beda temperature ekuivalen untuk dinding
Berat/satuan luas
TDEK
(kg/m2)
Kurang dari 125 15
126-195 12
Lebih dari 195 10
2. RTTV
Berikut prosedur perhitungan RTTV menurut SNI 6389-2011.
MULAI

Tentukan: Luas
lubang cahaya (As),
Luas Atap

Tentukan: α

Tentukan: U

Tentukan: TDEQ

Tentukan: SC

Hitung RTTV parsial

Tentukan kembali SC, ↓


nilai U atau WWR Hitung RTTV total
↓ ↓
Periksa RTTV
Tidak kurang dari standar
yang ditentukan

SELESAI
Gambar 15. Diagram Aliran Perhitungan RTTV dengan Skylight
Adapun rumus-rumus yang akan digunakan selama perhitungan antara lain
adalah:
a. RTTV
Nilai perpindahan termal dari penutup atap bangunan gedung dengan
orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan:

α. 𝑨𝒓 x 𝐔𝐫 x 𝐓𝐃𝐄𝐤 + 𝑨𝒔 x 𝐔𝐬 x ΔT + 𝑨𝒔 𝒙 𝑺𝑪 𝒙 𝑺𝑭
RTTV =
𝐀𝐨

Dimana:
RTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh untuk atap (W/m2)
α = absorbtans radiasi matahari.
Ar = luas atap yang tidak transparan (m2).
As = luas skylight (m2).
Ao = luas total atap = Ar + As (m2)
Ur = transmitans termal atap tidak transparan (W/m2.K).
TDEk = beda temperatur ekuivalen (K).
SC = koefisien peneduh dari sistem fenestrasi.
SF = faktor radiasi matahari (W/m2).
Us = transmitans termal fenestrasi (skylight) (W/m2.K).
ΔT = beda temperatur antara kondisi perencanaan luar dan bagian
dalam (diambil 5 K)
b. Absorbtans Termal (α)
Nilai absorbtans termal atap dapat diketahui pada tabel 1 dan 2 pada
perhitungan OTTV.
c. Transmitans Termal Atap (Ur)
Nilai transmitans termal maksimum penutup atap (Ur), ditunjukkan pada
table di bawah ini:
Tabel 8. Nilai ransmitans termal atap (Ur) maksimum
Berat/satuan luas Transmitansi termal maksimum
(kg/m2) (W/m2.K)
Dibawah 50 1) 0.4
50-230 2) 0.5
Lebih dari 230 3) 1.2
Keterangan:
1)
Atap genteng
2)
Atap beton ringan
3)
Atap beton ketebaan > 6 inci (15cm)
d. Beda Temperatur Ekuivalen Atap (TDEK)
Untuk menyederhanakan perhitungan nilai perpindahan termal
menyeluruh untuk atap, maka nilai beda temperatur ekuivalen untuk
berbagai konstruksi atap ditentukan sesuai angkaangka pada table.
Tabel 9. Beda Temperatur Ekuivalen Atap (TDEk)
Berat/satuan luas Beda temperatur ekuivalen
(kg/m2) (TDEQ), K
Dibawah 50 24
50-230 20
Lebih dari 230 16
e. Faktor Radiasi Matahari Atap
Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horizontal yang dihitung antara
jam 07.00 sampai dengan 18.00 adalah SF = 316 W/m2.
E. Perhitungan
1. Spesifikasi bangunan
Bentuk Bangunan : Empat persegi panjang
Orientasi bangunan : Barat
Dimensi Bangunan : Panjang 40m; lebar 20m
Tinggi bangunan : 3 lantai (13.5m)
Luas bangunan : 800m2
Keliling bangunan : 120m
Atap : Genteng tanah liat dengan finishing cat abu-abu
Kolom : Beton bertulang ekspos (40x30cm, 40x20cm)
Dinding : - Bata merah 12cm
- Plester aci 1.5cm
- Finishing cat hijau muda
Pintu : - Kusen kayu jati (t=15cm)
- Daun pintu panel dengan isian kayu jati
- Finishing coklat tua
Jendela : - Kusen kayu jati (t= 15cm)
- Daun jendela kayu jati
- Kaca bening/float glass (t= 3mm)
Peneduh : - Beton
- Kemiringan 30o
- Panjang 120cm, tebal 12cm
Luas PJ1 (pintu) : 2.1m2
Luas PJ1 (jendela) : 1.19 m2
Luas PJ2 (pintu) : 2.1 m2
Luas PJ2 (jendela) : 1.25 m2
Luas P2 : 3.99 m2
Luas P3 : 5.04 m2
Luas J1 : 1.54 m2
Luas J3 : 3.19 m2
Luas J4 : 4.20 m2
Luas BV : 0.36 m2
2. Perhitungan OTTV
1) Menentukan luas selubung dan WWR
a) Orientasi Timur
 Luas fasad Timur = 40 x 13.5
= 540 m2
 Luas pintu dengan asumsi sebagai material masif
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
P3 8 5.04 40.32
P2 6 3.99 23.94
Luas total 64.26
 Luas fenetrasi
Fenetrasi lantai 1
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 10 0.36 3.60
J3 7 3.19 22.34
J4 1 4.20 4.20
Total luas bukaan 30.14
Fenetrasi lantai 2
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 4 0.36 1.44
J3 4 3.19 12.77
J1 4 1.54 6.16
J4 1 4.20 4.20
Total luas bukaan 24.57
Fenetrasi lantai 3
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 4 0.36 1.44
J3 4 3.19 12.77
J1 4 1.54 6.16
J4 1 4.20 4.20
Total luas bukaan 24.57
Luas total fenetrasi = 30.144+24.57+21.57
= 79.28 m2
 WWR Orientasi Timur

WWRT =
.
=

= 0.147
b) Orientasi Barat
 Luas fasad Barat = 40 x 13.5
= 540 m2
 Luas pintu dengan asumsi sebagai material masif
Type pintu Jumlah Luas (m2) Total (m2)
P3 6 5.04 30.24
PJ1(pintu) 1 2.1 2.1
P2 1 3.99 3.99
PJ2 (pintu) 3 2.1 6.3
L.tot pintu sbg material masif 42.63
 Luas fenetrasi
Fenetrasi lantai 1
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 9 0.36 3.24
J3 3 3.192 9.576
PJ1(jendela) 1 1.19 1.19
PJ2 (jendela) 1 1.25 1.253
Total luas bukaan 15.259
Fenetrasi lantai 2
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 10 0.36 3.6
J3 2 3.19 6.384
J1 4 1.54 6.16
PJ2 (jendela) 1 1.25 1.2528
Total luas bukaan 17.3968
Fenetrasi lantai 3
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
BV 10 0.36 3.6
J3 2 3.19 6.384
J1 4 1.54 6.16
PJ2 (jendela) 1 1.25 1.2528
Total luas bukaan 17.3968
Luas total fenetrasi = 15.259+17.3968+17.3968
= 50.052 m2
 WWR Orientasi Barat

WWRB=
.
=

= 0.093
c) Orientasi Utara
 Luas fasad Utara = 20 x 13.5
= 270 m2
 Luas fenetrasi
Fenetrasi lantai 1
Type Jumlah Luas (m2) Total (m2)
J1 2 1.54 3.08
Total luas bukaan 3.08
Fenetrasi lantai 2
-Tidak ada
Fenetrasi lantai 3
-Tidak ada
Luas total fenetrasi = 3.08 m2
 WWR Orientasi Utara

WWRU=
.
=

= 0.011
d) Orientasi Selatan
 Luad fasad Selatan = 20 x 13.5
= 270 m2
 Luas fenetrasi = 0 m2
 WWR Orientasi Selatan

WWRS=

=0
2) Menentukan α
a) α dinding batu bata (αbt)
 α bata merah : 0.89
 α cat hijau muda : 0.47
αbt = 0.89 x 0.47
= 0.42
b) α beton ekspos (αbtn) : 0.61
c) α kayu sebagai material masif (αky)
 α kayu permukaan halus : 0.78
 α cat coklat tua : 0.89
αky = 0.78 x 0.89
= 0.69
3) Menentukan U
a) Dinding batu bata
 k plester pasir semen = 0.53 W/m.K
 k bata lapis plester = 0.807 W/m.K
 Rul = 0.044 m2K/W
 Rup = 0.12 m2K/W
 Rk plester 15mm = 2 x (t/k)
.
=2x .

= 0.056 m2K/W
 Rk batu bata 120mm = t/k
.
= .

= 0.149 m2K/W
 Uw dinding batu bata =

= + + +

= . + . + . + .
2
= 2.710 W/ m K
b) Kolom beton
 k beton = 1.448 W/m.K
 Rul = 0.044 m2K/W
 Rup = 0.12 m2K/W
 Rk beton 400mm = t/k
.
= .

= 0.276 m2K/W
 Uw kolom beton =

= + +

= . + . + .

= 2.271 W/ m2K
c) Pintu kayu
 k kayu keras = 0.138 W/m.K
 Rul = 0.044 m2K/W
 Rup = 0.12 m2K/W
 Rk kayu keras 150mm = t/k
.
= .

= 0.0217 m2K/W
 Uw kayu =

= + +

= . + . + .
= 5.384 W/ m2K
d) Kaca bening/float glass
 k kaca lembaran = 1.053 W/m.K
 Rul = 0.044 m2K/W (emisivitas tinggi)
 Rup = 0.12 m2K/W (emisivitas tinggi)
 Rk kaca 3mm = t/k
.
= .

= 0.0028 m2K/W
 Uf kaca =

= + +

= . + . + .

= 5.993 W/ m2K
4) Menentukan SC
a) Orientasi Timur dan Barat
Diketahui detail peneduh pada orientasi Timur dan Barat sebagaai
berikut.

h1 = 135 cm
h2 = 140 cm
h = 275 cm
p = 120 cm

R = P/H
R1a = P/h R1b = P/h1
= 120/275 = 120/135
= 0.436 = 0.889
Dengan menggunakan Tabel A.6 pada lampiran A SNI 6389-2011
untuk proyeksi peneduh sirip horizontal dengan orientasi Barat dan
Timur pada sudut kemiringan 30o maka diperoleh nilai SCeff
peneduh berdasarkan interpolasi sebagai berikut:
No. R1 (x) SCeff (y)
1 0.4 0.6820
2 0.436 Y2
3 0.5 0.6231

−( ) −

. − .
. −( ) . − .
. − .
.
No. R1 (x) SCeff (y)
1 0.8 0.4923
2 0.889 Y2
3 0.9 0.4608

−( ) −

. − .
. −( ) . − .
. − .
.
Jadi berdasarkan hasil interpolasi diperoleh nilai SCeff sebesar:
. .
SCeff =( )
. x . . x .
=( )
.
= 0.7947
Nilai SC material kaca dapat diperoleh berdasar data rekomendasi
dari pabrikan seperti berikut (PT. Asahimas Flat Glas Tbk.).

Maka nilai SC dihitung menggunakan rumus yang telah tertera


diatas diperoleh sebagai berikut:
SC = SC kaca x SCeff
= 1.00 x 0.7947
= 0.7947
b) Orientasi Utara dan Selatan

h1 = 240 cm
h2 = 140 cm
h = 380 cm
p = 200 cm

R = P/H
R1a = P/h R1b = P/h1
= 200/380 = 200/240
= 0.526 = 0.833
Dengan menggunakan Tabel A.6 pada lampiran A SNI 6389-2011
untuk proyeksi peneduh sirip horizontal dengan orientasi Utara dan
Selatan pada sudut kemiringan 0o maka diperoleh nilai SCeff
peneduh berdasarkan interpolasi sebagai berikut:
No. R1 (x) SCeff (y)
1 0.5 0.7248
2 0.526 Y2
3 0.6 0.6911

−( ) −

. − .
. −( ) . − .
. − .
.
No. R1 (x) SCeff (y)
1 0.8 0.6237
2 0.833 Y2
3 0.9 0.5998

−( ) −

. − .
. −( ) . − .
. − .
.
Jadi berdasarkan hasil interpolasi diperoleh nilai SCeff sebesar:
. .
SCeff =( )
. x . . x .
=( )
.
= 0.858
Nilai SC material kaca float glass dengan tebal 3 mm berdasarkan
tabel yang telah disajikan sebelumnya sebesar 1.00. Selanjutnya
nilai SC dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
SC = SC kaca x SCeff
= 1.00 x 0.858
= 0.858
5) Menentukan SF
Faktor radiasi matahari (SF) diperoleh dari tabel 6, sesuai arah
orientasinya:
Timur = 112 W/m2
Barat = 243 W/m2
Utara = 130 W/m2
Selatan = 97 W/m2
6) Menetukan TDEK
a) Dinding bata dengan lapisan plester
 Densitas = 1760 kg/m3
 Tebal = 0.15 m
 Berat = 264 kg/m2
TDEK bata = 10 (diperoleh dari tabel 7)
b) Kolom beton
 Densitas = 2400 kg/m3
 Tebal = 0.40 m
 Berat = 960 kg/m2
TDEK beton = 10 (diperoleh dari tabel 7)
c) Pintu kayu
 Densitas = 702 kg/m3
 Tebal = 0.15 m
 Berat = 105.3 kg/m2
TDEK beton = 15 (diperoleh dari tabel 7)
7) Menghitung OTTV Parsial
Luas material per orientasi
Timur/AT Barat/AB Utara/AU Selatan/AS
Orientasi
(m2) (m2) (m2) (m2)
A Batu bata 535.600 525.600 262.800 262.800
A Beton 18.900 16.200 7.200 7.200
A kayu (material
64.260 42.630 0.000 0.000
masif)
A Float glass 79.280 50.052 3.080 0.000
Jumlah 688.040 634.482 273.080 270.000
Konduksi dinding batu bata
α.Uw.Ai/ΣA(1
Uw 1-
Orientasi α Ai/ΣA TDEK -WWR)
(W/m2.K) WWR
TDEK
Timur 0.42 2.710 0.863 0.853 10 8.351
Barat 0.42 2.710 0.899 0.907 10 9.250
Utara 0.42 2.710 0.973 0.989 10 10.908
Selatan 0.42 2.710 0.973 1.000 10 11.034
Konduksi kolom beton
α.Uw.Ai/ΣA(1
Uw 1-
Orientasi α Ai/ΣA TDEK -WWR)
(W/m2.K) WWR
TDEK
Timur 0.61 2.271 0.031 0.853 10 0.3670
Barat 0.61 2.271 0.028 0.907 10 0.3485
Utara 0.61 2.271 0.027 0.989 10 0.3653
Selatan 0.61 2.271 0.027 1.000 10 0.3695
Konduksi kayu
α.Uw.Ai/ΣA(
Uw 1-
Orientasi α Ai/ΣA TDEK 1-WWR)
(W/m2.K) WWR
TDEK
Timur 0.69 5.384 0.130 0.853 15 6.159
Barat 0.69 5.384 0.073 0.907 15 3.669
Utara 0.69 5.384 0.000 0.989 15 0.000
Selatan 0.69 5.384 0.000 1.000 15 0.000
Radiasi kaca
Orientasi SC WWR SF SC.WWR.SF
Timur 0.79 0.147 112 13.067
Barat 0.79 0.093 243 17.899
Utara 0.86 0.011 130 1.272
Selatan 0.86 0.000 97 0.000
Nilai OTTV tiap orientasi
OTTV
Konduksi Konduksi Konduksi Konduksi Radiasi
Orientasi =
batu bata beton kayu kaca kaca
W/m2
Timur 8.351 0.367 6.159 4.400 13.067 32.344
Barat 9.250 0.348 3.669 2.778 17.899 33.944
Utara 10.908 0.365 0.000 0.342 1.272 12.888
Selatan 11.034 0.369 0.000 0.000 0.000 11.404
8) Menghitung Nilai OTTV Total
x TT + x TT + x TT + x TT
OTTV =
+ + +
. x . + . x . + . x . + x .
=
. + . + . +
.
=
.

OTTV = 27.010 W/m2


3. Perhitungan RTTV
1) Menentukan AS
Atap gedung ini tidak memiliki genteng kaca transparan (skylight)
maka luas As bernilai 0.
2) Menentukan Ar
Gedung ini memiliki model atap pelana sebagai berikut,
.
L atap segitiga =
. x .
=

= 146.454 m2
+
L atap trapesium =

. + .
= x 14.31

= 524.748 m2
Ar = (2 x L atap segitiga) + (2 x L atap trapesium)
= (2 x 146.454) + (2 x 524.748)
= 1342.403 m2
3) Menentukan α
 α atap putih : 0.50
 α cat abu-abu : 0.88
α = 0.5 x 0.88
= 0.44
4) Menentukan Us
Dikarenakan atap pada gedung ini tidak memiliki skylight maka nilai
transmitansinya adalah 0.
5) Menentukan Ur
Material penutup atap pada gedung ini dalah atap genteng tanah liat
yang memiliki berat 50 kg/m2. Maka sesuai tabel 8, nilai
transmitansinya adalah 0.4 W/m2K.
6) Menentukan TDEK
Bahan penutup atap ini memiliki berat 50 kg/m2, maka dari tabel 9
dapat diketahui nilai TDEK adalah 24 K. Sedangkan untuk nilai beda
suhu antara kondisi perencanaan luad dan dalam (ΔT) diambil sebesar
5K.
7) Menentukan nilai SC
Tanpa skylight maka tidak ada cahaya matahari yang perlu
ditransmisikan secara langsung, maka shading coefficientnya benilai
maksimum yaitu 1.
8) Menentukan nilai SF
Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horizontal yang dihitung
antara jam 07.00 sampai dengan 18.00 adalah SF = 316 W/m2.
9) Menghitung RTTV
x xT + x x T + x x
RTTV =

. . x . x + x x + x x
=
.
.
=
.
= 3.52 W/m2
F. Standar Perhitungan
SNI 6389-2011 mensyaratkan selubung bangunan memiliki perpindahan
termal menyeluruh untuk dinding dan atap tidak boleh melebihi nilai
perpindahan termal menyeluruh yaitu tidak melebihi 35W/m2.
G. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan nilai OTTV dari berbagai orientasi didapati
sebesar 27.010 W/m2, dengan OTTV terbesar pada fasad Barat sebesar 33.944
W/m2. Sedangkan nilai RTTV atap sebesar 3.52 W/m2. Kedua nilai (OTTV
dan RTTV) memenuhi pesyaratan sesuai SNI 6389-2011, yakni tidak melebihi
35W/m2. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa perencanaan gedung
telah memenuhi kriteria konservasi energi.
H. Saran
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan
perencanaan agar nilai OTTV dan RTTV dapat dikendalikan sesuai syarat,
yaitu:
1. Warna pada finishing
Finishing dengan warna yang cerah akan memberikan nilai α semakin
kecil, dimana warna cerah ini lebih banyak memantulkan cahaya matahari
yang merambat secara bersamaan dengan radiasinya. Sebaliknya, warna
yang semakin gelap akan menyerap radiasi matahari semakin banyak.
2. Jenis material
Pada dasarnya jenis material memiliki kemampuan menyerap panas yang
berbeda-beda, oleh karena itu perlunya memilih material yang memiliki
nilai penyerapan panas yang minim (nilai α kecil)
3. Perbandingan bukaan terhadap dinding
Mempertimbangkan luas fenetrasi jendela terhadap luas material masif.
Apabila nilai perbandingan bidang jendela (transparan) lebih besar, maka
radiasi yang masuk secara langsung maupun melalui rambatanpun
semakin besar.
4. Peneduh dan Overhang
Keberadaan peneduh atau overhang memberikan efek pembayangan yang
dapat meminimalisir rambatan radiasi, utamanya terhadap area dengan
bukaan menggunakan material kaca transparan (kaca bening/float glass).
Perlu juga memperhatikan sudut pemasangan peneduh untuk
menghasilkan efek pembayangan secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai