Anda di halaman 1dari 16

BAB 4:

PENGENDALIAN TERMAL
PASIF

Kompetensi:
• Mampu memahami dan menerapkan konsep perhitungan nilai OTTV,
RTTV, dan desain termal pasif pada bangunan.
• Mampu menganalisis kinerja termal selubung dan atap bangunan
• Mampu mensintesis desain bangunan berbasis iklim dengan
pertimbangan kinerja termal secara pasif

Subbab:
4.1. Nilai perpindahan termal menyeluruh (OTTV)
4.2. Nilai perpindahan termal atap (RTTV)
4.3. Pengendalian surya
4.4. Pengendalian selubung
4.5. Desain bangunan berbasis iklim

4. 1
4. 1
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

 Pengendalian termal pasif pada selubung bangunan dapat dilakukan dengan


mempertimbangkan nilai perpindahan termal menyeluruh (OTTV) [W/m2],
yaitu indikator perpindahan (fluks) termal yang melalui selubung (dinding
luar/fasad) bangunan pada keadaan tunak.

OTTV = U w (1 − WWR)TDeq + WWR  U g  T + WWR×SC×SF

⚫ Uw, Ug: transmitansi termal dinding, kaca [W/(m2·K)]


⚫ WWR: rasio luas kaca (jendela) terhadap luas dinding [-]
⚫ TDeq: beda temperatur ekuivalen (= 10, 12, atau 15 K)
⚫ ΔT: beda temperatur udara luar dan dalam (= 5 K)
⚫ SC: koefisien peneduh sistem fenestrasi (= SCkaca × SCefektif)
⚫ SF: faktor radiasi surya [W/m2]
 Nilai absorptansi α dari dinding luar tergantung dari jenis material
penyusun dan penyelesaiannya. Nilai tipikal α dapat diperoleh dari tabel
pada SNI 6389:2011 sebagai berikut:

*1)

*1) BSN (2011). SNI 6389:2011: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 2
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Parameter-parameter Desain dari OTTV

 Beda temperatur ekuivalen TDeq [K] untuk dinding tergantung dari berat per
satuan luas material penyusun dinding, yaitu sebagai berikut:

*1)

 Faktor surya SF [W/m2] untuk berbagai orientasi atau arah mata angin,
berdasarkan pengukuran iradiansi surya di Jakarta pada tahun 1990-an ialah
sebagai berikut:

*1)

 Koefisien peneduh kaca (SCkaca) ialah rasio perolehan kalor surya dari kaca
(selubung tembus cahaya) terhadap perolahan kalor surya yang dihasilkan
kaca referensi yaitu kaca bening setebal 3 mm. Mengacu pada Bab 3:
Qsol,in_kaca  kaca
SCkaca = =
Qsol,in_kaca referensi  kaca referensi
 Koefisien peneduh efektif dari perangkat peneduh (SCefektif) berlaku jika
terdapat perangkat peneduh eksternal berbentuk proyeksi horizontal
(kanopi atau teritisan), vertikal (sirip), atau kotak (gabungan horizontal dan
vertikal). Adapun perangkat peneduh internal (tirai, kerai, dsb.) dalam
perhitungan OTTV ini diabaikan, atau dianggap memiliki SCefektif = 1.
Qsol,in_peneduh Ae ET + As Ed Ae ( ED + Ed ) + As Ed Ae ED + AEd
SCefektif = = = =
Qsol,in_kaca ref+peneduh AET AET AET
⚫ Ae : luas jendela yang terpapar/terkena cahaya matahari langsung
⚫ As : luas jendela yang teduh/tidak terkena cahaya matahari langsung
⚫ A : luas jendela total = Ae + As
⚫ ED: iradiansi surya langsung yang diterima jendela
⚫ Ed : iradiansi surya difus yang diterima jendela
⚫ ET : iradiansi surya total yang diterima jendela = ED + Ed

*1) BSN (2011). SNI 6389:2011: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 3
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Parameter-parameter Desain dari OTTV

 Jika fraksi luas jendela yang terpapar matahari didefinisikan sebagai G =


Ae/A, maka:
( Ae /A)  ED + Ed GED + Ed
SCefektif = =
ET ET
 Nilai SCefektif untuk suatu perangkat peneduh eksternal selalu berubah
terhadap waktu, karena adanya fluktuasi radiasi surya yang diterima
jendela. SCefektif dalam satu hari (12 jam) dapat ditentukan sebagai berikut:
12 12

( A E e D + AEd )h  (GE D + Ed ) h
SCefektif(harian) = h =1
12
= h =1
12

 ( AET )h
h =1
(E
h =1
)
T h

 Untuk menaksir nilai SCefektif selama setahun, dapat digunakan data pada
tanggal 21 Maret (≈ 23 September), 22 Juni, dan 22 Desember sebagai
perwakilan, sedemikian sehingga:

SCefektif(tahunan) =
 Mar
(GED + Ed ) +  Jun (GED + Ed ) +  Sep (GED + Ed ) +  Des (GED + Ed )
 Mar
ET +  Jun ET +  Sep ET +  Des ET

 Nilai iradiansi surya pada tanggal-tanggal tersebut dapat diambil dari tabel
data yang tersedia pada SNI 6389:2011.
 Ilustrasi Ae, As, dan A untuk peneduh eksternal berbentuk:
⚫ Proyeksi horizontal (potongan): ⚫ Proyeksi vertikal (denah):

⚫ Kotak
(perspektif):

*1) *1)

*1)

*1) BSN (2011). SNI 6389:2011: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 4
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

 Dengan mengetahui nilai-nilai parameter yang diperlukan tersebut, maka


OTTV parsial pada satu selubung (orientasi) ke-j dapat ditentukan. Adapun
OTTV total untuk seluruh n selubung (orientasi) dapat ditentukan sebagai
berikut:
n

 OTTV
j =1
s, j As , j
OTTVtot = n

A
j =1
s, j

⚫ As,j: luas selubung (tembus + tak-tembus cahaya) pada orientasi ke-j [m2]

 Sebagai contoh, jika suatu bangunan memiliki selubung pada setiap


orientasi dari Utara (U), Timur Laut (TL), Timur (T), dan seterusnya s.d.
Barat Laut (BL), maka OTTV total akibat seluruh selubung tersebut ialah:
OTTVs ,U As ,U + OTTVs ,TL As ,TL + ... + OTTVs ,B As ,B + OTTVs ,BL As ,BL
OTTVtot =
As ,U + As ,TL + As ,T + As ,TG + As ,S + As ,BD + As ,B + As ,BL

 Dalam SNI 6389:2011, nilai OTTVtot akibat seluruh selubung bangunan pada
ruang yang dikondisikan secara termal, ditargetkan ≤ 35 W/m2.
 Perhatikan bahwa selubung yang bersebelahan dengan ruang yang tidak
dikondisikan khusus secara termal, tidak perlu dipertimbangkan dalam
penaksiran OTTV.

*1) BSN (2011). SNI 6389:2011: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 5
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Contoh:
Diketahui denah suatu ruang dan potongan tipikal selubungnya sebagai
berikut. Tentukan nilai OTTV dari seluruh selubung bangunan pada ruang
yang dikondisikan.
Anggap Rso = 0,044 m2 K/W, Rsi = 0,120 m2 K/W, SC = 0,5, TDeq = 10 K.

*1)
Solusi:
Balok beton (w1): Dinding bata (w2):

*1)
1 1
U w1 = = 2,89 W/(m 2  K) U w2 = = 0,549 W/(m 2  K)
Rtot,w1 Rtot,w2

*1) BSN (2000). SNI 03-6389-2000: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 6
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.1: Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)

Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh (OTTV)


Solusi (lanjutan):
Kaca (g): Luas dinding dan kaca pada selubung
utara (U), timur (T), selatan (S), dan
barat (B) yang dikondisikan:
Aw1 ,U = (0,5 m)(32 m) = 16,0 m 2
Aw2 ,U = (1,7 m)(32 m) = 54,4 m 2
Ag ,U = (1,5 m)(32 m) = 48,0 m 2
Aw1 ,S = (0,5 m)(18 m) = 9,0 m 2
Aw2 ,S = (1,7 m)(18 m) = 30,6 m 2
Ag ,S = (1,5 m)(18 m) = 27,0 m 2

*1)
Aw1 ,T = Aw1 ,B = (0,5 m)(9 m) = 4,5 m 2
Ug =
1
= 2,96 W/(m 2  K) Aw2 ,T = Aw2 ,B = (1,7 m)(9 m) = 15,3 m 2
Rtot, g
Ag ,T = Ag ,B = (1,5 m)(9 m) = 13,5 m 2

Nilai OTTV parsial untuk tiap selubung dapat ditaksir dengan persamaan:
OTTV = U w (1 − WWR)TDeq + WWR×U g ×ΔT + WWR×SC×SF
Sehingga didapat:
OTTVU = 36,1 W/m 2 AU = (16,0 + 54, 4 + 48,0) m 2 = 118, 4 m 2
OTTVS = 29, 4 W/m 2 AS = (9,0 + 30,6 + 27,0) m 2 = 66,6 m 2
OTTVT = 32, 4 W/m 2 AT = (4,5 + 15,3 + 13,5) m 2 = 33,3 W/m 2
OTTVB = 59,0 W/m 2 AB = (4,5 + 15,3 + 13,5) m 2 = 33,3 W/m 2
4

 OTTV
j =1
s, j As , j
OTTVU AU + OTTVT AT + OTTVS AS + OTTVB AB
OTTVtot = =
4
AU + AT + AS + AB
A
j =1
s, j

(36,1)(118, 4) + (29, 4)(66,6) + (32, 4)(33,3) + (59,0)(33,3)


= W/m 2 = 36,9 W/m 2
118, 4 + 66,6 + 33,3 + 33,3

*1) BSN (2000). SNI 03-6389-2000: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 7
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.2: Nilai Perpindahan Termal Atap (RTTV)

Nilai Perpindahan Termal Atap (RTTV)

 Nilai perpindahan termal atap (RTTV) [W/m2] ialah indikator perpindahan


(fluks) termal melalui atap bangunan.
RTTV = [U r Ar ×TDeq + As ×SC×SF + U s As T ] / A0
⚫ Ur, Us: transmitansi termal atap tak-tembus, jendela atap (skylight)
⚫ Ar, As: luas atap tak-tembus, jendela atap
⚫ A0: luas total atap (= Ar + As)
⚫ TDeq : beda temperatur ekuivalen (= 16, 20, atau 24 K)
⚫ SC: koefisien peneduh sistem fenestrasi (= SCkaca × Scefektif)
⚫ SF: faktor radiasi surya (= 316 W/m2, menurut SNI 6389:2011)
⚫ ΔT: beda temperatur udara luar dan dalam (= 5 K)

 Nilai RTTV di atas berlaku untuk satu bidang atap. Nilai RTTV total dapat
dihitung dengan konsep yang sama seperti menaksir OTTV total, yaitu:
n

 RTTV
j =1
s, j As , j
RTTVtot = n

A
j =1
s, j

⚫ As,j: luas bidang atap (tembus + tak-tembus cahaya) ke-j [m2]

 Dalam SNI 6389:2011, nilai RTTV ditargetkan ≤ 35 W/m2.

4. 8
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.2: Nilai Perpindahan Termal Atap (RTTV)

Diagram Alir Perancangan OTTV dan RTTV

 Diagram alir  Diagram alir


perancangan perancangan atap
selubung dapat dapat
ditampilkan sbb.: ditampilkan sbb.:

*1) *1)

*1) BSN (2011). SNI 6389:2011: Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

4. 9
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.3: Pengendalian Surya

Pengendalian Surya

 Pengendalian surya diperlukan untuk


membatasi radiasi yang datang dari cahaya
matahari langsung. Untuk itu, posisi relatif
matahari pada setiap saat di lokasi geografis
yang bersangkutan perlu diketahui dengan
mengacu pada diagram gerak matahari.
 Sudut horizontal (HSA) dan vertikal (VSA)
surya akan menentukan posisi dan luas
daerah di lantai ruang yang terkena cahaya
matahari langsung (light patch).
 Selain tergantung dari HSA lef
dan VSA, luas light patch juga lef hef
Alight patch =
ditentukan oleh lebar dan tinggi tan(VSA)
efektif (lef dan hef) jendela, yang
tergantung dari ketebalan fasad
hef
d, sehingga:
lef = l − d tan(HSA)
hef = h − d tan(VSA) hef
[l − d tan(HSA)][h − d tan(VSA)] d tan(VSA)
Alight patch =
tan(VSA) *1)

⚫ l, h: lebar dan tinggi asli dari jendela [m]

 Luas dan risiko terjadinya


light patch dapat dikurangi
dengan menambah peneduh
pada selubung bangunan,
dalam bentuk peneduh
horizontal (kanopi, teritisan),
vertikal (sirip, louver), atau
gabungan keduanya.
*1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

4. 10
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.3: Pengendalian Surya

Pengendalian Surya

 Posisi dan sudut peneduh yang ideal bergantung pada waktu (tanggal dan
jam) serta lokasi geografis dari bangunan yang bersangkutan.

Contoh:
Suatu bangunan terletak pada lokasi geografis dengan diagram gerak
matahari sbb. Jika jendela pada bangunan tersebut tepat menghadap ke
utara, tentukan luas maksimum light patch pada lantai ruang
21 Mar/
yang mungkin terjadi pada pukul 12.00 23 Sep
sepanjang tahun. 22 Des

Pukul 12.00: 22 Jun

0,50 m
y

1,50 m
hef

1,00 m
30°

1,00 m
U
1,50 m

Light
lef
patch

0,20 m *1)
Solusi:
Berdasarkan diagram gerak matahari, pada pukul 12.00, VSA terkecil
(posisi matahari paling condong) terjadi pada tanggal 22 Juni, yaitu 30°.
Mengacu pada gambar potongan ruang:
y = (1,00 m + 0,20 m)(tan (VSA)) = (1,20 m)(tan 30°) ≈ 0,69 m
hef = (1,50 m + 0,50 m) – y ≈ (2,00 – 0,69) m = 1,31 m
Karena HSA = 0° (jendela menghadap utara) → lef = ljendela = 1,50 m
lef hef (1,50 m)(1,31 m)
→ Alight patch = =  3, 40 m 2
tan(VSA) tan 30
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

4. 11
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.4: Pengendalian Selubung

Pengendalian Selubung

 Umumnya dilakukan dengan memodifikasi nilai konduktansi atau


transmitansi termal dari selubung bangunan dengan cara menambahkan
material dengan properti dan ketebalan yang sesuai.

Contoh: 105 50 105 10


Suatu dinding bata 105 + 50 + 105 mm dilapisi
plester 10 mm di sisi dalam.
k bata luar: 0,84 W/m·K
k bata dalam: 0,62 W/m·K
k plester: 0,62 W/m·K
Rc = 0,18 m2·K/W
Rsi = 0,12 m2·K/W, Rso = 0,06 m2·K/W *1)
Jika regulasi mensyaratkan nilai U ≤ 0,8 W/(m2·K),
tentukan spesifikasi material yang perlu ditambahkan
pada dinding tersebut.

Solusi:
Rtot = [0,12 + 0,010/0,5 + 0,105/0,62 + 0,18 + 0,105/0,84 + 0,06] m2·K/W
= 0,67 m2·K/W
Menurut regulasi: U ≤ 0,8 W/(m2·K)
→ Rtot = 1/U ≥ 1/0,8 = 1,25 m2·K/W
Selisih Rtot yang perlu ditambahkan = (1,25 – 0,67) m2·K/W = 0,58 m2·K/W

Rtot dapat dinaikkan misalnya dengan menambah papan EPS


(k = 0,033 W/m·K) di sisi dalam, dengan ketebalan:
b = R k = (0,58)(0,033) m
= 0,019 m (≈ 20 mm)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

4. 12
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.4: Pengendalian Selubung

Pengendalian Selubung
 Pengendalian termal pasif dapat pula dilakukan dengan mengoptimalkan
massa bangunan.
 Massa per luas bangunan (Ms [kg/m2]) dapat didefinisikan sebagai berikut:
Ms = mbangunan / Alantai

Kategori Ms [kg/m2]
Ringan < 150
Menengah 150~400
Berat > 400 *1)

 Selubung bangunan dengan Ms yang tinggi umumnya dapat berperan


sebagai insulator kapasitif yang mampu ‘menunda’ perpindahan kalor dari
luar ke dalam ruang, sehingga banyak digunakan khususnya pada wilayah
beriklim panas-kering (gurun, tipe B), sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya pada Bab 3.

Ventilasi Malam Hari


 Teknik ‘ventilasi malam hari’ dapat digunakan untuk mempercepat proses
disipasi kalor pada malam hari ketika temperatur dalam ruang (Ti) >
temperatur luar ruang (To).
 Ventilasi jenis ini dapat dilakukan dengan
ventilasi alami melalui bukaan, tetapi dapat
juga dilakukan dengan bantuan kipas yang
diletakkan di bawah atap (loteng), yang
berfungsi menarik udara panas dari dalam
ruang agar keluar melalui atap. *1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

4. 13
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.5: Desain Bangunan Berbasis Iklim

Desain Bangunan Berbasis Iklim


 Desain bangunan berbasis iklim dapat dilakukan dengan memperhatikan data
iklim pada lokasi geografis dari bangunan yang bersangkutan.
 Dalam desain bangunan berbasis iklim, diupayakan agar kondisi termal di
dalam ruang sedapat mungkin berada di dalam zona kenyamanan termal
sepanjang tahun (musim panas dan musim dingin boleh jadi memiliki zona
kenyamanan termal yang berbeda), sebagaimana dibahas pada Bab 2.

(BWh, gurun):
(Cfb, sedang):

(Aw, tropis):
(Dfb, dingin):

 Strategi desain pasif pada iklim panas-lembab (tropis):


⚫ Permukaan atap reflektif + insulasi kalor.

⚫ Bukaan/jendela pada sisi utara dan selatan.

⚫ Ventilasi silang pada langit-langit dan dinding.

⚫ Massa dinding berat pada ruang keluarga dan dapur.

⚫ Massa dinding ringan pada ruang tidur.

*1)

*1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

4. 14
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.5: Desain Bangunan Berbasis Iklim

Desain Bangunan Berbasis Iklim


 Strategi desain pasif pada iklim panas-kering (gurun):
⚫ Permukaan seluruh bangunan dicat putih dof.

⚫ Halaman tengah (courtyard) dengan vegetasi.

⚫ Massa seluruh dinding dan atap berat (insulasi kapasitif).

⚫ Ventilasi alami seminimal mungkin, diutamakan dari halaman tengah.

*1)

 Strategi desain pasif pada iklim sedang:


⚫ Massa dinding dan atap berat (insulasi kapasitif), disesuaikan dengan
persyaratan nilai U maksimum (lazimnya sekitar 0,7 W/(m2·K)) atau R
minimum dari selubung.
⚫ Bukaan/jendela menghadap khatulistiwa, dilengkapi dengan peneduh.

⚫ Ventilasi alami berupa catu udara segar terutama pada musim panas.

*2)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
*2) https://www.shutterstock.com/image-photo/english-row-terrace-house-spring-season-601569755

4. 15
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 4: Pengendalian Termal Pasif
Subbab 4.5: Desain Bangunan Berbasis Iklim

Desain Bangunan Berbasis Iklim


 Strategi desain pasif pada iklim dingin (kutub):
⚫ Bentuk tapak bangunan harus kompak.

⚫ Massa dinding dan atap berat (insulasi kapasitif), nilai U maksimum 0,5
W/(m2·K).
⚫ Jendela dengan luas kecil dengan kaca lapis tiga, dengan sudut vertikal
yang rendah serta menghadap khatulistiwa
⚫ Infiltrasi udara < 0,5 ACH.

⚫ Pintu masuk kedap udara dan dilengkapi pelindung angin.

4. 16

Anda mungkin juga menyukai