Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

Maserasi Ranting Kayu


(Pinus merkusii)

Disusun Oleh :

Kelompok III

Nama : 1. Rajali (F1D0140..)


2. Tri Sarwono (F1D017002)
3. Nirwana Seftiani Pinem (F1D017014)
4. Amanda Yulila Reza (F1D017032)
5. Rosi Masta Ayu (F1D017046)
6. Fetri Rahma widowati (F1D017062)

Hari, tanggal : Jumat, 15 Februari 2019

Dosen pengampu : Dra. R.R. Sri Astuti, Ms

Asisten : 1. Muhammad Amin (F1D015032)


2. Okta Ediyo Surayadi (F1D015042)
3. Dea Putri Ananda (F1D0150..)
4. Rahmawati (F1D015070)

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu organisme baik tumbuhan maupun hewan adalah suatu unit
kehidupan yang lengkap. Jika terorganisasi benar maka organisme mempunyai
susunan yang memiliki organ, jaringan dan sel yang fungsi dan hubungannya
merupakan ciri khas suatu individu maupun spesies. Dalam bentuk kehidupan
yang paling sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel (Syahrir, 2013).
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan
untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini
adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan
lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel
bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian
melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel
tumbuhan (Wahyu, 2010).
Maserasi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari
suatu material tanaman. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari
suatu bahan alam dikenal sebagai maserasi. Metode maserasi mengandalkan sifat
kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan.
Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu
adanya ketelitian dalam memilih metode ekstraksi yang digunakan untuk
mengekstrak senyawa metabolit sekunder yang diinginkan. Preparat Maserasi
adalah suatu preparat yang proses pembuatannya dengan cara pembusukan buatan
(melunakkan jaringan tertentu) dengan menggunakan cairan maserator. Proses
membusuknya jaringan yang mudah hancur akan terbuang, sementara jaringan
yang tidak rusak akibat cairan maserator akan tetap bertahan dan utuh. Maserasi
dapat dilakukan tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin
sehingga maserasi tidak tahan panas ataupun tahan panas (Fathiyawati, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan pembuatan maserasi dari


rantig kayu pinus

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk dapat membuat preparat maserasi ranting kayu
Pinus merkusii.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan


untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini
adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan
lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel
bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian
melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel
tumbuhan. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan
penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah
larut dalam cairan penyarian, tidak mengandung zat mudah mengembang dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Keuntungan cara
penyarian dengan Maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara Maserasi adalah pengerjaannya
lama dan penyariannya kurang sempurna(Gembong, 2005).
Maserasi dilakukan dengan metode Schultze, yaitu ke dalam tabung reaksi
yang berisi potongan kayu dimasukkan asam nitrat (HNO3) konsentrasi 65%
hingga kayu terendam dan potasium klorat (KClO3). Tabung beserta isinya
dipanaskan hingga terjadi gelembung- gelembung udara berwarna putih
kekuningan, sebagai tanda proses maserasi sedang berlangsung dan serat mulai
terpisah. Kemudian tabung segera didinginkan dan serat dicuci dengan aquades
lalu serat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi alkohol 50%. Selanjutnya serat
diambil dan diletakkan di kaca objek dan diberi kaca penutup lalu diukur dimensi
seratnya(Hidayat, 1995).
Batang Pinus Sp. mempunyai tipe berkas pengangkut horizontal
amfikribal, pada floem primernya tidak terbentuk serabut. Selama pertumbuhan
sekunder, batas luar dari floem dapat dikenal dengan adanya jari-jari empulur.
Terkadang sel di luar floem berisi tanin. Sejak pertumbuhan awal, batang
mengandung pembuluh resin pada korteks. Apabila batangnya membesar,
pembuluh resin juga menjadi lebih luas. Pinus Sp. Termasuk kayu daun jarum dan
terdapat noktah dalam trakeid. Trakeid yang merupakan bagian terbesar kayu dari
spesies kayu daun jarum, adalah pipa-pipa memanjang dan berongga, meruncing
pada kedua ujungnya, dengan bagian–bagian tipis (noktah) pada dinding selnya.
Di dalam batas noktah terdapat satu lubang sempit yang menghubungkan rongga
noktah dengan rongga sel yang disebut saluran noktah. Selaput noktah berfungsi
sebagai sekat yang Glass tube Termite permeable, sehingga mudah dilalui bahan
pengawet dari trakeid ke trakeid lainnya (Ansel, 1989).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat, 15 Februari 2019 di
Laboratorium, Gedung Basic Science, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah vial, kain kasa, kaca
benda, penutup, kuas kecil, tabung reaksi, penjepit tabung raksi, jarum bertangkai,
lampu spritus, bejana coplin dan nampan plastik 30x40 cm.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ranting kayu pinus,
asam kromat 10%, asam nitrat 10%, KOH 20%, air distilasi, safranin 0,1% dalam
alkohol 50%, alkohol 90%, alkohol absolut, xilol dan canada balsem.

3.3 Prosedur Kerja


Ranting kayu pinus dipotong 5 mm sebanyak 20 potongan, dimasukan
kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HNO3 dan KClO3. Selanjutnya
dipanaskan di atas lampu spritus sampai ranting kayu lunak, kemudian tabung
mulut reaksi di tutup dengan kain kasa untuk dicuci dengan air mengalir selama
15 menit. Kemudian di rendam alkohol 30% selama 5 menit, selanjutnya
direndam alkohol 50 % dan safrarin 1 % selama 2 jam. Selanjutnya direndam
alkohol absolut 70% selama 5 menit, direndan xilol selama 5 menit. Selanjutnya
beri setetes canada-balsem, hasil maserasi di amati dengan mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil akhir preparat
maserasi kayu pinus sebagai berikut :
Gambar Keterangan
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii

4.2 Pembahasan
Metode maserasi digunakan untuk membuat sediaan dengan cara
menghancurkan lamela tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel
lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut. Pada
praktikum ini digunakan metode jeffrey untuk membuat sediaan utuh maserasi
kayu angiosperm. Jenis tanaman angiosperm yang digunakan pada kelompok
kami adalah Pinus merkusii.
Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tumbuhan angiosprem. Struktur
sel pembangun pada tumbuhan angiospermae berbeda dengan gymnospermae.
Pembuluh kayu umumnya kita dapatkan pada Angiospermae. Jaringan floem pada
Angiospermae dapat mengandung lebih banyak lagi macam penyusun jaringan
yakni pembuluh tapis, sel-selpengiring, parenkima floem, serat-serat, sel batu,
pembuluh lateks dan lain sebagainya. Umumnya Angiospermae, di samping setiap
pembuluh tapis terdapat sebuah sel parenkima yang disebut sel pengiring. Sel
pengiring dengan sel komponen pembuluh tapis disampingnya merupakan sel
saudara, artinya keduanya berasal dari sel induk yang sama. Dalam
perkembangannya salah satu dari sel anakan membesar ke samping, kehilangan
nukleus dan menjadi sel komponen pembuluh tapis.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan
konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini
dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut
dalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain. Preparat maserasi selalu
digunakan pada batang-batang tumbuhan karena batang tumbuhan lebih variatif
dalam bentuk sel. Selain itu, pada batang tumbuhan mudah diamati serta memiliki
bentuk yang khas dalam gambaran jaringannya
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat maserasi terlihat bahwa
masing-masing sel penyusun kayu memiliki bentuk berbeda-beda. Komponennya
yang teramati tidak dapat dibedakan menjadi sel trakea, trakeid dan serat. Trakea
merupakan sel panjang dengan lubang perforasi di kedua ujungnya. Trakeid
memiliki sel dengan bentuk memanjang tanpa perforasi tetapi memiliki beberapa
bagian dinding sel yang tidak menebal (noktah) berfungsi untuk pengangkutan
air.
Berdasarkan hasil pembuatan preparat terlihat juga struktur yang teramati
tampak kurang jelas dan sebagian besar rusak. Struktur yang tampak tidak
lengkap. Pada preparat masih terjadi penumpukan yang mengakibatkan
pengamatan kurang maksimal. Hasil yang kurang maksimal tersebut dapat
disebabkan karena beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat melakukan
prosedur, diantaranya seperti pengirisan yang kurang sempurna yang
menyebabkan pita yang terbentuk rusak. Menurut Ansel (1989), waktu lamanya
pemberian larutan safranin juga sangat mempengaruhi penampakan jaringan pada
pada preparat. Pemilihan batang yang akan digunakan menjadi penentu apakah
jaringan penyusun batang tumbuhan dapat terlihat dengan jelas. Batang yang
kelompok kami gunakan adalah batang yang tidak terlalu tua maupun terlalu
muda atau merupakan batang yang masih mengalami pertumbuhan primer. Batang
yang muda dan tua tentunya akan memberikan gambaran yang berbeda dalam
jaringan penyusunnya.
Semua preparat maserasi yang diamati ini berwarna merah. Warna
merah yang didapatkan dari pewarnaan menggunakan safranin 1%. Pewarnaan
safranin ini mengakibatkan warna merah pada sel batang dan juga pewarnaan ini
untuk memperjelas bentuk sel agar tampak jika diamati dibawah mikroskop.
Dan juga dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat sampai alkohol tersebut
absolut. Hal ini dilakukan untuk membunuh organisme yang menggangu sel tanpa
mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan
air yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi
dan juga agar alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supaya
dapat menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan
sehingga perubahan yang terjadi hanya sekecil mungkin.
Penggunaan alkohol bertigkat juga digunakan sebagai dehidran adalah
agar jaringan yang dihasilkan benar-benar murni. Menurut Campbell (2004),
fungsi dari dehidrasi itu sendiri ialah untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan
dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Kemudian batang-batang itu
didealkoholisasi menggunakan xylol. Hal ini bertujuan untuk menggantikan
tempat alkohol dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan
suatu solven atau medium penjernih. Kemudian dipisah pisahkan bagian
bagiannya dengan menggunakan jarum preparat. Pada proses akhir preparat
dimounting dengan entelan ini digunakan untuk menutup preparat tersebut agar
tidak terganggu oleh mikroorganisme kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Kemudian diberi label pada ujung gelas objek agar tidak tertukar dengan preparat
batang yang lainnya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpilkan bahwa
maserasi dengan metode jeffrey pada prinsipnya menghancurkan lamela
tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya sehingga
diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut.

5.2 Saran
Pada pembuatan maserasi ranting kayu selanjutnya digunakan metode lain
sebagai pembanding dan di digunakan beberapa jenis tumbuhan yang dapat di
bandingkan hasil maserasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta : UI Press

Campbell, 2004. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Hidayat, E.B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut Teknologi


Bandung (ITB)

Kertasaputra, A. G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan


jaringan. Jakarta : Bina Aksara

Syahrir. 2013. Preparat Maserasi Mikroteknik. Makassar : UNM press

Wahyu, K., 2010. Tehnik Laboratorium. Makassar : UNM press


LAMPIRAN

Gambar Keterangan
Pemotongan ranting kayu
Penambahan HNO3 dan KclO3

Dipanaskan dengan pembakar spritus

Pencucian dengan air mengalir

Perendaman Alkohol 30%

Alkohol 50% dan Sfranin 1%


Allkohol 70%

Xilol

Hasil pengamatan preparat

Anda mungkin juga menyukai