Silabus SAP Kontrak Mikrobiologi Medis Darmayasa
Silabus SAP Kontrak Mikrobiologi Medis Darmayasa
MIKROTEKNIK
Disusun Oleh :
Kelompok III
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk dapat membuat preparat maserasi ranting kayu
Pinus merkusii.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil akhir preparat
maserasi kayu pinus sebagai berikut :
Gambar Keterangan
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii
4.2 Pembahasan
Metode maserasi digunakan untuk membuat sediaan dengan cara
menghancurkan lamela tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel
lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut. Pada
praktikum ini digunakan metode jeffrey untuk membuat sediaan utuh maserasi
kayu angiosperm. Jenis tanaman angiosperm yang digunakan pada kelompok
kami adalah Pinus merkusii.
Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tumbuhan angiosprem. Struktur
sel pembangun pada tumbuhan angiospermae berbeda dengan gymnospermae.
Pembuluh kayu umumnya kita dapatkan pada Angiospermae. Jaringan floem pada
Angiospermae dapat mengandung lebih banyak lagi macam penyusun jaringan
yakni pembuluh tapis, sel-selpengiring, parenkima floem, serat-serat, sel batu,
pembuluh lateks dan lain sebagainya. Umumnya Angiospermae, di samping setiap
pembuluh tapis terdapat sebuah sel parenkima yang disebut sel pengiring. Sel
pengiring dengan sel komponen pembuluh tapis disampingnya merupakan sel
saudara, artinya keduanya berasal dari sel induk yang sama. Dalam
perkembangannya salah satu dari sel anakan membesar ke samping, kehilangan
nukleus dan menjadi sel komponen pembuluh tapis.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan
konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini
dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut
dalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain. Preparat maserasi selalu
digunakan pada batang-batang tumbuhan karena batang tumbuhan lebih variatif
dalam bentuk sel. Selain itu, pada batang tumbuhan mudah diamati serta memiliki
bentuk yang khas dalam gambaran jaringannya
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat maserasi terlihat bahwa
masing-masing sel penyusun kayu memiliki bentuk berbeda-beda. Komponennya
yang teramati tidak dapat dibedakan menjadi sel trakea, trakeid dan serat. Trakea
merupakan sel panjang dengan lubang perforasi di kedua ujungnya. Trakeid
memiliki sel dengan bentuk memanjang tanpa perforasi tetapi memiliki beberapa
bagian dinding sel yang tidak menebal (noktah) berfungsi untuk pengangkutan
air.
Berdasarkan hasil pembuatan preparat terlihat juga struktur yang teramati
tampak kurang jelas dan sebagian besar rusak. Struktur yang tampak tidak
lengkap. Pada preparat masih terjadi penumpukan yang mengakibatkan
pengamatan kurang maksimal. Hasil yang kurang maksimal tersebut dapat
disebabkan karena beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat melakukan
prosedur, diantaranya seperti pengirisan yang kurang sempurna yang
menyebabkan pita yang terbentuk rusak. Menurut Ansel (1989), waktu lamanya
pemberian larutan safranin juga sangat mempengaruhi penampakan jaringan pada
pada preparat. Pemilihan batang yang akan digunakan menjadi penentu apakah
jaringan penyusun batang tumbuhan dapat terlihat dengan jelas. Batang yang
kelompok kami gunakan adalah batang yang tidak terlalu tua maupun terlalu
muda atau merupakan batang yang masih mengalami pertumbuhan primer. Batang
yang muda dan tua tentunya akan memberikan gambaran yang berbeda dalam
jaringan penyusunnya.
Semua preparat maserasi yang diamati ini berwarna merah. Warna
merah yang didapatkan dari pewarnaan menggunakan safranin 1%. Pewarnaan
safranin ini mengakibatkan warna merah pada sel batang dan juga pewarnaan ini
untuk memperjelas bentuk sel agar tampak jika diamati dibawah mikroskop.
Dan juga dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat sampai alkohol tersebut
absolut. Hal ini dilakukan untuk membunuh organisme yang menggangu sel tanpa
mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan
air yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi
dan juga agar alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supaya
dapat menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan
sehingga perubahan yang terjadi hanya sekecil mungkin.
Penggunaan alkohol bertigkat juga digunakan sebagai dehidran adalah
agar jaringan yang dihasilkan benar-benar murni. Menurut Campbell (2004),
fungsi dari dehidrasi itu sendiri ialah untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan
dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Kemudian batang-batang itu
didealkoholisasi menggunakan xylol. Hal ini bertujuan untuk menggantikan
tempat alkohol dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan
suatu solven atau medium penjernih. Kemudian dipisah pisahkan bagian
bagiannya dengan menggunakan jarum preparat. Pada proses akhir preparat
dimounting dengan entelan ini digunakan untuk menutup preparat tersebut agar
tidak terganggu oleh mikroorganisme kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Kemudian diberi label pada ujung gelas objek agar tidak tertukar dengan preparat
batang yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpilkan bahwa
maserasi dengan metode jeffrey pada prinsipnya menghancurkan lamela
tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya sehingga
diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut.
5.2 Saran
Pada pembuatan maserasi ranting kayu selanjutnya digunakan metode lain
sebagai pembanding dan di digunakan beberapa jenis tumbuhan yang dapat di
bandingkan hasil maserasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar Keterangan
Pemotongan ranting kayu
Penambahan HNO3 dan KclO3
Xilol