Anda di halaman 1dari 45

4.

Intervensi, Implementasi, Evaluasi

Nama : Ny. W No. Medrek : 534260

Umur : 41 tahun Alamat : Dsn. P Kec. P

Diagnosa : Efusi Pleura

Tabel 3.5 Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Gangguan oksigenasi: Tupan Tgl. 28 April 2017 Tgl. 28 April 2017

ventilasi, pola nafas setelah dilakukan 1. Atur posisi klien 1. Dengan penurunan Jam 08.00 WIB Jam 13.00 WIB

tidak efektif tindakan keperawatan dengan semi fowler. diafragma akan 1. Mengatur posisi S:

berhubungan dengan selama 5x24 jam pola memberikan klien dengan semi - klien mengatakan

menurunya ekspansi nafas klien normal kesempatan paru fowler nyaman dengan

paru akibat Tupen : berkembang dengan R/ klien tampak posisi yang

penumpukan cairan di Setelah dilakukan maksimal. nyaman dengan diberikan


rongga pleura ditandai tindakan keperawatan 2. Berikan O2 lembab 2. Meningkatkan posisi yang - klien mengatakan

dengan: 2x24 jam pola nafas 3L/menit tekanan parsial O2 diberikan. sesak nafas

DS : lebih efektif dengan dan saturasi O2 dalam Jam 08.05 WIB berkurang

- klien mengeluh kriteria hasil: darah. 2. Memberikan O2 O: klien tampak

sesak dan batuk - Tidak terdapat 3. Ajarkan dan bantu 3. Nafas dalam akan lembab 3L/menit tenang.

DO : cairan berlebih klien untuk latihan memaksimalkan kerja menggunakan TD 100/70 mmHg

- frekuensi nafas dalam rongga nafas dalam dan batuk paru, dan batuk nasal canul. Nadi: 88x/menit

30x/menit pleura (melalui efektif. efektif mengurangi R/ klien RR: 30x/menit

- nadi 86x/menit pemeriksaan beban klien agar mengatakan sesak Suhu: 36,4ºC

- taktil premitus foto thoraks) sekret keluar tanpa nafas nya A: Masalah belum

dada kanan - Taktil dan menghabiskan tenaga berkurang teratasi

tertinggal dari vokal premitus berlebih klien. Jam 08.10 WIB P: Lanjutkan

dada kiri dada kanan 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk 3. Mengajarkan intervensi 2,4,5,6,7

- auskultasi paru meningkat/ dokter untuk tindakan mengembalikan klien untuk latihan

kanan bawah: sama dengan pleura fungsi dan fungsi ekspansi nafas dalam dan

suara nafas dada kiri therapy lebih lanjut. pengembangan paru batuk efektif
menghilang - TTV normal 5. Kolaborasi dengan 5. Pemeriksaan cairan R/ klien merasa

- perkusi dada TD : 120/80 bagian laboratorium pleura dilakukan lega setelah

kanan: mmHg untuk pemeriksaan untuk mengetahui melakukan nafas

redup/dullness N : 80x/menit cairan pleura penyebab efusi pleura dalam dan batuk

- R : 20x/menit 6. Observasi pola nafas 6. Perubahan bunyi efektif

S : 36˚C – awal dan akhir shift nafas, frekuensi, Jam 08.20 WIB Silvie Martiana N

37,5˚C jaga. irama dan kedalaman 4. Berkolaborasi

ke tingkat nilai yang dengan dokter

normal menunjukan untuk pemberian

akumulasi cairan therapy lebih

pleura sudah lanjut; nebulizer

berkurang/hilang. (aquabidest 4CC

7. Observasi tanda-tanda 7. Penurunan RR dan dan combifen)

vital nadi ketingkat normal R/ klien tampak

menunjukan fungsi mengeluarkan

paru yang normal. sekret


Jam 08.40 WIB

5. Memberikan

therapy rifamfisin

450 mg 1 tablet

(PO), TB vit 1

tablet (PO),

omeprazole (IV).

R/ obat diberikan

sesuai 6 benar

cara pemberian

Jam 09.00 WIB

6. Mengobservasi

TTV klien:

R/ TD: 100/70

mmHg

Nadi: 88x/menit
RR: 30x/menit

Suhu: 36,4ºC

2 Gangguan rasa nyaman; Tupan : Tgl. 28 April 2017 Tgl. 28 April 2017

nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Atur posisi klien 1. Memfasilitasi Jam 07.00 WIB Jam 13.20 WIB

dengan peningkatan tindakan keperawatan senyaman mungkin. ekspansi paru 1. Mengatur posisi S: klien mengatakan

tekanan rongga pleura selama 4x24 jam semaksimal mungkin klien senyaman nyeri dada berkurang

akibat penumpukan nyeri teratasi hilang 2. Ajarkan klien teknik 2. Teknik distraksi dan mungkin O: ekspresi wajah

cairan dalam rongga Tupen : relaksasi distraksi dan relaksasi nafas dalam R/ klien mengatakan klien tampak tenang

pleura, ditandai dengan Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam ini dapat nyaman dengan - Skala nyeri 3

DO: tindakan keperawatan menghilangkan posisi yang (0-10)


- klien tampak selama 1x24 jam, ketidaknyamanan diberikan - TTV klien:

meringis tekanan rongga pleura /nyeri Jam 09.35 WIB R/ TD: 100/70 mmHg

kesakitan menurun dengan 3. Ciptakan lingkungan 3. Menghindari stimulus 2. Mengajarkan Nadi: 88x/menit

- klien tampak kriteria hasil: yang tenang dengan lingkungan yang teknik distraksi RR: 30x/menit

membatasi - nyeri teratasi, ekspresi membatasi jumlah memperberat dan relaksasi nafas Suhu: 36,4ºC

pergerakannya wajah rileks pengunjung ketidaknyamanan/ dalam A: Masalah teratasi

- nadi 86x/menit - tidak terdapat cairan keluhan nyeri R/ klien memahami sebagian

DS: berlebih dalam rongga 4. Observasi TTV klien 4. Perubahan/ dan mau P: Lanjutkan

- klien mengeluh pleura (melalui peningkatan frekuensi melakukannya intervensi 1,3,4,5

nyeri pada dada pemeriksaan foto jantung atau tekanan Jam 10.35 WIB

sebelah kanan thoraks) darah dapat 3. Menciptakan

terutama bila- taktil dan vocal menunjukan bahwa lingkungan yang

berbaring ke premitus dada kanan klien mengalami nyeri tenang dengan

arah kanan meningkat. 5. Analgetik membatasi jumlah

- skala nyeri 4 (0-- Skala nyeri menurun 5. Kolaborasi dengan meningkatkan pengunjung

10) dari 4 menjadi 3 (0- dokter bila nyeri ambang nyeri R/ penunggu klien
10). meningkat untuk sehingga klien hanya 1 orang

pemberian analgetik menjadi nyaman. Jam 09.00 WIB

4. Mengobservasi

TTV klien:

R/ TD: 100/70 mmHg Silvie Martiana N

Nadi: 88x/menit

RR: 30x/menit

Suhu: 36,4ºC

Jam 10.05 WIB

5. Berkolaborasi

dengan dokter bila

nyeri meningkat

untuk pemberian

analgetik

R/ analgetik tidak

diberikan
3 Gangguan Tupan : Tgl. 28 April 2017 Tgl. 28 April 2017

pemenuhan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk 1. Oral hygiene setiap Jam 07.00 WIB Jam 13.15 WIB

kebutuhan tindakan keperawatan oral hygiene setiap hari dapat 1. Menganjurkan S: klien mengatakan

nutrisi selama waktu 4 hari. mengurangi rasa klien untuk oral nafsu makan kurang

berhubungan minggu, berat badan tidak enak dari sisa hygiene setiap- klien mengatakan

dengan mual, klien meningkat. makanan dan obat hari makan sedikit-

ditandai dengan: Tupen : 2. Dampingi klien saat 2. Memberikan R/ klien sedikit tapi sering

DO: Setelah dilakuakan makan dan beri dorongan semangat memahami dan O: klien tampak

- klien tampak tindakan keperawatan motivasi untuk untuk klien mau lemah

lemah selama 3x24 jam menghabiskan meningkatkan melakukannya - makanan

- makanan yang asupan nutrisi klien makanannya asupan nutrisinya dengan dibantu habis ½ porsi

disajikan hanya adekuat dengan 3. Anjurkan klien untuk 3. Porsi makan sedikit keluarga/perawat (diet III/nasi tim

habis ¼ porsi kriteria hasil: makan dalam porsi tapi sering dapat Jam 07. 10 WIB TKTP;2000kkal)

- BU: 8x/menit - Berat badan kecil tapi sering. menurunkan iritasi 2. Mendampingi A: masalah teratasi

DS: stabil/tidak gaster oleh asam klien saat makan sebagian

- Klien mengeluh turun lambung. dan memberikan P: lanjutkan


badan lemah - Makanan yang 4. Kolaborasi dengan 4. Diet yang sesuai motivasi untuk intervensi 1,2,3,5,6

dan mual, nyeri disajikan habis bagian gizi untuk diet seperti diet TKTP menghabiskan

ulu hati serta 1 porsi TKTP diperlukan untuk makanannya.

nafsu makan memenuhi R/ klien

berkurang kebutuhan menghabiskan

metabolik secara makanannya ½

adekuat. porsi

5. Berikan therapy 5. Obat-obatan seperti Jam 07.12 WIB

omeprazole sesuai omeprazole 3. Menganjurkan

program (2x1 ampul, diperlukan untuk klien untuk

IV). mempertahankan makan dalam

fungsi asam porsi kecil tapi Silvie Martiana N

lambung sehingga sering

mengurangi rasa R/ klien

mual dan nyeriulu memahami dan

hati. melakukannya
6. Observasi berat badan 6. Diperlukan untuk sesuai anjuran

klien setiap hari mengukur

keefektifan nutrisi, Jam 10.00 WIB

berat badan yang 4. Berkolaborasi

stabil/ meningkat. dengan tim gizi

untuk pemberian

diet TKTP

R/ diet TKTP

diberikan

Jam 09.10 WIB

5. Memberikan

therapy

Omeprazole

R/ therapy obat

Omeprazole
melalui IV

diberikan

Jam 09.15 WIB

6. Mengobservasi

berat badan

klien.

R/ klien tidak

mampu turun

dari kasurnya,

BB klien 49 kg
4 Defisit perawatan diri Tupan : Tgl. 28 April 2017 Tgl 26 april

berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Berikan penkes 1. Tingkat pengetahuan Jam 08.05 WIB Pkl : 13.35 WIB

kelelahan, ditandai penkes selama 3x24 dan motivasi pentingnya yang baik tentang 1. Memberikan S : klien mengatakan

dengan jam personal hygiene perawatan diri bagi perawatan personal penkes dan merasa terbantu

DO: terpenuhi secara kesehatan hygiene akan memotivasi - Klien mengatakan

- Kebersihan mulut mandiri menumbuhkan sikap pentingnya nyaman, bersih dan

kurang dan perilaku yang perawatan diri bagi wangi setelah

- Kebersihan diri Tupen : mendukung kesehatan. dilakukan perawatan

klien kurang, rambut Setelah dilakuakn pemeliharaan dan R/ klien mengerti diri

klien tampak lengket tindakan keperawatan peningkatan pentingnya O: klien tampak

- Kuku klien tampak selama 1x24 jam klien kesehatan perawatan diri bersih, rapi dan

panjang dan kotor mampu memelihara 2. Dekatkan alat 2. Memudahkan klien Jam 08:08 WIB wangi

DS: personal hygiene perawatan personal dan perawat atau 2. Mendekatkan alat A: masalah teratasi

- Klien mengatakan dirinya dengan hygiene (alat mandi, anggota keluarga perawtan diri (alat sebagian

selama sakit tidak bantuan minimal keramas, gosok gigi, dan yang membantu mandi, keramas, P: lanjutkan

pernah gosok gigi dengan kriteria hasil: perawatan kuku) dalam melakukan gosok gigi dan intervensi 1,2,3,4,5
- Klien mengatakan - Penampilan dan personal hygiene perawtan kuku)

selama sakit hanya tubuh klien bersih klien R/ klien dibantu oleh

dilap saja dengan dan rapi. 3. Berikan bantuan 3. Melatih kemandirian perawat dan

dibantu oleh - Kuku klien bersih dalam perawatan diri klien dalam keluarga

keluarga dan terpotong sesuai tingkat pemenuhan personal melakukan

- Klien mengatakn pendek. kemandirian klien hygiene perawatan diri

selama sakit ±3 4. Libatkan keluarga 4. Memberikan Jam 08: 10 WIB

bulan belum pernah dalam perawatan dukungan psikologis 3. Memberikan

potong kuku personal hygiene klien terhadap klien dalam bantuan dalam

perawatan dirinya perawatan diri

5. Observasi tanda 5. Peningkatan nadi dan klien

vital pada akhir kegiatan RR dapat menunjukan R/ klien terbantu

adanya kelelahan Jam 08:12 WIB

klien 4. Melibatkan

keluarga dalam Silvie Martiana N

perawatan personal
hygiene klien

R/ klien, keluarga dan

perawat bekerja

sama.

Jam 09.00 WIB

5. Mengobservasi

TTV

R/ TD: 100/70 mmHg

Nadi: 88x/menit

RR: 30x/menit

Suhu: 36,4ºC

5. Resiko penularan Tupan: Tgl. 28 April 2017 Tgl. 28 April 2017

penyakit berhubungan Dalam jangka waktu 3 1. Berikan penkes 1. Tingkat pengetahuan Jam 10:10 WIB Jam 13:50

dengan kurangnya bulan resiko penularan mengenai cara penularan yang baik tentang 1. Memberikan S: klien dan keluarga

pengetahuan klien penyakit klien dan cara pencegahan cara penularan dan penkes mengenai engatakan sudah

tentang penularan; menurun penularan penyakit TBC cara pencegahan cara penularan dan memahami dan
penyebaran spesimen Tupen: penularan penyakit cara pencegahan mengetahui cara

yang terinfeksi, ditandai Dalam jangka waktu akan berdampak penularan penyakit peularan dan cara

dengan: 1x24 jam klien dan pada perbaikan pola TBC pencegahan

DO: keluarga memahami hidup sehat klien dan R/ klien dan keluarga penularan penyakit

- Ketika klien batuk cara penularan dan keluarga sehingga tampak memahami TBC

tidak pernah dtitutup pencegahan penularan mencegah penularan Jam 10:20 WIB O:

oleh tisu/saputangan penyakit TBC dengan terhadap orang lain 2. Memberikan pujian - Klien dan

- Keluarga kontak kriteria: dan lingkungan terhadap praktek keluarga mampu

dengan klien tanpa - Klien dan keluarga 2. Berikan pujian terhadap 2. Memberikan pujian perilaku yang mejawab pertanyaan

memakai alat mampu menjawab praktek perilaku yang akan memotivasi mendukung tentang cara

pelindung pertanyaan yang mendukung mengenai klien dan keluarga mengenai cara penularan dan cara

DS: diberikan tentang cara cara penularan dan cara dalam mempraktekan penularan dan cara pencegahan

- Klien mengatakan penularan dan pencegahan penularan cara yang telah pencegahan - Ketika batuk,

tidak tahu cara pencegahan penyakit penyakit TBC dijelaskan penularan penyakit klien tampak

penularan penyakit TBC. 3. Observasi adanya 3. Perilaku yang TBC menutup mulutnya

TBC - Bila klien batuk selalu perubahan perilaku klien mendukung upaya R/ klien tampak dengan tisu
ditutup dengan tisu dan keluarga dalam mencegah penularan memahami dan A: Masalah teratasi

- Klien dan keluarga mencegah penularah TBC akan mau sebagian

mampu mepraktekan penyakit TBC berdampak mempraktekannya P: Lanjutkan

teknik pencegahan Jam 13: 40 WIB intervensi 2,3

penularan penyakit 3. Mengobservasi

klien adanya perubahan

perilaku klien dan

keluarga dalam

mencegah

penularah penyakit

TBC

R/ klien Silvie Martiana N

mempraktekannya

6. Kurangnya Tupan: Tgl. 28 April 2017 Tgl. 28 April 2017

pengetahuan mengenai Dalam jangka wktu 1. Berikan penkes 1. Membantu klien dan Jam 09:05 WIB Jam 09:15 WIB
kondisi dan aturan 2x24jam klien dan mengenai proses keluarga dalam 1. memberikan S: klien mengatakan

pengobatan penyakit keluarga klien penyakit klien meliputi: memahami informasi penkes mengenai mengetahui

klien berhubungan memahami kondisi pengertian, penyebab, mengenai proses proses penyakit pengertian,

dengan kurangnya dan program dan prosedur penanganan penyakit klien klien meliputi: penyebab, dan

informasi, ditandai pengobatan penyakit penyakit klien. meliputi: pengertian, pengertian, perawatan/

dengan: klien dan melakukan 2. Kaji ulang tingkat penyebab, dan penyebab, dan pengobatan penyakit

DO: perubahan pola hidup pemahaman klien dan prosedur penanganan prosedur klien

Klien dan keluarga untuk memperbaiki keluarga setelahdierikan penyakit klien. penanganan O: klien dan

tampak bertanya-tanya kesehatan umum dan penkes mengenai proses 2. Jawaban yang benar penyakit klien. keluarga mampu

tentang kondisi dan menurunkan resiko penyakit klien meliputi: dari klein dan R/ klien dan menjawab

program pengobatan pengaktifan ulang pengertian, penyebab dan keluarga atas keluarga memahami pertanyaan berkaitan

dan pencegahan prosedur penanganan pertanyaan perawat Jam 09:07 WIB dengan penyakitnya

penyakit klien Tupen: penyakit klien mengenai proses 2. Mengkaji A: Masalah teratasi

DS: Dalam jangka waktu 3. Observasi tingkat penyakit klien ulang tingkat sebagian

Klien dan keluarga 1x24jam, klien dan penerimaan klien dalam meliputi: pengertian, pemahaman klien P: Lanjutkan

mngatakan tidak tahu keluarga mengetahui program pengobatan. penyebab, dan dan keluarga setelah intervensi 2,3
tentang kondisi dan memahami prosedur penanganan di berikan penkes

program pengobatan kondisi klien dalam penyakit klien. mengenai proses

dan pencegahan program pengobatan 3. Kedisiplinan klien penyakit klien

penyakit klien. penyakit klien dengan dalam mengikuti meliputi: pengertian,

kriteria hasil: program pengobatan penyebab dan

Klien dan keluarga mencerminkan prosedur

mengetahui pemahaman yang baik penanganan

pengertian, penyebab dari klien dan penyakit klien

dan prosedur keluarga. R/ klien dan

penanganan penyakit keluarga mampu Silvie Martiana N

klien. mengungkapkan

kembali apa yang

telah disampaikan

Jam 09:09 WIB

3. Mengobserva

si tingkat
penerimaan klien

dalam program

pengobatan.

R/ klien mau

menerima dan

malaksanakan

pengobatan

selanjutnya
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan klien

Tanggal No Perkembangan Paraf

dx

Sabtu, 29 1 S: Klien mengatakan sesak berkurang

April 2017 O:

pukul - Frekuensi nafas: 28x/menit

07.00WIB - Nadi 80x/menit

- Vokal premitus dan taktil

premitus dada kanan tertinggal Silvie MN

dari dada kiri

- Suara nafas paru kanan

menghilang

- Perkusi paru kanan

redup/dullness

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6,7

I:

07.20WIB 1) mempertahankan posisi tidur semi

fowler 45º

2) Mempertahankan suplai O2 lembab

2,9L/menit

07.30WIB 3) Mengajarkan dan menganjurkan


latihan nafas dalam dan batuk efektif

kepada klien

4) Mengobservasi pernafasan klien;

vocal premitus dan taktil premitus

dada kanan tertinggal dari dada kiri,

suara nafas paru kanan menghilang,

perkusi paru kanan redup/dullness.

5) Mengobservasi TTV dan status nafas

08.00WIB klien:

- TD: 110/70 mmHg

- Nadi: 88x/menit

- RR: 28x/menit

- Suhu: 37,1ºC

E: Masalah teratasi sebagian

2 S : klien mengatakan masih nyeri dada

sebelah kanan

Pukul O : klien tampak membatasi geraknya,

09.15WIB kadang-kadang meringis, skala nyeri

3(0-10), nadi 89x/menit

A : masalah teratasi sebagian Silvie MN

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

I:

09.20WIB 1) mempertahankan posisi semi fowler

dan senyaman mungkin


2) mengajarkan klien teknik distraksi

dan relaksasi nafas dalam

09.35WIB 3) menciptakan dan memelihara

lingkungan yang tenang, dengan

membatasi penunggu/pengunjung.

08.00WIB 4) mengobservasi TTV klien dan skala

nyeri; TD: 120/80 mmHg, nadi

89x/menit, skala nyeri: 3(0-10).

E: masalah teratasi sebagian

Pukul 3 S: klien mengatakan mual berkurang

07.10WIB O: Porsi makan yang habiskan ½ porsi

A: Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 2,6

I: Silvie MN

07.15WIB 1) membantu menyiapkan makanan

klien dan mendampingi sampai selesai

serta memotivasi klien untuk

menghabiskan makanannya

09.00WIB 2) memberikan obat Pantoprazole

(melalui IV)

E: masalah belum teratasi

4 S : Klien mengatakan nyaman, bersih

dan wangi setelah dilakukan personal


hygiene

Pukul O : Klien tampak segar, bersih dan rapi

08.30WIB A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1 dan 4

08.50WIB I : 1) memberikan motivasi kepada Silvie MN

untuk memelihara personal hygienenya

2) melibatkan keluarga dalam perawatan

personal hygiene klien

Pukul 5

10.00WIB S: -

O: klien tampak menutup mulutunya

ketika batuk

A: masalah teratasi sebagian Silvie MN

P: lanjutkan intervensi 3,4

11.00WIB I: 1) memberikan pujian kepada klien

dan keluarga terhadap praktek perilaku

yang mendukung pencegahan penularan

penyakit klien yaitu TBC

11.05WIB 2) mengobservasi adanya perubahan

perilaku klien dan keluarga dalam

mencegah penularan penyakit TBC

E: masalah teratasi sebagian


Pukul 6 S : klien mengatakan sudah minum obat

07.25WIB O: OAT sudah diminum klien

A: Masalah teratasi

Silvie MN

Minggu, 1 S: klien mengatakan sesak nafas

30 April berkurang

2017 O: klien tampak tenang, RR: 26x/menit

Pukul nadi 84x/menit

07.00WIB - Suara nafas vesikuler dan

menurun/menghilang pada area

paru kanan bawah, Silvie MN

- Perkusi paru kanan bawah masih

redup, vokal premitus dan taktil

premitus dada kanan tertinggal

dari dada kiri.

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 1,3,6,7

Pukul I:

07.30 1) Mempertahankan posisi

WIB semifowler 45º

2) Menganjurkan klien untuk

latihan nafas dalam

3) Mengobservasi suara nafas klien:


vesikuler, area dada kanan

bawah; reduppada perkusi,

auskultasi paru kanan bawah

menurun/menghilang, taktil

premitus dan vokal premitus

dada kanan tertinggal dari dada

08.00WIB kiri.

4) Mengobservasi TTV klien:

- TD: 110/80 mmHg

- Nadi: 84x/menit

- RR: 24x/menit

- Suhu: 36,8ºC

E: masalah teratasi sebagian

2 S: klien mengatakan nyeri dada

berkurang

O: klien tampak tenang, skala nyeri 3(0-

pukul 10)

08.00WIB 1) TD: 110/80 mmHg

2) Nadi: 84x/menit

3) RR: 24x/menit Silvie MN

4) Suhu: 36,8ºC

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4


I:

08.25WIB 5) Mempertahankan posisi

senyaman mungkin, semi fowler

45º

08.35WIB 6) Menganjurkan klien

menggunakan teknik distraksi

dan relaksasi nafas dalam

7) Menciptakan lingkungan yang

nyaman dan tenang

08.00WIB 8) Mengobservasi TTV klien

- TD: 110/80 mmHg

- Nadi: 84x/menit

- RR: 24x/menit

- Suhu: 36,8ºC

E: masalah teratasi sebagian

3 S: klien mengatakan nafsu makan

Pukul bertambah, mual berkurang

07.30WIB O: porsi makan klien habis ½ porsi

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 2,6

I: Silvie MN

Pukul 1) Membantu menyajikan makanan

07.45WIB klien dan mendampingi klien


makan sampai selesai dn

memotivasi klien untuk

menghabiskan porsi makannya,

makanan habis ½ porsi

09.00WIB 2) Memberikan obat pantoprazole

(IV)

E: masalah teratasi sebagian

08.50WIB 4 Jam 08.15 WIB

S: klien mengatakan sudah mandi dan

gosok gigi dibantu oleh keluarga

O: klien tampak segar, bersih dan rapi

A: masalah teratasi

Silvie MN

5 S:

O: klien menutup mulutnya ketika batuk

Pukul A: masalah teratasi sebagian

O7.10WIB P: lanjutkan intervensi 3,4

I:

1) Memberikan pujian kepada klien

dan keluarga terhadap praktek Silvie MN

penularan yang mendukung

pencegahan penularan penyakit

klien (TBC)
2) Mengobservasi adanya

perubahan perilaku klien dan

keluarga dalam mencegah

penularan penyakit TBC, klien

tampak menutup mulutnya

dengan tisu ketika batuk

A: masalah teratasi

Pukul 6 S : klien mengatakan sudah minum obat

07.25WIB O: OAT sudah diminum klien

A: Masalah teratasi

Silvie MN

Senin, 1 1 S: klien mengatakan sesak berkurang

Mei 2017 O: klien tampak tenang, RR: 24x/menit,

07.00WIB nadi 80x/menit

A: masalah teratasi, therapy dilanjutkan

sesuai program

Silvie MN

07.15WIB 2 S: klien mengatakan mual berkurang

O: porsi makan klien ½ porsi

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 2,6,7

1) Membantu menyajikan makanan


12.20WIB klien dan mendampingi klien Silvie MN

makan sampai selesai

2) Memberikan obat pantoprazole

(IV) dan obat antibiotik

Azitromycin (PO)

E: masalah teratasi sebagian

Pukul 3 S: klien mengatakan nyeri dada

11.30WIB berkurang

O: klien tampak tenang, skala nyeri 2(0-

10

A: masalah teratasi sebagian Silvie MN

08.50WIB 4 Jam 08.15 WIB

S: klien mengatakan sudah mandi dan

gosok gigi dibantu oleh keluarga

O: klien tampak segar, bersih dan rapi

A: masalah teratasi

Silvie MN

Pukul 5 S:

10.30WIB O: klien menutup mulutnya ketika batuk

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 3,4

I:

10.35WIB 1) Memberikan pujian kepada klien Silvie MN


dan keluarga terhadap praktek

penularan yang mendukung

pencegahan penularan penyakit

klien (TBC)

2) Mengobservasi adanya

perubahan perilaku klien dan

keluarga dalam mencegah

penularan penyakit TBC, klien

tampak menutup mulutnya

dengan tisu ketika batuk

E: masalah teratasi sebagian

Pukul 6 S : klien mengatakan sudah minum obat

07.05WIB O: OAT sudah diminum klien

A: Masalah teratasi

Silvie MN

C. PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. W dengan

gangguan sistem pernafasan akibat Efusi Pleura di Ruang Cempaka RSUD

Kab. Sumedang selama 5 hari mulai tanggal 27 April 2017 sampai dengan 1

Mei 2017, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan

konsep asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang telah diberikan oleh

institusi pendidikan dengan menggunakan metode pendekatan proses


keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

Setelah melihat dan mengkaji uraian yang tekah dituliskan dari bab-

bab sebelumnya, penulis mendapatkan beberapa gambaran masakah baik itu

yang mendukunga maupun yang menghambat roses asuhan keperawatan di

lapangan praktek, adapun masalah-masalah yang akan dibahas oleh penulis

adalah kesenjangan teori dengan kasus serta faktor-faktor pendukung yang

mencakup beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (nursalam, 2005).

Pada tahap teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik Head to toe (inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi), studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Dari

data tersebut dapat mempermudah penulis dalam melakukan analisa data,

penentuan masalah, penegakan diagnosa keperawatan, dan menemukan

masalah keperawatan yang dialami oleh klien yang memerlukan asuhan

keperawatan. Untuk memperoleh data yang diperlukan pada saat

pengumpulan data yang dilakukan pada Ny.W secara umum penulis tidak

mengalami kesulitan. Tahap pengkajian dapat penulis laksanakan dengan

baik dikarenakan adanya hal-hal yang mendukung penulis dalam

pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu adanya respon positif dari
klien dan keluarga klien sehingga memudahkan proses pengumpulan data.

Selain itu juga dipermudah dengan adanya kerjasama yang baik antara

perawat ruangan, dokter, dan petugas kesehatan yang lainnya, sehingga

penulis dapat memperoleh semua data yang dibutuhkan.pengumpulan data

yang dilakukan tidak terlepas dari tinjauan teori yang ada dalam bab dua.

Pada pasien efusi pleura dapat ditemukan keluhan seperti batuk, dispnea

bervariasi, adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik), pada efusi pleura

yang berat terjadi penonjolan ruang intercosta, pergerakan dada berkurang

dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi. Saat dilakukan perkusi

suara redup ditemukan diatas efusi pleura, egofoni diatas paru yang

tertekan dekat efusi, suara nafas berkurang diatas efusi pleura,vokal

premitus dan raba berkurang dan adanya jari tabuh merupakan tanda fisik

yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkietktasis, abses dan TB Paru

(Smeltzer C Suzanne,2002).

Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien efusi

pleura meliputi; hitung darah lengkap, hitung jenis leukosit dan LED,

rontgen thoraks, CT scan thoraks, torakosintesis, ultrasound dan biopsy

pleura. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada

pasien TBC terdiri dari: laboratorium (darah: Hb, Leukosit, LED, analisa

gas darah dan dahak/BTA), radiologis: x-ray, PPD (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien Ny. W dengan

gangguan sistem pernafasan akibat efusi pleura diperoleh data fokus yaitu

klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk tanpa sputum, nyeri dada,


penurunan berat badan, kurang nafsu makan, kelemahan dan keluar

keringat pada malam hari. Pada klien Ny. W dalam penentuan diagnosa

hanya ditunjang oleh beberapa pemeriksaan diagnostik seperti

laboratorium, pemeriksaan foto rontgen dan USG.

Berdasarkan data-data diatas terdapat kesenjangan yang ditemukan

pada klien Ny. W yaitu tidak dilakukannya tindakan diagnostik PPD dan

sputum serta pemeriksaan laboratorium lainnya dikarenakan setelah

melihat hasil pemeriksaan LED, foto thoraks, USG serta pemeriksaan fisik

cairan pleura klien, sudah cukupmenunjukan bahwa klien menderita

penyakit efusi pleura.

2. Tahap Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan analisa dari interpretasi data

yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan

memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan yang nyata

atau aktual. Diagnosa keperawatan pada penderita efusi pleura dan TBC

menurut Susan Martin Tucker et. al (1998) dan Dongoes E Marilyn et. al

(2000) yaitu:

a. Ketidakefektifan efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam

rongga pleura.

b. Gangguan difusi gas berhubungan dengan penurunan jumlah total

jaringan.

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekresi mucus/darah pada jalan nafas.


d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

pemecahan karbohidrat, lemak dan protein.

e. Potensial penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang penularan; penyebaran spesimen yang

terinfeksi.

f. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan

pencegahan berhubungan dengan kurangnya informasi, keterbatasan

kognitif serta tal akurat informasi yang ada.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang

dilakukan pada klien Ny. W, penulis memperoleh data-data yang cukup

lengkap dan sistematis yang berguna dlam menganalisa data sehingga

membantu penulis dalam penentuan masalah keperawatan. Setelah

melakukan analisa data penulis dapat menemukan beberapa masalah yang

terjadi pada klien Ny. W, diantaranya:

a. Gangguan oksigenasi: ventilasi, pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya

mual.

c. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

rongga pleura akibat peumpukan caira dalam rongga pleura.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.

e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.


f. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

klien tentang penularan: penyebaran spesimen yang terinfeksi.

Berdasarkan masalah-masalah yang timbul diatas terdapat

kesenjangan diagnosa antara teori dengan kasus. Diagnosa yang muncul pada

klien Ny. W sebagian ada yang sesuai dengan teori namnun ada pula diagnosa

yang dalam teori tidak ada tetapi dalam kenyataan ada, seperti: Gangguan defisit

personal hygiene, masalah ini muncul dikarenakan terdapat data-data yang

meliputi data objektif; kebersihan mulut kurang, keaadan tubuh klien yang kurang

bersih, rambut klien lengket dan kuku klien panjang dan kotor. Data subjektif;

klien mengatakan selama sakit tidak pernah gosok gigi dan keramas, klien

mengatakan selama sakit hanya dilap saja. Untuk diagnosa gangguan rasa

nyaman; nyeri, masalah ini muncul dikarenakan terdapat data objektif; klien

tampak meringis kesakitan dan membatasi pergerakannya, data subjektif; klien

mengeluh nyeri dada dan skala nyeri 4 (0-10).

Adapun diagnosa yang dalam teori ada tetapi pada kasus Ny. W tidak

diangkat seperti; gangguan difusi gas berhubungan dengan penurunan jumlah total

jaringan paru dan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekresi mucus/darah pada jalan nafas dikarenakan tidak

ditemukannya data yang menunjang ke arah diagnosa tersebut. Pada diagnosa

gangguan difusi gas, penulis menyimpulkan bahwa klien Ny. W masih bisa

mengkonvensasi kebutuhan oksigenasinya dengan mempercepat frekuensi nafas.

Sedangkan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif penulis tidak

menemukan bunyi nafas tambahan pada pemeriksaan fisik terhadap klien Ny. W.
3. Tahap Perencanaan

Perencanaan adalah proses keperawatan dimulai setelah data yang

dikumpulkan sudah dianalisis dan masalah-masalah atau diagnosa keperawatan

telah ditentukan. Secara sederhana perlu merumuskan keputusan awal apa yang

dilakukan, bagaimana, kapan dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan

tersebut (nursalam, 2005).

Dalam tahap perencanaan ini penulis menyusun rencana tindakan yang

sesuai berdasarkan permasalahan yang muncul, klien dan keluarga cukup

kooperatif dalam memberikan keterangan sehingga rencana yang dibuat dapat

disepakati oleh klien dan keluarganya. Penyusun rencana tindakan ini penulis

mengacu pada teori doenges (2007). Tetapi penulis menyesuaikan rencana yang

akan dilaksanakan dengan kemampuan, situasi, dan kondisi, termasuk adanya

modifikasi perencanaan yang menunjang pada masalah keperawatan klien,

sehingga tidak semua perencanaan pada teori dilakukan pada Ny. W.

Hal-hal yang mendukung dalam proses penyususnan rencana tindakan ini

yaitu klien kooperatif, keluarga klien mendukung setiap perencanaan serta adanya

dukungan dan bimbingan dari pembimbing dilapangan dan dukungan dari perawat

ruangan dan tenanga kesehatan lainnya yang sangat membantu dalam penyusunan

rencana tindakan keperawatan pada klien Ny. W. Perencanaan keperawatan

menurut Susan Martin Tucker (1998) dan Dongoes E Marilyn at. al (2000),

beradasarkan diagnosa keperawatan yaitu:

a. Gangguan oksigenasi: ventilasi, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam

rongga pleura. Tahapan perencanaan menurut teori diantaranya:


Dalam perencanaan kasus klien Ny. W pada dasarnya sama dengan teori akan

tetapi terdapat kesenjangan dimana ada perencanaan yang dalam teori ada

tetapi dalam kasus tidak ada yaitu kolaborasi pemberian obat agen mukolitik,

bronchodilator, perencanaan ini tidak penulis angkat dikarenakan batuk klien

NY. W non produktif dan tidak didapatkannyabunyi nafas tambahnan pada

pemeriksaan fisik terhadap Ny. W. Sedangkan perencanaan yang tidak ada

dalam teori namun oleh penulis adalah kolaborasi untuk tindakan fungsi

pleura.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya mual.

Dalam perencanaan kasus pada Ny. W pada dasarnya sama dengan teori akan

tetapi terdapat kesenjangan dimana ada perencanaan yang dalam teori ada

tetapi dalam kasus tidak ada yaitu kolaborasi, konsul dengan therapy

pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan

dikarenakan untuk sementara klien melakukan latihan nafas dalam bersama

penulis, serta rencana kolaborasi; awasi pemeriksaan laboratorium, contoh

BUN, protein serum dan albumin tidak direncanakan berhubung dengan

alasan biaya dan penulis juga berpendapat bahwa perencanaan yang efektif

dan efisien untuk diagnosa nutrisi disini adalah dengan mengobservasi

adanya kenaikan atau penurunan berat badan klien.

c. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

rongga pleura akibat peumpukan caira dalam rongga pleura.

Sehubungan tidak terdapatnya diagnosa masalah tersebut dalam teori efusi

pleura dan TBC, maka penulis merumuskan rencana tindakan sesuai dengan
diagnosa keperawatan menurut NANDA yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada, yaitu:

- Atur posisi semi fowler senyaman mungkin

- Ajarkan dan anjurkan klien teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam

- Ciptakan lingkungan yang tenang

- Pantau TTV klien

- Kolaborasi dengan dokter bila nyeri meningkat untuk pemberian analgetik

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.

Sehubungan tidak terdapatnya diagnosa masalah tersebut dalam teori efusi

pleura dan TBC, maka penulis merumuskan rencana tindakan sesuai dengan

diagnosa keperawatan menurut NANDA yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada, yaitu: memberikan atau membantu klien dalam hal

kebersihan diri sesuai dengan tingkat kemampuan klien, berikan pendidikan

kesehatan terhadap klien dan keluarga sehingga klien dan keluarga lebih

mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri bagi kesehatan dan libatkan

keluarga dalam melakukan personal hygiene.

e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi.

Dalam perencanaan kasus pada Ny. W pada dasarnya sama dengan teori akan

tetapi titik berat perencanaannya meliputi penkes tentang pengertian,

penyebab dan prosedur penanganan penyakit efusi pleura akibat TB Paru,

sehingga klien dan keluarga dapat melakukan perubahan pola hidup untuk

memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang,

dengan kriteria hasil: klien disiplin dalam minum OAT.


f. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien

tentang penularan: penyebaran spesimen yang terinfeksi.

Dalam perencanaan kasus pada Ny. W pada dasarnya sama dengan teori akan

tetapi titik berat perencanaannya meliputi penkes tentang pengertian,

penyebab dan prosedur penanganan penyakit efusi pleura akibat TB Paru,

sehingga diharapkan klien dan keluarga melakukan perubahan sikap dan

perilaku yang mendukung pencegahan melakukan penuluran penyakit klien

(TBC).

4. Tahap Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, memfasilitasi

koping (nursalam, 2001).

Pada tahap ini penulis berusaha agar dapat melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien Ny. W ini dilakukan selama 5 hari dan

dibawah ini akan diuraikan pelaksaannya sesuai dengan diagnosa yang

muncul, yaitu:

a. Pada diagnosa pertama mengenai gangguan oksigenasi; ventilasi, pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunya ekspansi paru

akibat penumpukan cairan dalam rongga pleura. Semua rencana

tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya


dengan baik tanpa adanya kesenjangan walaupun untuk pelaksanaan

pemberian therapy kepada klien tidak sepenuhnya dilakukan oleh

penulis, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu kunjungan

penulis terbatas dari jam 07.00 WIB s/d jam 14.00 WIB, sehingga

untuk mengatasinya penulis bekerja sama dengan perawat Ruang

Cempaka untuk memberikan therapy sesuai program pengobatan

klien.

b. Pada diagnosa kedua; gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan adanya mual, semua rencana dapat dilaksanakan

tanpa adanya kesenjangan.

c. Pada diagnosa ketiga; gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan

dengan peningkatan tekanan rongga pleura akibat penumpukan cairan

dalam rongga pleura semua rencana tindakan yang telah direncanakan.

d. Pada diagnosa keempat; defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelelahan, semua rencana dapat dilaksanakan tanpa adanya

kesenjangan.

e. Pada diagnosa kelima; kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,

aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. semua

rencana dapat dilaksanakan tanpa adanya kesenjangan.

f. Pada diagnosa keenam; resiko penularan penyakit berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penularan; penyebaran

spesimen yang terinfeksi, semua rencana dapat dilaksanakan tanpa

adanya kesenjangan.
Dalam hal yang mendukung dalam proses pelaksanaan tindakan ini

yaitu klien kooperatif, keluarga klien mendukung setiap tindakan serta adanya

dukungan dan bimbingan dari pembimbing dilapangan dan dukungan dari

perawat ruangan dan tenanga kesehatan lainnya yang sangat membantu dalam

melakukan tindakan keperawatan.

5. Tahap Evaluasi

Tahap terakhir dari proses keperawatan yang dilakukan adalah evaluasi.

Pada tahap ini penyusun melakukan penilaian pada respon klien terhadap

intervensi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan evaluasi tidak mengalami banyak kesulitan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan penulis uraikan evaluasi dari

setiap diagnosa yang muncul, yaitu:

a. Gangguan oksigenasi: ventilasi, pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukan cairan dalam rongga pleura. Pada diagnosa ini

gangguan pola nafas klien sudah berkurang. Frekuensi nafas klien

24x/menit. Hasil evaluasi untuk diagnosa ini yaitu masalah teratasi

sebagian.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

adanya mual.pada diagnosa ini klien menunjukan peningkatan porsi

makan yang habis dan rasa mual yang berkurang. Lalu untuk tujuan

jangka panjangnya diharapkan berat badan klien mengalami

peningkatan. Penulis tidak bisa mengevaluasi berhubung dengan

kriteri waktu pencapaian (4 minggu) yang tidak sesuai dengan


observasi yang dilakukan penulis selama 5 hari, sehingga

diperlukan observasi oleh perawat poliklinik terhadap berat badan

klien pada saat klien kontrol berobat jalan. Hasil evaluasi untuk

diagnosa ini yaitu masalah teratasi sebagian.

c. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan peningkatan

tekanan rongga pleura akibat peumpukan caira dalam rongga pleura.

Pada diagnosa ini, nyeri klien sudah berkurang yang ditunjukan

oleh ekpresi klien yang tampak tenang, dan pernyatan klien yang

mengatakan nyeri sudah berkurang. Hasil evaluasi untuk diagnosa

ini yaitu masalah sudah teratasi sebagian.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan. Pada

diagnosa ini, klien sudah tidak mengalami gangguan defisit

perawatan diri. Hal ini terlihat dari keadaan klien yang terlihat

bersih dan rapi. Hasil evaluasi untuk diagnosa ini yaitu masalah

sudah teratasi.

e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi. Pada diagnosa ini, klien

dan keluarga sudah mengetahui dan memahami kondisi dan aturan

pengobatan terhadap penyakit klien yang ditunjukan dengan

disiplinnya klien dalam meminum OAT. Hasil evaluasi untuk

diagnosa ini yaitu masalah sudah teratasi.

f. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang penularan: penyebaran spesimen yang

terinfeksi. Tipis kemungkinan untuk terjadi infeksi terhadap


lingkungan. Hal ini terlihat selama klien dirawat terdapat perubahan

perilaku yang mendukung pencegahan penularan penyakit TBC,

diantaranya klien menutup mulutnya saat batuk dengan tisu. Namun

untuk tujuan jangka panjang penulis tidak bisa mengevaluasi

berhubung dengan kriteria waktu pencapaian yaitu 3 bulan yang

tidak sesuai dengan observasi yang dilakukan penulis selama 5 hari,

sehingga diperlukan kesadaran klien dan keluarga serta observasi

oleh perawat poliklinik selama klien berobat jalan. Hasil evaluasi

untuk diagnosa ini yaitu masalah sudah teratasi sebagian.

Dari uraian evaluasi diatas dapat disimpulkan setelah dilakukan

asuhan keperawatan pada klien Ny. W selama 5 hari mulai tanggal 27

April sampai 1 Mei 2017, dari 6 diagnosa keperawatan yang muncul yang

meliputi:

a. Gangguan oksigenasi: ventilasi, pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukan cairan dalam rongga pleura.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

adanya mual.

c. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan peningkatan

tekanan rongga pleura akibat peumpukan caira dalam rongga pleura.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.

e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.


f. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang penularan: penyebaran spesimen yang terinfeksi

dapat tercapai dengan target kriteria pencapaian seuai dengan waktu

maupun rencana target sebelumnya dengan evaluasi akhir masalah teratasi.

Sedangkan 2 diagnosa keperawatan lainnya yaitu gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi dan resiko penularan penyakit hanya mencapai target

kriteria saja, sedangkan waktu yang tersedia bagi penulis hanya 5 hari saja,

untuk menindaklanjuti masalah tersebut penulis berusaha mencapai tujuan

yang telah direncanakan sebelumnya dengan cara melimpahkan

permasalahan tersebut kepada perawat Ruang Cempaka RSUD Kab.

Sumedang.

Anda mungkin juga menyukai