GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI
Secara rinci luas wilayah menurut Kabupaten/ Kota adalah sebagai berikut :
Tabel 2. 1
Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Pulau
No Pulau Luas Daerah Persentase
1 Sumba 11,040 23.3
2 Sabu 421.7 0.9
3 Rote 1,214.30 2.6
4 Semau 261 0.6
5 Timor 14,394.90 30.4
6 Alor 2,073.40 3.4
7 Pantar 711.80 1.5
8 Lomblen 1,266 2.7
9 Adonara 518.80 1.1
10 Solor 226.20 0.5
11 Flores 14,231 30
12 Rinca 212.50 0.4
13 Komodo 332.40 0.7
14 Lain-lain 445.90 0.9
Jumlah 47,349.90 100
Sumber : NTT dalam Angka, 2008
2.3 Topografi
Apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian besar,
yaitu :
- Agak berombak dengan kemiringan 3-16 %.
- Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26 %.
- Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %.
- Berbukuti-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %.
- Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %.
Keadaan topografi demikian mempunyai pengaruh pula terhadap pola kehidupan
penduduk, antara lain pola pemukiman digunung-gunung, sehingga terdapat variasi
adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu daerah dengan daerah
lainnya.
2.4 Iklim
Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di Nusa Tenggara Timur hanya dikenal 2
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni – September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga
terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Walaupun
demikian mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak
mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan
uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di NTT lebih sedikit
Laporan Akhir 2-3
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
dibanding wilayah yang dekatdengan Asia. Hal ini menjadikan NTT sebagai wilayah
yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan (Januari s.d Maret, dan Desember) yang
keadaannya relatif basah dan 8 bulan sisanya relatif kering.
2.6 Demografi
2.6.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk NTT tahun 2007 hasil Estimasi BPS tercatat sebanyak 4 448 873
jiwa, dengan kepadatan 93,96 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat penyebarannya
dari total penduduk NTT, yang terbesar berada di Kabupaten Manggarai (11,33 %),
disusul Kabupaten TTS, Belu dan Kabupaten Kupang masing-masing hampir mencapai
10 %, sedangkan yang paling sedikit %tase penduduknya terhadap total penduduk NTT
adalah di Kabupaten Sumba Barat dan Lembata masing-masing (2,35 %).
Kepadatan penduduk terbesar di Kota Kupang (1 785 jiwa per km²) dan terendah di
Kabupaten Sumba Timur (31 jiwa per km²). Kabupaten yang juga cukup padat
penduduknya (di atas 100 jiwa per km²) adalah Kabupaten Sumba Barat, TTS, Belu,
Flores Timur, Sikka, Ende, Manggarai Sumba Barat Daya. Sedangkan kabupaten yang
lain kepadatan penduduknya berkisar 40 – 86 jiwa per km².
2. Bidang Perkebunan
Beberapa komoditi hasil perkebunan yang cukup menonjol dihasilkan di NTT dan
hampir ada di setiap kabupaten adalah: kelapa, kopi, cengkeh, cokelat, jambu
mete, kemiri, kapuk, vanili dan pinang. Untuk tanaman kelapa walaupun dalam
4. Bidang Peternakan
Populasi ternak besar di NTT pada tahun 2007 tercatat sapi sebanyak 555.383
ekor, kerbau 144.979 ekor dan kuda 102.256 ekor. Untuk populasi sapi sebagian
besar berada di Kabupaten Kupang dan TTS, sementara untuk kerbau dan kuda
sebagian besar berada di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Ngada,
Manggarai, Rote Ndao dan Manggrai Barat 5 Kehutanan Produksi kayu cendana di
NTT selama tahun 2006 sebesar 432,39 ton yang berasal dari 7 kabupaten yaitu:
TTS (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton), Sumba Barat (12,04
ton), Rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan terbesar di Kupang
(132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati
persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapaisekitar 11,724,000 m 3
5. Kehutanan
Produksi kayu cendana di NTT selama tahun 2006 sebesar 432,39 ton yang berasal
dari 7 kabupaten yaitu: TTS (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton),
Sumba Barat (12,04 ton), Rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan
terbesar di Kupang (132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol
adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapai sekitar
11,724,000 m3
2.7.2 Pertambangan
Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonoml wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur terlihat masih kecil. Jika dilihat dart potensi geologisnya, sebenarnya
di propinsi ini banyak mengandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan
galian seperti: logam mulia, logam dasar besi dan bahan galian industri seperti batu
kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan
kadamya masing-masing. Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya
beberapa telah dl lakukan eksploltasl.
dihasilkan dari penghitungan PDRB antara lain adalah rata-rata pendapatan per
kapita, struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 14,810 trilyun rupiah pada tahun
2005 menjadi 16,904 trilyun rupiah pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi
19,137 trilyun rupiah pada tahun 2007. Sumbangan terbesar dalam PDRB tahun 2006
berasal dari sektor pertanian yakni sekitar 40,27 % (3,980 trilyun rupiah), sedangkan
sumbangan terendah dari sektor listrik, gas, dan air bersih yakni hanya 0,44 % (86,981
milyar rupiah). Bila diamati menurut kabupaten, PDRB harga berlaku terbesar adalah
di Kota Kupang, yakni 3,0 trilyun rupiah pada tahun 2007, kemudian disusul
Kabupaten Kupang sebesar 1,59 trilyun rupiah. Sedangkan kabupaten dengan PDRB
harga berlaku terendah adalah Kabupaten Lembata dengan nilai sebesar 0,24 trilyun
rupiah.
Walaupun PDRB harga berlaku meningkat dengan cukup tinggi yakni sebesar 14,17 %
pada tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa walaupun secara absolute rata-rata
pendapatan masyarakat meningkat namun daya beli dari pendapatan tersebut
menurun. Komposisi dari penggunaan PDRB NTT dalam kurun waktu 2003-2007 relatif
tidak mengalami perubahan.
Pada tahun 2003 pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di NTT mencapai 67,29%
dari seluruh PDRB, turun menjadi 61,31 % pada tahun 2004 dan pada tahun 2005,
meningkat menjadi 64,56 %, kemudian meningkat lagi menjadi 70,47% pada tahun
2006 dan peningkatan ini berlanjut sampai dengan tahun 2007, dimana pada tahun
2007 menjadi 72,05 %. Sekitar seperlima sampai seperempat bagian dari total PDRB
NTT setiap tahunnya digunakan untuk konsumsi pemerintah dengan kecenderungan
meningkat. Proporsi penggunaan PDRB untuk konsumsi pemerintah pada tahun 2003
sebesar 14,27 %, meningkat menjadi 18,54 % pada tahun 2004, meningkat menjadi
17,89 % pada tahun 2005, kemudian naik menjadi 19,75 % pada tahun 2006 dan 20,23
% pada tahun 2007.
2.7.4 Pariwisata
Kawasan pariwisata di NTT diprioritaskan untuk menarik wisatawan manca negara
dan wisatawan domestik yang memberikan kontribusi penghasilan terbesar di tingkat
provinsi maupun nasional. Pengembangan utama diprioritaskan bagi :
Taman Nasional Pulau Komodo dan wilayah perairan laut sekitarnya;
Wisata alam Danau Tiga Warna Kelimutu dan Wisata Pantai seperti : Taman Laut
17 Pulau Riung, Taman Laut Maumer (Sikka), Pantai Lasina (Kupang), Pantai Kuta
dan Baing (Sumba Timur), Pantai Rua Wanokaka (Sumba Barat), Pantai Pede
(Labuan Baji);
Cagar Alam seperti Taman Wisata Camplong, Taman Wisata Danau Kelimutu.
Kawasan pariwisata di NTT secara spesifik belum ditentukan di dalam setiap
Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP).
1. Transportasi jalan dengan simpul berupa terminal penumpang tipe B dan jaringan
jalan propinsi berupa jalan kolektor.
2. Transportasi kereta api dengan simpul berupa stasiun penumpang dan stasiun
barang pengumpan dan jaringan lintas cabang.
3. Transportasi sungai dan danau dengan simpul pelabuhan pengumpul dan jaringan
trayek tetap dan teratur pengumpan.
4. Transportasi penyeberangan dengan simpul berupa pelabuhan penyeberangan
lintas propinsi dan antar kota dan jaringan pelayanan angkutan penumpang dan
barang lintas penyeberangan antar propinsi dan lintas penyeberangan antar
kabupaten/kota.
5. Transportasi laut dengan simpul berupa pelabuhan umum regional, pelabuhan
khusus regional, jaringan dan trayek dalam negeri, trayek pengumpan dalam
negeri, dan trayek perintis dengan dukungan sarana dan prasarana keselamatan
pelayaran.
6. Transportasi udara dengan simpul berupa bandar udara.
Arah pengembangan transportasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
geografi, demografi dan sumberdaya alam. Dari sisi geografi indonesia terdiri dari
pulau-pulau besar dan kecil, dan pengembangan transportasi di arahkan untuk
penyediaan pelayanan yangdisesuaikan dengan karakteristik wilayah dalam bentuk
transportasi antar moda dalam pulau dan antar pulau. Untuk pulau-pulau besar,
pengembangan transportasi dalam pulau untuk angkutan antar kota diarahkan
mengintegrasikan dan mengkombinasikan moda yang ada sesuai dengan potensi
wilayah yaitu seperti transportasi udara, laut, sungai, danau dan penyberangan,
kereta api dan jalan, sedangkan untuk pulau kecil yang cenderung terbatas jaringan
prasarananya karena luas wilayah yang kecil dan tidak multi cities, pengembangan
transportasi dalam pulau diarahkan untuk mengoptimalkan integrasi dan kombinasi
antar moda transportasi laut, penyeberangan dan jalan.
Untuk pulau Bali dan Nusa Tenggara, jaringan transportasi penyeberanagan diarahkan
pada lintas penyeberangan antar pulau dan antar provinsi, dengan pulau Jawa dan
Sulawesi seperti ; Ketapang – Gilimanuk, Bima – Kupang, Padang Bai – Lembar,
Takalar – Bima, Tondoyono – Baturube. Serta pengembangan transportasi
penyeberangan dengan luar negeri seperti Kupang – Dili dan Kupang – Darwin.
Transportasi merupakan salah satu unsur pembentuk ruang dalam suatu wilayah.
Keberadaannya sangat mempengaruhi tatanan kehidupan manusia baik sekala lokal
maupun regional. Dalam konteks pembentukan ruang wilayah perlu diketahui struktur
jaringan transportasi eksisting. Dengan demikian akan akan dilihat bahwa simpul-
simpul kegiatan sosial ekonomi masyarakat akan membentuk struktur jaringan
transportasi yang akan membentuk suatu interaksi antar daerah yang sekaligus
mendorong usaha pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana jaringan transportasi.
Berdasarkan Tatrawil NTT, pola pengembangan jaringan transportasi di wilayah Nusa
Tenggara Timur menitik beratkan pada upaya:
Menghubungkan ketempat yang masih terisolir, untuk meningkatkan distribusi
barang dari kantung-kantung produksi, dimana sebagian besar kantung-kantung
produksi berada di wilayah pedalaman yang sampai saat ini sistem tarnsportasinya
belum menjangkau secara optimal.
Menunjang kegiatan ekspor dari wilayah Nusa Tenggara Timur baik dalam lingkup
regional, Nasional dan internasional. Serta dalam upaya mengejar ketertinggalan
dengan wilayah ataupun propinsi lainnya
Laporan Akhir 2 - 10
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 11
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2. 9 Panjang Jalan Tiap Kabupaten Menurut Status Jalan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2007
Jalan Jalan x)
No. Kabupaten Jalan Kabupaten Jumlah
Negara Propinsi
1 Sumba Barat 134.31 37.60 831.18 1003.09
2 Sumba Timur 151.53 165 1101.04 1417.57
Laporan Akhir 2 - 12
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 13
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 14
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 15
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 16
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 17
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 18
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 19
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Adapun untuk lebih jelasnya, letak geografis dan gambaran daerah administrasi
Kabupaten Alor dapat dilihat pada Gambar 2.4
Laporan Akhir 2 - 20
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Wilayah Kabupaten Alor yang merupakan gugusan pulau besar dan kecil
berpenghuni maupun tidak, dengan struktur wilayah yang didominasi oleh
pegunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam, dan
di atas 60 persen wilayahnya memiliki tingkat kemiringan di atas 40 persen. Pada
beberapa bagian wilayah dataran tinggi merupakan daerah yang cocok untuk
pengembangan pertanian dan perkebunan karena memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi sedangkan daerah lereng dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan
hutan dengan pola terasering.
Morfologi Kabupaten Alor berupa dataran terdiri dari daratan pantai, daratan
alluvial, dataran rombakan koral dan daratan rombakan batuan gunung api.
Morfologi ini tersusun oleh batuan lunak bersifat lepas, urai dan belum padu
sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi. Kota Kalabahi, Mailelang,
Likuwantang, Lembur, Lembah Adagai, Taramana, Kiralela, Niakena, Kolana dan
Bukapiting (daratan pulau Alor) dan Kabir, Wailawar, Baranusa, Tude, Mauta,
Kayang, Marisa, (daratan pulau Pantar) terletak pada morfologi daratan pantai dan
daratan aluvial. Sedangkan morfologi bagian tengah Pulau Alor dan Pulau Pantar
berupa perbukitan yang tersusun oleh endapan rombakan gunung api berumur
tersier dan kuarter. Batuan ini sebagian besar lapuk, lepas, urai dan belum padu
sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya
longsoran.
Laporan Akhir 2 - 21
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
2.9.3 Topografi
Apabila dilihat dari topografinya, 64 % wilayah Kabupaten Alor merupakan daerah
dengan kemiringan lebih daro 40 %. Daerah yang cukup datar dengan kemiringan
0-15 % di Kabupaten Alor memiliki luas sekitar 12,14 % dari keseluruhan wilayah
dan sisanya sebanyak 23,61% merupakan daerah dengan kemiringan antara 15-40%.
2.9.4 Iklim
Iklim yang tidak menentu di Kabupaten Alor merupakan masalah yang cukup
klasik. Dalam setahun musim penghujan relatif lebih pendek dari pada musim
kemarau. Pada tahun 2007 temperatur udara terendah adalah 20.2 º C yang
terjadi pada bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi adalah 33.3 º C pada bulan
November. Curah hujan tertinggi adalah 231.3 mm pada bulan Februari, lebih
rendah dari tahun sebelumnya. Semua ukuran adalah untuk kota Kalabahi, ibukota
Kabupaten Alor, yang dapat dijadikan gambaran umum untuk Kabupaten Alor.
Tabel 2.24.
Luas Areal Unit-unit Perencanaan Berdasarkan RTRW Kabupaten Alor
Luas
No Unit % Karakteristik
(km2)
1 Pantar 135,84 4,74 Teletak di Pulau Pantar, berbatasan
dengan Laut Flores di bagian utara,
dominan wilayah pegunungan berupa
hutan lindung dan hutan produksi terbatas
2 Pantar Timur 128,46 4,50 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar, struktur wilayah merupakan yang
didominasi pegunungan dan sebagian kecil
dataran rendah pada daerah pesisir
3 Pantar Barat 60,54 2,11 Berada dalam Teluk Pantar, dominan
wilayah merupakan pedataran, memiliki
hutan lindung dan hutan produksi terbatas
4 Pantar Barat Daya 139,79 4,87 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar Barat, dominan wilayah dataran
tinggi dan pegunungan
5 Pantar Tengah 289,87 10,11 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar Barat, dominan wilayah
pegunungan berupa hutan lindung dan
hutan produksi terbatas.
6 Alor Barat Daya 424,50 14,81 Sebagian kecil wilayah berada di pesisir
Teluk Kabola yang berhadapan dengan
kota Kalabahi, namun wilayah yang lebih
luas merupakan dataran tinggi dan
pegunungan sampai ke pantai selatan
(Selat Ombay) dengan dominan hutan
produksi dan hutan lindung
7 Mataru 120,50 4,21 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Barat Daya, yang dataran rendahnya
berada pada pesisir selatan Pulau Alor,
yang memiliki struktur wilayah sama
dengan kecamatan induk.
8 Alor Selatan 227,02 7,92 Dominan wilayah merupakan kawasan
hutan dan hutan produksi, terletak di
daerah pegunungan, dataran tinggi dan
pesisir.
9 Alor Timur 576,42 20,12 Berbatasan dengan Republik Demokratic
Timur Leste (RDTL) di sebelah Selatan dan
kepulauan Maluku Tenggara Barat di
sebelah Timur, dengan struktur wilayah
dominan pada dataran tinggi dan
pegunungan.
10 Pureman 128,85 4,50 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Timur, berada pada posisi selatan
Pulau Alor, berbatasan laut dengan RDTL,
struktur wilayahnya merupakan daerah
pegunungan dengan wilayah pantai yang
terjal.
11 Alor Timur Laut 199,27 6,96 Merupakan wilayah pesisir dan dataran
tinggi dan menjadi pusat gempa tahun
Laporan Akhir 2 - 23
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Luas
No Unit % Karakteristik
(km2)
2004
12 Teluk Mutiara 57,10 1,99 Kawasan perkotaan, ibukota kabupaten
yang berbatasan dengan Pegunungan
Kabola di sebelah utara dan Teluk Kabola
di bagian selatan.
13 Kabola 80,79 2,82 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Barat
Laut, wilayah merupakan hutan lindung
dan hutan produksi terbatas
14 Alor Barat Laut 118,56 4,14 Terletak pada pesisir barat Pulau Alor,
wilayahnya merupakan perpaduan antara
pegunungan dan pedataran, dominan
merupakan hutan produksi terbatas
14 Pulau Pura 27,53 0,97 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Barat Laut yang wilayahnya terdapat
pada satu pulau
16 Alor Tengah Utara 69,11 2,41 Dominan wilayah merupakan pedataran,
terdapat hutan lindung dan hutan
produksi terbatas pada wilayah
pegunungan
17 Lembur 80,49 2,81 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Tengah Utara, dominan wilayah
merupakan daerah pegunungan yang
diliputi oleh hutan lindung dan hutan
produksi
Jumlah 2.864,64
Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka, Tahun 2006
2.9.6 Demografi
2.2.6.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Alor berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
2007 adalah 178.964 jiwa, 89.416 orang laki–laki dan 89.548 orang perempuan.
Rasio Jenis Kelamin pada tahun 2007 adalah sebesar 1.001 artinya bahwa
jumlahpenduduk laki-laki sedikit lebih kecil dari penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Alor adalah 62 orang per Km². Kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Teluk Mutiara yaitu 624 orang per
Km² dan yang terendah adalah Alor Timur dengan kepadatan penduduk 12 orang
per Km². Nilai Dependency Ratio (DR) atau Angka beban ketergantungan untuk
Kabupaten Alor pada tahun 2007 adalah 71.06 % yang berarti bahwa 100 penduduk
usia produktif (15-64 tahun) menanggung beban 71 penduduk usia tidak produktif
(15< atau 64>). Nilai Youth Dependency Ratio (YDR) adalah 64.19 % yang berarti
bahwa 100 penduduk usia produktif menanggung beban 64 penduduk usia 14 tahun
kebawah dan nilai Old Dependency Ratio (ODR) adalah sebesar 6.87 % yang berarti
100 penduduk usia produktif menanggung 7 orang penduduk 65 tahun keatas.
Laporan Akhir 2 - 24
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Laporan Akhir 2 - 25
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2. 26
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007
No. Lapangan Usaha Jumlah
1 Primer 56.043
2 Sekunder 12.296
3 Tersier 19.347
4 Lainnya -
Alor 87.686
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008
Keterangan :
Primer = Pertanian
Sekunder = Pertambangan/penggalian; Industri; Listrik, Gas dan Air;
dan konstruksi
Tersier = Perdagangan; Angkutan; Keuangan; dan Jasa
Kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Alor Tahun 2005 adalah 61 jiwa per
kilometer persegi. Kecamatan yang paling banyak dihuni di Kabupaten Alor yaitu
Kecamatan Teluk Mutiara dengan jumlah penduduk 39.405 jiwa. Dengan luas
wilayah 57,10 kilometer persegi, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 690
jiwa per kilometer persegi dengan proporsi 22,57 persen penduduk Kabupaten Alor
bermukim di Kecamatan Teluk Mutiara. Kecamatan Teluk Mutiara dengan luas
yang terbatas namun memiliki jumlah penduduk terbesar dengan tingkat
kepadatan tertinggi. Hal ini disebabkan karena Kota Kalabahi, yang berperan
sebagai Ibukota Kabupaten Alor berada pada kecamatan ini.
Tabel 2.27
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Alor Menurut Kecamatan Tahun 2005
Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2) Proporsi (%)
Penduduk Per Km2
1 Pantar 135.84 7,990 59 4.58
2 Pantar Timur 128.46 11,350 88 6.50
3 Pantar Barat 60.54 5,825 96 3.34
4 Pantar Barat Laut 139.79 4,027 29 2.31
5 Pantar Tengah 289.87 9,281 32 5.32
6 Alor Barat Daya 424.50 19,042 45 10.91
7 Mataru 120.50 5,502 46 3.15
8 Alor Selatan 227.02 8,338 37 4.78
9 Alor Timur 576.42 6,736 12 3.86
10 Pureman 128.85 3,068 24 1.76
11 Alor Timur Laut 199.27 7,744 65 4.44
12 Teluk Mutiara 57.10 39,405 690 22.57
13 Kabola 80.79 6,724 83 3.85
14 Alor Barat Laut 118.56 19,328 163 11.07
15 Pulau Pura 27.53 5,405 196 3.10
16 Alor Tengah Utara 69.11 11,028 160 6.32
17 Lembur 80.49 3,815 47 2.18
Jumlah/ Total 2864.64 174,608 61 100,00
Laporan Akhir 2 - 26
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Sebagai data dasar digunakan jumlah penduduk pada tahun 2005. Penghitungan
proyeksi penduduk didasarkan pada kecamatan sebagai unit perencaanan terkecil.
Nilai pertumbuhan penduduk (r), merupakan rata-rata pertumbuhan yang dihitung
dari setiap kecamatan dan menggunakan data penduduk dari tahun 2000 – 2005.
Untuk kecamatan pemekaran, pertumbuhan penduduk menggunakan kecamatan
induk. Angka rata-rata pertumbuhan penduduk untuk setiap tahun berdasarkan
data penduduk pada periode tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.28.
Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun di Kabupaten Alor untuk periode 2000
- 2005 tergolong rendah yaitu 1,48 persen. Angka pertumbuhan ini merupakan
angka rata-rata yang dihasilkan dari penjumlahan pertumbuhan setiap tahun
antara tahun 2000 – 2005 yang kemudian dibagi dengan jumlah tahun pada periode
tersebut. Dengan mengasumsikan pertumbuhan akan tetap sebesar 1,48 persen
per tahun, maka proyeksi penduduk Kabupaten Alor pada tahun 2026 adalah
196.912 jiwa. Jumlah ini meningkat 12,77 persen dari jumlah penduduk Kabupaten
Alor pada tahun 2005.
Laporan Akhir 2 - 27
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.28
Rata - Rata Pertumbuhan penduduk setiap Kecamatan di
Kabupaten Alor pada periode tahun 2000 – 2005
No Kecamatan Pertumbuhan Penduduk/r (%)
1 Pantar 0,078%
2 Pantar Timur 0,078%
3 Pantar Barat 1,524%
4 Pantar Barat Daya 1,524%
5 Pantar Tengah 1,524%
6 Alor Barat Daya 0,409%
7 Mataru 0,409%
8 Alor Selatan 2,816%
9 Alor Timur 0,741%
10 Pureman 0,741%
11 Alor Timur Laut 0,507%
12 Teluk Mutiara 0,229%
13 Kabola 0,731%
14 Alor Barat Laut 1,243%
15 Pulau Pura 1,243%
16 Alor Tengah Utara 1,385%
17 Lembur 1,385%
Kabupaten Alor 0,975%
Laporan Akhir 2 - 28
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.29
Proyeksi Penduduk Kabupaten Alor menurut Kecamatan
Tahun 2006-2026
N Tahun Proyeksi
Kecamatan
o 2005*) 2006 2007 2008 2009 2010
7.99 8.00
1 Pantar 7.990 8.009 8.015 8.021
6 2
11.35 11.36
2 Pantar Timur 11.350 11.377 11.385 11.394
9 8
5.91 6.00
3 Pantar Barat 5.825 6.095 6.188 6.283
4 4
4 Pantar Barat Laut 4.027 4.088 4.151 4.214 4.278 4.343
5 Pantar Tengah 9.281 9.422 9.566 9.712 9.860 10.010
6 Alor Barat Daya 19.042 19.120 19.198 19.277 19.355 19.435
7 Mataru 5.502 5.525 5.547 5.570 5.593 5.615
8 Alor Selatan 8.338 8.573 8.814 9.062 9.318 9.580
9 Alor Timur 6.736 6.786 6.836 6.887 6.938 6.989
10 Pureman 3.068 3.091 3.114 3.137 3.160 3.183
11 Alor Timur Laut 7.744 7.783 7.823 7.862 7.902 7.942
12 Alor Tengah Utara 11.028 11.181 11.336 11.493 11.652 11.813
13 Lembur 3.815 3.868 3.921 3.976 4.031 4.087
14 Teluk Mutiara 39.405 39.495 39.586 39.676 39.767 39.858
15 Kabola 6.724 6.773 6.823 6.873 6.923 6.973
16 Alor Barat Laut 19.328 19.568 19.811 20.058 20.307 20.559
17 Pulau Pura 5.405 5.472 5.540 5.609 5.679 5.749
Kabupaten Alor 174.608 176.014 177.440 178.885 180.351 181.837
Lanjutan ……..
Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pantar 8.027 8.034 8.040 8.046 8.053
2 Pantar Timur 11.403 11.412 11.421 11.430 11.439
3 Pantar Barat 6.378 6.476 6.574 6.674 6.776
4 Pantar Barat Laut 4.410 4.477 4.545 4.614 4.685
5 Pantar Tengah 10.163 10.318 10.475 10.634 10.796
6 Alor Barat Daya 19.514 19.594 19.674 19.755 19.835
7 Mataru 5.638 5.661 5.685 5.708 5.731
8 Alor Selatan 9.850 10.127 10.412 10.706 11.007
9 Alor Timur 7.041 7.093 7.146 7.199 7.252
10 Pureman 3.207 3.231 3.255 3.279 3.303
11 Alor Timur Laut 7.983 8.023 8.064 8.105 8.146
12 Alor Tengah Utara 11.977 12.143 12.311 12.481 12.654
13 Lembur 4.143 4.201 4.259 4.318 4.378
14 Teluk Mutiara 39.950 40.041 40.133 40.225 40.317
15 Kabola 7.024 7.076 7.127 7.180 7.232
16 Alor Barat Laut 20.815 21.074 21.336 21.601 21.869
17 Pulau Pura 5.821 5.893 5.966 6.041 6.116
Kabupaten Alor 183.344 184.872 186.422 187.994 189.589
Laporan Akhir 2 - 29
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Pantar 8.057 8.063 8.069 8.076 8.082
2 Pantar Timur 11.391 11.400 11.409 11.418 11.427
3 Pantar Barat 6.767 6.870 6.975 7.081 7.189
4 Pantar Barat Laut 4.510 4.579 4.649 4.720 4.792
5 Pantar Tengah 10.627 10.789 10.953 11.120 11.290
6 Alor Barat Daya 19.805 19.886 19.967 20.049 20.131
7 Mataru 5.651 5.674 5.697 5.721 5.744
8 Alor Selatan 11.935 12.271 12.616 12.971 13.337
9 Alor Timur 7.290 7.344 7.398 7.453 7.508
10 Pureman 3.339 3.364 3.389 3.414 3.440
11 Alor Timur Laut 7.988 8.029 8.069 8.110 8.151
12 Alor Tengah Utara 11.602 11.763 11.926 12.091 12.258
13 Lembur 4.424 4.485 4.548 4.611 4.674
14 Teluk Mutiara 39.702 39.793 39.885 39.976 40.067
15 Kabola 7.039 7.090 7.142 7.194 7.247
16 Alor Barat Laut 21.237 21.501 21.769 22.039 22.313
17 Pulau Pura 6.121 6.197 6.274 6.352 6.431
194.41
Kabupaten Alor 189.502 191.116 192.753 196.101
5
Lanjutan..........
Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 Pantar 8.088 8.095 8.101 8.107 8.114 8.120
2 Pantar Timur 11.436 11.445 11.454 11.463 11.471 11.480
3 Pantar Barat 7.299 7.410 7.523 7.638 7.754 7.872
4 Pantar Barat Laut 4.865 4.939 5.014 5.090 5.168 5.247
5 Pantar Tengah 11.462 11.636 11.814 11.994 12.176 12.362
6 Alor Barat Daya 20.213 20.296 20.379 20.462 20.546 20.630
7 Mataru 5.768 5.791 5.815 5.839 5.863 5.887
8 Alor Selatan 13.712 14.098 14.495 14.904 15.323 15.755
9 Alor Timur 7.564 7.620 7.676 7.733 7.790 7.848
10 Pureman 3.465 3.491 3.517 3.543 3.569 3.595
11 Alor Timur Laut 8.193 8.234 8.276 8.318 8.360 8.403
12 Alor Tengah Utara 12.428 12.600 12.775 12.952 13.131 13.313
13 Lembur 4.739 4.805 4.871 4.939 5.007 5.077
14 Teluk Mutiara 40.159 40.251 40.343 40.436 40.528 40.621
15 Kabola 7.300 7.353 7.407 7.461 7.516 7.571
16 Alor Barat Laut 22.591 22.871 23.156 23.443 23.735 24.030
17 Pulau Pura 6.511 6.592 6.674 6.756 6.840 6.925
197.52 199.28 201.07 202.89
Kabupaten Alor 204.735
195.791 7 9 7 2
Laporan Akhir 2 - 30
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.30
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005
No Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Jumlah
Laporan Akhir 2 - 31
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.31
Perkembangan Pengembangan Pendidikan
Di Kabupaten Alor, Tahun 2005
No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
Laporan Akhir 2 - 32
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
atas yang memiliki kemampuan dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya sebesar 92,02 persen sedangkan yang tidak memiliki kemampuan membaca
dan menulis huruf latin dan huruf lainnya (buta huruf) sebesar 7,98 persen. Dari
kondisi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki. Kondisi ini perlu diperbaiki terutama dalam rangka
pengembangan kualitas SDM di Kabupaten Alor.
Pertanian
1. Pertanian
Produksi tanaman pangan di Kabupaten Alor pada tahun 2007 antara lain, padi
sebanyak 11.954,300 ton, jagungbsebanyak 12.987,300 ton, ubi kayu
17.801,60 ton, ubi jalar 1.798,400 ton, kacang tanah 94,000 ton, kacang hijau
2,800 ton, dan kacang kedelai sebanyak 212,800 ton.
2. Perkebunan
Produksi perkebunan untuk Kabupaten Alor berturut-turut adalah kelapa
sebanyak 930,94 ton, kopi sebanyak 17,664 ton, kapuk 109,11 ton, jambu
mente 1468,97 ton, cengkeh 26,47 ton, kemiri 3060,42 ton, pinang 88,90 ton,
vanili sebanyak 50,65 ton, kakao 1,19 ton, pala sebanyak 0,24 ton dan lada
0,075 ton.
3. Kehutanan
Luas hutan di Kabupaten Alor adalah 103.818,90 Ha yang terdiri atas Hutan
Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Kawasan
Konservasi. Pohon cendana hanya ada di 5 kecamatan di Kabupaten Alor,
yaitu Alor Barat Daya dengan luas 90 Ha, Alor Selatan 5 Ha, Alor Timur Laut 5
Ha, and Alor Barat Laut 87 Ha.
4. Peternakan
Populasi ternak besar yang terbanyak di Kabupaten Alor untuk tahun 2007
adalah peternakan sapi dan disusul oleh peternakan kuda dan peternakan
kerbau. Populasi terbesar untuk ternak kecil berturut-turut adalah babi,
kambing, rusa, dan domba.
5. Perikanan
Laporan Akhir 2 - 33
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
2.9.7.2 Pariwisata
Kawasan pariwisata di Kabupaten Alor diprioritaskan untuk menarik wisatawan
manca negara dan wisatawan domestik yang memberikan kontribusi penghasilan
terbesar di tingkat provinsi maupun nasional. Pengembangan utama diprioritaskan
bagi :
Taman Laut dbaliantara Pulau Alor dan Pantar. Mudah dijangkau dengan
transportasi darat maupun transportasi laut dari kota Kalabahi.
Perkampungan tradisional Takpala, Kecamatan Alor Tengah Utara, dengan
perumahan adat, upacara pernikahan adat, belanja moko, lego-lego, cakalele,
dan lain-lain. Dari perkampungan tersebut dapat menikmati keindahan Teluk
Benlelang dan lingkungan sekitarnya.
Perkampungan tradional Monbang. Desa Kopidil Kecamatan Alor Barat Laut.
Laporan Akhir 2 - 34
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
A. Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di Kabupaten Alor dapat ditinjau melalui angka
pertumbuhan ekonomi. Untuk memudahkan pengukuran pertumbuhan ekonomi ini,
perlu dilihat perkembangan dan kecenderungan dari besaran sektor-sektor
ekonomi setiap tahun di Kabupaten Alor yang telah dikelompokkan dan secara
statistik berlaku nasional di Indonesia. Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Alor selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu
dari tahun 2000 s.d. 2004 dari keseluruhan sektor ekonomi , adalah sebesar 4,33
persen.
Laporan Akhir 2 - 35
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.33
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Alor Tahun 2000 – 2004
Pertumbuhan Rata-rata per
Sektor Ekonomi Sektor
2000 2001 2002 2003 2004 (2000 - 2004)
Pertanian 1.77 2.05 1.03 4.17 5.62 2.93
Pertambangan dan penggalian 1.02 0.78 0.37 3.05 3.45 1.73
Industri pengolahan 1.85 1.70 1.93 2.52 5.56 2.71
Listrik, gas dan air bersih 1.59 2.58 -0.30 6.28 5.12 3.05
Bangunan 9.83 0.50 9.66 2.84 5.00 5.57
Perdagangan, rumah makan dan hotel -2.87 1.30 2.94 5.54 5.70 2.52
Angkutan dan komunikasi 8.58 2.16 4.95 3.91 6.13 5.15
Keuangan, persewaan dan jasa 2.72 2.02 1.14 3.13 10.08 3.82
perusahaan
Jasa-jasa 11.22 15.12 15.01 9.47 6.80 11.52
Rata-rata Seluruh Sektor 3.97 3.13 4.08 4.55 5.94 4.33
Apabila dilihat per sektor ekonomi, maka sektor jasa mengelami pertumbuhan
yang paling pesat, yaitu sebesar 11,52 persen. Sektor jasa ini terdiri dari beberapa
sub sektor, antara lain pemerintahan umum, swasta, sosial kemasyarakatan,
hiburan dan rekreasi serta usaha perorangan dan rumah tangga. Sedangkan sektor
ekonomi yang pertumbuhannya cukup lambat adalah sektor pertambangan dan
penggalian. Meskipun berbagai potensi sektor pertambangan dan penggalian di
Kabupaten Alor telah ditemukan, namun apabila masih dikelola secara tradisional,
maka belum menunjukkan pertumbuhan yang optimal.
Dari berbagai sektor ekonomi, dapat dilihat bahwa hanya 2 (dua) sektor yang
mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sektor perdagangan pada tahun 2000,
namun pada tahun-tahun selanjutnya sektor ini mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat. Sektor lain yang pertumbuhannya negatif adalah sektor listrik, gas
dan air bersih pada tahun 2002 yang masih berkaitan dengan adanya pengaruh
gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Alor. Sektor angkutan dan komunikasi juga
menunjukkan kecenderungan penurunan secara persentase. Sedangkan sektor yang
semakin meningkat adalah sektor industri pengolahan.
Pada tahun 2004 hampir seluruh sektor telah mengalami pertumbuhan. Sektor
yang tumbuh dengan pesat selama satu tahun tersebut adalah sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, yang terdiri dari sub sektor bank, lembaga
keuangan non bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil
tinjauan lapangan, diketahui bahwa setelah terjadi gempa bumi pada tahun 2004,
maka Pemerintah Kabupaten Alor dengan bantuan dari lembaga donor dan
Pemerintah Pusat maupun Propinsi segera melaksanakan pembangunan, melalui
tahapan rehabilitasi bangunan dan dilanjutkan tahapan rekonstruksi. Sedangkan
sektor jasa-jasa pada tahun 2004 pertumbuhannya cenderung melambat
dibandingkan tahun 2003.
Berdasarkan Tabel diatas, secara umum perekonomian Kabupaten Alor mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa
pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Alor juga telah membuahkan hasil.
Disamping itu, pertumbuhan keseluruhan sektor ini juga tidak terlepas dari
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan masuknya arus informasi, barang dan
jasa antar wilayah, baik lokal maupun regional. Perubahan kondisi-kondisi internal
seperti perubahan aspirasi dan fokus pengembangan wilayah, perkembangan yang
sangat pesat dari kawasan atau sektor tertentu serta perubahan wilayah
Laporan Akhir 2 - 36
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
B. Struktur Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro
ekonomi yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Dari data besaran PDRB dapat dilihat sejauh mana
partisipasi masyarakat terhadap kegiatan ekonomi. PDRB juga memperlihatkan
gambaran struktur ekonomi daerah, potensi ekonomi serta tingkat perubahan
harga yang terjadi. Disamping itu, melalui PDRB juga dapat dijadikan sebagai
monitor dari keberhasilan dan ketepatan kebijakan ekonomi yang diambil oleh
pemerintah daerah.
Berdasarkan data statistik dari BPS Kabupaten Alor, besaran nilai PDRB suatu
daerah dapat diukur berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Jika diukur
berdasarkan harga berlaku, besaran PDRB Kabupaten Alor menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu 5 tahun (2000 s.d. 2004). Pada
tahun 2004 PDRB Kabupaten Alor, yaitu sebesar Rp 406,39 milyar telah mengalami
peningkatan mencapai 72,34 persen atau dari nilai pada tahun 2000 yang hanya
sebesar Rp 235,82 milyar. Akan tetapi, dilihat secara persentase, PDRB Kabupaten
Alor mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, yaitu dari
10,54 persen menjadi 17,89 persen, sedangkan dari tahun 2003 sampai dengan
2004 cenderung mengalami penurunan.
Tabel 2.34
PDRB Kabupaten Alor Tahun 2000 – 2004
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan*
Tahun
Rp. 000 Perkembangan (%) Rp. 000 Perkembangan (%)
2000 235,816,014 10.54 235,816,014 -
2001 277,135,928 17.52 246,996,025 4.74
2002 326,706,653 17.89 260,553,841 5.49
2003 366,385,427 12.15 275,225,918 5.63
2004 406,399,808 10.92 291,848,840 6.04
Sumber: BPS Kabupaten Alor, 2004, * Harga Konstan Tahun 2000
Laporan Akhir 2 - 37
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
harga berlaku, namun cenderung konstan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dikarenakan PDRB atas dasar harga konstan akan menunjukkan kenaikan produksi
dan mengabaikan terjadinya perubahan harga barang-barang (inflasi) atau
penurunan harga (deflasi) dari setiap sektor. Nilai PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 sebesar 235,82 milyar rupiah hingga tahun 2004 saat ini menjadi Rp
291,85 milyar rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 6,04 persen.
Berdasarkan Tabel diatas juga terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan
untuk keseluruhan sektor di Kabupaten Alor mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 1 persen setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan
peningkatan nilai PDRB tersebut dibentuk oleh 9 (sembilan) sektor yang memiliki
karakter dan kecenderungannya masing-masing. Beberapa sektor nampak
menunjukkan pertumbuhan yang pesat, namun ada juga yang melambat bahkan
ada yang mengalami kontraksi pertumbuhan (pertumbuhan negatif) dengan
ditunjukkan PDRB secara keseluruhan yang menurun, seperti sektor Jasa-jasa.
Peningkatan yang relatif rendah ini kemungkinan disebabkan oleh adanya bencana
alam gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Alor pada Bulan November tahun
2004.
Sedangkan PDRB pada tahun 2005 secara umum meningkat jika dibandingkan pada
tahun 2004 dengan tahun dasar 2000. Tapi pada tahun 2005 terjadi penurunan dari
sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air, serta sektor jasa-jasa. Namun nilai
dari sektor tersebut dapat ditutupi oleh kontribusi dari sektor lainnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan, dimana jika dibandingkan dengan tahun 2000 PDRB Alor meningkat
sebesar 5,84 persen, namun terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2004.
Untuk pertumbuhan ekonomi kecamatan, peningkatan paling tinggi terjadi pada
Kecamatan Alor Timur Laut yaitu sebesar 44,47 persen dan Kecamatan Pantar
mengalami penurunan sebesar 18,15 persen.
Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya sumbangan
atau peranan masing-masing sektor dalam membentuk nilai tambah PDRB. Sektor
yang memberikan sumbangan terbesar itulah sektor yang domina (leading sector).
Sektor inilah yang selanjutnya memberikan corak perekonomian daerah tersebut.
Asumsi yang digunakan adalah apabila sedikit saja terjadi perubahan harga atau
produksi dari sektor dominan tersebut, maka struktur perekonomian daerah
tersebut dapat berubah.
Dalam melihat struktur perekonomian Kabupaten Alor, maka perlu dilihat dari
kontribusi setiap sektor terhadap PDRB berdasarkan atas harga berlaku.
Penggunaan harga berlaku sebagai dasar analisis dikarenakan oleh adanya tujuan
untuk mengetahui kondisi perubahan ekonomi Kabupaten Alor sesuai dengan
perubahan harga barang dan jasa. Untuk mengetahui mengenai struktur
perekonomian Kabupaten Alor dapat dilihat dari peranan tiap-tiap sektor ekonomi
selama 5 tahun pada Tabel 2.35 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2.35, terlihat bahwa kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Alor berasal dari sektor pertanian, yaitu rata-rata sebesar 41,24
persen. Sektor pertanian terdiri atas beberapa sub sektor, antara lain tanaman
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Hasil pertanian yang cukup memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah kemiri,
kenari, jambu mente, vanili dan perikanan laut. Sektor lain yang juga memberikan
kontribusi penting adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang masing-masing berkontribusi rata-rata sebesar 24,97% dan 15,54% dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun.
Laporan Akhir 2 - 38
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.35
Peranan Setiap Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Alor
Tahun 2000 – 2004
Kontribusi Setiap Sektor
Terhadap PDRB (%) Rata-rata
Sektor Ekonomi Kontribusi (%)
2000 2001 2002 2003 2004
Pertanian 43.52 42.00 40.00 40.54 40.17 41.24
Pertambangan & Penggalian 1.79 1.72 1.78 1.74 1.68 1.74
Industri Pengolahan 1.93 1.87 1.84 1.84 1.81 1.86
Listrik & Air Bersih 0.50 0.48 0.48 0.47 0.46 0.48
Bangunan 6.56 6.29 6.34 6.37 6.43 6.40
Perdagangan, Hotel & 15.77 15.23 15.86 15.61 15.25 15.54
Restoran
Pengangkutan & Komunikasi 4.70 4.74 4.57 4.47 4.57 4.61
Keuangan, Persewaan & Jasa 3.27 3.18 3.10 3.06 3.18 3.16
Perusahaan
Jasa-jasa 21.97 24.49 26.03 25.90 26.45 24.97
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik dan air
bersih, yaitu rata-rata sebesar 0,48 persen. Kecilnya kontribusi sektor ini
disebabkan oleh terbatasnya daerah yang dilayani oleh usaha listrik dan air bersih.
Kondisi sekarang di Kota Kalabahi hanya terdapat 1 PLTD (Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel) dengan jumlah daya listrik yang sangat terbatas dan peralatan yang
relatif tua. Untuk kawasan-kawasan lainnya menggunakan tenaga surya sebagai
sumber energi listrik. Sedangkan PDAM hanya melayani sebagian kecil Kota
Kalabahi.
Laporan Akhir 2 - 39
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.36
Pendapatan Perkapita
Kabupaten Alor dan Propinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2000 - 2004
Pendapatan Perkapita Pertumbuhan (%)
Tahun
Kabupaten Alor Propinsi NTT Kabupaten Alor Propinsi NTT
2000 1,385,717 1,559,344 - -
2001 1,603,644 1,811,696 15.73 16.18
2002 1,874,378 2,060,491 16.88 13.73
2003 2,093,335 2,248,333 11.68 9.12
2004 2,297,337 2,545,113 9.75 13.20
Rata-rata 1,850,882 2,044,995 13.51 13.06
Berdasarkan Tabel 2.36, dapat diketahui bahwa secara lima tahun tingkat
kemakmuran penduduk Kabupaten Alor sedikit lebih rendah jika dibandingkan
dengan tingkat kemakmuran penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Apabila
dilihat dari rata-rata pendapatan perkapita, Kabupaten Alor juga masih dibawah
pendapatan perkapita Propinsi Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi, pendapatan
perkapita penduduk Kabupaten Alor semakin meningkat selama kurun waktu 5
(lima) tahun dari tahun 2000 s.d. tahun 2004. Namun secara persentase
menunjukkan penurunan, yaitu dari 15,73 persen pada tahun 2001 menjadi 9,75
persen pada tahun 2004.
Peningkatan pendapatan perkapita ini sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan
otonomi daerah yang mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2001 yang memberikan
kewenangan bagi Pemerintah Kabupaten Alor untuk menentukan arah dan
kebijakan pembangunannya sendiri. Dengan otoritas tersebut, maka program dan
kegiatan pembangunan dapat diarahkan pada pemberdayaan ekonomi rakyat yang
akhirnya juga mampu meningkatkan kemakmuran penduduk di Kabupaten Alor.
D.Ekonomi Regional
Dalam mengidentifikasi potensi pengembangan kegiatan ekonomi dalam konteks
wilayah Kabupaten Alor dan sekitarnya, maka diperlukan analisis ekonomi
regional. Dalam analisis akan ditentukan sektor ekonomi yang menjadi sektor basis
bagi Kabupaten Alor, pertumbuhan dan kontribusi sektor terhadap PDRB serta
kontribusi sektor terhadap pertumbuhan PDRB. Dalam penentuan sektor basis di
Kabupaten Alor akan digunakan metoda analisis LQ (Location Quotients).
Sedangkan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur
ekonomi, serta posisi relatif sektor-sektor ekonomi akan dilakukan dengan
menggunakan metoda analisis Shift Share. Untuk mengetahui kedua analisis
tersebut, berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu landasan teori masing-
masing.
Sektor unggulan suatu daerah adalah sektor ekonomi yang dominan, yaitu suatu
sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Untuk
Laporan Akhir 2 - 40
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
mengetahuinya ditandai dengan nilai Location Quotion (LQ) yang lebih besar dari
satu. Yang berarti nilai tambah suatu sektor ekonomi suatu wilayah terhadap nilai
tambah sektor pada wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan perbandingan
sektor yang bersangkutan di wilayah tersebut terhadap sektor sejenis pada
wilayah yang lebih luas. Analisis LQ banyak digunakan sebagai alat untuk
mengukur spesialisasi relatif suatu daerah pada sektor-sektor tertentu. Rumus LQ
adalah sebagai berikut :
X ir
LQi Xr
X in
Xn
Keterangan :
X = output (PDRB); r = regional dan n = propinsi/nasional
Apabila nilai LQ > 1 mengindikasikan adanya kegiatan ekspor bagi sektor tersebut
atau sektor tersebut merupakan sektor basis (B). Sedangkan apabila LQ < 1
disebut sektor non basis (NB). Dalam melakukan perhitungan LQ digunakan data
PDRB per sektor yang ada dari BPS, baik dari BPS Kabupaten Alor maupun Provinsi
NTT antara tahun 2001 s.d. 2005. Dalam menghitung LQ digunakan data PDRB atas
dasar harga berlaku tahun 2000.
Nilai LQ berkaitan dengan peran dan pengaruh ekonomi Kabupaten Alor relatif
terhadap daerah yang lebih luas, baik skala regional maupun nasional. Kabupaten
Alor memiliki letak geografis di bagian Timur Laut dari Propinsi Nusa Tenggara
Timur dan posisinya yang sangat strategis karena berbatasan juga dengan Negara
Timor Leste. Kabupaten Alor menjadi wilayah bagi lalu lintas perdagangan dan
transportasi barang dan jasa, baik melalui darat, laut maupun udara, antar pulau
dan antar kabupaten yang ada di wilayah Provinsi NTT melalui Kawasan Pelabuhan
Atambua. Disamping letaknya yang strategis, kabupaten ini juga memiliki potensi
sumber daya alam yang cukup besar, terutama di sektor perikanan, pertambangan
dan pariwisata yang didukung oleh adanya potensi kekayaan laut yang cukup
besar.
Berkaitan letak dan potensi alam tersebut, maka Kabupaten Alor mempunyai
peran yang potensial bagi sistem ekonomi regional bagi wilayah-wilayah
disekitarnya maupun di Provinsi NTT pada umumnya. Untuk mengetahui bahwa
sektor ekonomi mana yang menjadi sektor basis dan berpengaruh terhadap
wilayah yang lebih luas, berikut disajikan nilai LQ dalam Tabel 2.37 di bawah ini.
Laporan Akhir 2 - 41
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.37
Nilai LQ per Sektor Ekonomi Kabupaten Alor Tahun 2001 – 2005
Berdasarkan Atas Harga Berlaku Tahun 2000
NILAI LQ
Sektor
2001 2002 2003 2004 2005
Pertanian 1.13 0.92 0.95 0.94 0.87
Pertambangan & Penggalian 1.32 1.14 1.11 1.08 1.64
Industri Pengolahan 1.39 1.12 1.11 1.10 0.99
Listrik & Air Bersih 1.40 1.21 1.15 1.14 1.06
Bangunan 0.95 0.81 0.81 0.84 1.33
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.17 1.02 1.02 1.02 1.00
Pengangkutan & Komunikasi 0.98 0.81 0.79 0.79 0.75
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.31 1.09 1.02 1.01 1.00
Jasa-jasa 1.39 1.24 1.20 1.19 1.16
Nilai LQ diatas menunjukkan bahwa hampir semua sektor di Kabupaten Alor pada
tahun 2001 memiliki nilai diatas 1, kecuali sektor Bangunan dan sektor
Pengangkutan dan Komunikasi. Dan pada akhir tahun 2005, sektor-sektor
ekonomi yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan dan sektor Jasa-jasa.
Hal ini berarti telah terjadi perubahan yang cukup besar dari sektor ekonomi yang
menjadi sektor basis dengan adanya pembangunan selama kurun waktu 5 (lima)
tahun.
Dilihat dari kecenderungannya, maka sektor Bangunan telah meningkat nilai LQ
menjadi 1,33 pada ahir tahun 2005. Sebagian besar sektor ekonomi di Kabupaten
Alor mengalami penurunan nilai LQ dari tahun 2001 ke tahun 2005, antara lain
sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor
Perdagangan, sektor Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Hanya
terdapat 2 (dua) sektor saja yang memiliki kecenderungan peningkatan yang cukup
pesat, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor Bangunan.
Berdasarkan Tabel 2.37 diatas juga terlihat bahwa sektor Pertambangan dan
Penggalian memiliki nilai LQ terbesar pada tahun 2005, yaitu sebesar 1,64. hal ini
berarti sektor ini menjadi sektor basis dan berpotensi menjadi sektor yang
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap ekonomi regional Provinsi NTT. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki tingkat
spesialisasi yang lebih tinggi daripada tingkat provinsi dan akan berperan penting
dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Alor. Dengan
demikian, sektor Pertambangan dan Penggalian berprospek untuk dikembangkan
pada masa yang akan datang oleh Pemerintah Kabupaten Alor.
Selain sektor basis, untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan investasi pada
masa yang akan datang, juga perlu diidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang
memiliki pertumbuhan positif di Kabupaten Alor. Untuk mengetahui sektor-sektor
tersebut, digunakan metode analisis shift share yang berfungsi untuk mengetahui
sektor mana yang tumbuh dengan lambat atau cepat.
Sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan positif juga memberikan gambaran
mengenai kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur ekonomi, serta posisi
relatif sektor-sektor ekonomi. Data yang digunakan untuk melakukan analisis shift
share adalah data PDRB Kabupaten Alor dan Provinsi NTT untuk tahun 2001 dan
Laporan Akhir 2 - 42
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.38
Pergeseran Bersih Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Alor
Berdasarkan Data PDRB Tahun 2001 - 2005
SEKTOR EKONOMI KPN KPP KPK PN
Pertanian 0.60 -0.10 -0.16 -0.25
Pertambangan & Penggalian 0.60 -0.04 0.70 0.66
Industri Pengolahan 0.60 0.24 -0.31 -0.07
Listrik & Air Bersih 0.60 0.08 -0.20 -0.12
Bangunan 0.60 -0.03 0.99 0.96
Perdagangan, Hotel & Restoran 0.60 -0.03 0.00 -0.04
Pengangkutan & Komunikasi 0.60 0.15 -0.19 -0.03
Keuangan, Persewaan & Jasa 0.60 0.30 -0.20 0.10
Jasa-jasa 0.60 0.13 -0.05 0.09
PDRB/PDB 0.60 0.00 -0.02 -0.02
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Keterangan :
KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional, KPP = Komponen Pertumbuhan
Proporsional, KPK = Pertumbuhan Daya Saing, PN = Pergeseran Netto Sektor
ekonomi
Berdasarkan Tabel 2.38, dengan melihat nilai KPP terdapat 5 (lima) sektor yang
mengalami pertumbuhan positif, yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik
dan Air Bersih, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor yang memiliki
pertumbuhan positif berarti pesat pertumbuhannya dan berpengaruh positif
terhadap pendapatan (PAD) Kabupaten Alor selama kurun waktu 5 (lima) tahun,
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Dengan lima sektor yang tumbuh
positif dari sembilan sektor, maka pendapatan Kabupaten Alor masih berpotensi
untuk tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi Propinsi NTT.
Dengan melihat nilai KPK, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang
mengalami peningkatan daya saing dan keunggulan komparatif dalam kaitannya
dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya dalam Propinsi NTT. Berdasarkan Tabel
2.38, hanya 2 (dua) sektor yang memiliki nilai KPK positif, yaitu sektor
Pertambangan dan Penggalian (70 persen) dan sektor Bangunan (99 persen). Hal
ini dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Alor memiliki potensi pertambangan dan
penggalian yang cukup besar.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan akan menjadi sumber
pendapatan bagi Pemerintah Kabupaten Alor pada masa yang akan datang, karena
saat ini belum banyak dimanfaatkan. Sedangkan untuk sektor Bangunan, karena
setelah terjadi gempa bumi pada Bulan November 2004, maka Pemerintah
Kabupaten Alor sedang giat untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
berbagai sarana dan prasarana fisik yang rusak, seperti jalan dan bangunan
pemerintahan.
Laporan Akhir 2 - 43
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Tabel 2.39
Perubahan Pendapatan Kabupaten Alor
Berdasarkan Data PDRB Tahun 2001 - 2005
NILAI ABSOLUT
SEKTOR EKONOMI
KPN KPP KPK PEK
Pertanian 69,584,432.18 - - 39,929,344.00
Pertambangan & Penggalian 2,853,226.62 -188,043.21 3,328,811.59 5,993,995.00
Industri Pengolahan 3,096,108.91 1,226,311.46 -1,580,811.37 2,741,609.00
Listrik & Air Bersih 801,390.56 104,929.89 -264,199.44 642,121.00
Bangunan 10,420,304.89 -507,426.42 17,180,830.53 27,093,709.00
Perdagangan, Hotel & Restoran 25,226,983.34 -1,266,859.41 -210,031.93 23,750,092.00
Pengangkutan & Komunikasi 7,860,013.99 2,007,162.79 -2,437,272.78 7,429,904.00
Keuangan, Persewaan & Jasa 5,270,090.41 2,656,064.59 -1,793,260.00 6,132,895.00
Jasa-jasa 40,577,888.21 9,053,202.70 -3,184,751.91 46,446,339.00
PDRB/PDB 165,690,439.11 0.00 -5,530,431.11 160,160,008.00
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Keterangan :
KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional, KPP = Komponen Pertumbuhan
Proporsional, KPK = Komponen Pertumbuhan Daya Saing, PEK = Pertumbuhan
Kinerja Ekonomi
Laporan Akhir 2 - 44
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
melalui pelabuhan Kalabahi pada tahun 2007 sebanyak 46.586 orang dimana
terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebanyak 49.490 orang.
Penumpang yang turun di pelabuhan adalah sebanyak 48.885 orang. Untuk
penerbangan pada tahun 2007, penumpang yang datang di bandar udara Mali
sebanyak 11.624 orang dan yang berangkat 11.314 orang melalui 351 kali
penerbangan.
Tabel 2. 40
Panjang Jalan menurut Kondisi Jalan
2003 – 2007
No. Kondisi Jalan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Baik 308.5 308.5 372.35 235.52 240.4
2 Sedang 587.72 587.72 562.18 90.7 238.74
3 Rusak 377.3 377.3 388.99 38.87 473.22
4 Rusak Berat 158.51 158.81 158.81 1149.94 562.67
Jumlah 1432.03 1432.33 1482.33 1515.03 1515.03
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008
Tabel 2.41
Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan
2003 – 2007
No. Jenis Permukaan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Aspal 463.18 361.02 645,22 494 460,22
2 Kerikil 92.72 117.2 311,12 108,2 110,70
3 Tanah 578 634.06 442,4 638,6 640,90
4 Lainnya 298.43 320.05 33,59 274,23 303,21
Jumlah 1432,33 1432,33 1432,33 1515,03 1515,03
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008
Tabel 2.42
Panjang Jalan menurut Status Jalan
2003 – 2007
No. Status Jalan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Jalan Nasiona 95,20 104,2 104,20 104,2 104,2
2 Jalan Propinsi 172,20 68,00 68,00 68,00 68,0
3 Jalan Kabupaten 1164,93 827,15 627,15 832,03 827,15
4 Lainnya 432,98 632,98 510,8 515,68
Jumlah 1432,33 1432,33 1432,33 1515,03 1515,03
Laporan Akhir 2 - 45
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor
Mobilisasi penumpang dan barang lewat pelabuhan laut Kalabahi suah cukup
ramai, karena sarana transportasi laut merupakan alternatif yang lebih murah
dibandingkan dengan transportasi udara. Pergerakan penumpang lebih banyak
menggunakan kapal Ferry. Jumlah penumpang yang berangkat melalui pelabuhan
laut pada tahun 2008 sebanyak 49.014 orang dimana terjadi kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebanyak 46.011 orang.
Tabel 2. 43
Banyaknya Penumpang Kapal Laut Lewat Pelabuhan Kalabahi
Kabupaten Alor
Turun Naik
No Bulan
2005 2006 2005 2006
1 Januari 3,141 3,361 3,395 2,811
2 Februari 1,943 2,944 2,031 2,016
3 Maret 5,262 2,615 5,444 3,012
4 April 2,204 3,913 3,031 4,301
5 Mei 2,358 4,621 3,386 4,569
6 Juni 3,557 5,024 3,977 4,854
7 Juli 4,824 5,678 4,061 5,745
8 Agustus 3,912 4,935 4,668 5,269
9 September 3,532 3,936 3,371 4,114
10 Oktober 3,928 4,194 3,786 4,129
11 Nopember 3,745 3,993 1,318 3,999
12 Desember 4,340 4,663 4,382 4,671
Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka, 2008
Laporan Akhir 2 - 46