Anda di halaman 1dari 46

BAB II

GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI

2 Gambaran Umum Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur


2.1 Letak Geografis
Propinsi NTT terletak antara 8º-12º Lintang Selatan dan 118º -125º Bujur Timur. Luas
wilayah daratan 47.349,9 km² tersebar pada 566 pulau (42 pulau dihuni dan 524
pulau tidak dihuni). Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya
sedikit dataran rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan panjang antara 25 - 118
Batas – batas wilayah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
- Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia
- Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste
- Sebelah Barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat.

2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Daerah Administrasi


NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 566 pulau, 246 pulau diantaranya
sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama.
Diantara 246 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba,
Timor dan Alor (FLOBAMORA) dan pulau-pulau kecil antara lain: Adonara, Babi,
Lomblen, Pamana Besar, Panga Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk
wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang, Kisu, Lapang, Pura, Rusa,
Trweng (Kabupaten Alor), Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana, Raijna,
Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote Ndao), Pulau Loren, Komodo, Rinca,
Sebabi Sebayur Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten Manggarai),
Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura (Kabupaten Sumba Timur, dll. Dari
seluruh pulau yang ada, 46 pulau telah berpenghuni sedangkan sisanya belum
berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor,
selebihnya adalah pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar, komoditas yang dimiliki
sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh iklim. Adapun untuk lebih jelasnya,
gambaran daerah administrasi Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Luas wilayah daratan 47.349,9 km 2 atau 2,49% luas Indonesia dan luas wilayah
perairan ± 200.000 km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Laporan Akhir 2-1
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Secara rinci luas wilayah menurut Kabupaten/ Kota adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Propinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 2. 1
Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Pulau
No Pulau Luas Daerah Persentase
1 Sumba 11,040 23.3
2 Sabu 421.7 0.9
3 Rote 1,214.30 2.6
4 Semau 261 0.6
5 Timor 14,394.90 30.4
6 Alor 2,073.40 3.4
7 Pantar 711.80 1.5
8 Lomblen 1,266 2.7
9 Adonara 518.80 1.1
10 Solor 226.20 0.5
11 Flores 14,231 30
12 Rinca 212.50 0.4
13 Komodo 332.40 0.7
14 Lain-lain 445.90 0.9
Jumlah 47,349.90 100
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

Laporan Akhir 2-2


Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2. 2 Luas Wilayah Kabupaten/Kota Di Provinsi Nusa Tenggara Timur


No. Kabupaten Luas Wilayah Persentase
1 Sumba Barat 737.42 1,56
2 Sumba Timur 7000.5 14,78
3 Kupang 5898.26 12,46
4 Timor Tengah Selatan 3 947 8,34
5 Timor Tengah Utara 2 669,66 5,64
6 Belu 2 445,57 5,16
7 Alor 2 864,60 6,05
8 Lembata 1 266,38 2,67
9 Fores Timur 1 812,85 3,83
10 Sikka 1 731,92 3,66
11 Ende 2 046,62 4,32
12 Ngada 1 620,92 3,42
13 Manggarai 4 188,90 8,85
14 Rote Ndao 1 280,00 2,70
15 manggarai Barat 2 947,50 6,22
16 Sumba Barat Daya 1 445,32 3,05
17 Sumba Tengah 1 869,18 3,95
18 Nagekeo 1 416,96 2,99
19 Manggarai Timur - -
20 Kota Kupang 160,34 0,34
Jumlah 47 349,90 100
Sumber: BPS NTT Tahun 2004

2.3 Topografi
Apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian besar,
yaitu :
- Agak berombak dengan kemiringan 3-16 %.
- Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26 %.
- Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %.
- Berbukuti-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %.
- Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %.
Keadaan topografi demikian mempunyai pengaruh pula terhadap pola kehidupan
penduduk, antara lain pola pemukiman digunung-gunung, sehingga terdapat variasi
adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu daerah dengan daerah
lainnya.

2.4 Iklim
Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di Nusa Tenggara Timur hanya dikenal 2
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni – September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga
terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Walaupun
demikian mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak
mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan
uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di NTT lebih sedikit
Laporan Akhir 2-3
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

dibanding wilayah yang dekatdengan Asia. Hal ini menjadikan NTT sebagai wilayah
yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan (Januari s.d Maret, dan Desember) yang
keadaannya relatif basah dan 8 bulan sisanya relatif kering.

Tabel 2. 3 Jumlah Curah Hujan Per Bulan Menurut Kabupaten Di NTT

Keterangan : x Tidak ada laporan


Sumber : Buku NTT Dalam Angka Tahun 2008

2.5 Pemanfaatan Wilayah


Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari pulau-pulau besar dan pulau-pulau
kecil yang dipisahkan oleh laut dengan karakteristik wilayah pesisir yang berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Secara pengelolaan, pemerintah Propinsi Nusa
Tenggara Timur berhak sepenuhnya mengelola laut, hal ini disebabkan letak dan
poslsl wilayahnya sebagian besar dikelilingl laut yang tidak berbatasan langsung
dengan wilayah lain. Dengan demlklan bila kondisi laut dan pesisir dikelola dengan
baik, maka akan rnempengaruhi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Karakteristik laut dan pesisir setlap pulau yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara
Timur pada umumnya tidak sama, hal ini disebabkan oleh tipe lautannya dan kondisi
topografi setiap pesisir. Dilihat dari posisi wilayahnya yang berbatasan dengan
Australia yang dipisahkan oleh laut lepas, hal ini sangat mempengaruhi terhadap
kondisi perairan dan pesisir pantainya.

2.6 Demografi
2.6.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk NTT tahun 2007 hasil Estimasi BPS tercatat sebanyak 4 448 873
jiwa, dengan kepadatan 93,96 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat penyebarannya
dari total penduduk NTT, yang terbesar berada di Kabupaten Manggarai (11,33 %),
disusul Kabupaten TTS, Belu dan Kabupaten Kupang masing-masing hampir mencapai
10 %, sedangkan yang paling sedikit %tase penduduknya terhadap total penduduk NTT
adalah di Kabupaten Sumba Barat dan Lembata masing-masing (2,35 %).
Kepadatan penduduk terbesar di Kota Kupang (1 785 jiwa per km²) dan terendah di
Kabupaten Sumba Timur (31 jiwa per km²). Kabupaten yang juga cukup padat

Laporan Akhir 2-4


Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

penduduknya (di atas 100 jiwa per km²) adalah Kabupaten Sumba Barat, TTS, Belu,
Flores Timur, Sikka, Ende, Manggarai Sumba Barat Daya. Sedangkan kabupaten yang
lain kepadatan penduduknya berkisar 40 – 86 jiwa per km².

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Provinsi NTT


No. Kabupaten Jumlah Penduduk Kepadatan
(Jiwa) Penduduk Per Km2
1 Sumba Barat 104 383 141,55
2 Sumba Timur 223 116 31,87
3 Kupang 373 663 63,35
4 Timor Tengah Selatan 415 660 105,31
5 Timor Tengah Utara 211 350 79,17
6 Belu 418 004 170,92
7 Alor 178 964 62,47
8 Lembata 104 440 82,47
9 Flores Timur 229 918 126,83
10 Sikka 277 627 160,30
11 Ende 238 040 116,31
12 Ngada 131 465 81,11
13 Manggarai 504 163 120,36
14 Rote Ndao 112 553 87,93
15 Manggarai Barat 201 129 68,24
16 Sumba Barat Daya 255 961 136,94
17 Sumba Tengah 58 964 40,80
18 Nagekeo 1 416,96 86,93
19 Manggarai Timur -- -
20 Kota Kupang 160,34 1 785,57
Sumber : NTT dalam Angka. 2008

2.6.2 Lapangan Kerja dan Tenaga Kerja


Dari hasil Sakernas 2007 diperoleh gambaran bahwa dari 2.810.310 penduduk NTT
yang berusia 15 tahun ke atas 74,28 % di antaranya merupakan angkatan kerja.
Angkatan kerja yang melakukan aktifitas bekerja sebanyak 96,28 %, dan sisanya 3,72
% aktif mencari pekerjaan. Untuk penduduk yang bekerja sebanyak 2.009.643 orang
pada tahun 2007, ternyata 675 716 orang (33,62%) di antaranya sebagai tenaga kerja
tidak dibayar. Pekerja tidak dibayar ini 68,97 % (466.025 orang) di antaranya adalah
perempuan.
Apabila diamati menurut lapangan pekerjaan utamanya, 68,53 % bekerja di sektor
pertanian, 8,89 % di sektor jasa kemasyarakatan, 8,23 % di sektor industry
pengolahan, 6,52 % di sektor perdagangan, dan rumah makan. Bekerja di sektor
bangunan serta sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi masing-masing sekitar
2 – 4 %, sementara untuk sektor-sektor lainnya kurang dari 0,8 %.

Laporan Akhir 2-5


Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2. 5 Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja


Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2007
No. Lapangan Kerja Banyaknya Pensentase
1 Pertanian, Kehutanan, Perekebunan, Perikanan 1.377.293 (%)
68,53
2 Pertambangan dan Penggalian 17.587 0,88
3 Industri Pengolahan 165.430 8,23
4 Listrik, Gas, Air 2.033 0,10
5 Bangunan 49.955 2,49
6 Perdagangan Besar dan Eceran, Rumah Makan 131.000 6,52
7 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 80.464 4,00
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan dan Bangunan 7.223 0,36
9 Jasa Kemasyarakatan 178.658 8,89
Jumlah 2.009.643 100,00
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

2.7 Aktifitas Ekonomi


2.7.1 Potensi Ekonomi
Pada kenyataannya keberhasilan pelaksanaan pembangunan diukur dari keterkaitan
antara sektor-sektor pembangunan itu sendiri, artinya kebijaksanaan yang menjadi
acuan program pembangunan dari masing-masing sektor keberadaannya sangat
menunjang antara sektor satu dengan sektor lain. Dari sektor ekonomi, pelaksanaan
pembangunan di Propinsi Nusa Tenggara Timur meliputi :
1. Bidang Pertanian
Produksi beberapa komoditi penting tanaman pangan di Propinsi NTT tahun2003–
2007 dapat diamati pada Tabel 2.6. Produksi padi (padi sawah dan padi ladang)
dalam bentuk gabah kering giling tahun 2006 sebesar 511,9 ribu ton turun
menjadi 505,6 ribu ton pada tahun 2007. Mengalami penurunan sejalan dengan
penurunan luas panen sekitar 6.455 hektar dari tahun sebelumnya (dari 173 .208
ha menjadi 166.753 ha). Komoditi kacang kedelai dan kacang tanah, pada tahun
2006 produksinya mencapai 2.786 ton dan 17.832 ton, pada tahun 2007 menurun
menjadi 1.561 ton dan 21.353 ton, sejalan dengan peningkatan luas panen pada
tahun 2007. Komoditi palawija lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan
kacang hijau juga mengalami peningkatan produksi.
Tabel 2. 6 Perkembangan Produksi Tanaman Pangan
di Nusa Tenggara Timur 2003 - 2007
No. Jenis Tanaman 2003 2004 2005 2006 2007
1 Padi 509.419 552.205 461.008 511.910 505.628
2 Jagung 583.355 622.812 552.439 582.964 514.360
3 Ubi Kayu 861.620 1.041.280 891.783 938.010 794.121
4 Ubi Jalar 86.692 126.406 99.748 111.006 102.375
5 Kacang Tanah 13.637 17.680 14.518 17.832 21.353
6 Kacang Kedelai 4.032 2.369 2.188 2.786 1.561
7 Kacang Hijau 20.135 19.896 16.695 19.354 20.802
8 Sorghum 3.728 5.863 3.449 6.002 4.663
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

2. Bidang Perkebunan
Beberapa komoditi hasil perkebunan yang cukup menonjol dihasilkan di NTT dan
hampir ada di setiap kabupaten adalah: kelapa, kopi, cengkeh, cokelat, jambu
mete, kemiri, kapuk, vanili dan pinang. Untuk tanaman kelapa walaupun dalam

Laporan Akhir 2-6


Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

beberapa tahun belakangan ini terserang hama penyakit, produksinya selama


tahun 2007 masih sebesar 53,21 ribu ton. Kopi selama
tahun 2007 menghasilkan 19,39 ribu ton,cengkeh 1,48 ribu ton, cokelat 11,76 ribu
ton,jambu mete 37,33 ribu ton, kemiri 20,97 ributon, kapuk 2,15 ribu ton, vanili
0,53 ton, dan pinang 6,90 ribu ton. Sedangkan untuk komoditi perkebunan
lainnya, produksinya. hanya di bawah 400 ton selama tahun 2007.
3. Bidang Perikanan
Propinsi NTT sebagai wilayah kepulauan memiliki kekayaan hasil laut yang cukup
besar. Berbagai jenis hasil laut yang dihasilkan seperti bermacam-macam jenis
ikan, udang, cumi-cumi, teripang, rumput laut, dan komoditas laut lainnya.
Produksi perikanan pada tahun 2007 sebesar 103,825,5 ton. Sekitar 101 217,1 ton
di antaranya atau sekitar 97,49 % merupakan hasil perikanan laut, dan selebihnya
sekitar 2,51 % merupakan hasil dari perikanan darat.

4. Bidang Peternakan
Populasi ternak besar di NTT pada tahun 2007 tercatat sapi sebanyak 555.383
ekor, kerbau 144.979 ekor dan kuda 102.256 ekor. Untuk populasi sapi sebagian
besar berada di Kabupaten Kupang dan TTS, sementara untuk kerbau dan kuda
sebagian besar berada di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Ngada,
Manggarai, Rote Ndao dan Manggrai Barat 5 Kehutanan Produksi kayu cendana di
NTT selama tahun 2006 sebesar 432,39 ton yang berasal dari 7 kabupaten yaitu:
TTS (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton), Sumba Barat (12,04
ton), Rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan terbesar di Kupang
(132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati
persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapaisekitar 11,724,000 m 3

5. Kehutanan
Produksi kayu cendana di NTT selama tahun 2006 sebesar 432,39 ton yang berasal
dari 7 kabupaten yaitu: TTS (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton),
Sumba Barat (12,04 ton), Rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan
terbesar di Kupang (132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol
adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapai sekitar
11,724,000 m3

2.7.2 Pertambangan
Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonoml wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur terlihat masih kecil. Jika dilihat dart potensi geologisnya, sebenarnya
di propinsi ini banyak mengandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan
galian seperti: logam mulia, logam dasar besi dan bahan galian industri seperti batu
kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan
kadamya masing-masing. Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya
beberapa telah dl lakukan eksploltasl.

2.7.3 Produk Domestik Regional Bruto


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator yang menggambarkan
keadaan perekonomian penduduk di suatu wilayah/daerah. Ukuran yang dapat

Laporan Akhir 2-7


Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

dihasilkan dari penghitungan PDRB antara lain adalah rata-rata pendapatan per
kapita, struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 14,810 trilyun rupiah pada tahun
2005 menjadi 16,904 trilyun rupiah pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi
19,137 trilyun rupiah pada tahun 2007. Sumbangan terbesar dalam PDRB tahun 2006
berasal dari sektor pertanian yakni sekitar 40,27 % (3,980 trilyun rupiah), sedangkan
sumbangan terendah dari sektor listrik, gas, dan air bersih yakni hanya 0,44 % (86,981
milyar rupiah). Bila diamati menurut kabupaten, PDRB harga berlaku terbesar adalah
di Kota Kupang, yakni 3,0 trilyun rupiah pada tahun 2007, kemudian disusul
Kabupaten Kupang sebesar 1,59 trilyun rupiah. Sedangkan kabupaten dengan PDRB
harga berlaku terendah adalah Kabupaten Lembata dengan nilai sebesar 0,24 trilyun
rupiah.
Walaupun PDRB harga berlaku meningkat dengan cukup tinggi yakni sebesar 14,17 %
pada tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa walaupun secara absolute rata-rata
pendapatan masyarakat meningkat namun daya beli dari pendapatan tersebut
menurun. Komposisi dari penggunaan PDRB NTT dalam kurun waktu 2003-2007 relatif
tidak mengalami perubahan.
Pada tahun 2003 pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di NTT mencapai 67,29%
dari seluruh PDRB, turun menjadi 61,31 % pada tahun 2004 dan pada tahun 2005,
meningkat menjadi 64,56 %, kemudian meningkat lagi menjadi 70,47% pada tahun
2006 dan peningkatan ini berlanjut sampai dengan tahun 2007, dimana pada tahun
2007 menjadi 72,05 %. Sekitar seperlima sampai seperempat bagian dari total PDRB
NTT setiap tahunnya digunakan untuk konsumsi pemerintah dengan kecenderungan
meningkat. Proporsi penggunaan PDRB untuk konsumsi pemerintah pada tahun 2003
sebesar 14,27 %, meningkat menjadi 18,54 % pada tahun 2004, meningkat menjadi
17,89 % pada tahun 2005, kemudian naik menjadi 19,75 % pada tahun 2006 dan 20,23
% pada tahun 2007.

Tabel 2. 7 Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur


menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga yang Berlaku
2005 - 2007
No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Pertanian, Kehutanan, Perekebunan, Perikanan 6.034.393.816 6.857.124.540 7.706.387.927
2 Pertambangan dan Penggalian 219.68.761 240.489.983 261.637.410
3 Industri Pengolahan 266.257.897 298.128.899 325.909.990
4 Listrik, Gas, Air 62.544.794 75.892.021 84.981.318
5 Bangunan 1.118.016.352 1.247.017.980 1.350.533.958
6 Perdagangan Besar dan Eceran, Rumah Makan 2.368.426.442 2.720.325.348 3.045.818.080
7 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 949.684.518 1.089.535.346 1.190.577.956
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan dan Bangunan 499.957.159 564.292.625 760.080.088
9 Jasa Kemasyarakatan 3.291.322.357 3.811.266.489 4.411.055.449
Jumlah 14.810.472.097 16.904.073.231 19.136.982.174
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

Tabel 2. 8 Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur


Laporan Akhir 2-8
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000


2005 2006 2007
No. Lapangan Usaha
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Pertanian, Kehutanan, Perekebunan, Perikanan 4.032.854.921 4.232.515.327 4.348.604.761
2 Pertambangan dan Penggalian 134.819.619 137.705.397 142.735.809
3 Industri Pengolahan 159.078.819 166.104.259 171.976.672
4 Listrik, Gas, Air Minum 40.400.540 41.225.928 42.723.993
5 Bangunan 676.520.537 683.939.282 703.718.267
6 Perdagangan Besar dan Eceran, Rumah Makan 1.596.434.879 1.694.723.315 1.779.835.401
7 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 670.156.527 719.288.866 777.622.468
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan dan Bangunan 306.225.129 314.628.278 391.254.339
9 Jasa Kemasyarakatan 2.250.817.546 2.378.374.243 2.543.932.731
Jumlah 9.867.308.518 10.368.504.895 10.902.404.441
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

2.7.4 Pariwisata
Kawasan pariwisata di NTT diprioritaskan untuk menarik wisatawan manca negara
dan wisatawan domestik yang memberikan kontribusi penghasilan terbesar di tingkat
provinsi maupun nasional. Pengembangan utama diprioritaskan bagi :
 Taman Nasional Pulau Komodo dan wilayah perairan laut sekitarnya;
 Wisata alam Danau Tiga Warna Kelimutu dan Wisata Pantai seperti : Taman Laut
17 Pulau Riung, Taman Laut Maumer (Sikka), Pantai Lasina (Kupang), Pantai Kuta
dan Baing (Sumba Timur), Pantai Rua Wanokaka (Sumba Barat), Pantai Pede
(Labuan Baji);
 Cagar Alam seperti Taman Wisata Camplong, Taman Wisata Danau Kelimutu.
Kawasan pariwisata di NTT secara spesifik belum ditentukan di dalam setiap
Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP).

2.8 Sistem Transportasi Nusa Tenggara Timur


Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Infrastruktur transportasi mencakup transportasi
jalan, perkeretaapian, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, transportasi laut
dan udara.
Simpul transportasi Tatrawil berdasarkan fungsi adalah sebagai pedoman untuk
pengembangan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang memfasilitasi
perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau kota wilayah/PKW dan dari
simpul atau kota wilayah/PKW ke simpul atau kota nasional atau sebaliknya. Yang
dimaksud dengan Kota wilayah/PKW adalah kota-kota yang memiliki keterkaitan
dengan beberapa kabupaten dalam satu propinsi, kota gerbang wilayah, kota-kota
pusat kegiatan ekonomi wilayah dan kota-kota yang memiliki dampak strategis
terhadap pengembangan wiayah propopinsi.
Simpul transportasi wilayah adalah titik temu (interface) antar jaringan prasarana
dan pelayanan dari semua moda transportasi yang ada, yang berfungsi sebagai pusat
perpindahan barang dan atau orang, sebagai pintu masuk (in-let) atau keluar (out-
let) barang dan atau orang serta mampu memfasilitasi alih moda (transshipment
point) dalam menunjang kelancaran dan kesinambungan pelayanan intra dan antar
moda transportasi yang melayani pergerakan yang bersifat wilayah atau antar
kabupaten/kota dan regional, yang meliputi :
Laporan Akhir 2-9
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

1. Transportasi jalan dengan simpul berupa terminal penumpang tipe B dan jaringan
jalan propinsi berupa jalan kolektor.
2. Transportasi kereta api dengan simpul berupa stasiun penumpang dan stasiun
barang pengumpan dan jaringan lintas cabang.
3. Transportasi sungai dan danau dengan simpul pelabuhan pengumpul dan jaringan
trayek tetap dan teratur pengumpan.
4. Transportasi penyeberangan dengan simpul berupa pelabuhan penyeberangan
lintas propinsi dan antar kota dan jaringan pelayanan angkutan penumpang dan
barang lintas penyeberangan antar propinsi dan lintas penyeberangan antar
kabupaten/kota.
5. Transportasi laut dengan simpul berupa pelabuhan umum regional, pelabuhan
khusus regional, jaringan dan trayek dalam negeri, trayek pengumpan dalam
negeri, dan trayek perintis dengan dukungan sarana dan prasarana keselamatan
pelayaran.
6. Transportasi udara dengan simpul berupa bandar udara.
Arah pengembangan transportasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
geografi, demografi dan sumberdaya alam. Dari sisi geografi indonesia terdiri dari
pulau-pulau besar dan kecil, dan pengembangan transportasi di arahkan untuk
penyediaan pelayanan yangdisesuaikan dengan karakteristik wilayah dalam bentuk
transportasi antar moda dalam pulau dan antar pulau. Untuk pulau-pulau besar,
pengembangan transportasi dalam pulau untuk angkutan antar kota diarahkan
mengintegrasikan dan mengkombinasikan moda yang ada sesuai dengan potensi
wilayah yaitu seperti transportasi udara, laut, sungai, danau dan penyberangan,
kereta api dan jalan, sedangkan untuk pulau kecil yang cenderung terbatas jaringan
prasarananya karena luas wilayah yang kecil dan tidak multi cities, pengembangan
transportasi dalam pulau diarahkan untuk mengoptimalkan integrasi dan kombinasi
antar moda transportasi laut, penyeberangan dan jalan.
Untuk pulau Bali dan Nusa Tenggara, jaringan transportasi penyeberanagan diarahkan
pada lintas penyeberangan antar pulau dan antar provinsi, dengan pulau Jawa dan
Sulawesi seperti ; Ketapang – Gilimanuk, Bima – Kupang, Padang Bai – Lembar,
Takalar – Bima, Tondoyono – Baturube. Serta pengembangan transportasi
penyeberangan dengan luar negeri seperti Kupang – Dili dan Kupang – Darwin.
Transportasi merupakan salah satu unsur pembentuk ruang dalam suatu wilayah.
Keberadaannya sangat mempengaruhi tatanan kehidupan manusia baik sekala lokal
maupun regional. Dalam konteks pembentukan ruang wilayah perlu diketahui struktur
jaringan transportasi eksisting. Dengan demikian akan akan dilihat bahwa simpul-
simpul kegiatan sosial ekonomi masyarakat akan membentuk struktur jaringan
transportasi yang akan membentuk suatu interaksi antar daerah yang sekaligus
mendorong usaha pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana jaringan transportasi.
Berdasarkan Tatrawil NTT, pola pengembangan jaringan transportasi di wilayah Nusa
Tenggara Timur menitik beratkan pada upaya:
 Menghubungkan ketempat yang masih terisolir, untuk meningkatkan distribusi
barang dari kantung-kantung produksi, dimana sebagian besar kantung-kantung
produksi berada di wilayah pedalaman yang sampai saat ini sistem tarnsportasinya
belum menjangkau secara optimal.
 Menunjang kegiatan ekspor dari wilayah Nusa Tenggara Timur baik dalam lingkup
regional, Nasional dan internasional. Serta dalam upaya mengejar ketertinggalan
dengan wilayah ataupun propinsi lainnya
Laporan Akhir 2 - 10
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

 Mengembangkan dan meningkatkan peranan sektor-sektor startegis dan dominan


dalam menunjang perekonomian wilayah Nusa Tenggara Timur yang meliputi
pertanian industri;
 Meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi antar kabupaten
 Meningkatkan aksesibiltas dengan meningkatkan prasarana transportasi ke
kantung-kantung produksi yang dirasakan masih terisolir.

2.8.1 Kebijakan dan Rencana Program Pengembangan Jaringan Transportasi


Pengembangan sistem prasarana transportasi wilayah mencakup strategi untuk :
 Pengembangan sistem jaringan transporatasi wilayah mencakup sistem jaringan
transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan
transportasi udara.
 Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada penjelasan di atas
mencakup jaringan jalan, jaringan transportasi jalan serta jaringan transportasi
penyeberangan.
 Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada penjelasan di atas
mencakup pelabuhan laut dan alur pelayaran.
 Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada penjelasan di atas
mencakup jaringan rute penerbangan yang membentuk suatu sistem angkutan
udara.

2.8.1.1 Kebijakan dan Rencana Program Pengembangan Jaringan


Transportasi Jalan
Dalam RTRWP NTT 2006 – 2020, pengembangan jaringan transportasi jalan meliputi :
 Jaringan jalan terdiri dari jaringan jalan arteri primer sebagai jalan Nasional, dan
jaringan kolektor primer sebagai jalan Propinsi serta jaringan jalan lokal primer
sebagai jalan Kabupaten/Kota.
 Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada point pertama meliputi
bagian dari sistem jalan Nasional yang menghubungkan ibukota-propinsi dan atau
PKN yang melewati Kota-kota ibukota kabupaten dan kabupaten pemekaran,
kawasan perbatasan negara dan kawasan strategis daerah dengan total panjang
2.398,98 km.
 Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada point pertama dengan
status jalan propinsi meliputi jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan
strategis dalam pulau dan atau antar kabupaten menuju ke jalan arteri primer
atau arteri sekunder.
 Jaringan jalan lokal primer dengan status sebagai jalan kabupaten/ kota
sebagaimana dimaksud pada point pertama meliputi jalan yang menghubungkan
pusat –pusat pertumbuhan dalam Pulau dan atau antar kabupaten yang menuju ke
jalan kolektor primer atau kolektor sekunder.
Jaringan transportasi jalan dikembangkan untuk mengakomodir keseluruhan jaringan
trayek angkutan orang dan jaringan lintas angkutan barang yang terletak pada sistem
jaringan jalan yang berperan sebagai akses intra moda dengan sistem jaringan

Laporan Akhir 2 - 11
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

transportasi penyeberangan, serta akses antar moda dengan sistem jaringan


transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.
Simpul jaringan transportasi jalan terdiri dari :
a. Terminal Penumpang Type A : Motaain, Lasiana, Labuan Bajo, Waikelo, Maumere
dan Waingapu.
b. Terminal Penumpang Type B : di setiap Kota dan Ibukota Kabupaten.
c. Terminal Penumpang Type C : di setiap Kecamatan yang tersebar di
Kabupaten/Kota.
d. Timbangan Jembatan : Nggorang, Watu Alo, Oesapa, Nunbaun Sabu, Motaain dan
Waikelo
e. Jaringan Trayek Angkutan Perkotaan;
f. Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan;
g. Jaringan Trayek Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi;
h. Jaringan Trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi;
i. Jaringan Trayek Angkutan Antar Lintas Batas Negara;
j. Jaringan Pelayanan Angkutan Tidak Dalam Trayek;
k. Jaringan Lintas Angkutan Barang;

2.1.9.2 Kondisi Angkutan Darat Provinsi Nusa Tenggara Timur


Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting guna memperlancar
kegiatan-kegiatan perekonomian. Pada tahun 2007 Propinsi NTT telah memiliki jalan
sepanjang 17.069,60 km. Panjang jalan di bawah wewenang negara 2.464,32 km,
yang menjadi wewenang propinsi 1.738,81 km, dan sisanya di bawah wewenang
kabupaten sepanjang 12.866,81 km. Jalan terpanjang terdapat di Kabupaten
Manggarai yaitu sekitar 13,27 % dari panjang jalan di seluruh NTT. Pada tahun 2007
jumlah kendaraan bermotor tercatat sebanyak 65.888 unit. Komposisi jenis
kendaraan pada tahun 2007 terdiri atas: 50.274 unit sepeda motor, jeep/sedan 7.344
unit, mikrobus, minibus dan sejenisnya 1.574 unit, truk, pick up, tangki, dan traktor
6.696 unit.

Tabel 2. 9 Panjang Jalan Tiap Kabupaten Menurut Status Jalan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2007
Jalan Jalan x)
No. Kabupaten Jalan Kabupaten Jumlah
Negara Propinsi
1 Sumba Barat 134.31 37.60 831.18 1003.09
2 Sumba Timur 151.53 165 1101.04 1417.57

Laporan Akhir 2 - 12
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

3 Kupang 182.98 170.88 1169.19 1523.05


Timor Tengah
4 Selatan 188.8 225.53 1157.9 1572.23
5 Timor Tengah Utara 120.01 74.04 800.3 994.35
6 Belu 179.46 66.83 678.43 924.72
7 Alor 104.2 63.57 832.03 999.8
8 Lembata 73.45 21 608.8 703.25
9 Flores Timur 138.64 137.41 577.38 853.43
10 Sikka 159.65 28.57 748.73 936.95
11 Endo 206.79 62.48 824.5 1093.77
12 Ngada 214.08 143.24 1218.05 1575.37
13 Manggarai *) 534.37 36 1695.38 2265.75
14 Rote Ndao 30.75 53.96 - 84.71
15 Manggarai Barat - 143.8 - 143.8
16 Sumba Barat Daya - 90.02 - 90.02
17 Sumba Tengah - 43.98 - 43.98
18 Nagekeo - 50.82 - 50.82
19 Manggarai Timur - 73 - 73
20 Kota Kupang 45 51.08 623.54 719.94
Jumlah 2464.32 1738.81 12866.45 17069.6
2006 1273.02 2939.21 12866.81 17079.04
Sumber : NTT dalam Angka, 2008
*)
Termasuk manggarai Barat
x)
Keadaan Tahun 2004
2.1.9.3 Kebijakan dan Rencana Program Pengembangan Jaringan Transportasi
Laut
Sistem jaringan transportasi laut berupa tatanan kepelabuhanan nasional dan
jaringan pelayaran angkutan laut. Tatanan Kepelabuhanan Nasional ditetapkan
berdasarkan hirarki, peran dan fungsi pelabuhan laut yang meliputi pelabuhan
internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
Adapun tatanan kepelabuhanan nasional yang dimaksud yaitu:
a. Pelabuhan Laut Internasional: Tenau.
b. Pelabuhan Laut Nasional : Ende, Kalabahi, Larantuka, Labuan Bajo, Reo, Ba’a,
Maritaing, Maumere, Waingapu, Atapupu, Waiwadan, Ippi, Seba, Naikliu dan Wini.
c. Pelabuhan Laut Regional : Baranusa, Komodo, Wuring, Papela Lewoleba,
Waiwerang, Marapokot, Aimere, Waikelo dan Paitoko.
d. Pelabuhan Laut Lokal: Biu, Batutua, Ndao, Kabir, Kolana, Balauring, Nangalili,
Robek, Maurole, Rua, Baing, Boking, Pulau Ende, Pulau Palue, Namosain, Naikliu,
Hansisi, Maumbawa, Mborong, Oelaba, Pulau Salura, Bina Tuka, Waiwole, Bari,
Tanariughu, Bakalang, Sulamu, Pulau Sukun, Pulau Pemana, Paga, Raijua, Rindi,
Mananga, Tabilota, Bitan, Bina Natun, Benda dan Nule.

Laporan Akhir 2 - 13
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Laporan Akhir 2 - 14
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Gambar 2. 2 Peta Jaringan Jalan Di Propinsi Nusa Tenggara Timur

Laporan Akhir 2 - 15
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

2.1.9.4 Kondisi Angkutan Laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur


NTT dengan lebih dari 40 pulau yang terpencil memerlukan sarana dan prasarana
angkutan/perhubungan laut yang memadai. Arus kunjungan kapal laut pada
pelabuhan laut di NTT selama tahun 2006 sebanyak 1.778.674 sama dengan jumlah
kapal laut yang berangkat. Kunjungan terbanyak terdapat di Kabupaten Kupang,
yakni sebanyak 1.031.980 kunjungan, diikuti oleh Kabupaten Maumere sebanyak
839 982 kunjungan. Penumpang yang naik di pelabuhan laut pada tahun 2007
sebanyak 842.827 penumpang. Penumpang yang turun tahun 2007 sebanyak
645.753 penumpang. Volume bongkar muat barang dan hewan pada setiap
pelabuhan laut paling menonjol di Pelabuhan Tenau Kupang. Barang yang
dibongkar pada tahun 2007 di pelabuhan Tenau sebanyak 447.957 ton, sedangkan
yang dimuat 237.951 ton. Hewan yang dibongkar - ekor, sementara yang dimuat
70.551 ekor.
Tabel 2. 10 Arus Kunjungan Kapal Laut pada Setiap Pelabuhan Laut
Tahun 2007
No. Pelabuhan Laut Kabupaten/Kota Datang Berangkat
1 Waikelo Sumba Barat 227 136598
2 Waingapu sumba Timur 540 435423
3 Tenau Kupang 3971 1031980
4 Wini Timor Tengah Utara 28 2048
5 Atapupu Belu 567 250316
6 Kalabahi Alor 85612 80326
7 Baranusa Alor/P.Pantar 6889 2468
8 Larantuka Flores Timur 5309 757049
9 Maumere Sikka 3377 829982
10 Ende/Ippi Ende 410 26183
11 Seba Sabu Kupang 247 82889
12 Ba'a Rote Ndao 294 152428
13 Marapokot Ngada/Mbay 71 16210
14 Reo Manggarai 299 176950
15 Labuan Bajo manggarai Barat 906 316578
Jumlah 16246 4323634
Tahun 2006 1778674 1778674
Sumber : NTT dalam Angka, 2008
Tabel 2. 11 Arus penumpang Kapal Laut pada setiap pelabuhan laut
Tahun 2006-2007
No. Pelabuhan Laut Naik Turun
2006 2007 2006 2007
1 Waikelo 61447 - 40971 -
2 Waingapu 232104 57206 221471 61097
3 Tenau 407202 266626 329772 251317
4 Wini 193 38 75 6
5 Atapupu 19800 2526 17856 3156
6 Kalabahi 194571 173074
7 Larantuka 643870 123406 630233 189004
8 Maumere 376261 316702 370915 47504
9 Ende/Ippi 170218 29897 164804 29525
10 Seba Sabu 7429 9798 6635 19731
11 Ba'a 7559 25722 5682 28899
12 Marapokot 20371 232 23796 188
13 Reo 50466 706 42153 602
14 Labuan Bajo 207486 9968 202918 14724
Jumlah 2398977 842827 2231355 645753

Laporan Akhir 2 - 16
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

2.8.1.2 Kebijakan dan Rencana Program Pengembangan Jaringan Transportasi


Sungai dan Penyeberangan
Jaringan lintas penyeberangan dikembangkan untuk menghubungkan jaringan jalan
yang terpisah oleh laut dan Tatanan Kepelabuhan Nasional. Jaringan lintas
penyeberangan yang dimaksud meliputi pelabuhan penyeberangan dan lintas
penyeberangan. Lokasi pelabuhan penyeberangan ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan berdasarkan Tatanan Kepelabuhan Nasional setelah mendapat
rekomendasi dari Gubernur wilayah Nusa Tenggara Timur meliputi :
a. Pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi dan antar negara: Labuan Bajo, Teluk
Gurita, Waikelo, Marapokot.
b. Pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota: Bolok, Waingapu, Aimere,
Ende, Larantuka, Kalabahi, Seba dan Pantai Baru.
c. Pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten/Kota.

2.1.9.6 Kondisi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan


Terjadi peningkatan arus kunjungan angkutan penyeberangan ferry pada
pelabuhan laut Bolok/Kupang (6.585 kunjungan) atau naik 128,28 % dibanding
tahun 2006. Hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlah penumpang
baik yang naik maupun yang turun. Pada tahun 2007 penumpang yang naik di
seluruh pelabuhan laut sebanyak 286 683 penumpang. Dari sejumlah itu, 131.198
di antaranya naik dari pelabuhan Bolok/Kupang. Sedangkan dari 266.682 yang
turun, 114.976 turun di pelabuhan yang sama.

Tabel 2. 12 Arus Kunjungan Angkutan Penyeberangan Ferry pada Setiap


Pelabuhan Penyeberangan Tahun 2003 - 2007
No. Pelabuhan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Penyebrangan
Kalabahi/Alor 1.140 556 573 23.423 26909
2 Waibalun/Flores Timur 315 472 486 13 511 15 170
3 Bolok/Kupang 1.802 2.928 3055 79.562 86.147
4 Pantai Baru/Rote 516 1.830 1885 22.699 22.385
5 Labuan Bajo/Manggarai 690 488 503
6 Aimere 216 222 11.471 12.224
7 Seba 216 104 14.101 14.779
8 Waingapu 324 154 5 812 6.945
9 Lewaleba 436 449 6.665 6.879
10 Teluk Gurita 108 111 949 6.879
11 Ende 436 462 1313
Jumlah 8010 8004 178193 192751
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

Laporan Akhir 2 - 17
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2. 13 Arus Penumpang Angkutan Penyeberangan Ferry


pada Setiap Pelabuhan Penyeberangan Tahun 2003 – 2007
No. Pelabuhan 2003 2004 2005 2006 2007
Naik
1 Kalabahi/Alor 35.959 188.973 194.642 29.688 27.865
2 Waibalun/Flores Timur 36.888 298.543 307.499 17.711 17.984
3 Bolok/Kupang 213.590 1.172.752 1.207 935 125.334 131.198
4 Pantai Baru/Rote 111.525 292.880 301.667 33.094 36.454
5 Labuan Bajo/Manggarai 9.678 79.453 81.836
6 Aimere 36.788 37.892 13.552 16.691
7 Seba 292.800 301.584 16.547 18.023
8 Waingapu 198.463 204.417 6.339 9.754
9 Lewaleba 118.921 122.489 9.909 8.699
10 Teluk Gurita 19.846 20.441 1.989 3.015
11 Ende 189.578 195.265
Jumlah 407.64 2.888.997 2.975.667 254.163 286.683
Turun
1 Kalabahi/Alor 55.963 167.843 172.878 27.412 25.933
2 Waibalun/Flores Timur 17.649 366.758 377.761 24.532 24 833
3 Bolok/Kupang 161.708 1.317.688 1.357.219 107.520 114 976
4 Pantai Baru/Rote 92.099 214.563 220.998 39.351 42 794
5 Labuan Bajo/Manggarai 12.418 82.358 84.829
6 Aimere 29.764 30.657 13.834 16.571
7 Seba 289.770 298.463 18.749 20.550
8 Waingapu 1.788.635 184.229 6.713 11.031
9 Lewaleba 98.769 101.732 11.179 7.719
10 Teluk Gurita 189.578 195.265 2.686 2.275
11 Ende 184.571 190.108
Jumlah 339.83 4.730.297 3.214.139 251.976 266.682
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

2.8.1.3 Kebijakan dan Rencana Program Pengembangan Jaringan Transportasi


Udara
Sistem jaringan transportasi udara meliputi Tatanan Bandar Udara dan Ruang Lalu
Lintas Udara. Adapun tatanan bandar udara terdiri dari bandar udara pusat
penyebaran skala primer, bandar udara pusat penyebaran skala sekunder, bandar
udara pusat penyebaran skala tersier, dan bandar udara bukan pusat penyebaran.

Bandar udara pusat penyebaran skala primer diarahkan untuk melayani


penumpang dalam jumlah besar dengan lingkup pelayanan nasional dan berfungsi
sebagai pintu utama untuk ke luar negeri. Bandar udara yang potensial sebagai
pintu utama menuju wilayah Australia dan Negara Pasifik yaitu Bandara El-Tari,
Kota Kupang.

Bandar udara pusat penyebaran skala sekunder diarahkan untuk melayani


penumpang dalam jumlah cukup besar dengan lingkup pelayanan nasional dan
beberapa Propinsi dan terhubungkan dengan fungsi pusat penyebaran skala primer
untuk pelayanan internasional.
Bandar udara yang potensial sebagai pintu menuju Propinsi lain secara langsung
yaitu:
a. Bandara Waioti – Maumere, Kabupaten Sikka.
b. Bandara Komodo – Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Laporan Akhir 2 - 18
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

c. Bandara Mauhau – Waingapu, Kabupaten Sumba Timur.


d. Bandara H. Aroeboesman , Kabupaten Ende.
Bandar udara pusat penyebaran skala tersier diarahkan untuk melayani
penumpang dalam jumlah sedang dengan lingkup pelayanan pada satu Propinsi
atau beberapa kabupaten dan terhubungkan dengan fungsi pusat penyebaran skala
sekunder dan pusat penyebaran skala primer untuk pelayanan internasional.
Bandar udara pusat penyebaran skala tersier sebagai jembatan udara dalam
wilayah :
a. Bandara Lekunik – Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao.
b. Bandara Terdamu – Pulau Sabu, Kabupaten Kupang.
c. Bandara Satartacik – Ruteng, sebagai bandar udara domestik lokal
d. Bandara Tambolaka – Waikabubak, sebagai bandar udara domestik regional
e. Bandara Haliwen – Belu, sebagai bandar udara domestik lokal.
f. Bandara Mali – Alor, sebagai bandar udara domestik lokal.
g. Bandara Gewayantana – Larantuka, sebagai bandar udara domestik lokal.
h. Bandara Wunopito – Lewoleba, Kabupaten Lembata.
i. Bandara Soa – Bajawa, Kabupaten Ngada.

2.1.9.8 Kondisi Angkutan Udara di Provinsi Nusa Tenggara Timur


Jumlah pesawat yang datang pada tahun 2007 tercatat sebanyak 8.253 unit,
mengalami peningkatan sebesar 33,59 % disbanding tahun 2006. Sementara jumlah
pesawat yang berangkat tercatat 8 253 unit pada tahun 2007, meningkat 33,59 %
bila dibandingkan dengan tahun 2006. Seperti halnya dengan kunjungan pesawat,
penumpang yang datang meningkat dari 210.097 orang pada tahun 2006 menjadi
320.844 orang pada tahun 2007. Sementara penumpang yang berangkat pada
tahun 2006 tercatat 238 845 orang, meningkat sekitar 57,37% dari tahun 2007.
Volume bongkar muat barang melalui pelabuhan udara di NTT tahun 2007
mengalami peningkatan. Sebanyak 3.924,68 ton volume bongkar barang, atau
meningkat sekitar 26,65 % dibanding tahun sebelumnya. Sementaravolume muat
barang pada tahun yang sama sebesar 3 648,95 ton, atau meningkat 42,51 %.

Tabel 2. 14 Arus Penumpang yang Datang dan Berangkat Lewat


Pelabuhan Udara Setiap Kabupaten 2006 – 2007
No. Kabupaten Nama Tahun 2007 Tahun 2008 Keterangan
Bandar Udara Dtg Brgkt Dtg Brgkt Transit
1 Sumba Barat Tambaloka 4296 4510 0 0 0 Tdk ada lap
2 Sumba Timur Mau Hau 19548 20927 21503 23020 19944
3 Kupang/Pulau Tardamu 588 543 0 0 0 Tdk ada lap
4 Sabu
Belu Haliwen 906 984 997 1082 0
5 Alor Mali 7402 7462 8142 8208 0
6 Lembata Wunopito 4520 3396 4972 3736 0
7 Fores Timur Gewayantana 2386 2444 2625 2688 0
8 Sikka Wai Oti 8245 8635 0 0 0 Tdk ada lap
9 Ende H.H Aroeboesman 26217 26260 28839 28886 13654

Laporan Akhir 2 - 19
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

No. Kabupaten Nama Tahun 2007 Tahun 2008 Keterangan


Bandar Udara Dtg Brgkt Dtg Brgkt Transit
10 Ngada So'a 1918 1911 2110 2102 46
11 Manggarai Frans sales Lega 5825 6311 6408 6964 1474
12 Manggarai Komoda 23645 24198 26010 26618 565
13 BaratNdao
Rote Lekunik 565 442 622 486 0
14 Kota Kupang El Tari 214783 237696 236261 261466 729
Sumber : NTT dalam Angka, 2008

2.9 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Alor


2.9.1 Letak Geografis
Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur
yang terletak di bagian timur laut. Kabupaten Alor terdiri dari tiga pulau besar dan
enam pulau kecil yang saat ini ada penghuninya. Secara astronomis, Kabupaten
Alor terletak antara:
o Timur : 125º - 48º Bujur Timur
o Barat : 123º - 48º Bujur Timur
o Utara : 8º - 6º Lintang Selatan
o Selatan : 8º - 36º Lintang Selatan.
Berdasarkan wilayahnya, batas-batas Kabupaten Alor adalah :
o Timur : Pulau-pulau di Maluku.
o Barat : Selat Lomblen Lembata
o Utara : Laut Flores
o Selatan : Selat Ombay dan Timor Leste

Adapun untuk lebih jelasnya, letak geografis dan gambaran daerah administrasi
Kabupaten Alor dapat dilihat pada Gambar 2.4

Laporan Akhir 2 - 20
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Gambar 2. 3 Pulau Alor

Wilayah Kabupaten Alor yang merupakan gugusan pulau besar dan kecil
berpenghuni maupun tidak, dengan struktur wilayah yang didominasi oleh
pegunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam, dan
di atas 60 persen wilayahnya memiliki tingkat kemiringan di atas 40 persen. Pada
beberapa bagian wilayah dataran tinggi merupakan daerah yang cocok untuk
pengembangan pertanian dan perkebunan karena memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi sedangkan daerah lereng dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan
hutan dengan pola terasering.
Morfologi Kabupaten Alor berupa dataran terdiri dari daratan pantai, daratan
alluvial, dataran rombakan koral dan daratan rombakan batuan gunung api.
Morfologi ini tersusun oleh batuan lunak bersifat lepas, urai dan belum padu
sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi. Kota Kalabahi, Mailelang,
Likuwantang, Lembur, Lembah Adagai, Taramana, Kiralela, Niakena, Kolana dan
Bukapiting (daratan pulau Alor) dan Kabir, Wailawar, Baranusa, Tude, Mauta,
Kayang, Marisa, (daratan pulau Pantar) terletak pada morfologi daratan pantai dan
daratan aluvial. Sedangkan morfologi bagian tengah Pulau Alor dan Pulau Pantar
berupa perbukitan yang tersusun oleh endapan rombakan gunung api berumur
tersier dan kuarter. Batuan ini sebagian besar lapuk, lepas, urai dan belum padu
sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya
longsoran.

Laporan Akhir 2 - 21
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

2.9.2 Luas Wilayah dan Jumlah Daerah Administrasi


Alor yang memiliki luas 2864.64 Km2 terdiri dari 17 Kecamatan. Secara geografis,
kondisi daerah ini merupakan daerah pegunungan tinggi yang dikelilingi oleh
lembah-lembah dan jurang-jurang. 63.94 % dari wilayah di Kabupaten Alor
merupakan daerah dengan kemiringan lebih dari 40o.

Tabel 2. 15 Luas Wilayah Kabupaten Alor menurut Kecamatan


Tahun 2007
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)
1 Pantar 110.84 3,87
2 Pantar Barat 66.92 2,34
3 Pantar Timur 124.46 4,34
4 Pantar Tengah 293.72 10,25
5 Pantar Barat Laut 158.59 5,54
6 Alor Barat Daya 438.81 15,32
7 Mataru 106.18 3,71
8 Alor Selatan 194.27 6,78
9 Alor Timur 576.42 20,12
10 Alor Timur Laut 199.26 6,96
11 Pureman 128.85 4,50
12 Teluk Mutiara 65.89 2,30
13 Kabola 76.73 2,68
14 Alor Barat Laut 104.85 3,66
15 Alor Tengah Utara 117.33 4,10
16 Lembur 73.99 2,58
17 Pulau Pura 27.53 0,96
Alor 2864.64 100
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008

2.9.3 Topografi
Apabila dilihat dari topografinya, 64 % wilayah Kabupaten Alor merupakan daerah
dengan kemiringan lebih daro 40 %. Daerah yang cukup datar dengan kemiringan
0-15 % di Kabupaten Alor memiliki luas sekitar 12,14 % dari keseluruhan wilayah
dan sisanya sebanyak 23,61% merupakan daerah dengan kemiringan antara 15-40%.

2.9.4 Iklim
Iklim yang tidak menentu di Kabupaten Alor merupakan masalah yang cukup
klasik. Dalam setahun musim penghujan relatif lebih pendek dari pada musim
kemarau. Pada tahun 2007 temperatur udara terendah adalah 20.2 º C yang
terjadi pada bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi adalah 33.3 º C pada bulan
November. Curah hujan tertinggi adalah 231.3 mm pada bulan Februari, lebih
rendah dari tahun sebelumnya. Semua ukuran adalah untuk kota Kalabahi, ibukota
Kabupaten Alor, yang dapat dijadikan gambaran umum untuk Kabupaten Alor.

2.9.5 Pemanfaatan Wilayah


Wilayah Kabupaten Flores Timur terdiri dari luas daratan sebesar 1.812,85 km
(31%) dan lautan sebesar 4.170,53 km2, Pulau Solor dan Pulau Adonara termasuk
dalam kabupaten ini. Pulau-pulau ini dipisahkan oleh laut dengan karakteristlk
wilayah pesisir yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Laporan Akhir 2 - 22
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Unit terkecil wilayah perencanaan dalam penyusunan kembali RTRW Kabupaten


Alor ini adalah kecamatan. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kabupaten Alor Tahun 1991 terdapat 6 (enam) kecamatan, tetapi
hingga akhir tahun 2005 telah terjadi pemekaran kecamatan sebanyak 17
(tujuhbelas) kecamatan. Ketujuhbelas kecamatan, luas dan karakteristiknya
disajikan dalam Tabel 2.24.

Tabel 2.24.
Luas Areal Unit-unit Perencanaan Berdasarkan RTRW Kabupaten Alor
Luas
No Unit % Karakteristik
(km2)
1 Pantar 135,84 4,74 Teletak di Pulau Pantar, berbatasan
dengan Laut Flores di bagian utara,
dominan wilayah pegunungan berupa
hutan lindung dan hutan produksi terbatas
2 Pantar Timur 128,46 4,50 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar, struktur wilayah merupakan yang
didominasi pegunungan dan sebagian kecil
dataran rendah pada daerah pesisir
3 Pantar Barat 60,54 2,11 Berada dalam Teluk Pantar, dominan
wilayah merupakan pedataran, memiliki
hutan lindung dan hutan produksi terbatas
4 Pantar Barat Daya 139,79 4,87 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar Barat, dominan wilayah dataran
tinggi dan pegunungan
5 Pantar Tengah 289,87 10,11 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Pantar Barat, dominan wilayah
pegunungan berupa hutan lindung dan
hutan produksi terbatas.

6 Alor Barat Daya 424,50 14,81 Sebagian kecil wilayah berada di pesisir
Teluk Kabola yang berhadapan dengan
kota Kalabahi, namun wilayah yang lebih
luas merupakan dataran tinggi dan
pegunungan sampai ke pantai selatan
(Selat Ombay) dengan dominan hutan
produksi dan hutan lindung
7 Mataru 120,50 4,21 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Barat Daya, yang dataran rendahnya
berada pada pesisir selatan Pulau Alor,
yang memiliki struktur wilayah sama
dengan kecamatan induk.
8 Alor Selatan 227,02 7,92 Dominan wilayah merupakan kawasan
hutan dan hutan produksi, terletak di
daerah pegunungan, dataran tinggi dan
pesisir.
9 Alor Timur 576,42 20,12 Berbatasan dengan Republik Demokratic
Timur Leste (RDTL) di sebelah Selatan dan
kepulauan Maluku Tenggara Barat di
sebelah Timur, dengan struktur wilayah
dominan pada dataran tinggi dan
pegunungan.
10 Pureman 128,85 4,50 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Timur, berada pada posisi selatan
Pulau Alor, berbatasan laut dengan RDTL,
struktur wilayahnya merupakan daerah
pegunungan dengan wilayah pantai yang
terjal.
11 Alor Timur Laut 199,27 6,96 Merupakan wilayah pesisir dan dataran
tinggi dan menjadi pusat gempa tahun

Laporan Akhir 2 - 23
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Luas
No Unit % Karakteristik
(km2)
2004
12 Teluk Mutiara 57,10 1,99 Kawasan perkotaan, ibukota kabupaten
yang berbatasan dengan Pegunungan
Kabola di sebelah utara dan Teluk Kabola
di bagian selatan.
13 Kabola 80,79 2,82 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Barat
Laut, wilayah merupakan hutan lindung
dan hutan produksi terbatas
14 Alor Barat Laut 118,56 4,14 Terletak pada pesisir barat Pulau Alor,
wilayahnya merupakan perpaduan antara
pegunungan dan pedataran, dominan
merupakan hutan produksi terbatas
14 Pulau Pura 27,53 0,97 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Barat Laut yang wilayahnya terdapat
pada satu pulau
16 Alor Tengah Utara 69,11 2,41 Dominan wilayah merupakan pedataran,
terdapat hutan lindung dan hutan
produksi terbatas pada wilayah
pegunungan
17 Lembur 80,49 2,81 Merupakan pemekaran dari Kecamatan
Alor Tengah Utara, dominan wilayah
merupakan daerah pegunungan yang
diliputi oleh hutan lindung dan hutan
produksi
Jumlah 2.864,64
Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka, Tahun 2006

2.9.6 Demografi
2.2.6.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Alor berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
2007 adalah 178.964 jiwa, 89.416 orang laki–laki dan 89.548 orang perempuan.
Rasio Jenis Kelamin pada tahun 2007 adalah sebesar 1.001 artinya bahwa
jumlahpenduduk laki-laki sedikit lebih kecil dari penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Alor adalah 62 orang per Km². Kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Teluk Mutiara yaitu 624 orang per
Km² dan yang terendah adalah Alor Timur dengan kepadatan penduduk 12 orang
per Km². Nilai Dependency Ratio (DR) atau Angka beban ketergantungan untuk
Kabupaten Alor pada tahun 2007 adalah 71.06 % yang berarti bahwa 100 penduduk
usia produktif (15-64 tahun) menanggung beban 71 penduduk usia tidak produktif
(15< atau 64>). Nilai Youth Dependency Ratio (YDR) adalah 64.19 % yang berarti
bahwa 100 penduduk usia produktif menanggung beban 64 penduduk usia 14 tahun
kebawah dan nilai Old Dependency Ratio (ODR) adalah sebesar 6.87 % yang berarti
100 penduduk usia produktif menanggung 7 orang penduduk 65 tahun keatas.

Laporan Akhir 2 - 24
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.2.5 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk


Tahun 2007
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
(jiwa) (Km/Jiwa)
1 Pantar 110.84 8129 73
2 Pantar Barat 66.92 6004 90
3 Pantar Timur 124.46 11377 91
4 Pantar Tengah 293.72 4265 15
5 Pantar Barat Laut 158.59 9419 59
6 Alor Barat Daya 438.81 19262 44
7 Mataru 106.18 5818 55
8 Alor Selatan 194.27 8991 46
9 Alor Timur 576.42 6790 12
10 Alor Timur Laut 199.26 7902 40
11 Pureman 128.85 3103 24
12 Teluk Mutiara 65.89 41128 624
13 Kabola 76.73 7041 92
14 Alor Barat Laut 104.85 19541 186
15 Alor Tengah Utara 117.33 10852 92
16 Lembur 73.99 3871 52
17 Pulau Pura 27.53 5472 199
Alor 2864.64 178964 62
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008

2.2.6.2 Lapangan Kerja dan Tenaga Kerja


Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional jumlah angkatan kerja di Alor adalah
sebanyak 76.39 % dari seluruh penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Ini berarti
bahwa sebanyak 23.61 % penduduk usia kerja adalah bukan angkatan kerja.
Mereka adalah penduduk yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan
lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 95.71 % dari total jumlah
angkatan kerja atau sebesar 73.11 % dari seluruh penduduk berusia 15 tahun
keatas. 4.29 % dari jumlah angkatan kerja dan 26.89 % dari seluruh penduduk
berusia 15 tahun keatas adalah orang yang mencari pekerjaan atau yang biasa
disebut penganggur dan dapat juga disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK).
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional jumlah angkatan kerja di Alor adalah
sebanyak 76.39 % dari seluruh penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Ini berarti
bahwa sebanyak 23.61 % penduduk usia kerja adalah bukan angkatan kerja.
Mereka adalah penduduk yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan
lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 95.71 % dari total jumlah
angkatan kerja atau sebesar 73.11 % dari seluruh penduduk berusia 15 tahun
keatas. 4.29 % dari jumlah angkatan kerja dan 26.89 % dari seluruh penduduk
berusia 15 tahun keatas adalah orang yang mencari pekerjaan atau yang biasa
disebut penganggur dan dapat juga disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK).
Jenis pekerjaan utama yang ada di Kabupaten Alor yaitu sebanyak 8 jenis dan
jumlah terbesar adalah Tenaga Usaha Pertanian sebesar 67.72 % dari seluruh
jumlah tenaga kerja.

Laporan Akhir 2 - 25
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2. 26
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007
No. Lapangan Usaha Jumlah
1 Primer 56.043
2 Sekunder 12.296
3 Tersier 19.347
4 Lainnya -
Alor 87.686
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008
Keterangan :
Primer = Pertanian
Sekunder = Pertambangan/penggalian; Industri; Listrik, Gas dan Air;
dan konstruksi
Tersier = Perdagangan; Angkutan; Keuangan; dan Jasa

Kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Alor Tahun 2005 adalah 61 jiwa per
kilometer persegi. Kecamatan yang paling banyak dihuni di Kabupaten Alor yaitu
Kecamatan Teluk Mutiara dengan jumlah penduduk 39.405 jiwa. Dengan luas
wilayah 57,10 kilometer persegi, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 690
jiwa per kilometer persegi dengan proporsi 22,57 persen penduduk Kabupaten Alor
bermukim di Kecamatan Teluk Mutiara. Kecamatan Teluk Mutiara dengan luas
yang terbatas namun memiliki jumlah penduduk terbesar dengan tingkat
kepadatan tertinggi. Hal ini disebabkan karena Kota Kalabahi, yang berperan
sebagai Ibukota Kabupaten Alor berada pada kecamatan ini.

Tabel 2.27
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Alor Menurut Kecamatan Tahun 2005
Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2) Proporsi (%)
Penduduk Per Km2
1 Pantar 135.84 7,990 59 4.58
2 Pantar Timur 128.46 11,350 88 6.50
3 Pantar Barat 60.54 5,825 96 3.34
4 Pantar Barat Laut 139.79 4,027 29 2.31
5 Pantar Tengah 289.87 9,281 32 5.32
6 Alor Barat Daya 424.50 19,042 45 10.91
7 Mataru 120.50 5,502 46 3.15
8 Alor Selatan 227.02 8,338 37 4.78
9 Alor Timur 576.42 6,736 12 3.86
10 Pureman 128.85 3,068 24 1.76
11 Alor Timur Laut 199.27 7,744 65 4.44
12 Teluk Mutiara 57.10 39,405 690 22.57
13 Kabola 80.79 6,724 83 3.85
14 Alor Barat Laut 118.56 19,328 163 11.07
15 Pulau Pura 27.53 5,405 196 3.10
16 Alor Tengah Utara 69.11 11,028 160 6.32
17 Lembur 80.49 3,815 47 2.18
Jumlah/ Total 2864.64 174,608 61 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Alor dalam Angka, Tahun 2006

Laporan Akhir 2 - 26
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

2.2.6.3 Pertumbuhan dan Proyeksi Jumlah Penduduk


Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan
maupun penurunannya. Pertumbuhan penduduk ini menjadi faktor penting dalam
menghitung proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Alor 10 tahun ke depan.
Sementara itu proyeksi jumlah penduduk, akan menjadi referensi dan acuan bagi
pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas pendukung bagi masyarakat.
Penghitungan proyeksi penduduk Kabupaten Alor menggunakan formulasi :

Sebagai data dasar digunakan jumlah penduduk pada tahun 2005. Penghitungan
proyeksi penduduk didasarkan pada kecamatan sebagai unit perencaanan terkecil.
Nilai pertumbuhan penduduk (r), merupakan rata-rata pertumbuhan yang dihitung
dari setiap kecamatan dan menggunakan data penduduk dari tahun 2000 – 2005.
Untuk kecamatan pemekaran, pertumbuhan penduduk menggunakan kecamatan
induk. Angka rata-rata pertumbuhan penduduk untuk setiap tahun berdasarkan
data penduduk pada periode tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.28.
Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun di Kabupaten Alor untuk periode 2000
- 2005 tergolong rendah yaitu 1,48 persen. Angka pertumbuhan ini merupakan
angka rata-rata yang dihasilkan dari penjumlahan pertumbuhan setiap tahun
antara tahun 2000 – 2005 yang kemudian dibagi dengan jumlah tahun pada periode
tersebut. Dengan mengasumsikan pertumbuhan akan tetap sebesar 1,48 persen
per tahun, maka proyeksi penduduk Kabupaten Alor pada tahun 2026 adalah
196.912 jiwa. Jumlah ini meningkat 12,77 persen dari jumlah penduduk Kabupaten
Alor pada tahun 2005.

Laporan Akhir 2 - 27
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.28
Rata - Rata Pertumbuhan penduduk setiap Kecamatan di
Kabupaten Alor pada periode tahun 2000 – 2005
No Kecamatan Pertumbuhan Penduduk/r (%)
1 Pantar 0,078%
2 Pantar Timur 0,078%
3 Pantar Barat 1,524%
4 Pantar Barat Daya 1,524%
5 Pantar Tengah 1,524%
6 Alor Barat Daya 0,409%
7 Mataru 0,409%
8 Alor Selatan 2,816%
9 Alor Timur 0,741%
10 Pureman 0,741%
11 Alor Timur Laut 0,507%
12 Teluk Mutiara 0,229%
13 Kabola 0,731%
14 Alor Barat Laut 1,243%
15 Pulau Pura 1,243%
16 Alor Tengah Utara 1,385%
17 Lembur 1,385%
Kabupaten Alor 0,975%

Sumber : Hasil Analisis, 2006

Dalam periode 2000 – 2005, kecamatan yang paling tinggi pertumbuhan


penduduknya adalah Kecamatan Alor Tengah Utara dengan nilai pertumbuhan
penduduk 6,385 persen sedangkan kecamatan dengan pertumbuhan terkecil
adalah Kecamatan Alor Timur Laut dengan nilai pertumbuhan penduduk -0,507
persen. Penurunan ini diakibatkan oleh migrasi lokal penduduk dan pemekaran
kecamatan yang mengakibatkan jumlah penduduk kecamatan induk berkurang.
Proyeksi kepadatan penduduk Alor pada Tahun 2026 adalah 69 jiwa per kilometer
persegi. Angka kepadatan penduduk ini meningkat 10,29 persen dari kepadatan
Alor pada tahun 2005. Kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Teluk
Mutiara dengan kepadatan 675 jiwa per kilometer persegi, sedangkan kecamatan
dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Alor Timur dengan
angka kepadatan penduduk 13 jiwa per kilometer persegi. Adapun proyeksi jumlah
penduduk pada tahun 2026, diurut dari kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar adalah Teluk Mutiara, Alor Barat Laut, Alor Tengah Utara, Pantar, Alor
Barat Daya, Alor Selatan, Pantar Barat, Alor Timur Laut dan Alor Timur (lihat tabel
2.29).

Laporan Akhir 2 - 28
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.29
Proyeksi Penduduk Kabupaten Alor menurut Kecamatan
Tahun 2006-2026
N Tahun Proyeksi
Kecamatan
o 2005*) 2006 2007 2008 2009 2010
7.99 8.00
1 Pantar 7.990 8.009 8.015 8.021
6 2
11.35 11.36
2 Pantar Timur 11.350 11.377 11.385 11.394
9 8
5.91 6.00
3 Pantar Barat 5.825 6.095 6.188 6.283
4 4
4 Pantar Barat Laut 4.027 4.088 4.151 4.214 4.278 4.343
5 Pantar Tengah 9.281 9.422 9.566 9.712 9.860 10.010
6 Alor Barat Daya 19.042 19.120 19.198 19.277 19.355 19.435
7 Mataru 5.502 5.525 5.547 5.570 5.593 5.615
8 Alor Selatan 8.338 8.573 8.814 9.062 9.318 9.580
9 Alor Timur 6.736 6.786 6.836 6.887 6.938 6.989
10 Pureman 3.068 3.091 3.114 3.137 3.160 3.183
11 Alor Timur Laut 7.744 7.783 7.823 7.862 7.902 7.942
12 Alor Tengah Utara 11.028 11.181 11.336 11.493 11.652 11.813
13 Lembur 3.815 3.868 3.921 3.976 4.031 4.087
14 Teluk Mutiara 39.405 39.495 39.586 39.676 39.767 39.858
15 Kabola 6.724 6.773 6.823 6.873 6.923 6.973
16 Alor Barat Laut 19.328 19.568 19.811 20.058 20.307 20.559
17 Pulau Pura 5.405 5.472 5.540 5.609 5.679 5.749
Kabupaten Alor 174.608 176.014 177.440 178.885 180.351 181.837

Lanjutan ……..
Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pantar 8.027 8.034 8.040 8.046 8.053
2 Pantar Timur 11.403 11.412 11.421 11.430 11.439
3 Pantar Barat 6.378 6.476 6.574 6.674 6.776
4 Pantar Barat Laut 4.410 4.477 4.545 4.614 4.685
5 Pantar Tengah 10.163 10.318 10.475 10.634 10.796
6 Alor Barat Daya 19.514 19.594 19.674 19.755 19.835
7 Mataru 5.638 5.661 5.685 5.708 5.731
8 Alor Selatan 9.850 10.127 10.412 10.706 11.007
9 Alor Timur 7.041 7.093 7.146 7.199 7.252
10 Pureman 3.207 3.231 3.255 3.279 3.303
11 Alor Timur Laut 7.983 8.023 8.064 8.105 8.146
12 Alor Tengah Utara 11.977 12.143 12.311 12.481 12.654
13 Lembur 4.143 4.201 4.259 4.318 4.378
14 Teluk Mutiara 39.950 40.041 40.133 40.225 40.317
15 Kabola 7.024 7.076 7.127 7.180 7.232
16 Alor Barat Laut 20.815 21.074 21.336 21.601 21.869
17 Pulau Pura 5.821 5.893 5.966 6.041 6.116
Kabupaten Alor 183.344 184.872 186.422 187.994 189.589

Laporan Akhir 2 - 29
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Pantar 8.057 8.063 8.069 8.076 8.082
2 Pantar Timur 11.391 11.400 11.409 11.418 11.427
3 Pantar Barat 6.767 6.870 6.975 7.081 7.189
4 Pantar Barat Laut 4.510 4.579 4.649 4.720 4.792
5 Pantar Tengah 10.627 10.789 10.953 11.120 11.290
6 Alor Barat Daya 19.805 19.886 19.967 20.049 20.131
7 Mataru 5.651 5.674 5.697 5.721 5.744
8 Alor Selatan 11.935 12.271 12.616 12.971 13.337
9 Alor Timur 7.290 7.344 7.398 7.453 7.508
10 Pureman 3.339 3.364 3.389 3.414 3.440
11 Alor Timur Laut 7.988 8.029 8.069 8.110 8.151
12 Alor Tengah Utara 11.602 11.763 11.926 12.091 12.258
13 Lembur 4.424 4.485 4.548 4.611 4.674
14 Teluk Mutiara 39.702 39.793 39.885 39.976 40.067
15 Kabola 7.039 7.090 7.142 7.194 7.247
16 Alor Barat Laut 21.237 21.501 21.769 22.039 22.313
17 Pulau Pura 6.121 6.197 6.274 6.352 6.431
194.41
Kabupaten Alor 189.502 191.116 192.753 196.101
5

Lanjutan..........
Tahun Proyeksi
No Kecamatan
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 Pantar 8.088 8.095 8.101 8.107 8.114 8.120
2 Pantar Timur 11.436 11.445 11.454 11.463 11.471 11.480
3 Pantar Barat 7.299 7.410 7.523 7.638 7.754 7.872
4 Pantar Barat Laut 4.865 4.939 5.014 5.090 5.168 5.247
5 Pantar Tengah 11.462 11.636 11.814 11.994 12.176 12.362
6 Alor Barat Daya 20.213 20.296 20.379 20.462 20.546 20.630
7 Mataru 5.768 5.791 5.815 5.839 5.863 5.887
8 Alor Selatan 13.712 14.098 14.495 14.904 15.323 15.755
9 Alor Timur 7.564 7.620 7.676 7.733 7.790 7.848
10 Pureman 3.465 3.491 3.517 3.543 3.569 3.595
11 Alor Timur Laut 8.193 8.234 8.276 8.318 8.360 8.403
12 Alor Tengah Utara 12.428 12.600 12.775 12.952 13.131 13.313
13 Lembur 4.739 4.805 4.871 4.939 5.007 5.077
14 Teluk Mutiara 40.159 40.251 40.343 40.436 40.528 40.621
15 Kabola 7.300 7.353 7.407 7.461 7.516 7.571
16 Alor Barat Laut 22.591 22.871 23.156 23.443 23.735 24.030
17 Pulau Pura 6.511 6.592 6.674 6.756 6.840 6.925
197.52 199.28 201.07 202.89
Kabupaten Alor 204.735
195.791 7 9 7 2

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2006


*) Penduduk Tahun Dasar

2.2.6.4 Mata Pencaharian Penduduk

Laporan Akhir 2 - 30
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Berdasarkan data tahun 2005, mayoritas penduduk Kabupaten Alor


bermatapencaharian sebagai petani. Dari distribusi tenaga kerja terhadap
lapangan kerja utama yang ada di Kabupaten Alor, sektor pertanian adalah yang
paling tinggi menyerap tenaga kerja dengan persentase 64,25 persen. Sedangkan
sektor lainnya berturut-turut adalah jasa 12,98 persen; perdagangan 7,66 persen;
industri pengolahan 6,69 persen; pertambangan dan penggalian 3,19 persen;
Transportasi dan Komunikasi 3,13 persen; Konstruksi 1,59 persen; keuangan 0,34
persen; dan Listrik 0,17 persen.
Berbeda dengan jumlah penduduk yang mayoritas adalah perempuan dengan
angka rasio 0,96, untuk jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan
pekerjaan utama didominasi oleh laki-laki dengan angka rasio 1,29 atau 57,98
persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Jumlah ini menunjukkan bahwa laki-
laki masih menjadi tumpuan dalam mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan
keluarga (lihat Tabel 2.30).
Apabila dilihat dari struktur penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Alor maka
dapat dikatakan bahwa pola ketenagakerjaan dimasa datang masih tetap
berorientasi pada sektor pertanian. Apabila kebijakan pembangunan ekonomi
diarahkan kepada sektor lain, maka akan timbul keseimbangan dan saling
mendukung dalam menciptakan perekonomian yang tangguh sehingga akan lebih
banyak dalam penyerapan tenaga kerja. Pencapaian ini memerlukan fokus yang
lebih serius dalam waktu yang lebih lama.

Tabel 2.30
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005
No Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 27.657 19.219 46.876


2 Pertambangan & Penggalian 1.409 915 2.324
3 Industri Pengolahan 734 4.418 4.884
4 Listrik 122 - 122
5 Konstruksi 1.163 - 1.163
6 Perdagangan 2.061 3.351 5.592
7 Transportasi & Komunikasi 2.283 - 2.283
8 Keuangan 248 - 248
9 Jasa 6.625 2.846 9.471
10 Lainnya - - -
TOTAL 42.302 30.659 72.961

Sumber : BPS Kabupaten Alor dalam Angka, Tahun 2006

2.2.6.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Laporan Akhir 2 - 31
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Jumlah sekolah di Kabupaten Alor antara lain 48 TK yang menyebar di setiap


Kecamatan di Kabupaten Alor, 218 SD, 36 SLTP dan 14 SLTA baik negeri maupun
swasta. Selain itu terdapat juga 2 Universitas Swasta di Kabupaten Alor.
Rasio antar jumlah Murid dengan jumlah Guru untuk TK 11,82 yang berarti seorang
Guru mengajar kurang lebih 12 orang Murid. Rasio jumlah Murid dengan jumlah
Guru untuk SD adalah 16,05, untuk SLTP adalah 15,49, dan SLTA sebesar 14,62.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, dari 134.020 orang
penduduk berumur 10 tahun keatas di Kabupaten Alor, terdapat 9.353 orang
penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak atau belum pernah sekolah, dimana
penduduk laki-laki sebanyak 2.692 orang sedangkan perempuan sebanyak 6.661
orang menurut status sekolahnya. Jumlah penduduk yang tidak bersekolah lagi
menurut status sekolahnya sebanyak 91.888 orang yang terdiri dari 46.933 laki-laki
dan 44.955 perempuan. Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang sekolah di SD
adalah 14.995 orang yang terdiri dari 7.962 laki-laki dan 7.033 perempuan, di SLTP
sebanyak 10.165 orang yaitu 5.485 laki-laki dan 4.680 perempuan. Sedangkan yang
masih sekolah di SLTA sebanyak 6.255 orang yang terdiri dari 3.466 laki-laki dan
2.789 perempuan dan di universitas sebanyak 1.364 orang terdiri dari 679 laki–laki
dan 685 perempuan (lihat Tabel 2.31).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005 penduduk berumur 10 tahun keatas yang
tidak pernah sekolah atau yang tidak atau belum mempunyai ijazah sebanyak
41.187 orang atau sekitar 28,59 persen dari seluruh penduduk berumur 10 tahun
keatas yang berada di Kabupaten Alor. Kondisi ini menggambarkan bahwa terdapat
28,59 persen penduduk yang perlu mendapat perhatian terutama pada aspek
peningkatan kualitas SDM, sehingga dapat menyerap berbagai kemajuan di bidang
pembangunan lainnya.

Tabel 2.31
Perkembangan Pengembangan Pendidikan
Di Kabupaten Alor, Tahun 2005
No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1 Tidak/ belum tamat SD/MI 18,669 22,518 41,187 28.59


2 Tamat SD Sederajat 24,982 26,208 51,190 35.54
3 Tamat SLTP Sederajat 10,033 20,369 30,402 21.11
4 Tamat SMU Sederajat 7,168 4,454 11,622 8.07
5 Tamat SMK Sederajat 2,777 1,972 4,749 3.30
6 Tamat Diploma I – II 738 486 1,224 0.85
7 Tamat Diploma III 813 437 1,250 0.87
8 Tamat D IV/ Universitas 1,734 685 2,419 1.68
Jumlah 66,914 77,129 144,043 100

Sumber: BPS Kabupaten Alor dalam Angka, Tahun 2006

Kinerja pembangunan pendidikan juga ditentukan oleh kemampuan literasi


penduduk. Kondisi sampai dengan tahun 2005 ditunjukan dengan gambaran
sebagaimana terdapat dalam Tabel 4.8 dibawah ini. Penduduk usia 10 tahun ke

Laporan Akhir 2 - 32
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

atas yang memiliki kemampuan dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya sebesar 92,02 persen sedangkan yang tidak memiliki kemampuan membaca
dan menulis huruf latin dan huruf lainnya (buta huruf) sebesar 7,98 persen. Dari
kondisi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki. Kondisi ini perlu diperbaiki terutama dalam rangka
pengembangan kualitas SDM di Kabupaten Alor.

2.9.7 Aktifitas Ekonomi


2.2.7.1 Potensi Ekonomi
Sebagian besar penduduk Kabupaten Alor tinggal di daerah perdesaan dan bekerja
pada sektor pertanian, karena itu sektor pertanian merupakan sektor yang cukup
mempunyai peran penting dalam struktur perekonomian di Kabupaten Alor. Hal ini
ditunjukkan pada distribusi %tase PDRB Alor atas dasar harga berlaku yang
memperlihatkan kontribusi sektor Pertanian paling dominan dalam pembentukan
PDRB Alor tahun 2007 sebesar 36,10 %.

Pertanian
1. Pertanian
Produksi tanaman pangan di Kabupaten Alor pada tahun 2007 antara lain, padi
sebanyak 11.954,300 ton, jagungbsebanyak 12.987,300 ton, ubi kayu
17.801,60 ton, ubi jalar 1.798,400 ton, kacang tanah 94,000 ton, kacang hijau
2,800 ton, dan kacang kedelai sebanyak 212,800 ton.
2. Perkebunan
Produksi perkebunan untuk Kabupaten Alor berturut-turut adalah kelapa
sebanyak 930,94 ton, kopi sebanyak 17,664 ton, kapuk 109,11 ton, jambu
mente 1468,97 ton, cengkeh 26,47 ton, kemiri 3060,42 ton, pinang 88,90 ton,
vanili sebanyak 50,65 ton, kakao 1,19 ton, pala sebanyak 0,24 ton dan lada
0,075 ton.
3. Kehutanan
Luas hutan di Kabupaten Alor adalah 103.818,90 Ha yang terdiri atas Hutan
Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Kawasan
Konservasi. Pohon cendana hanya ada di 5 kecamatan di Kabupaten Alor,
yaitu Alor Barat Daya dengan luas 90 Ha, Alor Selatan 5 Ha, Alor Timur Laut 5
Ha, and Alor Barat Laut 87 Ha.
4. Peternakan
Populasi ternak besar yang terbanyak di Kabupaten Alor untuk tahun 2007
adalah peternakan sapi dan disusul oleh peternakan kuda dan peternakan
kerbau. Populasi terbesar untuk ternak kecil berturut-turut adalah babi,
kambing, rusa, dan domba.
5. Perikanan

Laporan Akhir 2 - 33
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Sektor perikanan tahun 2007 di Kabupaten Alor mengalami peningkatan


jumlah produksi jika dibandingkan dengan tahun 2006. Perikanan laut
mengalami penurunan dari 19.366,60 ton menjadi 15.585,60.

2.9.7.1 Produk Domestik Regional Bruto


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indicator makro
ekonomi yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi pada suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu. Data PDRB ini dapat memberikan gambaran tentang
tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh maupun sektoral,
gambaran struktur ekonomi daerah, potensi ekonomi suatu daerah, tingkat
fluktuasi harga yang terjadi di suatu daerah dan perkembangan pendapatan
regional per kapita.
PDRB pada tahun 2007 secara umum meningkat jika dibandingkan pada tahun 2006
dengan tahun dasar 2000. Tapi pada tahun ini terjadi peningkatan dari sektor
pertanian walaupun jumlahnya masih lebih kecil dibanding dua tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan. Jika dibandingkan dengan tahun 2000 PDRB Alor meningkat sebesar 5.69
% namun terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2005.

Tabel 2. 32 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Alor


Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha
No 2005 2006 2007
Lapangan Usaha
. (Rp) (Rp) (Rp)
1 Pertanian, Kehutanan, Perekebunan, Perikanan 108.072.827 113.679.278 135.768.816
2 Pertambangan dan Penggalian 7.080.853 6.520.510 5.339.958
3 Industri Pengolahan 5.361.662 5.788.654 7.000.600
4 Listrik, Gas, Air Minum 1.420.538 3.276.667 2.610.321
5 Bangunan dan Konstruksi 29.700.000 28.640.488 25.965.409
6 Perdagangan Besar dan Eceran, Rumah Makan 46.349.409 48.086.008 55.807.648
7 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 14.533.381 16.317.195 20.922.895
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan dan Bangunan 9.940.803 10.922.720 13.257.259
9 Jasa Kemasyarakatan 86.254.291 91.292.536 109.400.121
Jumlah 308.713.764 324.524.056 376.133.028
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008

2.9.7.2 Pariwisata
Kawasan pariwisata di Kabupaten Alor diprioritaskan untuk menarik wisatawan
manca negara dan wisatawan domestik yang memberikan kontribusi penghasilan
terbesar di tingkat provinsi maupun nasional. Pengembangan utama diprioritaskan
bagi :
 Taman Laut dbaliantara Pulau Alor dan Pantar. Mudah dijangkau dengan
transportasi darat maupun transportasi laut dari kota Kalabahi.
 Perkampungan tradisional Takpala, Kecamatan Alor Tengah Utara, dengan
perumahan adat, upacara pernikahan adat, belanja moko, lego-lego, cakalele,
dan lain-lain. Dari perkampungan tersebut dapat menikmati keindahan Teluk
Benlelang dan lingkungan sekitarnya.
 Perkampungan tradional Monbang. Desa Kopidil Kecamatan Alor Barat Laut.

Laporan Akhir 2 - 34
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

 Perkampungan tradisional Bampalola, di Kecamatan Alor Barat Laut


 Pantai Mali, Letaknya disebelah timur kota Kalabahi kira-kira 15 km/
dibagian selatan Bandar udara Mali. Memiliki Pasir Putih dan Air Laut yang
bersih dan karang-karang laut yang indah.
 Pantai Deere, Letaknya dibagian utara Bandara Mali, bisa ditempuh dengan
kendaraan roda 2 dan roda 4. Berpotensi besar karena pasir putih dan air laut
yang bersih dan lingkungan yang mendukung.
 Pantai Maimol, Kurang lebih 8 km dari kota Kalabahi. Maimol sebagai
kampung nelayan tradisional, memiliki potensi cukup baik, namun belum
dikelola secara profesional.

2.2.7.4 Potensi Ekonomi


Dalam analisis kegiatan ekonomi Kabupaten Alor, akan digambarkan berbagai
indikator ekonomi yang dicerminkan melalui analisis terhadap 3 (tiga) bagian
utama, yaitu kondisi ekonomi makro, peran dan pengaruh Kabupaten Alor dalam
sistem ekonomi regional serta potensi sektor unggulan dalam pengembangan
kegiatan ekonomi dan investasi. Dengan demikian gambaran perekonomian
Kabupaten Alor diperlukan dalam mengidentfikasi sektor strategis yang memiliki
keunggulan untuk dikembangkan baik dilihat dari potensi, penciptaan pendapatan
dan lapangan kerja, maupun interaksinya dengan sektor-sektor lain dalam maupun
antar wilayah.
Deskripsi makro ekonomi Kabupaten Alor dimaksudkan untuk mengetahui dampak
pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan selama kurun waktu tertentu.
Indikator makro ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
struktur ekonomi dan pendapatan perkapita. Pertumbuhan ekonomi akan
menunjukkan perkembangan dari berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Alor,
sedangkan dalam struktur ekonomi akan dianalisis sektor-sektor mana saja yang
memberikan peranan yang signifikan terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Alor. Setelah digambarkan kondisi ekonomi
secara keseluruhan, maka untuk menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat
secara riil akan dilakukan analisis terhadap pendapatan per kapita.

A. Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di Kabupaten Alor dapat ditinjau melalui angka
pertumbuhan ekonomi. Untuk memudahkan pengukuran pertumbuhan ekonomi ini,
perlu dilihat perkembangan dan kecenderungan dari besaran sektor-sektor
ekonomi setiap tahun di Kabupaten Alor yang telah dikelompokkan dan secara
statistik berlaku nasional di Indonesia. Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Alor selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu
dari tahun 2000 s.d. 2004 dari keseluruhan sektor ekonomi , adalah sebesar 4,33
persen.

Laporan Akhir 2 - 35
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.33
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Alor Tahun 2000 – 2004
Pertumbuhan Rata-rata per
Sektor Ekonomi Sektor
2000 2001 2002 2003 2004 (2000 - 2004)
Pertanian 1.77 2.05 1.03 4.17 5.62 2.93
Pertambangan dan penggalian 1.02 0.78 0.37 3.05 3.45 1.73
Industri pengolahan 1.85 1.70 1.93 2.52 5.56 2.71
Listrik, gas dan air bersih 1.59 2.58 -0.30 6.28 5.12 3.05
Bangunan 9.83 0.50 9.66 2.84 5.00 5.57
Perdagangan, rumah makan dan hotel -2.87 1.30 2.94 5.54 5.70 2.52
Angkutan dan komunikasi 8.58 2.16 4.95 3.91 6.13 5.15
Keuangan, persewaan dan jasa 2.72 2.02 1.14 3.13 10.08 3.82
perusahaan
Jasa-jasa 11.22 15.12 15.01 9.47 6.80 11.52
Rata-rata Seluruh Sektor 3.97 3.13 4.08 4.55 5.94 4.33

Sumber : Hasil Analisis, 2006

Apabila dilihat per sektor ekonomi, maka sektor jasa mengelami pertumbuhan
yang paling pesat, yaitu sebesar 11,52 persen. Sektor jasa ini terdiri dari beberapa
sub sektor, antara lain pemerintahan umum, swasta, sosial kemasyarakatan,
hiburan dan rekreasi serta usaha perorangan dan rumah tangga. Sedangkan sektor
ekonomi yang pertumbuhannya cukup lambat adalah sektor pertambangan dan
penggalian. Meskipun berbagai potensi sektor pertambangan dan penggalian di
Kabupaten Alor telah ditemukan, namun apabila masih dikelola secara tradisional,
maka belum menunjukkan pertumbuhan yang optimal.
Dari berbagai sektor ekonomi, dapat dilihat bahwa hanya 2 (dua) sektor yang
mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sektor perdagangan pada tahun 2000,
namun pada tahun-tahun selanjutnya sektor ini mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat. Sektor lain yang pertumbuhannya negatif adalah sektor listrik, gas
dan air bersih pada tahun 2002 yang masih berkaitan dengan adanya pengaruh
gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Alor. Sektor angkutan dan komunikasi juga
menunjukkan kecenderungan penurunan secara persentase. Sedangkan sektor yang
semakin meningkat adalah sektor industri pengolahan.
Pada tahun 2004 hampir seluruh sektor telah mengalami pertumbuhan. Sektor
yang tumbuh dengan pesat selama satu tahun tersebut adalah sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, yang terdiri dari sub sektor bank, lembaga
keuangan non bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil
tinjauan lapangan, diketahui bahwa setelah terjadi gempa bumi pada tahun 2004,
maka Pemerintah Kabupaten Alor dengan bantuan dari lembaga donor dan
Pemerintah Pusat maupun Propinsi segera melaksanakan pembangunan, melalui
tahapan rehabilitasi bangunan dan dilanjutkan tahapan rekonstruksi. Sedangkan
sektor jasa-jasa pada tahun 2004 pertumbuhannya cenderung melambat
dibandingkan tahun 2003.
Berdasarkan Tabel diatas, secara umum perekonomian Kabupaten Alor mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa
pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Alor juga telah membuahkan hasil.
Disamping itu, pertumbuhan keseluruhan sektor ini juga tidak terlepas dari
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan masuknya arus informasi, barang dan
jasa antar wilayah, baik lokal maupun regional. Perubahan kondisi-kondisi internal
seperti perubahan aspirasi dan fokus pengembangan wilayah, perkembangan yang
sangat pesat dari kawasan atau sektor tertentu serta perubahan wilayah

Laporan Akhir 2 - 36
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

administrasi juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Alor


secara keseluruhan.
Apabila dilihat dari nilai PDRB secara keseluruhan, maka pertumbuhan ekonomi
kabupaten Alor pada tahun 2000 mencapai 4,44 persen, tahun 2001 meningkat
4,47 persen, tahun 2002 menjadi 5,49 persen, tahun 2003 menjadi 5,63 persen,
tahun 2004 menjadi 6,04 persen dan tahun 2005 meningkat menjadi 6,25 persen.
Dengan demikian, maka dalam kurun waktu 2000 - 2005 terjadi peningkatan
pertumbuhan sebesar 0,60 persen. Melihat pertumbuhan ekonomi masih tergolong
kecil, kecenderungan perkembangan yang terjadi, dapat diindikasikan bahwa ada
peluang yang sangat terbuka untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah. Hal ini tentunya dapat dicapai apabila perbaikan, peningkatan prasarana
dan sarana pendukung kegiatan ekonomi terus dibenahi.

B. Struktur Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro
ekonomi yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Dari data besaran PDRB dapat dilihat sejauh mana
partisipasi masyarakat terhadap kegiatan ekonomi. PDRB juga memperlihatkan
gambaran struktur ekonomi daerah, potensi ekonomi serta tingkat perubahan
harga yang terjadi. Disamping itu, melalui PDRB juga dapat dijadikan sebagai
monitor dari keberhasilan dan ketepatan kebijakan ekonomi yang diambil oleh
pemerintah daerah.
Berdasarkan data statistik dari BPS Kabupaten Alor, besaran nilai PDRB suatu
daerah dapat diukur berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Jika diukur
berdasarkan harga berlaku, besaran PDRB Kabupaten Alor menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu 5 tahun (2000 s.d. 2004). Pada
tahun 2004 PDRB Kabupaten Alor, yaitu sebesar Rp 406,39 milyar telah mengalami
peningkatan mencapai 72,34 persen atau dari nilai pada tahun 2000 yang hanya
sebesar Rp 235,82 milyar. Akan tetapi, dilihat secara persentase, PDRB Kabupaten
Alor mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, yaitu dari
10,54 persen menjadi 17,89 persen, sedangkan dari tahun 2003 sampai dengan
2004 cenderung mengalami penurunan.

Tabel 2.34
PDRB Kabupaten Alor Tahun 2000 – 2004
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan*
Tahun
Rp. 000 Perkembangan (%) Rp. 000 Perkembangan (%)
2000 235,816,014 10.54 235,816,014 -
2001 277,135,928 17.52 246,996,025 4.74
2002 326,706,653 17.89 260,553,841 5.49
2003 366,385,427 12.15 275,225,918 5.63
2004 406,399,808 10.92 291,848,840 6.04
Sumber: BPS Kabupaten Alor, 2004, * Harga Konstan Tahun 2000

Apabila besaran nilai PDRB diukur berdasarkan harga konstan menunjukkan


perkembangan yang tidak secepat perkembangan PDRB yang diukur atas dasar

Laporan Akhir 2 - 37
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

harga berlaku, namun cenderung konstan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dikarenakan PDRB atas dasar harga konstan akan menunjukkan kenaikan produksi
dan mengabaikan terjadinya perubahan harga barang-barang (inflasi) atau
penurunan harga (deflasi) dari setiap sektor. Nilai PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 sebesar 235,82 milyar rupiah hingga tahun 2004 saat ini menjadi Rp
291,85 milyar rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 6,04 persen.
Berdasarkan Tabel diatas juga terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan
untuk keseluruhan sektor di Kabupaten Alor mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 1 persen setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan
peningkatan nilai PDRB tersebut dibentuk oleh 9 (sembilan) sektor yang memiliki
karakter dan kecenderungannya masing-masing. Beberapa sektor nampak
menunjukkan pertumbuhan yang pesat, namun ada juga yang melambat bahkan
ada yang mengalami kontraksi pertumbuhan (pertumbuhan negatif) dengan
ditunjukkan PDRB secara keseluruhan yang menurun, seperti sektor Jasa-jasa.
Peningkatan yang relatif rendah ini kemungkinan disebabkan oleh adanya bencana
alam gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Alor pada Bulan November tahun
2004.
Sedangkan PDRB pada tahun 2005 secara umum meningkat jika dibandingkan pada
tahun 2004 dengan tahun dasar 2000. Tapi pada tahun 2005 terjadi penurunan dari
sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air, serta sektor jasa-jasa. Namun nilai
dari sektor tersebut dapat ditutupi oleh kontribusi dari sektor lainnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan, dimana jika dibandingkan dengan tahun 2000 PDRB Alor meningkat
sebesar 5,84 persen, namun terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2004.
Untuk pertumbuhan ekonomi kecamatan, peningkatan paling tinggi terjadi pada
Kecamatan Alor Timur Laut yaitu sebesar 44,47 persen dan Kecamatan Pantar
mengalami penurunan sebesar 18,15 persen.
Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya sumbangan
atau peranan masing-masing sektor dalam membentuk nilai tambah PDRB. Sektor
yang memberikan sumbangan terbesar itulah sektor yang domina (leading sector).
Sektor inilah yang selanjutnya memberikan corak perekonomian daerah tersebut.
Asumsi yang digunakan adalah apabila sedikit saja terjadi perubahan harga atau
produksi dari sektor dominan tersebut, maka struktur perekonomian daerah
tersebut dapat berubah.
Dalam melihat struktur perekonomian Kabupaten Alor, maka perlu dilihat dari
kontribusi setiap sektor terhadap PDRB berdasarkan atas harga berlaku.
Penggunaan harga berlaku sebagai dasar analisis dikarenakan oleh adanya tujuan
untuk mengetahui kondisi perubahan ekonomi Kabupaten Alor sesuai dengan
perubahan harga barang dan jasa. Untuk mengetahui mengenai struktur
perekonomian Kabupaten Alor dapat dilihat dari peranan tiap-tiap sektor ekonomi
selama 5 tahun pada Tabel 2.35 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2.35, terlihat bahwa kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Alor berasal dari sektor pertanian, yaitu rata-rata sebesar 41,24
persen. Sektor pertanian terdiri atas beberapa sub sektor, antara lain tanaman
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Hasil pertanian yang cukup memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah kemiri,
kenari, jambu mente, vanili dan perikanan laut. Sektor lain yang juga memberikan
kontribusi penting adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang masing-masing berkontribusi rata-rata sebesar 24,97% dan 15,54% dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun.

Laporan Akhir 2 - 38
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.35
Peranan Setiap Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Alor
Tahun 2000 – 2004
Kontribusi Setiap Sektor
Terhadap PDRB (%) Rata-rata
Sektor Ekonomi Kontribusi (%)
2000 2001 2002 2003 2004
Pertanian 43.52 42.00 40.00 40.54 40.17 41.24
Pertambangan & Penggalian 1.79 1.72 1.78 1.74 1.68 1.74
Industri Pengolahan 1.93 1.87 1.84 1.84 1.81 1.86
Listrik & Air Bersih 0.50 0.48 0.48 0.47 0.46 0.48
Bangunan 6.56 6.29 6.34 6.37 6.43 6.40
Perdagangan, Hotel & 15.77 15.23 15.86 15.61 15.25 15.54
Restoran
Pengangkutan & Komunikasi 4.70 4.74 4.57 4.47 4.57 4.61
Keuangan, Persewaan & Jasa 3.27 3.18 3.10 3.06 3.18 3.16
Perusahaan
Jasa-jasa 21.97 24.49 26.03 25.90 26.45 24.97
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Alor, 2004

Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik dan air
bersih, yaitu rata-rata sebesar 0,48 persen. Kecilnya kontribusi sektor ini
disebabkan oleh terbatasnya daerah yang dilayani oleh usaha listrik dan air bersih.
Kondisi sekarang di Kota Kalabahi hanya terdapat 1 PLTD (Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel) dengan jumlah daya listrik yang sangat terbatas dan peralatan yang
relatif tua. Untuk kawasan-kawasan lainnya menggunakan tenaga surya sebagai
sumber energi listrik. Sedangkan PDAM hanya melayani sebagian kecil Kota
Kalabahi.

C. Pendapatan Perkapita Penduduk


PDRB suatu wilayah pada dasarnya hanya menunjukkan ukuran ekonomi yang
ditinjau dari besaran per sektor dari wilayah yang bersangkutan, sehingga belum
menunjukkan tingkat kemakmuran penduduk di wilayah tersebut. Salah satu
indikator ekonomi untuk mengetahui dan membandingkan tingkat kemakmuran
penduduk di suatu daerah dengan daerah lainnya, baik dalam lingkup wilayah yang
sama maupun wilayah yang lebih luas adalah Pendapatan Perkapita. Indikator
ekonomi ini mampu menjelaskan seberapa besar rata-rata pendapatan yang
dinikmati oleh setiap penduduk di Kabupaten Alor diukur dalam setiap tahunnya.
Pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi besaran nilai PDRB atas
dasar harga berlaku suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk yang tinggal di
daerah tersebut pada tahun yang sama. Dengan demikian, besar kecilnya nilai
pendapatan per kapita sangat tergantung dari besaran PDRB yang terbentuk dan
jumlah penduduk dalam satu tahun. Untuk mengetahui besaran pendapatan per
kapita Kabupaten Alor dan dibandingkan dengan pendapatan per kapita Provinsi
Nusa Tenggara Timur, dapat dilihat pada Tabel 2.36.

Laporan Akhir 2 - 39
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.36
Pendapatan Perkapita
Kabupaten Alor dan Propinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2000 - 2004
Pendapatan Perkapita Pertumbuhan (%)
Tahun
Kabupaten Alor Propinsi NTT Kabupaten Alor Propinsi NTT
2000 1,385,717 1,559,344 - -
2001 1,603,644 1,811,696 15.73 16.18
2002 1,874,378 2,060,491 16.88 13.73
2003 2,093,335 2,248,333 11.68 9.12
2004 2,297,337 2,545,113 9.75 13.20
Rata-rata 1,850,882 2,044,995 13.51 13.06

Sumber : BPS Kabupaten Alor, 2004

Berdasarkan Tabel 2.36, dapat diketahui bahwa secara lima tahun tingkat
kemakmuran penduduk Kabupaten Alor sedikit lebih rendah jika dibandingkan
dengan tingkat kemakmuran penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Apabila
dilihat dari rata-rata pendapatan perkapita, Kabupaten Alor juga masih dibawah
pendapatan perkapita Propinsi Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi, pendapatan
perkapita penduduk Kabupaten Alor semakin meningkat selama kurun waktu 5
(lima) tahun dari tahun 2000 s.d. tahun 2004. Namun secara persentase
menunjukkan penurunan, yaitu dari 15,73 persen pada tahun 2001 menjadi 9,75
persen pada tahun 2004.
Peningkatan pendapatan perkapita ini sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan
otonomi daerah yang mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2001 yang memberikan
kewenangan bagi Pemerintah Kabupaten Alor untuk menentukan arah dan
kebijakan pembangunannya sendiri. Dengan otoritas tersebut, maka program dan
kegiatan pembangunan dapat diarahkan pada pemberdayaan ekonomi rakyat yang
akhirnya juga mampu meningkatkan kemakmuran penduduk di Kabupaten Alor.

D.Ekonomi Regional
Dalam mengidentifikasi potensi pengembangan kegiatan ekonomi dalam konteks
wilayah Kabupaten Alor dan sekitarnya, maka diperlukan analisis ekonomi
regional. Dalam analisis akan ditentukan sektor ekonomi yang menjadi sektor basis
bagi Kabupaten Alor, pertumbuhan dan kontribusi sektor terhadap PDRB serta
kontribusi sektor terhadap pertumbuhan PDRB. Dalam penentuan sektor basis di
Kabupaten Alor akan digunakan metoda analisis LQ (Location Quotients).
Sedangkan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur
ekonomi, serta posisi relatif sektor-sektor ekonomi akan dilakukan dengan
menggunakan metoda analisis Shift Share. Untuk mengetahui kedua analisis
tersebut, berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu landasan teori masing-
masing.
Sektor unggulan suatu daerah adalah sektor ekonomi yang dominan, yaitu suatu
sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Untuk

Laporan Akhir 2 - 40
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

mengetahuinya ditandai dengan nilai Location Quotion (LQ) yang lebih besar dari
satu. Yang berarti nilai tambah suatu sektor ekonomi suatu wilayah terhadap nilai
tambah sektor pada wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan perbandingan
sektor yang bersangkutan di wilayah tersebut terhadap sektor sejenis pada
wilayah yang lebih luas. Analisis LQ banyak digunakan sebagai alat untuk
mengukur spesialisasi relatif suatu daerah pada sektor-sektor tertentu. Rumus LQ
adalah sebagai berikut :

X ir
LQi  Xr
X in
Xn
Keterangan :
X = output (PDRB); r = regional dan n = propinsi/nasional

Apabila nilai LQ > 1 mengindikasikan adanya kegiatan ekspor bagi sektor tersebut
atau sektor tersebut merupakan sektor basis (B). Sedangkan apabila LQ < 1
disebut sektor non basis (NB). Dalam melakukan perhitungan LQ digunakan data
PDRB per sektor yang ada dari BPS, baik dari BPS Kabupaten Alor maupun Provinsi
NTT antara tahun 2001 s.d. 2005. Dalam menghitung LQ digunakan data PDRB atas
dasar harga berlaku tahun 2000.
Nilai LQ berkaitan dengan peran dan pengaruh ekonomi Kabupaten Alor relatif
terhadap daerah yang lebih luas, baik skala regional maupun nasional. Kabupaten
Alor memiliki letak geografis di bagian Timur Laut dari Propinsi Nusa Tenggara
Timur dan posisinya yang sangat strategis karena berbatasan juga dengan Negara
Timor Leste. Kabupaten Alor menjadi wilayah bagi lalu lintas perdagangan dan
transportasi barang dan jasa, baik melalui darat, laut maupun udara, antar pulau
dan antar kabupaten yang ada di wilayah Provinsi NTT melalui Kawasan Pelabuhan
Atambua. Disamping letaknya yang strategis, kabupaten ini juga memiliki potensi
sumber daya alam yang cukup besar, terutama di sektor perikanan, pertambangan
dan pariwisata yang didukung oleh adanya potensi kekayaan laut yang cukup
besar.
Berkaitan letak dan potensi alam tersebut, maka Kabupaten Alor mempunyai
peran yang potensial bagi sistem ekonomi regional bagi wilayah-wilayah
disekitarnya maupun di Provinsi NTT pada umumnya. Untuk mengetahui bahwa
sektor ekonomi mana yang menjadi sektor basis dan berpengaruh terhadap
wilayah yang lebih luas, berikut disajikan nilai LQ dalam Tabel 2.37 di bawah ini.

Laporan Akhir 2 - 41
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Tabel 2.37
Nilai LQ per Sektor Ekonomi Kabupaten Alor Tahun 2001 – 2005
Berdasarkan Atas Harga Berlaku Tahun 2000
NILAI LQ
Sektor
2001 2002 2003 2004 2005
Pertanian 1.13 0.92 0.95 0.94 0.87
Pertambangan & Penggalian 1.32 1.14 1.11 1.08 1.64
Industri Pengolahan 1.39 1.12 1.11 1.10 0.99
Listrik & Air Bersih 1.40 1.21 1.15 1.14 1.06
Bangunan 0.95 0.81 0.81 0.84 1.33
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.17 1.02 1.02 1.02 1.00
Pengangkutan & Komunikasi 0.98 0.81 0.79 0.79 0.75
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.31 1.09 1.02 1.01 1.00
Jasa-jasa 1.39 1.24 1.20 1.19 1.16

Sumber : Hasil Analisis, 2006

Nilai LQ diatas menunjukkan bahwa hampir semua sektor di Kabupaten Alor pada
tahun 2001 memiliki nilai diatas 1, kecuali sektor Bangunan dan sektor
Pengangkutan dan Komunikasi. Dan pada akhir tahun 2005, sektor-sektor
ekonomi yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan dan sektor Jasa-jasa.
Hal ini berarti telah terjadi perubahan yang cukup besar dari sektor ekonomi yang
menjadi sektor basis dengan adanya pembangunan selama kurun waktu 5 (lima)
tahun.
Dilihat dari kecenderungannya, maka sektor Bangunan telah meningkat nilai LQ
menjadi 1,33 pada ahir tahun 2005. Sebagian besar sektor ekonomi di Kabupaten
Alor mengalami penurunan nilai LQ dari tahun 2001 ke tahun 2005, antara lain
sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor
Perdagangan, sektor Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Hanya
terdapat 2 (dua) sektor saja yang memiliki kecenderungan peningkatan yang cukup
pesat, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor Bangunan.
Berdasarkan Tabel 2.37 diatas juga terlihat bahwa sektor Pertambangan dan
Penggalian memiliki nilai LQ terbesar pada tahun 2005, yaitu sebesar 1,64. hal ini
berarti sektor ini menjadi sektor basis dan berpotensi menjadi sektor yang
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap ekonomi regional Provinsi NTT. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki tingkat
spesialisasi yang lebih tinggi daripada tingkat provinsi dan akan berperan penting
dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Alor. Dengan
demikian, sektor Pertambangan dan Penggalian berprospek untuk dikembangkan
pada masa yang akan datang oleh Pemerintah Kabupaten Alor.
Selain sektor basis, untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan investasi pada
masa yang akan datang, juga perlu diidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang
memiliki pertumbuhan positif di Kabupaten Alor. Untuk mengetahui sektor-sektor
tersebut, digunakan metode analisis shift share yang berfungsi untuk mengetahui
sektor mana yang tumbuh dengan lambat atau cepat.
Sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan positif juga memberikan gambaran
mengenai kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur ekonomi, serta posisi
relatif sektor-sektor ekonomi. Data yang digunakan untuk melakukan analisis shift
share adalah data PDRB Kabupaten Alor dan Provinsi NTT untuk tahun 2001 dan

Laporan Akhir 2 - 42
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

tahun 2005. Sektor-sektor ekonomi yang dianalisis yaitu seluruh sektor


(9 sektor ) menurut lapangan usaha sesuai data BPS. Hasil perhitungan dengan
menggunakan analisis shift share disajikan pada Tabel 2.38.

Tabel 2.38
Pergeseran Bersih Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Alor
Berdasarkan Data PDRB Tahun 2001 - 2005
SEKTOR EKONOMI KPN KPP KPK PN
Pertanian 0.60 -0.10 -0.16 -0.25
Pertambangan & Penggalian 0.60 -0.04 0.70 0.66
Industri Pengolahan 0.60 0.24 -0.31 -0.07
Listrik & Air Bersih 0.60 0.08 -0.20 -0.12
Bangunan 0.60 -0.03 0.99 0.96
Perdagangan, Hotel & Restoran 0.60 -0.03 0.00 -0.04
Pengangkutan & Komunikasi 0.60 0.15 -0.19 -0.03
Keuangan, Persewaan & Jasa 0.60 0.30 -0.20 0.10
Jasa-jasa 0.60 0.13 -0.05 0.09
PDRB/PDB 0.60 0.00 -0.02 -0.02
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Keterangan :
KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional, KPP = Komponen Pertumbuhan
Proporsional, KPK = Pertumbuhan Daya Saing, PN = Pergeseran Netto Sektor
ekonomi

Berdasarkan Tabel 2.38, dengan melihat nilai KPP terdapat 5 (lima) sektor yang
mengalami pertumbuhan positif, yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik
dan Air Bersih, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor yang memiliki
pertumbuhan positif berarti pesat pertumbuhannya dan berpengaruh positif
terhadap pendapatan (PAD) Kabupaten Alor selama kurun waktu 5 (lima) tahun,
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Dengan lima sektor yang tumbuh
positif dari sembilan sektor, maka pendapatan Kabupaten Alor masih berpotensi
untuk tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi Propinsi NTT.
Dengan melihat nilai KPK, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang
mengalami peningkatan daya saing dan keunggulan komparatif dalam kaitannya
dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya dalam Propinsi NTT. Berdasarkan Tabel
2.38, hanya 2 (dua) sektor yang memiliki nilai KPK positif, yaitu sektor
Pertambangan dan Penggalian (70 persen) dan sektor Bangunan (99 persen). Hal
ini dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Alor memiliki potensi pertambangan dan
penggalian yang cukup besar.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan akan menjadi sumber
pendapatan bagi Pemerintah Kabupaten Alor pada masa yang akan datang, karena
saat ini belum banyak dimanfaatkan. Sedangkan untuk sektor Bangunan, karena
setelah terjadi gempa bumi pada Bulan November 2004, maka Pemerintah
Kabupaten Alor sedang giat untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
berbagai sarana dan prasarana fisik yang rusak, seperti jalan dan bangunan
pemerintahan.

Laporan Akhir 2 - 43
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

Untuk mengetahui pergeseran netto (net shift/PN), sehingga dapat ditemukenali


sektor-sektor yang maju dan kurang maju di Kabupaten Alor, yaitu dengan
menjumlahkan komponen KPP dan KPK dari masing-masing sektor. Berdasarkan
Tabel 2.38, terlihat bahwa hanya 4 (empat) sektor yang memiliki nilai PN positif,
yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Dengan demikian empat
sektor tersebut yang dapat dikatakan maju dibandingkan lima sektor lainnya
selama kurun waktu 5 (lima) tahun, dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005,
sehingga perlu dipacu perkembangannya melalui alokasi pembiayaan
pembangunan. Hal ini penting untuk dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Alor
guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 2.39, dapat diketahui bahwa pendapatan Kabupaten Alor
selama kurun waktu 5 (lima) tahun telah mengalami perubahan yang cukup
berarti, terutama di sektor Jasa-jasa, sektor Pertanian dan sektor Bangunan. Akan
tetapi, berdasarkan analisis LQ sebelumnya, diketahui bahwa hanya 2 (dua) sektor
saja yang menjadi sektor basis, yaitu sektor Bangunan dan sektor Jasa-jasa.
Sedangkan sektor Pertanian bukan menjadi sektor basis, meskipun terjadi
peningkatan pendapatan yang cukup besar.

Tabel 2.39
Perubahan Pendapatan Kabupaten Alor
Berdasarkan Data PDRB Tahun 2001 - 2005
NILAI ABSOLUT
SEKTOR EKONOMI
KPN KPP KPK PEK
Pertanian 69,584,432.18 - - 39,929,344.00
Pertambangan & Penggalian 2,853,226.62 -188,043.21 3,328,811.59 5,993,995.00
Industri Pengolahan 3,096,108.91 1,226,311.46 -1,580,811.37 2,741,609.00
Listrik & Air Bersih 801,390.56 104,929.89 -264,199.44 642,121.00
Bangunan 10,420,304.89 -507,426.42 17,180,830.53 27,093,709.00
Perdagangan, Hotel & Restoran 25,226,983.34 -1,266,859.41 -210,031.93 23,750,092.00
Pengangkutan & Komunikasi 7,860,013.99 2,007,162.79 -2,437,272.78 7,429,904.00
Keuangan, Persewaan & Jasa 5,270,090.41 2,656,064.59 -1,793,260.00 6,132,895.00
Jasa-jasa 40,577,888.21 9,053,202.70 -3,184,751.91 46,446,339.00
PDRB/PDB 165,690,439.11 0.00 -5,530,431.11 160,160,008.00
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Keterangan :
KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional, KPP = Komponen Pertumbuhan
Proporsional, KPK = Komponen Pertumbuhan Daya Saing, PEK = Pertumbuhan
Kinerja Ekonomi

2.2.8 Sistem Transportasi Kabupaten Alor


Sebagai salah satu infrastruktur yang penting di Kabupaten Alor, 37 % jalan
mengalami kerusakan berat. Hanya 16 % dari 1515,03 Km panjang jalan dalam
kondisi baik 42 % menggunakan aspal dan sisanya menggunakan kerikil atau dengan
permukaan tanah dan lainnya. Sarana transportasi ke luar pulau Alor terdapat dua
alternatif yaitu melalui laut atau udara. Jumlah penumpang yang berangkat

Laporan Akhir 2 - 44
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

melalui pelabuhan Kalabahi pada tahun 2007 sebanyak 46.586 orang dimana
terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebanyak 49.490 orang.
Penumpang yang turun di pelabuhan adalah sebanyak 48.885 orang. Untuk
penerbangan pada tahun 2007, penumpang yang datang di bandar udara Mali
sebanyak 11.624 orang dan yang berangkat 11.314 orang melalui 351 kali
penerbangan.

2.2.8.1 Kondisi Transportasi Darat di Kabupaten Alor


Sebagai salah satu infrastuktur daerah, panjang jalan di kabupaten Alor pada
tahun 2007 sepanjang 1515.03 km. Dilihat dari kondisi jalan, 26 % merupakan jalan
dengan kondisi baik, sedangkan sekitar 34,75% kondisi jalannya rusak dan rusak
berta. Jika dilihat dari jenis permukaan jalan dengan aspal di kabupaten Alor
adalah sebesar 45,05% beraspal, sedangkan sisanya masih berupa jalan pengerasan
dan jalan tanah.

Tabel 2. 40
Panjang Jalan menurut Kondisi Jalan
2003 – 2007
No. Kondisi Jalan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Baik 308.5 308.5 372.35 235.52 240.4
2 Sedang 587.72 587.72 562.18 90.7 238.74
3 Rusak 377.3 377.3 388.99 38.87 473.22
4 Rusak Berat 158.51 158.81 158.81 1149.94 562.67
Jumlah 1432.03 1432.33 1482.33 1515.03 1515.03
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008

Tabel 2.41
Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan
2003 – 2007
No. Jenis Permukaan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Aspal 463.18 361.02 645,22 494 460,22
2 Kerikil 92.72 117.2 311,12 108,2 110,70
3 Tanah 578 634.06 442,4 638,6 640,90
4 Lainnya 298.43 320.05 33,59 274,23 303,21
Jumlah 1432,33 1432,33 1432,33 1515,03 1515,03
Sumber : Alor Dalam Angka, 2008

Tabel 2.42
Panjang Jalan menurut Status Jalan
2003 – 2007
No. Status Jalan 2003 2004 2005 2006 2007
1 Jalan Nasiona 95,20 104,2 104,20 104,2 104,2
2 Jalan Propinsi 172,20 68,00 68,00 68,00 68,0
3 Jalan Kabupaten 1164,93 827,15 627,15 832,03 827,15
4 Lainnya 432,98 632,98 510,8 515,68
Jumlah 1432,33 1432,33 1432,33 1515,03 1515,03

Laporan Akhir 2 - 45
Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi di Pulau Alor

2.3.8.2 Kondisi Transportasi Laut di Kabupaten Alor

Mobilisasi penumpang dan barang lewat pelabuhan laut Kalabahi suah cukup
ramai, karena sarana transportasi laut merupakan alternatif yang lebih murah
dibandingkan dengan transportasi udara. Pergerakan penumpang lebih banyak
menggunakan kapal Ferry. Jumlah penumpang yang berangkat melalui pelabuhan
laut pada tahun 2008 sebanyak 49.014 orang dimana terjadi kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebanyak 46.011 orang.

Tabel 2. 43
Banyaknya Penumpang Kapal Laut Lewat Pelabuhan Kalabahi
Kabupaten Alor
Turun Naik
No Bulan
2005 2006 2005 2006
1 Januari 3,141 3,361 3,395 2,811
2 Februari 1,943 2,944 2,031 2,016
3 Maret 5,262 2,615 5,444 3,012
4 April 2,204 3,913 3,031 4,301
5 Mei 2,358 4,621 3,386 4,569
6 Juni 3,557 5,024 3,977 4,854
7 Juli 4,824 5,678 4,061 5,745
8 Agustus 3,912 4,935 4,668 5,269
9 September 3,532 3,936 3,371 4,114
10 Oktober 3,928 4,194 3,786 4,129
11 Nopember 3,745 3,993 1,318 3,999
12 Desember 4,340 4,663 4,382 4,671
Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka, 2008

2.3.8.3 Kondisi Transportasi Udara di Kabupaten Alor


Transportasi Udara erupakan salah satu alternative perjalanan yang dipilih oleh
penumpang yang menginginkan perjalanan cepat. Hal ini menyebabkan banyak
penumpang pesawat udara pada tahun 2005 sebanyak 6.591 orang dengan jumlah
penerbangan 277 kali.
Tabel 2.44
Volume Bongkar Muat Barang dan Bagasi Melalui
Bandar Udara Mali Kabupaten Alor
No Bulan Bagasi (kg) Barang (kg)
1 Janurai 6,721 6,829 2,443 515
2 Februari 7,542 6,746 2,721 603
3 Maret 8,080 7,436 3,634 427
4 April 10,272 7,997 1,950 777
5 Mei 10,119 7,241 1,449 425
6 Juni 8,887 8,997 2,375 689
7 Juli 12,049 9,599 3,440 783
8 Agustus 9,720 8,100 2,627 653
9 September 10,532 9,791 3,179 788
10 Oktober 11,036 9,520 1,676 978
11 Nopember 9,471 10,360 2,139 708
12 Desember 12,083 10,338 2,404 521
Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka, 2008

Laporan Akhir 2 - 46

Anda mungkin juga menyukai