Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR MANAJEMEN

SHARING JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Manajemen


Keperawatan Di Ruang Interna 1 RSUD dr. Soedarsono Pasuruan

Oleh:
KELOMPOK 1B
Riska Anisa 180070300111041
Alifia Rahma Hidayatullah 180070300111021
Vindry Mercuryanita Dewi 180070300111002
Dinda Ayu Annisa 180070300111004
Adira Deandra Chairie 180070300111057

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan telaah jurnal dengan judul “A New
Teaching Strategy for Hand Hygine Compliance Improvement in Nurses”.
Penulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Alfan Djohari, S.Kep Ns, selaku Kepala Ruang Interna 1 Rumah Sakit RSUD dr.
Soedarsono Pasuruan dan Pembimbing Klinik
2. Ns.Linda Wieke Noviyanti, S. Kep,. M. Kep., selaku dosen pembimbing akademik
Departemen Manajemen Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
3. Seluruh Perawat di Ruang Interna 1 yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan Telaah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan telaah jurnal ini masih kurang sempurna.
Oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun bagi
penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis dan penulis selanjutnya.

Malang, 2 Mei 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : A New Teaching Strategy for Hand Hygine Compliance Improvement
in Nurses
Penulis : Sevim SEN, Yeditepe University, Faculty of Health Science, Istanbul,
Turkey.
Hulya KAYA, Istanbul University. Faculty of Nursing, Istanbul, Turkey.
Sumber : http://ijpsat.ijsht-journals.org
Publikasi : International Journal of Progressive Sciences dan Technologies
(IJPSAT)
Waktu Publikasi : 01 Agustus 2018

B. Topik Jurnal
Menerapkan program baru untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan
cuci tangan dengan menggunakan metode NLP (Neuro-lingusitic Programming).

C. Latar Belakang
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan .ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh
pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari
berbagai masalah keselamatan pasien. Salah satu solusi tersebut adalah tingkatkan cuci
tangan (Hand Hygiene) untuk pencegahan infeksi nosocomial
Pemerintah juga telah menyusun kebijakan nasional dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes RI) Nomor 270 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lain dan Kepmenkes 382 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sebagai pijakan hukum untuk menerapkan
standardisasi pencegahan dan pengendalian di RS.
Perawat memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pencegahan infeksi. Perawat
adalah salah satu tenaga kesehatan paling rentan dalam penularan infeksi kepada pasien
karena selama 24 jam mendampingi pasien (Fauzia, dkk., 2014). Banyak perawat yang
tidak mencuci tangan sesuai dengan prosedur dan five moment yang belum diterapkan.
Sehingga kami memilih jurnal ini untuk mengetahui beberapa alasan perawat mengenai
kepatuhan cuci tangan sesuai prosedur dan penerapan five moment.
BAB II
TELAAH JURNAL

A. PENDAHULUAN

Saat ini, infeksi terkait perawatan kesehatan adalah salah satu masalah terpenting yang
perlu dipecahkan oleh institusi perawatan kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menekankan bahwa kebersihan adalah satu-
satunya faktor paling efektif dan penting di Indonesia.
Pedoman WHO tentang cuci tangan (2006) menyarankan pembentukan program
pelatihan di tingkat nasional untuk peningkatan kepatuhan terhadap cuci tangan. Namun,
penelitian terbaru tentang kepatuhan cuci tangan menunjukkan bahwa pelatihan tidak efektif
dalam mendapatkan kepatuhan yang diinginkan. Ini diduga karena cuci tangan sebagai
pencegahan infeksi memainkan peran sentral dalam perilaku kompleks dan multidireksional.
Pola perilaku cuci tangan merupakan cara termudah untuk mencegah infeksi pada tahap
awal kehidupan. Tujuan dari pelatihan cuci tangan adalah untuk mengubah model yang ada
pada orang dan menggantinya dengan model baru. Lam et al. (2004) telah mengamati
frekuensi kontak pasien dan aplikasi cuci tangan dalam sebuah penelitian untuk menentukan
faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan petugas perawatan kesehatan untuk cuci tangan di
unit perawatan intensif neonatal dan telah mengembangkan program pelatihan cuci tangan.
Pada akhir penelitian, mereka telah menentukan bahwa setelah pelatihan, kepatuhan terhadap
cuci tangan telah meningkat dan tingkat infeksi di unit perawatan intensif telah menurun. Al-
Tawfiq dan Pittet (2013) telah menunjukkan penelitian untuk meningkatkan kepatuhan cuci
tangan berdasarkan The Transtheoretical Model (TTM), Model Desain Motivasi (ARCS) dan
teori The Behavior of Planned Behavior (TPB) yang mengubah teori perilaku dan menekankan
bahwa program pelatihan yang mereka buat dalam penelitian ini sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran dan bahwa pelatihan ini telah meningkatkan kepatuhan cuci tangan.
Bülbül (2007) telah mengevaluasi keefektifan pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan
kebiasaan mencuci tangan staf layanan kesehatan dan telah menemukan bahwa tingkat
mencuci tangan telah meningkat setelah pelatihan. Penelitian tentang peningkatan kepatuhan
cuci tangan terlihat bahwa pelatihan rutin yang diberikan kepada staf perawatan kesehatan dan
upaya telah mempengaruhi hasil. Namun, karena hasil yang diinginkan tidak dapat diperoleh,
ditunjukkan bahwa teknik dan pelatihan yang berbeda harus dilaksanakan. Oleh karena itu,
ketika metode pelatihan yang berbeda dievaluasi yang bertujuan untuk keyakinan dan perilaku
yang diinginkan daripada keyakinan lama kita, teknik Neuro Linguistic Programming (NLP)
berurusan dengan perubahan perilaku secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Teknik-teknik ini
membantu mengelola proses neurologis dengan terdiri dari model bahasa dan motivasi,
bagaimana hubungan dibangun dan bagaimana individu mengkode data.
Teknik NLP telah terbukti efektif dalam mengasah keterampilan bedah dasar mahasiswa
kedokteran dan keperawata. Şen (2008) telah menemukan bahwa teknik visualisasi mental
mampu mempersiapkan siswa untuk lebih memahami menganai materi keterampilan dasar, jadi
materi tersebut cocok digunakan dalam pelatihan.
Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi NLP mendukung pembelajaran. NLP akan
menjadi metode yang efektif dalam penempatan perilaku kebersihan karena memungkinkan kita
untuk mengelola proses neurologis dan karenanya mentransfer teknik NLP ke aplikasi pelatihan
menunjukkan pentingnya teknik tersebut.
Penelitian ini direncanakan untuk menentukan efektivitas teknik Neuro-linguistic
Programming (NLP) dalam mendapatkan perilaku cuci tangan pada perawat.

B. MATERIAL DAN METOD


Penelitian pada jurnal menggunakan pre-test dan post test experimental and control group
design pada suatu rumah sakit universitas di Istanbul dengan jumlah sampel 68 perawat yang
memenuhi beberapa kriteria yaitu lulusan sekolah keperawatan, telah menjalani pelatihan
orientasi dari rumah sakit universitas tersebut, secara sukarela menyetujui mengikuti penelitian,
dan belum pernah mengikuti NLP (neuro-linguistic programming) terkait dengan pelatihan cuci
tangan, yang akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Pada kelompok intervensi, peneliti melakukan intervensi melakukan program NLP untuk
meningkatkan kepatuhan dan perilaku terhadap cuci tangan yang dilakukan pada bulan
Januari-Mei 2013 menggunakan 3 form, yang pertama formulir informasi, hand hygiene
evaluation scale, dan hand observation form.
Melalui program NLP, peneliti melakukan intervensi selama 3 hari kepada kelompok
intervensi, dan 1 hari kepada kelompok kontrol. Pada hari pertama dilakukan pemberian
informasi dasar mengenai kebersihan tangan melalui cuci tangan, peran cuci tangan dalam
kontrol infeksi terkait kepatuhan dalam cuci tangan kepada kelompok kontrol maupun kelompok
intervensi. Hari ke dua dikhususkan kepada kelompok intervensi yaitu dilakukan brainstorming
mengenai pendapat peserta terhadap cuci tangan, alasan mengapa harus menjaga kebersihan
tangan, konsekuensi dari kurangnya keptuhan dalam cuci tangan, dan pendapat peseta
mengenai keraguan dan hambatan dalam peningkatan kebersihan tangan. Pada hari terakhir
dari penelitian dilakukan kepada kelompok intervensi yaitu diharapkan untuk mengungkapkan
berbagai cara untuk dapat meningkatkan kepatuhan cuci tangan, dan harapan kedepannya
terkait cuci tangan.
Pada tahap evaluasi, formulir informasi, hand hygiene behavior assessment scale dilakukan
kepada seluruh peserta baik kelompok kontrol maupun intervensi pada sebelum pelatihan,
sesaat setelah pelatihan, dan satu bulan setelah pelatihan. Peserta dilibatkan dalam tahap
evaluasi melalui pengisian lembar observasi cuci tangan yang dilakukan terhadap perawat lain
di rumah sakit pada sesaat setelah pelatihan dan satu bulan setelah pelatihan. Hasil observasi
akan didiskusikan pada penghujung hari dan diinformasikan kepada perawat yang diobservasi
untuk dapat memperbaiki kekurang.

C. HASIL
Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi pada sebelum pelatihan,
sesaat setelah pelatihan dan satu bulan setelah pelatihan dengan nilai p<0.05. sedangkan pada
kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (nilai p>0.05). hal tersebut dapat
dikatakan bahwa anggapan terhadap konsekuensi dari kepatuhan cuci tangan pada kelompok
intervensi mengalami peningkatan secara signifikan, dengan nilai kepatuhan pada kelompok
kontrol sebelum pelatihan sebesaar 51%, sesaat setelah pelatihan sebesar 55%, dan satu
bulan setelah pelatihan sebesar 62%, sedangkan pada kelompok intervensi pada sebelum
pelatihan sebesar 55%, sesaat setelah pelatihan 75%, dan satu bulan setelah pelatihan adalah
sebesar 90,2%.

D. DISKUSI
Tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan di antara kelompok kontrol dan
eksperimentaal mengenai hal karakteristik individu. Kedua kelompok memiliki kemiripan
karakteristik demografis. Namun pelatihan kebersihan tangan termasuk teknik NLP memiliki
hasil kepatuhan yang lebih baik pada kelompok eksperimental dibandingkan pada kelompok
kontrol. Aplikasi NLP memiliki peran aktif dalam mencapai target perilaku dalam kebersihan
tangan yaitu kepatuhan dalam kebersihan tangan meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian
lain seperti penelitiaan Allegrazi et.al yang menyebutkan bahwa perubahan sistem, pelatihan,
adanya umpan balik, poster pengingat dan peraturan dalam keselamtan oleh lembaga dapat
meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan. Peneliti menyatakan bahwa pelatihan yang efektif
dapat meningkatkan kepatuhan dalam kebersihan tangan tetapi model pendidikan yang
berbeda perlu diterapkan seperti penggunaan NLP sebagai pendekatan dalam teknik
pendidikan karena dengan teknik NLP keberhasilan pendidikan kebersihan tangan lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian lain yang terkait dengan kepatuhan cuci tangan.
Peneliti menyebutkan bahwa keyakinan dalam cuci tangan merupakan motivasi intrinsic
yang tercermin dalam perilaku profesional. Peneliti menyebutkan bahwa NLP lebih efektif dalam
meningkatkan motivasi cuci tangan dan harus dilakukaan secara berulang. Dalam penelitian ini,
skor motivasi rata-rata setelah pelatihan dan satu bulan setelah pelatihan dalam kaitannya
dengan pra-pelatihan ditemukan secara signifikan lebih tinggi secara statistik pada kelompok
eksperimen. Selain motivasi penggunaan teknik NLP menunjukkan adanya peningkatan
keinginan tenaga kesehatan dakam mencuci tangan.
Aplikasi NLP menggunakan teknik ynag memberikan dukungan terhadap perubahan
kebiasaan dan pelatihan dalam mencapai suatu tujuan dalam periode waktu yang lebih singkat.
NLP yang dilakukan pada penelitian menggunakan teknik baru dan berbeda dimana dilakukan
pendekatan melalui keefektifan kebersihan tangan yang sudah dipastikan. Pada penelitian lain
yang masih sejenis yang membahas tentang mental belief, beberapa teknik NLP yang berbeda
digunakan seperti belief inspection application, belief althering chamber, belief chaining
technique, dan achoringmethod. Faktanya hasil dari penelitian keberhasilan yang paling banyak
didapatkan berasal dari kepercayaan dan sikap pada kelompok intervensi jika dibandingkan
pada kelompok control.
Teknik NLP menggunakan model perilaku baru untuk menggantikan kepercayaan dan
sikap pada model lama. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa program pelatihan
yang ditambah dengan teknik NLP lebih efektif pada perawat dalam mengubah perilaku
kebersihan tangan . namun dalam memastikan perilaku dapat diteruskan/ dilakuakn secara
permanen harus dilakuakn pelatuha yang diperkaya dan pelatihan harus diulang dalam interval
tertentu. Kelebihan atau manfaat dari teknik NLP karena mudah dan cepat mencapai target
dalam pelatihan terkait dengan informasi, harapan , kepercayaan, kontrol perilaku, sikap dan
niat yang berhubungan dengan kebersihan tangan serta penyebaran teknik NLP dalam
pengendalian infeksi, gaya pembelajaran yang berbeda/sistem representsi teknik NLP yang
berbasis individu, pengulangan pelatihan dengan interval tertentu.

E. IMPLIKASI
Program kkebersihan tangan berdasarkan teknik NLP mengembangkan ADDIE eduction design
a. Fase analisis
Paada fase ini menganalisis metode kebersihan tangan yang lebih efektif dan
pengontrolan yang lebih sederhana. Setelah metode dianalisis maka diperoleh pada
tahap analisis perilaku kebersihan tangan dapat diajarkan melalui program pelatihan
yang disiapkan dengan teknik NLP. “Program Pengembangan Kebersihan Tangan”
didirikan pada tahap pengembangan. Program pelatihan diselesaikan berdasarkan
pada pendapat ahli anggota fakultas dalam bidang infeksi, NLP dan bidang pendidikan.
b. Fase Implementasi
Pada tahap ini diberikan program pelatihan kebersihan tangan yang sesuai dengan
standar. Program dilakukan selama 3 hari pelatihan dengan materi yaitu : “Standard
Hand Hygine” dan “NLP application” untuk mengembangkan level kognitif. Teknik NLP
memasukkan pengembangan perilaku dan bidang psikomotor
c. Fase evaluasi
Pada fase evaluasi program menggunaan “lembar informasi” dan “Hand Hygine
Behaviour Assassment Scale”. Evaluasi dilakukan saat setelah pelatihan dan I bulan
setelah pelatihan. “Formulir Pengamatan Kebersihan Tangan” diisi oleh perawat peserta
pelatihan setelah pengamatan sebelum pelatihan, tepat setelah pelatihan dan satu bulan
setelah pelatihan di area tempat perawat bekerja. Dua jenis penilaian telah dibuat
sebagai penilaian proses dan hasil. Evaluasi dilakukan setelah setiap fase dan pada
akhir hari, kekurangan yang muncul diperbaiki dan dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Materi audio dan visual, umpan balik verbal digunakan dalam pelatihan. Penilaian hasil
dilakukan tepat setelah dan satu bulan setelah pelatihan.

F. KESIMPULAN DAN SARAN


1). KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini mengatakan bahwa pelatihan kebersihan tangan dengan
teknik NLP menghasilkan kepatuhan yang lebih baik dan bermanfaat dibandingkan dengan
metode pendidikan standar. Penelitian ini menghasilkan adanya perbedaan kepatuhan
kebersihan tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dimana kepatuhan dalam
kebersihan tangan pada kelopok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol

2). SARAN
Sedangkan saran oleh peneliti yaitu adanyaa uji coba pada penelitian lain pada
kelompok yang belum pernah memiliki pelatihan kebersihan tangan yang diekomendasijkan
oleh peneliti dan peneliti juga menyarankan agar adanya penyebaran informasi teknik NLP agar
pelatihan kebersihan tangan serta dilakukan pelatihan dengan interval tertentu sehingga
diperlukan studi lebih lanjut.
Saran dari penulis adalah
a. Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan menjadi saraana bacaan dan referensi utuk
dalam perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mahasiswa kesehatan seperti mahasiswa
keperawatan, dokter, apoteker, bidan, gizi dan mahasiswa kesehatan lainnya dapat
meneraapkan cuci tangan/kebersihan cuci tangan dan dapat menerapkan kepatuhan cuci
tangan/kebersihan tangan sebelum praktik ke klinis.
b. Bagi Rumah Sakit
Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat menjadi sarana bacaan dan referensi untuk
mengembangkepatuhan cuci tangan pada petugas rumah sakit agar mengurangi terjadinya
infeksi nasokomial di rumah sakit
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat bisa mengembangkan diri baik secara
keterampilan maupun secara pengetahuan dan mampu mengembangan program atau
strategi untuk meningkatkan kemajuan kemanan petugas kesehatan dan pasien terutama
dalam bidang keperawatan.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


1) Kelebihan
 Jurnal dalam penelitian ini telah menggunakan susunan IMRAD yaitu Introduction,
Method, Result, dan Discussion sehingga lebih terstruktur.
 Penelitian ini menggunakan metode latihan cuci tangan dengan teknik terbaru
yaitu Neuro-Linguistic Programming. Latihan Kebersihan Tangan menggunakan
teknik NLP berupa perubahan perilaku melalui segi kognitif, afektif dan psikomotor,
sehingga perawat dapat mengungkapkan kondisi yang diperlukan untuk
meningkatkan kepatuhan cuci tangan dan mengungkapkan positif dan negatif
perawat sehingga dapat merubah perilaku untuk meningkatkan kepatuhan cuci
tangan.
 Penelitian ini menggunakan fase evaluasi berupa instrumen “Hand Hygiene
Behavior Assesment Scale” dan “Hand Hygiene Observation Form” yang diisi oleh
perawat trainee dan di evaluasi pada akhir hari, kemudian setiap kekurangan yang
ditemui akan segera diperbaiki.
 Hasil penelitian ini dapat menjadi perintis untuk mengembangkan penelitian lain
terkait penerapan teknik NLP untuk melatih perawat dalam meningkatkan
kepatuhan cuci tangan atau hal lain, karena dapat mengembangkan kemampuan
perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor untuk merubah perilaku
perawat.
2) Kekurangan
 Penerapan latihan teknik NLP memerlukan waktu khusus bagi para perawat dan
dilakukan secara bertahap. Evaluasi penerapan teknik NLP yang dilakukan
memerlukan waktu yang cukup lama yaitu 1 bulan.

H. Jurnal Pembanding
NO JURNAL (PENULIS) TAHUN DESIGN METODE HASIL
PENELITIAN PENELITIAN
1 Knowledge, Beliefs 2016 Quantitative Sample Hasil:
and Practices of Survey penelitian Setelah diberikan
Nurses and Nursing adalah 164 latihan cuci tangan
Students for Hand perawat dan 176 diketahui bahwa
Hygiene (Mevlude mahasiswa sperawat dan
Karadag, Ozge Pekin keperawatan. mahasiswa
Iseri, Nuriye Yildirim, Peneliti keperawatan
Ilker Etikan) menggunakan memiliki
instrument Hand kepercayaan positif
Hygiene Belief terhadap cuci
Scale (HHBS) tangan. Perawat
dan Hand memiliki nilai lebih
Hygiene tinggi dibandingkan
Practices mahasiswa
Inventory (HHPI) keperawatan
untuk dalam hal
mengetahui kepatuhan cuci
tingkat tangan sesuai
kepatuhan cuci prinsip (66%)
tangan. Simpulan:
Pelatihan cuci
tangan dapat
meningkatkan
kesadaran perawat
terkait
pengetahuan ,
kepercayaan dan
praktek cuci
tangan.
2 SWITCH : Al Wakra 2017 Observational Peneliti Hasil peneltian :
Hospital Journey to Study menerapkan Audit kepatuhan
90% Hand Hygiene konsep Model cuci tangan
Practice Perubahan meningkat dari
Compliance, 2011- Perilaku pada 60.78% menjadi
2015 (Altura Feah, perawat untuk 94.14%.
Almunzer Zakaria, meningkatkan Kesimpulan :
Jenalyn Castro, Omar kepatuhan cuci Pemberian
Alhasanat, Khalil Al tangan. motivasi terkait
Ismail, Naser Al Dilakukan perilaku, emosi,
Ansari, Manal Hamed) pemberian fisik dan intelektual
motivasi pada mampu
perilaku, emosi, meningkatkan
fisik dan kepatuhan cuci
intelektual tangan
perawat.
BAB III
APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN INDONESIA

Neuro merujuk pada otak / pikiran, bagaimana kita mengorganisir fikiran dan mental kita..
Linguistic adalah mengenai bahasa, bagaimana kita menggunakan bahasa tersebut untuk
menciptakan makna dan pengaruh tertentu pada fikiran dan kehidupan manusia. Programming
adalah urutan proses mental yang berpengaruh atas perilaku manusia dalam mencapai tujuan
tertentu, dan bagaimana melakukan modifikasi atas proses mental tersebut.
Cuci tangan merupakan perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah cross infection
(infeksi silang) di rumah sakit, mengingat rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya segala
macam penyakit, baik menular maupun tidak menular (Utji, 2014). Transmisi penyakit melalui
tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hygiene dari tangan,
Penelitian tentang strategi NLP ini belum pernah diterapkan di Indonesia, untuk
meningkatkan kebiasaan cuci tangan sebelumnya sudah banyak metode yang dilakukan di
Indonesia salah satunya dengan menempelkan poster langkah-langkah cuci tangan dapat
berpengaruh terhadap meningkatkan kepatuhan cuci tangan. NLP dapat diterapkan dalam
pendidikan salah satunya sebagai metode pembelajaran untuk perawat. dengan menggunakan
prinsip NLP,seseorang dapat memanfaatkan fleksibilitas tingkah laku dalam proses
pembelajaran yang baru dan menyenangkan.
Selain meningkatkan motivasi kepatuhan cuci tangan tetap harus terdapat fasilitas yang
memadai terkait cuci tangan, diantaranya hand rub yang selalu terisi dan wastafel yang tersedia
sabun antiseptic dan air bersih yang mengalir dengan lancar, tissue sekali pakai, sabun
memadai. Dimana setiap rumah sakit sudah menerapkan menyediakan fasilitas kebersihan
untuk cuci tangan baik hand rub maupun westafel yang tersedia di setiap ruangan namun masih
terdapat beberapa rumah sakit yang fasilitas masih kurang memadai.

Anda mungkin juga menyukai