Anda di halaman 1dari 21

Tinjauan Pustaka

Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad

seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut

usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi dalam tubuh (Dewi, Sosia Rhosma, 2014).

umur lanjut usia Menurut Efendi (2009) dalam sunaryo & Wijayanti, Rhayudkk

(2016), batasan-batasan umur mencakup batasan lansia sebagai berikut: Menurut

undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi”

lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria

berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)

ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very

old) ialah diatas 90 tahun.

Dra. Jos Masdani (psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama (fase

inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase

presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

prof. Dr. Koesoemato Setyonogoro masa lansia (geriatric age): lebih 65 tahun

atau 70 tahun. Masa lansia (getriatic age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur, yaitu young old (7—75 tahun), Old (75-80 ytahun).dan very old (lebih 80

tahun). , dan very old,(lebih dsri 80 tahun.

2. Karakteristik lansia

Menurut Maryam (2012), lima klasifikasi pada lansia antara lain:

Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun

Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa.

Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

3. Tipe lansia

Maryam (2012), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak

sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan

pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan

acuh tidak acuh

Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I. Widyapranata

menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua

golongan, yaitu:

Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”,

yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan)

dan kawulanya atau hambanya

Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya mulukmuluk

tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya

menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).

4. Perubahan-perubahan pada lansia


Menurut padila (2013) secara umum menjadi tua ditandai oleh kemunduran

biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain:

a) Kulit mulai mengendur dan wajah muulai keriput serta garis-garis yang

menetap.

b) kepala mulai memutihatau beruban.

c) Gigi mulai lepas (ompong).

d) Penglihatan mulai berkurang.

e) Pendengaran berkurang.

f) Mudah lelah dan mudah jatuh.

g) Nafsu makan menurun.

h) Penciuman mulai berkurang.

i) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

j) Pola tidur berubah.

5. Teori Proses Menua

Mujahidullah (2012) teori proses menua dibagi menjadi:

a) Teori Biologi

1) Theory genetic

Menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program genetic yang

mengatur proses menua selama rentang hidupnya

2) Wear and tear theory

Menurut teori “pemakaian dan perusakan” disebutkan bahwa proses menua terjadi

akibat kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan tubuh menjadi lelah dan

tidak mampu meremajakan fungsinya


b)Teori nutrisi

Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses menua

dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya. Semakin seseorang

mengkonsumsi makanan bergizi dalam rentang hidupnya maka ia akan hidup

lebih lama dengan sehat

c) Teori mutasi somatic

Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lngkungan yang

buruk

d) Teori stress

Mengungkapkan bahwa poses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh

e) Slow immunology theory

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masukny virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh

f) Teori radikal bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen.

g) Teori psikologis

1) Teori kebutuhan dasar manusia

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhanya

itu.

2) Teori individualism jung

Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya berorientas pada dunia luar

namun juga pengalaman pribadi


4) Teori pusat kehidupan manusia

Teori ini berfokus pada identifkasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang

menurut lma fase perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dewasa tengah,

usia pertengahan, dan lansia.

5) Teori tugas perkembangan

Tugas perkembangan lnsia adalah Integrity Versus Despair. Jika lansia dapat

menemukan arti dari hidup yang dijalaninya dan mengatur proses menua yang

didalamnya

h) Teori sosiologi

1) Teori interaksi sosial

Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan prestise sehingga

interaksi social mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka untuk mengikut perintah.

2) Teori penarikan diri

Kemiskinan yang di derita lansia menurunnya derajad kesehatan mengakibatkan

seorang lansia secara perlahan-perlahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya

3) Teori aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana

seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta

mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas yang dilakukan.

4) Teori berkesinambungan

Setiap orang pasti berubah menjadi tua namun kepribadian dasar dan pola perilaku

individu tidak akan mengalami perubahan Subculture theory


Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian dari subkultur. Secara

antropologis, berarti lansia memiliki norma dan standart budaya sendiri.

Konsep Hepertensi

A. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg

dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita

yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi

140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi

jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih

besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80

mmHg untuk Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang

dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi,

biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya

terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kali dalam jangka beberapa minggu.

B. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di

Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita

hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia

remaja.

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya

mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.

C. Etiologi

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%

diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat

ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah

dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari

adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada

sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu (misalnya pil KB).


Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu

tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau

norepinefrin (noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

- Stenosis arteri renalis

- Pielonefritis

- Glomerulonefritis

- Tumor-tumor ginjal

- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal

- Hiperaldosteronism

- Sindroma Cushing

- Feokromositoma

3. Obat-obatan

- Pil KB

- Kortikosteroid

- Siklosporin

- Eritropoietin

- Kokain

- Penyalahgunaan alkohol

- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)


4. Penyebab Lainnya

- Koartasio aorta

- Preeklamsi pada kehamilan

- Porfiria intermiten akut

- Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

- Peningkatan kecepatan denyut jantung

- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama

- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

D. Faktor Predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada

penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita

Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran

didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan

ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara

stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis

adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan

dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang

dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan

terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan

hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan

membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang

mempunyai berat badan normal.

E. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias

terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

F. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual
- Muntah

- Sesak nafas

- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

G. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan

sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah

kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan

atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah

skrining awal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang

dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,

biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya

terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kali dalam jangka beberapa minggu.


Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg

atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik

masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara

perlahan atau bahkan menurun drastis.

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-

induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena

hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari

kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume

darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah

diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon

vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada

kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak

terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga

peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan

tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang

mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan

dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)

adalah diantaranya:

- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient

ischemic attack (TIA).

- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard

acut (IMA).

- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran

USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah

perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa, kolesterol total, HDL, LDL.

- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP

(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan

pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan

ekordiografi.

- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose

(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:


kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan

disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

J. Penatalaksanaan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,

karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat

memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah

raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi

asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam

lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan

darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi

diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk

mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.


Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai

pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada

pengobatan farmakologis.

3. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar

saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obatannya adalah Hidroklorotiazid.

2. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis

(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :

Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada

penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi

sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang

tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini

adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan

terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping

yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

6. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan


obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang

mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah

Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko

terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta

:EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf

diakses tgl 14-10-17 jam 09.20

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-

10-17 jam 15.00

Anda mungkin juga menyukai