Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nareswati Dwi Utari L2J 009 003
Ita Tetriana L2J 009 006
Pinkan Pangestu P L2J 009 009
Niken Wijayanti L2J 009 012
M.Rizky N.A L2J 009 023
Evi L2J 009 017
Arda Nariswari L2J 009 020
Zainul Aulia L2J 008 077
Reny Nuraini L2J 008 062
PENDAHULUAN
Pasar merupakan salah satu sarana umum yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di dalamnya terdapat berbagai macam komoditi
kebutuhan sehari-hari yang diperdagangkan seperti sayur-mayur, sembilan bahan pokok, daging
baik ayam maupun sapi dan ikan, buah-buahan dan lain-lain. Komoditi-komoditi yang tidak
dapat disimpan dan lekas busuk seperti sayur-mayur dan buah-buahan tentu akan langsung
dibuang apabila tidak laku terjual.
Dalam rangka mendukung program Pasar Gede Solo menjadi pasar modern maka
dilakukan beberapa perubahan infrastruktur untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas yang ada.
Pasar Tradisonal Dengan Konsep Modern adalah pasar untuk menampung antara penjual dan
pembeli saling berinteraksi, tawar menawar tetapi mempunyai konsep ruang dan fasilitas yang
modern seperti adanya penanggulangan kebakaran, sistem IPAL, ATM Center, dan sebagainya.
Selain itu untuk bahan dan konstruksi bangunannya juga modern. Dari konsep tersebut
diharapkan para pembeli yang datang bukan dari kalangan orang tua saja, tetapi juga anak muda
Jumlah sampah organik dari pasar sangat signifikan dan tentunya menghasilkan lindi
yang tidak sedikit pula. Adanya proses degradasi oleh mikroorganisme pengurai akan
menghasilkan lindi. Lindi berpotensi menimbulkan pencemaran air dan udara, oleh karena itu,
lindi yang dihasilkan dari degradasi sampah organik pasar harus diolah menggunakan Instalasi
Pengolahan Air Limbah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah cair dari proses jual beli yang terjadi di pasar mempunyai bahan organik yang tinggi,
sehingga mudah terurai oleh mikroorganisme (secara biologis) dalam bentuk terlarut maupun
tersuspensi. Kadar dan volume rata-rata limbah cair dapat dilihat pada table 2.1
Chlorine Activated
Clarified Effluen Thickener
Contact Sludge Reactor
Karbon pada fase ini memerankan 2 fungsi yaitu adsorbs bahan organic dan filtrasi bahan
padat. Pengolahan fisika kimiawi biasanya digunakan untuk limbah cair yang mengandung
senyawa toksis atau senyawa non-biodegradable yang tidak dapat diatasi dengan proses biologi.
Penanganan lumpur dengan pemanasan akan mempercepat proses pengurangan kadar air.
Proses kerja dalam pembuangan lumpur dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBARAN UMUM
Pasar Gede Hardjonagoro (Jawa: Pasar Gedhé Hardjanagara) adalah pasar terbesar di
Kota Surakarta. Pasar Gede secara harafiah berarti “Pasar Besar” dalam bahasa Jawa.
Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang
didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang
sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang
arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada
tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé atau
“pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini
menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang
terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua
bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap
singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedhé dalam bahasa Jawa.
Pasar Gede terletak di seberang Balaikota Surakarta pada jalan Jendral Sudirman dan Jalan
Pasar Gede di perkampungan warga keturunan Tionghoa atau Pecinan yang bernama Balong dan
terletak di Kelurahan Sudiroprajan. Para pedagang yang berjualan di Pasar Gede banyak yang
keturunan Tionghoa pula. Budayawan Jawa ternama dari Surakarta Go Tik Swan yang seorang
keturunan Tionghoa, ketika diangkat menjadi bangsawan oleh mendiang Raja Kasunanan
Surakarta, Ingkang Sinuhun Pakubuwana XII mendapat gelar K.R.T. (Kangjeng Raden
Tumenggung) Hardjonagoro karena kakeknya adalah kepala Pasar Gedhé Hardjonagoro.
Dekatnya Pasar Gede dengan komunitas Tionghoa dan area Pecinan bisa dilihat dengan
keberadaan sebuah kelenteng, persis di sebelah selatan pasar ini. Kelenteng ini bernama Vihara
Avalokiteśvara Tien Kok Sie dan terletak pada Jalan Ketandan.
Dalam rangka mendukung program Pasar Gede Solo menjadi pasar modern maka
dilakukan beberapa perubahan infrastruktur untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas yang ada.
Pasar Tradisonal Dengan Konsep Modern adalah pasar untuk menampung antara penjual dan
pembeli saling berinteraksi, tawar menawar tetapi mempunyai konsep ruang dan fasilitas yang
modern seperti adanya penanggulangan kebakaran, sistem IPAL, ATM Center, dan sebagainya.
Selain itu untuk bahan dan konstruksi bangunannya juga modern. Dari konsep tersebut
diharapkan para pembeli yang datang bukan dari kalangan orang tua saja, tetapi juga anak muda
BAB V
Penentuan teknologi pengelolaan limbah cair industry pengolahan buah dan sayuran di suatu
daerah perlu dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data mengenai jumlah industry yang
ada, jenis (karakteristik) limbah cair yang dihasilkan di tiap-tiap industry, debit limbah cair
masing-masing industry dan rata-rata volume limbah cair yang dihasilkan per hari pada masing-
masing industry. Data tersebut akan digunakan dalam perencanaan pembangunan IPAL.
Data lain yang perlu didapatkan yaitu data mengenai letak geografi, jenis tanah, kedalaman
air tanah, jarak dengan sungai/danau, jarak dengan pemukiman penduduk dan data mengenai
karakteristik penduduk di sekitar industry. Data tersebut digunakan untuk menentukan lokasi
pembangunan IPAL . lokasi pembangunan IPAL sanagat menentukan keberhasilan program
pengendalian dampak pencemaran lingkungan.
5.1.2 Lokasi IPAL
Lokasi IPAL akan ditempatkan dekat dengan Pasar Gedhe. Dengan pertimbangan ekonomis
agar limbah tidak perlu diangkut atau dialirkan ke tempat yang jauh sehingga akan meningkatkan
biaya operasional. Sedangkan karena letak pasar yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo,
maka effluen yang dihasilkan akan dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu, effluen
yang dihasilkan harus sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu klasifikasi sungai Kelas I.
Pembangunan IPAL dirancang untuk mengelola seluruh limbah cair yang dikeluarkan oleh
industry pengolahan buah dan sayuran agar kualitas limbah dapat ditingkatkan, sehingga bila
dibuang tidak mencemari lingkungan.
Rancangan IPAL meliputi : daya tamping limbah cair, debit limbah dan waktu tinggal
limbah.
Mengingat bahaya limbah cair dari industri pengolahan buah dan sayuran terhadap
lingkungan, maka konstruksi IPAL harus dibuat dengan kekuatan yang baik, serta mempunyai
jangka waktu penggunaan yang lama.
Perhitungan konstruksi harus dikonsultasikan dengan ahli bangunan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Rancangan konstruksi dibuat berdasarkan debit limbah cair dana waktu tinggal
limbah cair dalam IPAL . menurut EMDI-BAPEDAL (1994), bahwa untuk industry pengolahan
sayuran debit limbah cair maksimum 15 m kubik tiap 1 ton bahan baku, industry pengolahan
nanas debit maksimum 18 m kubik tiap 1 ton bahan baku dan industry pengolahan jenis buah
lainnya debit maksimum 12 meter kubik tiap 1 ton bahan baku.
b. Murah
Teknologi pengolahan limbah terpilih hendaknya baik dari biaya investasi maupun biaya
operasi dan pemeliharaannya.
Keterangan
AS : Activated Sludge
5.4 Neraca Massa dan Analisi Effluen
Alternatif I
Biofilter
Alternatif II
Bar screen
TSS BOD COD
PRIMARY (70% X 100)= 70 (40% X 15) = 6 (40% X 76) = 30,4
Bak pengumpul (76-30,4)= 45,6
100-70= 30 mg/L 15-6 = 9 mg/L mg/L
(90% X 45,6) =
Primary Clarifier
AS (90% X 30) = 27 (95% X 9)= 8,55 41,04
45-41,04 = 4,56
30-25,5 = 4,5 mg/l 9-8,55= 0,45 mg/L mg/L
Activated Sludge
Wetland
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dipilihlah alternatif I. Jenis unit yang digunakan
dalam pengolahan limbah cair berdasarkan alternatif I adalah sebagai berikut:
a. Bar Screen
Berguna untuk menyisihkan atau memisahkan benda-benda kasar seperti potongan
sayuran dan buah-buahan.
b. Bak Pengumpul
Berguna untuk mengatur fluktuasi debit limbah yang masuk
c. Primary Clarifier
Menurunkan kadar solid yang terdapat pada air buangan
d. Biofilter
Untuk menyisihkan kandungan BOD dalam air limbah.
BAB VI
USULAN BIAYA
6.1 UMUM
Pada perencanaan ini, perhitungan Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) didasarkan atas kebutuhan bangunan saja. BOQ dan RAB pada perencanaan ini untuk
menghitung bangunan sebagai berikut :
1. Bar Screen
2. Bak Pengumpul
3. Primary Clarifier
4. Biofilter
Yang perlu diperhatikan dalam BOQ dan RAB ini antara lain kebutuhan untuk:
Penggalian tanah
Pengurugan pasir
Pemasangan beton
Pelengkap bangunan (contoh: pintu air, pipa, pompa, aerator, scrapper, dll)
Upah untuk pekerja dan mandor
Daftar upah disesuaikan dengan daftar upah yang berlaku untuk saat ini. Daftar upah
yang berlaku adalah sebagai berikut :
BILL OF QUANTITY
a B c D e f
2
A Pembersihan lahan/stripping (1 m )
1 Upah
Pekerja 0,2 21.600,00 4.320,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 4.716,00
2 Bahan
Sub total 4.716,00
B Plesteran 1 PC : 3 Psr, tebal 10 mm
1 Upah
Tukang batu 0,15 36.000,00 5.400,00
Tukang Kepala 0,015 39.600,00 594,00
Pekerja 0,4 21.600,00 8.640,00
Mandor 0,02 39.600,00 792,00
Jumlah 15.426,00
2 Bahan
PC zak 0,1077 35.000,00 3.769,50
Pasir beton m3 0,013 100.000,00 1.300,00
Jumlah 5.069,50
Sub total 20.495,50
C Galian tanah biasa (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,75 21.600,00 16.200,00
Mandor 0,025 39.600,00 990,00
Jumlah 17.190,00
2 Bahan 0
Sub total 17.190,00
D Galian tanah diangkut sejauh 30 m
1 Upah
Pekerja 0,33 21.600,00 7.128,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 7.524,00
2 Bahan 0
Sub total 7.524,00
E Tanah diratakan dan dipadatkan (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,25 21.600,00 5.400,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 5.796,00
2 Bahan 0
Sub total 5.796,00
Urugan kembali tanah
F m3 0,5 17.190,00 8.595,00
(1 m3)
G Urugan pasir urug (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,3 21.600,00 6.480,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 6.876,00
2 Bahan
Pasir m3 1,2 18.500,00 22.200,00
Sub total 29.076,00
H Urugan sirtu ( 1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,6 21.600,00 12.960,00
Mandor 0,02 39.600,00 792,00
Jumlah 13.752,00
2 Bahan
Sirtu m3 1,2 43.000,00 51.600,00
Sub total 65.352,00
I Pondasi batu belah 1PC : 4Psr
1 Upah
Tukang batu 1.2 36.000,00 43.200,00
Tukang kepala 0.12 39.600,00 4.752,00
Pekerja 3.6 21.600,00 77.760,00
Mandor 0.18 39.600,00 7.128,00
Jumlah 132.840,00
2 Bahan
Batu belah hitam m3 1.2 100.000,00 120.000,00
PC zak 3.25 35.000,00 113.750,00
Pasir beton m3 0.522 100.000,00 52.200,00
Jumlah 285.950,00
Sub total 418.790,00
2 Bahan
Batu bata bh 500 160,00 80.000,00
PC zak 3.14 35.000,00 110.236,00
Pasir beton m3 0.378 100.000,00 37.800,00
Jumlah 228.036,00
Sub total 360.876,00
2 Bahan
PC zak 6,8 35.000,00 238.000,00
Pasir beton m3 0,54 100.000,00 54.000,00
Batu pecah 2/3 m3 0,82 35.000,00 28.700,00
Jumlah 320.700,00
Sub total 502.140,00
2 Bahan
Kayu cetakan m3 0,4 800.000,00 320.000,00
Paku kg 4 10.000,00 40.000,00
Jumlah 360.000,00
Sub total 705.360,00
2 Bahan
Besi beton kg 100 4.000,00 400.000,00
Kawat beton kg 2 8.000,00 16.000,00
Jumlah 416.000,00
Sub total 983.000,00
2 Bahan
Beton cor 1 : 2 : 3 m3 1 502.140,00 502.140,00
Pembesian 1,75 983.000,00 1.720.250,00
Kayu cetakan 0,4 705.000,00 282.000,00
Tiang Perancah 0,4 877.310,00 350.000,00
Jumlah 2.855.458,00
Sub total 2.855.458,00
2 Bahan
Beton cor 1 : 2 : 3 m3 1 421.460,00 421.460,00
Pembesian 1,10 983.000,00 1.081.300,00
Kayu cetakan 0,4 705.360,00 282.144,00
Tiang Perancah 0,4 877.310,00 350.924,00
Jumlah 2.135.828,00
Sub total 2.135.828,00
R Cat tembok (1 m2)
1 Upah
Tukang cat 0,075 36.000,00 2.700,00
Tukang kepala 0,0075 39.600,00 297,00
Pekerja 0,05 21.600,00 1.080,00
Mandor 0,0025 39.600,00 99,00
Jumlah 4.176,00
2 Bahan
Plamir tembok kg 0,115 10.000,00 1.150,00
Cat tembok kg 0,16 18.000,00 2.880,00
Jumlah 4.030,00
Sub total 8.206,00
Rp 31.313,00
Rp 6.394,00
3. Urugan 1 m3 pasir.:
1,20 m3 pasir @ Rp 60.000,00 = Rp 72.000,00
Rp 84.525,00
Rp 634.500,00
Rp 3.190.500,00
Volume penggalian untuk tiap bangunan dihitung dari panjang, lebar dan kedalaman tiap
bangunan yang sudah ditambah dengan tebal tembok
Kedalaman =1 m
Volume = 8.5 m3
Dengan tebal dinding 20 cm (tebal dinding berbeda-beda untuk tiap bangunan. Tebal dinding
ini dapat dilihat pada gambar untuk tiap bangunan).
Volume = 13.61 m3
Lebar =1 m
Kedalaman = 0,1 m
Volume = 0.85 m3
Harga satuan
Harga subtotal
DIBULATKAN 1.100.000.000,00
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
1. Pemahaman lebih lanjut mengenai karakteristik limbah sangat diperlukan agar dalam
pengolahannya ditemukan metode yang tepat dan efektif.
Fair, Gordon Mskew et all. 1968. Water and Wastewater Engineering. John Wiley & Sons : New
York.
Reynolds, TD. 1982. Unit Operations and Process in Environmental Engineering. Brooks/Cole
Engineering Divison : Boston.