Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENGELOLAAN BUANGAN INDUSTRI

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


PASAR GEDE SURAKARTA

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nareswati Dwi Utari L2J 009 003
Ita Tetriana L2J 009 006
Pinkan Pangestu P L2J 009 009
Niken Wijayanti L2J 009 012
M.Rizky N.A L2J 009 023
Evi L2J 009 017
Arda Nariswari L2J 009 020
Zainul Aulia L2J 008 077
Reny Nuraini L2J 008 062

Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro


Semarang
2011
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasar merupakan salah satu sarana umum yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di dalamnya terdapat berbagai macam komoditi
kebutuhan sehari-hari yang diperdagangkan seperti sayur-mayur, sembilan bahan pokok, daging
baik ayam maupun sapi dan ikan, buah-buahan dan lain-lain. Komoditi-komoditi yang tidak
dapat disimpan dan lekas busuk seperti sayur-mayur dan buah-buahan tentu akan langsung
dibuang apabila tidak laku terjual.

Dalam rangka mendukung program Pasar Gede Solo menjadi pasar modern maka
dilakukan beberapa perubahan infrastruktur untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas yang ada.
Pasar Tradisonal Dengan Konsep Modern adalah pasar untuk menampung antara penjual dan
pembeli saling berinteraksi, tawar menawar tetapi mempunyai konsep ruang dan fasilitas yang
modern seperti adanya penanggulangan kebakaran, sistem IPAL, ATM Center, dan sebagainya.
Selain itu untuk bahan dan konstruksi bangunannya juga modern. Dari konsep tersebut
diharapkan para pembeli yang datang bukan dari kalangan orang tua saja, tetapi juga anak muda

Di samping memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat, keberadaan pasar juga


menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah hasil kegiatan di pasar harus diperhatikan, hal ini
karena limbah yang dihasilkan harus diolah secara tepat, serta pemilihan teknologi pengolahan
limbah yang dipilih dapat tepat guna dan efisien, sesuai karakterstik limbah yang dihasilkan.

Jumlah sampah organik dari pasar sangat signifikan dan tentunya menghasilkan lindi
yang tidak sedikit pula. Adanya proses degradasi oleh mikroorganisme pengurai akan
menghasilkan lindi. Lindi berpotensi menimbulkan pencemaran air dan udara, oleh karena itu,
lindi yang dihasilkan dari degradasi sampah organik pasar harus diolah menggunakan Instalasi
Pengolahan Air Limbah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Limbah


Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyarakat dan
rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan
lainnya. Jadi, air limbah yang dimaksud masih berupa kotoran yang umum. Menurut Sidarta dkk
(1997), air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil dari adanya
berbagai kegiatan manusia sehari- hari. Sedangkan menurut Tchobanoglous dan Burton (1991),
air limbah (wastewater) didefinisikan sebagai campuran dari cairan atau air yang dibawa oleh
limbah yang berasal dari pemukiman, institusi, daerah perdagangan maupun daerah industri,
yang dapat hadir bersama- sama dengan air tanah, air permukaan maupun air bah.

2.2 Karakteristik Limbah Cair


Penjualan buah dan sayuran di pasaran biasanya hanya dilakukan dengan pencucian,
penyortiran, penghilangan tangkai, daun dan akar. Sebagian buah dan sayuran yang tidak terjual
atau rusak biasanya hanya dibuang sebagai limbah padat. Proses pengolahan buah dan sayuran
bertujuan untuk persediaan bahan pangan dan meningkatkan variasi hasil olahan.

Limbah cair dari proses jual beli yang terjadi di pasar mempunyai bahan organik yang tinggi,
sehingga mudah terurai oleh mikroorganisme (secara biologis) dalam bentuk terlarut maupun
tersuspensi. Kadar dan volume rata-rata limbah cair dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1 Kadar dan Debit Limbah cair Pasar Tradisional

No Pengolahan Debit (m3 / ton) BOD (kg/ ton) TSS (kg/ton)


1 Buah – buahan
a. Kisaran 12,0 – 30,0 4,8-25 1,8 – 34,0
b. Rata-rata 18,3 14,4 8,1
2 Sayuran
a. Kisaran 8,0 – 44,0 3,5 – 46,0 3,1 – 64,0
b. Rata – rata 22,1 18,2 17,0
Sumber : EMDI – BAPEDAL , 1994.
2.3 Sumber dan Karakteristik Limbah Cair
Tabel 2.1
Karakteristik Limbah secara Fisik, Kimia dan Biologis serta Sumbernya
Karakteristik Sumber asal air limbah
Sifat Fisik :
Air buangan rumah tangga dan industri, bangkai
Warna
benda organik.
Bau Pembusukan air limbah dan air industri.
Penyediaan air minum rumah tangga, air limbah
Endapan
rumah tangga dan industri, erosi tanah, infiltrasi.
Temperatur Air limbah rumah tangga dan industri.
Kandungan Bahan
Kimia :
Organik:
Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah
Karbohidrat
industri.
Minyak, lemak dan Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah
gemuk industri.
Pestisida Air limbah pertanian.
Fenol Air limbah industri.
Protein Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Polutan utama Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Surfaktan Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Senyawa organik
Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
volatile
Lain- lain Bangkai bahan organik alamiah.
Anorganik:
Air limbah dan air minum rumah tangga serta
Kesadahan
infiltrasi air tanah.
Klorida Air limbah dan air minum rumah tangga dan
infiltrasi air tanah.
Logam berat Air limbah industri.
Nitrogen Air limbah rumah tangga dan pertanian.
Ph Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri
Fosfor
serta limpahan air hujan.
Polutan utama Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Air limbah dan air minum rumah tangga serta air
Belerang
limbah industri dan perdagangan.

Karakteristik Sumber asal air limbah


Gas- gas:
Hidrogen sulfida Pembusukan limbah rumah tangga.
Metan Pembusukan limbah rumah tangga.
Penyediaan air minum rumah tangga serta
Oksigen
perembesan air permukaan.
Kandungan biologis:
Hewan Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Tumbuh- tumbuhan Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Protista:
Limbah rumah tangga, infiltrasi air permukaan dan
Eubacteria
bangunan pengolah.
Limbah rumah tangga, infiltrasi air permukaan dan
Archaebacteria
bangunan pengolah.
Virus Limbah rumah tangga.
Sumber : Tchobanoglous and Burton, 1991
2.4 Teknologi Pengelolaan Limbah Cair
Tujuan utama pengelolaan limbah cair pasar tradisional buah dan sayuran adalah untuk
mengurangi kadar BOD, TSS, dan membunuh kuman penyakit / organism pathogen dalam
limbah cair antara lain sebagai berikut ( Depkes RI, 1992 ) :
a. Penyaringan , bertujuan untuk menangkap/ menghilangkan bahan padat yang ada pada
limbah cair.
b. Penangkap pasir, bertujuan untuk menghilangkan pasir dan koral yang terbawa oleh
limbah cair.
c. Equalisasai, bertujuan untuk melunakkan limbah cair, agar lebih mudah dalam
pengelolaan selanjutnya.
d. Netralisasi, bertujuan untuk menetralkan limbah cair yang bersifat asam atau basa.
e. Pengendapan, bertujuan untuk menghilangkan benda- benda yang tercampur dalam air
limbah.
f. Reaktor lumpur aktif, bertujuan untuk menghilangkan bahan organic.
g. Nitrifikasai dan denitrifikasi, bertujuan untuk menghilangkan lemak secara biologi.
h. Saringan pasir, bertujuan untuk menghilangkan partikel padat yang lebih kecil.
i. Desinfeksi, bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.
Pengolahan limbah cair pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) fase atau
tahapan, disesuaikan dengan karakteristik limbah cair yang akan dilakukan pengelolaan, yang
dapat dipilih salah satu yang diperkirakan memberikan memberikan manfaat yang terbaik.
Fase atau tahapan pengelolaan limbah cair dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.5 Proses Pengelolaan Limbah Cair


2.5.1 Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Dilaksanakan sebelum proses pengolahan, dengan kegiatan pembersihan – pembersihan
yang bertujuan untuk mempercepat dan memperlancar kegiatan selanjutnya. Kegiatan –
kegiatan tersebut dapat berupa :
a. Pengambilan benda – benda terapung
Dijalankan dengan jalan limbah cair dilewatkan saringan kasar atau menggunakan alat
pencacah untuk memotong zat padat yang ada dalam limbah cair.
b. Pengambilan benda mengendap ( pasir )
Bak penangkap pasir dibuat secara horizontal dengan kecepatan aliran berkisar 0,3
m/det, pasir yang dapat diendapkan berdiameter antara 0,15 – 0,22 mm.Pengambilan
pasir pada bak penangkap pasir dilakukan dengan penyedotan menggunakan alat
penyedotpasir.

2.5.2 Pengolahan pertama (primary treatment)


Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan bahan padat tersuspensi dengan cara
pengendapan atau pengapungan. Sedimentasi merupakan cara pengolahan primer yang banyak
digunakan, partikel – partikel bahan tersuspensi dalam bak inidiberi kesempatan untuk
mengendap ke dasar tangki dalam kondisi tenang, dengan jalan pengaturan waktu tinggal limbah
cair dalam bak pengendapan ( sedimentasi ).

2.5.3 Pengolahan Tingkat Kedua ( Secondary Treatment )


Fase ini merupakan proses biologis yang berfungsi untuk menghilangkan bahan organic di
dalam limbah cair melalui oksidasi biokhemis.Metode yang digunakan pada fase ini adalah
lumpur aktif dan Trickling Filter. Skema pengolahan menggunakan lumpur aktif dapat dilihat
pada gambar 2.1
Solids Grit Primary Sludge

Waste Water Bar racs Grit Chamber Sedimentasi

Chlorine Activated
Clarified Effluen Thickener
Contact Sludge Reactor

Gambar 2.1 Skema proses kerja pengolahan Activated Sludge

2.5.4 Pengolahan Tingkat Ketiga ( Tertiary Treatment )


Pengolahan tingkat ini biasanya diperlukan untuk menghilangkan kontaminan tertentu agar
limbah cair dapat digunakan kembali. Limbah cair yang keluar dari pengolahan tahap ketiga (
effluen ) sebelum dibuang ke tanah atau badan air dilakukan pengolahan dengan chlorine altau
ozon untuk menghancurkan mikroorganisme phatogen.
2.5.5 Pengolahan Fisika Kimiawi
Pada fase ini merupaka alternative lain dari proses biologis, proses yang utama adalah
koagulasi kimiawi, adsorbs dengan karbon dan penyaringan (filtrasi ). Pengendapan bahan padat
dan fosfat yang tersuspensi pada saluran sedimentasi setelah ditambahkan bahan kimia seperti :
alumunium, ferri chloride atau kapur.

Karbon pada fase ini memerankan 2 fungsi yaitu adsorbs bahan organic dan filtrasi bahan
padat. Pengolahan fisika kimiawi biasanya digunakan untuk limbah cair yang mengandung
senyawa toksis atau senyawa non-biodegradable yang tidak dapat diatasi dengan proses biologi.

2.5.6 Pembuangan Lumpur (Sludge Disposal )


Proses pengolahan limbah cair menghasilkan lumpur dari bahan padat tersuspensi dalam
efluen, biomas yang dihasilkan pada proses biologis dan presipitat yang dihasilkan dari bahan
kimia.

Penanganan lumpur dengan pemanasan akan mempercepat proses pengurangan kadar air.
Proses kerja dalam pembuangan lumpur dapat dilihat pada gambar berikut.

Waste Gravity Anaerobic Vacum Landfill or


Sludge Thickener Digester Filtration Incinerator

Gambar 2.2 Skema Proses Kerja Pembuangan Lumpur

2.6 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Buah dan Sayuran


Pengolahan limbah cair industry pada umumnya terdiri dari pengolahan fisik dan
pengolahan biologi, demikian pula untuk pasar tradisional buah dan sayuran. Limbah cair
dengan kadar organic yang tinggi tidak banyak mengandung bahan kimia, serta mudah diolah
dengan cara biologi, Pengolahan limbah air yang dapat dilakukan :
a. Secara fisik : penyaringan dan penangkapan lemak
b. Secara fisika kimiawi : ekualisasi dan netralisasi
c. Secara biologic : biofilter anaerobic, sedimentasi, aerasi dan filtrasi
2.6.1 Pengolahan Limbah Cair dengan Equalisasi dan Netralisasi
Pembangunan bak equalisasi bertujuan untuk pengaturan debit limbah cair agar
limbah cair menjadi homogen kondisi limbah menjadi stabil, sedangkan netralisasi
berfungsi mengatur derajat keasaman (pH) limbah dengan menambahkan zat kima
tertentu agar menjadi netral. Proses penetralan diperlukan berkaitan dengan kehidupan
organism pengurai dalam limbah.
Mikroorganisme aerobic akan hidup dan berkembang secara optimal pada pH netral
(pH = 6,5-9 ). Pada ph netral mikroorganisme aerobic akan mengalami aktivitas yang
tinggi, keadaan ini akan mempercepat proses pengolahan limbah cair secara biologis.

2.6.2 Pengolahan Limbah Cair dengan Biofilter Anaerobik


Pengolahan limbah cair dengan biofilter anaerobic merupakan proses pngolahan
secara biologis, dengan bantuan mikroorganisme anaerobic. Berupa bangunan/ bak
tertutup yang berisi lumpur aktif dan biofilter dengan proses secara anaerobic. Pembuatan
lumpur aktif antara lain mencampur tinja dari septic tank dan air limbah dengan
perbandingan 1 : 3, diproses selama 7 hari.
Pembuatan biofilter dapat juga menggunakan bekas botol air mineral yang berlubang-
lubang, potongan pipa PVC diameter 1 inchi dipotong-potong dengan panjang 5-10 cm
dengan permukaan dibuat kasar, diaktifkan dengan mengalirkan limbah cair ke dalambak
dan dioksidasi dengan aerasi selama minimal 7 hari.
Pengolahan limbah pasar tradisional buah dan sayuran menggunakan biofilter ini
bertujuan untuk mendegradasi bahan organikoleh bakteri anaerobic, sehingga kualitas
limbah cair ditingkatkan dengan parameter terjadinya penurunan BOD dan TSS yang
terdapat pada limbah cair setelah diolah dalam bak biofilter. Penurunan BOD terjadi
karena adanya penurunan bahan organic yang ada. Bahan organic di dalam biofilter
diurai oleh bakteri anaerobic gas – gas dan senyawa – senyawa lain yang lebih sederhana.
Penurunan TSS pada proses pengolahan limbah cair menggunkan biofilter akibat
terjadinya proses pengendapan dalam bak biofilter.
2.6.3 Pengolahan Limbah Cair dengan Sedimentasi
Proses pengolahan limbah secara sedimentasi bertujuan untuk memberi kesempatan
partikel-partikel bahan padat untuk mengendap dalam kondisi yang tenang. Kualitas
limbah cair dapat ditingkatkan yaitu turunnya bahan organic dan bahan lain yang
berbentuk padat. Penurunan bahan organic dalam limbah cair dapat dilihat dengan
penurunan parameter BOD dan TSS.

2.6.4 Pengolahan Limbah Cair dengan Aerasi


Proses pengolahan limbah cair dengan aerasi bertujuan untuk menambahkan oksigen
ke dalam limbah. Adanya oksigen yang cukup, mengakibatkan bakteri dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik sehingga proses penguraian bahan organic dalam limbah
akan berjalan dengan cepat. Kecukupan oksigen akan mempercepat peningkatan kualitas
limbah cair.

2.6.5 Pengolahan Limbah Cair dengan Filtrasi


Filtrasi atau penyaringan merupakan proses lewatnya limbah cair pada media seperti
pasir,ijuk atau koral yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi atau
koloidal yang ada pada limbah cair. Saringan biasanya terdiri dari granular (butiran) yang
lebih kasar dan susunannya lebih dalam.
Pemakaian saringan mempunyai batas waktu pemakaian, hal ini dipengaruhi oleh
efisiensi proses pengolahan sebelumnya dan semakin baik kualitas bahan penyaring,
maka semakin lama pula waktu pemakaiannya. Penyaringannya juga berfungsi untuk
memperlancar proses pengolahan selanjutnya terutama gangguan proses dekomposisi
oleh bakteri pengurai.

2.7 Pengolahan Limbah Cair pasar tradisional buah dan sayuran


Pada pengendalian limbah cair Pasar tradisional buah dan sayuran parameter utamanya
adalah pH, BOD, TSS. Pengolahan yang efektif dalam pengendalian parameter BOD dan
TSS adalah pengolahan secara biologis, limbah cair pasar tradisional buah dan sayuran
dengan kadar BOD = 4,8kg/ton (BML BOD = 1,2 ) dan TSS= 1,8 (BML TSS = 0,84), untuk
sayuran mempunyai kadar BOD = 3,5 kg/ton (BML BOD= 0,72 kg/ton) dan TSS = 17,0
(BML TSS =0,54 ). Jika dibandingkan dengan baku mutu, maka limbah cair yang dihasilkan
memerlukaan pengolahan, terutama untuk menurunkan kadar BOD, TSS.
Prinsip pengolahannya adalah peruraian bahan organic oleh mikroorganisme secara
anaerobic dan aerobikatau proses secara biologis. Teknologi pengolahan limbah cair pasar
tradisional buah dan sayuran dengan system biofilter anaerobic, aerasi, sedimentasi dan
filtrasi, dapat dipastikan secara efektif menurunkan BOD dan TSS pada limbah cair.
BAB III

GAMBARAN UMUM

Pasar Gede Hardjonagoro (Jawa: Pasar Gedhé Hardjanagara) adalah pasar terbesar di
Kota Surakarta. Pasar Gede secara harafiah berarti “Pasar Besar” dalam bahasa Jawa.

Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang
didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang
sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang
arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada
tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé atau
“pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini
menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang
terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua
bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap
singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedhé dalam bahasa Jawa.

(Pasar Gede Surakarta, tampak depan)

Pasar Gede terletak di seberang Balaikota Surakarta pada jalan Jendral Sudirman dan Jalan
Pasar Gede di perkampungan warga keturunan Tionghoa atau Pecinan yang bernama Balong dan
terletak di Kelurahan Sudiroprajan. Para pedagang yang berjualan di Pasar Gede banyak yang
keturunan Tionghoa pula. Budayawan Jawa ternama dari Surakarta Go Tik Swan yang seorang
keturunan Tionghoa, ketika diangkat menjadi bangsawan oleh mendiang Raja Kasunanan
Surakarta, Ingkang Sinuhun Pakubuwana XII mendapat gelar K.R.T. (Kangjeng Raden
Tumenggung) Hardjonagoro karena kakeknya adalah kepala Pasar Gedhé Hardjonagoro.

Dekatnya Pasar Gede dengan komunitas Tionghoa dan area Pecinan bisa dilihat dengan
keberadaan sebuah kelenteng, persis di sebelah selatan pasar ini. Kelenteng ini bernama Vihara
Avalokiteśvara Tien Kok Sie dan terletak pada Jalan Ketandan.

Dalam rangka mendukung program Pasar Gede Solo menjadi pasar modern maka
dilakukan beberapa perubahan infrastruktur untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas yang ada.
Pasar Tradisonal Dengan Konsep Modern adalah pasar untuk menampung antara penjual dan
pembeli saling berinteraksi, tawar menawar tetapi mempunyai konsep ruang dan fasilitas yang
modern seperti adanya penanggulangan kebakaran, sistem IPAL, ATM Center, dan sebagainya.
Selain itu untuk bahan dan konstruksi bangunannya juga modern. Dari konsep tersebut
diharapkan para pembeli yang datang bukan dari kalangan orang tua saja, tetapi juga anak muda
BAB V

PERANCANGAN USULAN TEKNIS

Limbah pasar tradisional dihasilkan dari aktivitas manusia selama berlangsungnya


proses jual beli. Limbah pasar tradisional meliputi bahan organik berupa sisa sayur-sayuran,
buah-buahan, daun, nasi, dan lain-lain, dan bahan anorganik berupa plastik, kain, pecahan kaca,
dan sebagainya. Produksi sampah di pasar tradisional Pasar Gede Surakarta dapat mencapai 16-
20 m3 per hari dengan komposisi sampah organik dan anorganik 60-40.
Limbah pasar mengandung berbagai macam mikroba, diantaranya adalah protozoa,
fungi, bakteri, dan virus. Mikroba tersebut berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.
Bakteri yang umum terdapat pada limbah/sampah pasar adalah bakteri dari kelompok koliform.
Bakteri koliform termasuk ke dalam famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari beberapa genus,
diantaranya Escherichia, Shigella, Salmonella, Klebisella, Enterobacter, Serratia dan Proteus.
Beberapa contoh bakteri yang termasuk ke dalam kelompok koliform antara lain: Escherichia
coli, Edwardsiella, Citrobacter, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas, dan Bacil paracolon
(Downes dan Ito, 2001). Bakteri ini dapat mencemari air tanah apabila penanganan limbah yang
tidak tepat.

5.1 Langkah-langkah pembuatan IPAL


5.1.1. Survai lapangan

Penentuan teknologi pengelolaan limbah cair industry pengolahan buah dan sayuran di suatu
daerah perlu dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data mengenai jumlah industry yang
ada, jenis (karakteristik) limbah cair yang dihasilkan di tiap-tiap industry, debit limbah cair
masing-masing industry dan rata-rata volume limbah cair yang dihasilkan per hari pada masing-
masing industry. Data tersebut akan digunakan dalam perencanaan pembangunan IPAL.

Data lain yang perlu didapatkan yaitu data mengenai letak geografi, jenis tanah, kedalaman
air tanah, jarak dengan sungai/danau, jarak dengan pemukiman penduduk dan data mengenai
karakteristik penduduk di sekitar industry. Data tersebut digunakan untuk menentukan lokasi
pembangunan IPAL . lokasi pembangunan IPAL sanagat menentukan keberhasilan program
pengendalian dampak pencemaran lingkungan.
5.1.2 Lokasi IPAL

Lokasi IPAL akan ditempatkan dekat dengan Pasar Gedhe. Dengan pertimbangan ekonomis
agar limbah tidak perlu diangkut atau dialirkan ke tempat yang jauh sehingga akan meningkatkan
biaya operasional. Sedangkan karena letak pasar yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo,
maka effluen yang dihasilkan akan dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu, effluen
yang dihasilkan harus sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu klasifikasi sungai Kelas I.

5.1.3 Rancangan Bangunan

Pembangunan IPAL dirancang untuk mengelola seluruh limbah cair yang dikeluarkan oleh
industry pengolahan buah dan sayuran agar kualitas limbah dapat ditingkatkan, sehingga bila
dibuang tidak mencemari lingkungan.

Rancangan IPAL meliputi : daya tamping limbah cair, debit limbah dan waktu tinggal
limbah.

Mengingat bahaya limbah cair dari industri pengolahan buah dan sayuran terhadap
lingkungan, maka konstruksi IPAL harus dibuat dengan kekuatan yang baik, serta mempunyai
jangka waktu penggunaan yang lama.

Perhitungan konstruksi harus dikonsultasikan dengan ahli bangunan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Rancangan konstruksi dibuat berdasarkan debit limbah cair dana waktu tinggal
limbah cair dalam IPAL . menurut EMDI-BAPEDAL (1994), bahwa untuk industry pengolahan
sayuran debit limbah cair maksimum 15 m kubik tiap 1 ton bahan baku, industry pengolahan
nanas debit maksimum 18 m kubik tiap 1 ton bahan baku dan industry pengolahan jenis buah
lainnya debit maksimum 12 meter kubik tiap 1 ton bahan baku.

5.2 Prosedur Pemilihan Teknologi

Kesesuaian antara teknologi pengolahan limbah dengan karakteristik limbah merupakan


factor utama yang perlu diperhatikan pada pemilihan teknologi pengolahan limbah yang akan
digunakan. Pemilihan teknologi pengolahan limbah cair didasarkan pada :

a. Keandalan kerja peralatan


Pemilihan teknologi terutama didasarkan pada keandalan kerja perlatan dan system
secara keseluruhan, efisiensi dan alternative penanganan pabila terjadi maslah sat dioperasikan.
Selain itu penentuan system transportasi / pemindahan limbah cair perlu ditentukan berdasarkan
geografi dan tataletak.

b. Murah

Teknologi pengolahan limbah terpilih hendaknya baik dari biaya investasi maupun biaya
operasi dan pemeliharaannya.

5.3 Alternatif Pengolahan

Alternatif I Alternatif II Alternatif III

Bar Screen Bar Screen Bar Screen

Bak Pengumpul Bak Pengumpul Bak Pengumpul

Primary Clarifier Primary Clarifier Primary Clarifier

Bio Filter AS Trickling Filter

Sludge Drying Bed Sludge Drying Bed

Sumber : Analisa Pribadi, 2010

Keterangan
AS : Activated Sludge
5.4 Neraca Massa dan Analisi Effluen
Alternatif I

TSS BOD COD


Bar Screen PRIMARY (70% X 100)= 70 (40% X 15) = 6 (40% X 76) = 30,4
76-30,4)= 45,6
100-70= 30 mg/L 15-6 = 9 mg/L mg/L
Bak (90% X 45,6) =
Pengumpul BIOFILTER (85% X 30) = 25,5 (85% X 9)= 7,65 41,04
45-41,04 = 4,56
30-25,5 = 4,5 mg/l 9-7,65=1,35 mg/L mg/L
Primary
Clarifier

Biofilter

Alternatif II

Bar screen
TSS BOD COD
PRIMARY (70% X 100)= 70 (40% X 15) = 6 (40% X 76) = 30,4
Bak pengumpul (76-30,4)= 45,6
100-70= 30 mg/L 15-6 = 9 mg/L mg/L
(90% X 45,6) =
Primary Clarifier
AS (90% X 30) = 27 (95% X 9)= 8,55 41,04
45-41,04 = 4,56
30-25,5 = 4,5 mg/l 9-8,55= 0,45 mg/L mg/L
Activated Sludge

Sludge Drying Bed


Alternatif III

TSS BOD COD


Bar screen PRIMARY (70% X 100)= 70 (40% X 15) = 6 (40% X 76) = 30,4
76-30,4)= 45,6
100-70= 30 mg/L 15-6 = 9 mg/L mg/L
Bak pengumpul (80% X 45,6) =
Wetland (90% X 30) = 27 (80% X 9)= 7,2 36,48
45,6-36,48 = 9,12
Primary Clarifier
30-25,5 = 4,5 mg/l 9-7,2= 1,8 mg/L mg/L

Wetland

Sludge Drying Bed

5.5 Analisa Alternatif


Pemilihan teknologi pengolahan limbah didasarkan pada:
1. Keandalan kerja peralatan
2. Biaya investasi dan operasional rendah
3. Sistem operasional mudah diterapkan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dipilihlah alternatif I. Jenis unit yang digunakan
dalam pengolahan limbah cair berdasarkan alternatif I adalah sebagai berikut:

a. Bar Screen
Berguna untuk menyisihkan atau memisahkan benda-benda kasar seperti potongan
sayuran dan buah-buahan.
b. Bak Pengumpul
Berguna untuk mengatur fluktuasi debit limbah yang masuk
c. Primary Clarifier
Menurunkan kadar solid yang terdapat pada air buangan
d. Biofilter
Untuk menyisihkan kandungan BOD dalam air limbah.
BAB VI

USULAN BIAYA

6.1 UMUM

Pada perencanaan ini, perhitungan Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) didasarkan atas kebutuhan bangunan saja. BOQ dan RAB pada perencanaan ini untuk
menghitung bangunan sebagai berikut :

1. Bar Screen
2. Bak Pengumpul
3. Primary Clarifier
4. Biofilter

Yang perlu diperhatikan dalam BOQ dan RAB ini antara lain kebutuhan untuk:

 Penggalian tanah
 Pengurugan pasir
 Pemasangan beton
 Pelengkap bangunan (contoh: pintu air, pipa, pompa, aerator, scrapper, dll)
 Upah untuk pekerja dan mandor

6.2 RENCANA ANGGARAN

6.2.1 Daftar Upah

Daftar upah disesuaikan dengan daftar upah yang berlaku untuk saat ini. Daftar upah
yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Pekerja ……………………………… Rp 50.000,00/ hari


2. Tukang ……………………………… Rp 55.000,00/ hari
3. Mandor ……………………………… Rp 80.00,00/ hari
6.2.2 Daftar Analisa

BILL OF QUANTITY

Daftar Analisa Satuan Pekerjaan

No Uraian Satuan Volume Harga Satuan (Rupiah) Jumlah (Rupiah)

a B c D e f
2
A Pembersihan lahan/stripping (1 m )
1 Upah
Pekerja 0,2 21.600,00 4.320,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 4.716,00
2 Bahan
Sub total 4.716,00
B Plesteran 1 PC : 3 Psr, tebal 10 mm
1 Upah
Tukang batu 0,15 36.000,00 5.400,00
Tukang Kepala 0,015 39.600,00 594,00
Pekerja 0,4 21.600,00 8.640,00
Mandor 0,02 39.600,00 792,00
Jumlah 15.426,00
2 Bahan
PC zak 0,1077 35.000,00 3.769,50
Pasir beton m3 0,013 100.000,00 1.300,00
Jumlah 5.069,50
Sub total 20.495,50
C Galian tanah biasa (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,75 21.600,00 16.200,00
Mandor 0,025 39.600,00 990,00
Jumlah 17.190,00
2 Bahan 0
Sub total 17.190,00
D Galian tanah diangkut sejauh 30 m
1 Upah
Pekerja 0,33 21.600,00 7.128,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 7.524,00
2 Bahan 0
Sub total 7.524,00
E Tanah diratakan dan dipadatkan (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,25 21.600,00 5.400,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 5.796,00
2 Bahan 0
Sub total 5.796,00
Urugan kembali tanah
F m3 0,5 17.190,00 8.595,00
(1 m3)
G Urugan pasir urug (1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,3 21.600,00 6.480,00
Mandor 0,01 39.600,00 396,00
Jumlah 6.876,00
2 Bahan
Pasir m3 1,2 18.500,00 22.200,00
Sub total 29.076,00
H Urugan sirtu ( 1 m3)
1 Upah
Pekerja 0,6 21.600,00 12.960,00
Mandor 0,02 39.600,00 792,00
Jumlah 13.752,00
2 Bahan
Sirtu m3 1,2 43.000,00 51.600,00
Sub total 65.352,00
I Pondasi batu belah 1PC : 4Psr
1 Upah
Tukang batu 1.2 36.000,00 43.200,00
Tukang kepala 0.12 39.600,00 4.752,00
Pekerja 3.6 21.600,00 77.760,00
Mandor 0.18 39.600,00 7.128,00
Jumlah 132.840,00

2 Bahan
Batu belah hitam m3 1.2 100.000,00 120.000,00
PC zak 3.25 35.000,00 113.750,00
Pasir beton m3 0.522 100.000,00 52.200,00
Jumlah 285.950,00
Sub total 418.790,00

J Ps.batu bata 1PC : 2 Psr (1 m3)


1 Upah
Tukang batu 1.2 36.000,00 43.200,00
Tukang kepala 0.12 39.600,00 4.752,00
Pekerja 3.6 21.600,00 77.760,00
Mandor 0.18 39.600,00 7.128,00
Jumlah 132.840,00

2 Bahan
Batu bata bh 500 160,00 80.000,00
PC zak 3.14 35.000,00 110.236,00
Pasir beton m3 0.378 100.000,00 37.800,00
Jumlah 228.036,00
Sub total 360.876,00

K Beton cor 1 : 2 : 3 (1m3)


1 Upah
Tukang batu 1 36.000,00 36.000,00
Tukang kepala 0,1 39.600,00 3.960,00
Pekerja 6 21.600,00 129.600,00
Mandor 0,3 39.600,00 11.880,00
Jumlah 181.440,00

2 Bahan
PC zak 6,8 35.000,00 238.000,00
Pasir beton m3 0,54 100.000,00 54.000,00
Batu pecah 2/3 m3 0,82 35.000,00 28.700,00
Jumlah 320.700,00
Sub total 502.140,00

M 1 m3 beton perlu 10 m2 kayu cetakan


1 Upah
Tukang kayu 5 38.400,00 192.000,00
Tukang kepala 0,5 39.600,00 19.800,00
Pekerja 2 21.600,00 43.200,00
Mandor 0,1 39.600,00 3.960,00
Pekerja pembongkar 4 21.600,00 86.400,00
Jumlah 345.360,00

2 Bahan
Kayu cetakan m3 0,4 800.000,00 320.000,00
Paku kg 4 10.000,00 40.000,00
Jumlah 360.000,00
Sub total 705.360,00

N Pembesian, 100 kg , besi beton


1 Upah
Tukang besi 3/4 x 9 36.000,00 243.000,00
Tukang kepala 3/4 x3 39.600,00 89.100,00
Pekerja 3/4 x 9 21.600,00 145.800,00
Mandor 3/4 x 3 39.600,00 89.100,00
Jumlah 567.000,00

2 Bahan
Besi beton kg 100 4.000,00 400.000,00
Kawat beton kg 2 8.000,00 16.000,00
Jumlah 416.000,00
Sub total 983.000,00

P Beton bertulang 1 : 2 : 3 ( 1m3 )


(berat besi penulangan 175 kg/m3
1 Upah 0

2 Bahan
Beton cor 1 : 2 : 3 m3 1 502.140,00 502.140,00
Pembesian 1,75 983.000,00 1.720.250,00
Kayu cetakan 0,4 705.000,00 282.000,00
Tiang Perancah 0,4 877.310,00 350.000,00
Jumlah 2.855.458,00
Sub total 2.855.458,00

Q Beton bertulang 1:2.5:5 (1m3)


(berat besi penulangan 110 kg/m3 )
1 Upah

2 Bahan
Beton cor 1 : 2 : 3 m3 1 421.460,00 421.460,00
Pembesian 1,10 983.000,00 1.081.300,00
Kayu cetakan 0,4 705.360,00 282.144,00
Tiang Perancah 0,4 877.310,00 350.924,00
Jumlah 2.135.828,00
Sub total 2.135.828,00
R Cat tembok (1 m2)
1 Upah
Tukang cat 0,075 36.000,00 2.700,00
Tukang kepala 0,0075 39.600,00 297,00
Pekerja 0,05 21.600,00 1.080,00
Mandor 0,0025 39.600,00 99,00
Jumlah 4.176,00
2 Bahan
Plamir tembok kg 0,115 10.000,00 1.150,00
Cat tembok kg 0,16 18.000,00 2.880,00
Jumlah 4.030,00
Sub total 8.206,00

1. Penggalian 1 m3 tanah, dalam tidak lebih dari 1 m


0,75 pekerja biasa @ Rp 40.000,00 = Rp 30.000,00

0,025 mandor @ Rp 52.500,00 = Rp 1.313,00 +

Rp 31.313,00

2. Penggalian 1 m3 tanah, dalam lebih dari 1 m


0,15 pekerja biasa @ Rp 40.000,00 = Rp 6.000,00

0,0075 mandor @ Rp 52.500,00 = Rp 394,00 +

Rp 6.394,00

3. Urugan 1 m3 pasir.:
1,20 m3 pasir @ Rp 60.000,00 = Rp 72.000,00

0,30 pekerja @ Rp 40.000,00 = Rp 12.000,00

0,01 mandor @ Rp 52.500,00 = Rp 525,00 +

Rp 84.525,00

4. Untuk membuat 1 m3 beton 1 : 2,5 : 5


1 m3 batu pecah @ Rp 115.000,00 = Rp 115.000,00

0,50 m3 pasir @ Rp 60.000,00 = Rp 30.000,00

5 zak Portland semen @ Rp 41.000,00 = Rp 205.000,00

6 pekerja @ Rp 40.000,00 = Rp 240.000,00

0,3 mandor @ Rp 52.500,00 = Rp 15.750,00

0,5 tukang batu @ Rp 51.500,00 = Rp 25.750,00

0,05 kepala tukang @ Rp 60.000,00 = Rp 3.000,00 +

Rp 634.500,00

5. 1 m3 pasangan bata, perbandingan 1 kapur batu : 1 semen : 1 pasir


600 buah bata @ Rp 1.500,00 = Rp 900.000,00

1,5 m3 kapur batu @ Rp 500.000,00 = Rp 750.000,00

1,5 m3 semen @ Rp 35.000,00 = Rp 52.500,00

1,5 m3 pasir @ Rp 60.000,00 = Rp 90.000,00

5 tukang batu @ Rp 50.000,00 = Rp 250.000,00

10 pekerja @ Rp 60.000,00 = Rp 600.000,00

1 mandor @ Rp 75.000,00 = Rp 75.000,00

Rp 3.190.500,00

6.2.3.1 Contoh Perhitungan

 Volume penggalian untuk tiap bangunan dihitung dari panjang, lebar dan kedalaman tiap
bangunan yang sudah ditambah dengan tebal tembok

Contoh untuk saluran pembawa :

Bangunan dengan : Panjang =5 m


Lebar = 1,70 m

Kedalaman =1 m

Volume = 8.5 m3

Dengan tebal dinding 20 cm (tebal dinding berbeda-beda untuk tiap bangunan. Tebal dinding
ini dapat dilihat pada gambar untuk tiap bangunan).

Penggalian : Panjang = {5 + (2 x 0,2)} m = 5,4 m

Lebar = {1.70 + ( 2 x 0,2)m = 2,10 m

Kedalaman = {kedalaman + 0,2 }

Kedalaman = {1+ 0.2} m = 1,2 m

Volume = 13.61 m3

 Untuk urugan pasir diasumsikan setinggi 10 cm = 0,1 m

Urugan pasir : Panjang =5 m

Lebar =1 m

Kedalaman = 0,1 m

Volume = 0.85 m3

 Pembetonan didapat dari penggalian dikurangi dengan penggalian itu sendiri

Beton = Volume penggalian – Volume bangunan

Beton = (13.61 – 8.5 ) m3 = 5,11 m3

 Harga satuan

Adalah harga untuk tiap m3 pekerjaan

 Harga subtotal

Merupakan harga total dari setiap pekerjaan yang dilakukan

Penggalian = 13.61 m3 x Rp 2.850,00 = Rp 38783,00

Urugan pasir = 0.85 m3 x Rp 60.000,00 = Rp 51.000,00


Beton = 5.11 m3 x Rp 292.500,00 = Rp 1.494.090,00

 Kisi baja  10 mm sebanyak 47 buah dengan harga @ Rp 50.000,00

47 buah x Rp 50.000,00 = Rp 2.350.000,00

Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN BIAYA (Rp)
A b C D
1 PERSIAPAN PEMBANGUNAN Ls 22.000.000,00
2 BAK PENGUMPUL Unit 25.000.000,00
3 BAR SCREEN Unit 8.500.000,00
4 EQUALISASI Unit 75.000.000,00
5 KOAGULASI-FLOKULASI Unit 235.000.000,00
6 BIOFILTER Unit 225.000.000,00
7 AERASI Unit 110.000.000,00
8 SEDIMENTASI Unit 160.0000.000,00
9 FILTRASI Unit 80.0000.000,00
10 KOLAM IKAN pemantau Unit 15.000.000,00
JUMLAH 955.500.000,00
PPN 10 % 95.550.000,00
JUMLAH TOTAL 1.051.050.000,00

DIBULATKAN 1.100.000.000,00

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Untuk pembangunan IPAL di Pasar Gede Surakarta diperlukan dana sebesar Rp


1.100.000.000,00. Dimana unit IPAL yang akan dibangun terdiri dari bak pengumpul limbah
dari tiap ruko di pasar, bar screen, bak equalisasi, koagulasi-flokulasi, biofilter, aerasi,
sedimentasi, filtrasi dan kolam ikan sebagai kolam pemantau. Biaya tersebut sudah termasuk
pajak.

7.2 Saran

1. Pemahaman lebih lanjut mengenai karakteristik limbah sangat diperlukan agar dalam
pengolahannya ditemukan metode yang tepat dan efektif.

2. Dibutuhkan perhitungan dan pertimbangan yang matang dalam rangka menentukan


teknologi yang akan digunakan ditinjau dari aspek biaya, sosial dan aspek teknis.
DAFTAR PUSTAKA

Fair, Gordon Mskew et all. 1968. Water and Wastewater Engineering. John Wiley & Sons : New
York.

Herlambang, arie, dkk.2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri.


BPPT : Jakarta
Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering, Treatment Disposal Reuse. Third Edition. Mc-
Graw Hill : New York.

Reynolds, TD. 1982. Unit Operations and Process in Environmental Engineering. Brooks/Cole
Engineering Divison : Boston.

Anda mungkin juga menyukai