Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Area tempat kita bekerja terutama industri ataupun rumah sakit tidak terlepas
dari bahan-bahan kimia beracun dan berbahaya yang dapat memberikan kerugian
bagi perusahaan jika penanganan tidak memadai, karena selain beracun, korosif
bahan tersebut mudah terbakar dan meledak (flammables). Bahan-bahan kimia
tersebut dijumpai sebagai bahan proses dan juga sebagai bahan buangan (waste).
Informasi yang kurang dan tidak benar terhadap bahan kimia ini dapat
mengakibatkan fatal bagi operator yang bekerja dengan bahan kimia itu.
Aktifitas di industri yang terkait dengan bahan kimia berbahaya (hazardous
chemicals) antara lain: handling bahan kimia, transport bahan kimia,
penyimpanan bahan kimia (baik di gudang) ataupun dalam tangka. Selain itu ada
kalanya pabrik harus mengolah/mengelola bahan kimia buangan yang
dikategorikan sebagai bahan kimia berbahaya dan beracun (B3).
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor kimia
diantaranya (antiseptik, regent, gas anestesi). PAK di Rumah Sakit, yang terkait
dengan bahan/faktor kimia yaitu berhubungan dengan pemaparan dalam dosis
kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit dan gas anestesi pada hati.
Setiap bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) memiliki beberapa
karakteristik yang spesifik dan rentan terhadap akibat yang ditimbulkan kepada
manusia. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dan perlakuan penanganan dan
perlakuan tertentu baik dalam penyimpanannya maupun dalam keadaan darurat.
Informasi karakteristik B3 dan penanganan keselamatannya dimuat dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen tersebut dapat digunakan bahan
sehingga meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. MSDS
harus disertakan pada setiap tempat penyimpanan bahan yang mudah dijangkau
oleh siapa saja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia tersebut.
Informasi yang ada di dalam MSDS dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pembuatan instruksi lisan maupun tertulis kepada para pekerja agar aman dalam
menggunakan bahan.
Maka dari itu kelompok mengangkat materi tentang “K3 TERHADAP
BAHAN KIMIA” karena sebagai seorang perawat memiliki lingkungan kerja yang
tidak terlepas dengan bahan kimia. Dan agar hal yang tidak diinginkan terhadap
bahaya bahan kimia tidak terjadi, maka pemahaman tentang bahan kimia yang
berbahaya dan beracun dan cara penanganannya menjadi hal yang sangat
mendasar dan sangat dibutuhkan.
1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan


1.2.1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Standarisasi K3 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya

Setiap kegiatan penanganan bahan kimia berbahaya didalamnya sudah pasti


terkandung resiko bahaya potensial yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan dampak
kerugian yang serius. Baik dari sisi materi, moril dan sosial jika tidak ditangani secara
serius sesuai dengan prosedur K3. Untuk itu dipandang perlu adanya penerapan K3
yang harus dilaksanakan dengan seksama dan terpadu oleh unit-unit kerja yang terlibat
langsung dalam penanganan bahan kimia berbahaya ditempat kerja. Penerapan K3
yang dimaksud adalah meliputi : perencanaan, pelaksanaan, perbaikan/pembinaan dan
penanggulangan yang bersifat darurat (emergency). Maksud dan tujuannya adalah :

1. Mencegah/menekan sekecil mungkin terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan


seperti kebakaran, keracunan, peledakan, peyakit akibat kerja dan hal-hal lain
yang dapat merugikan perusahaan, karyawan, masyarakat dan lingkungan.
2. Meeningkatan kwalitas sumber daya manusia atau pekerja dibidang K3
khususnya bagi pekerja yang langsung terlibat dalam penanganan langsung
terhadap bahan kimia berbahaya tersebut.

Untuk itu perlu kiranya dibuat standarisasi K3 guna untuk dipahami dan
dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh semua pekerja yang terkait dalam
setiap tahapan kegiatan penanganan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

a. Proses Pengadaan Bahan Kimia Berbahaya


Petunjuk pelaksanaan K3 :
1. Setiap pembelian/pengadaan bahan kimia berbahaya harus dicantumkan
dengan jelas didalam lebar PP/PO tentang kelengkapan informasi bahan
serupa :
a. Labeling
b. Informasi dampak bahaya
c. Informasi P3K, APD
2. Spesifikasi mutu kemasan/wadah harus tertulis dengan jelas dalam
lembaran PP/PO dengan memperhatikan keamanan, ketahanan, efektifitas
daan efisiensi. Khusus dalam hal botol/bejana bertekanan, harus
dicantumkan dengan warna yang disesuaikan dengan jenis/golongan gas.
Dalam hal ini bisa berpedoman pada Standart Internasional Global Harmoni
System/GHS atau NFPA, UN, UMO, EEC dan lain sebagainya.
3. Setiap wadah bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan TANDA
RESIKO BAHAYA serta tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
4. User/pejabat yang mengajukan pembelian bahan kimia berbahaya
berkewajiban melengkapi syarat-syarat K3. Bila spesifikasi dan syarat K3
yang dimaksud sudah cukup lengkap dan memenuhi standart K3, maka
pengajuan pembelian dapat diproses dan direalisasikan pengadaannya.
b. Bongkar Muat Bahan Kimia Berbahaya
Petunjuk pelaksanaan K3 :
1. Sebelum melakasanakan kegiatan bongkar muat bahan kimia berbahaya,
pengawas setempat harus menyiapkan kelengkapan administrasi sebagai
berikut :
a. Daftar bahan yang akan dibongkar
b. Prosedur kerja dan perijinan
c. Daftar pekerja/buruh serta penanggung jawab
2. Perencanaan dan tindakan-tindakan K3 harus dilaksanakan sebaik-baiknya
sebelum dan sesudah melaksanakan bongkar muat.
3. Yakinkan bahwa para pekerja sudah mengetahui bahaya-bahaya yang ada
serta cara-cara pencegaha dan penanggulangannya dengan cara
memberikan pengarahan dan penyuluhan K3 oleh pengawas setempat,
terutama bagi para pekerja baru.
4. Sarana perlindung diri, alat pemadam yang sesuai dan perlengkapan P3K
harus disiapkan secukupnya dan digunakan

Anda mungkin juga menyukai