Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

Suatu keputusan tidak dapat terlepas dalam kehidupan kita sehari – hari, karena kita selalu dihadapkan pada
hal tersebut. Keputusan itu bersifat dari yang sederhana sampai pada keputusan yang amat rumit dan sulit.
Contoh yang sederhana, pada saat kita baru bangun tidurpun kita sudah dihadapkan pada situasi yang
diharuskan kita untuk mengambil keputusan, apakah kita akan segera mandi atau duduk duduk dahulu dan
membaca koran pagi.
Seorang pemimpin organisasi harus mampu mengambil keputusan, walaupun banyak factor lain yang sangat
besar pengaruhnya terhadap keputusanya, karena seseorang pada saat tertentu sudah mengambil keputusan,
tetapi hal ini bisa berbeda keputusan disaat yang lain. Karena sebagian fungsi terpenting dari seorang
pemimpin adalah sebagai pengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin
sangat berkenan dan menentukan terhadap tindakan apa yang perlu dilaksanakan, siapa yang melakukan
serta kapan, dimana, dan terkadang bagaimana tindakan itu dilaksanakan. Misalnya seorang presiden perlu
melakukan keputusan siapa yang menjadi anggota kabinetnya ; seorang manager harus membuat keputusan
tentang perlu tidaknya mengangkat pegawai tambahan, pembelian mesin baru, atau memberhentikan
karyawanya. Karena suatu keputusan itu sangat penting maka kemampuan untuk membuat keputusan yang
sangat tepat dan berkwalitas menjadi suatu hal yang mutlak harus dimiliki seorang pemimpin.
Kebanyakan pengambilan keputusan oleh seseorang berhubungan erat dengan pemecahan masalah –
masalah yang dihadapinya, seperti masalah pribadi, pekerjaan maupun sosial. Beberapa pokok pemikiran
penting tentang pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pemecahan masalah oleh individu berkenaan dengan penggunaan strategi pencarian alternatip yang
relevan. Individu biasanya berusaha meminimalkan hambatan melalui pemilihan strategi didalam
memecahkan masalah
2. Perilaku pemecahan masalah bersifat adaptif. Individu mengawalinya dengan pemecahan yang tentatif,
mencari informasi , memodifikasi solusi awal,dan melanjutkanya sampai terjadi keseimbangan antara
harapan dan realisasi hasil.
3. Betapapun terbatasnya situasi pemecahan masalah, factor kepribadian dan keinginan individu akan
memasuki pilihan strategi, penggunaan informasi dan keputusan akhir.
Pada umumnya para individu cenderung menggunakan strategi yang sederhana, walau dalam masalah
serumit apapun guna mendapatkan penyelesaian yang diinginkan, karena penyelesaian itu dibatasi oleh
informasi yang kurang sempurna, factor waktu dan biaya, keterbatasan pikiran dan tekanan psikologis yang
dialami oleh pelaku pengambil keputusan.
KONDISI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
Selain ketersediaan informasi yang sangat erat dengan hasil keputusan, juga hal – hal lain yang
mempengaruhi kondisi tersebut dan perlu diperhatikan, Yaitu :
1. Kondisi kepastian: Kondisi kepastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan mempunyai
informasi yang lengkap mengenai masalah yang dihadapi, alternatip pemecahan masalah dan hasil yang
mungkin diperoleh, sehingga pengambil keputusan dalam kondisi yang pasti, jika dirinya dapat mengontrol
dan mengantisipasi sepenuhnya terhadap kejadian yang akan timbul.
2. Risiko : Risiko merupakan kondisi yang dapat diindentifikasi, didefinisikan, diprediksi kemungkinan
terjadinya dan kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang diambil, biasanya kondisi yang demikian itu
timbul jika pengambil keputusan dalam keadaan keterbatasan informasi yang berkaitan dengan keputusan
yang akan ditetapkanya, sebaliknya , suatu risiko tidak akan terjadi jika pengambil keputusan dapat
merumuskan suatu kemungkinan secara obyektif.
3. Kondisi ketidak pastian: Merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki informasi
yang diperlukan dalam pengambil keputusan. Dalam hal yang demikian , pengambil keputusan juga tak
mampu untuk menetapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebagai hasil dari pemilihan alternatif
yang diambilnya. Karena keputusan yang diambil bersifat spekulatif, dan sering kali mengandalkan intuisi
yang semata sebagai pedomanya.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu, sehingga
didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari :
1. intelligence ( penyelidikan ) :yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan
2. design ( rancangan ) :Yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan
tindakan, dan,
3. choice ( pemilihan ) :yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Perilaku seseorang akan mendekati dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dan
gaya hidup adalah dua diantara contoh gaya yang mempengaruhi didalam mengambil keputusan. Seperti
halnya gaya ( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh seseorang didalam melakukan pengambilan
keputusanpun bermacam – macam. Menurut Carl Jung ( 1923 ) seorang psikolog telah mengindentifikasikan
empat fungsi dalam kaitanya dengan pengambilan keputusan, Yaitu :
1. sensing ( pengideraan ): berkaitan dengan tendensi untuk mencari fakta, bersifat realistis, dan melihat
sesuatu dalam perspektif yang obyektif. Karenanya fungsi ini menempatkan nilai yang tinggi pada fakta
yang dapat divertivikasi oleh penggunaan pancaindera , menyukai rutinitas dan presisi.
2. intuiting ( intuisi ) :Yaitu berkaitan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap kemungkinan –
kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu. Menyukai situasi yang baru dan unik , tidak
menyukai hal – hal yang bersifat rutin, detail dan presisi.
3. thinking ( pemikiran): adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab akibat yang sistematik untuk
dianalisis secara utuh, dan membedakan dengan tegas antara yang benar dan yang salah, dan pemikiranya
bertumpu pada proses kognitif.
4. feeling ( perasaan ): yaitu tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan diri sendiri dan orang
lain sebagai akibat dari keputusan – keputusan yang dibuat, dalam hal ini ada perbedaan – perbedaan antara
yang baik dan buruk, bernilai dan tak bernilai.dan ia menggantungkan diri pada proses afektif
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA KELOMPOK
Proses pengambilan keputusan kelompok adalah salah satu corak proses pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ciri dari prosesnya ditandai dengan keterlibatan dan partisipasi orang banyak. Sering kali
keputusan semacam ini dianggap ideal dan dipergunakan secara luas dalam organisasi . Namun, apakah hal
ini berarti bahwa keputusan kelompok selalu lebih disukai dari pada keputusan oleh individu sendiri ?
pertanyaan ini tergantung dari berbagai faktor, yaitu keunggulan dan kekurangan dari keputusan kelompok
tersebut, yakni :
Keunggulan keputusan kelompok
Keputusan individual dan kelompok ini masing – masing memiliki kekuatan sendiri – sendiri, karenanya
masing – masing juga tidak selalu ideal untuk semua situasi. Namun beberapa keunggulan keputusan
kelompok dibandingkan dengan keputusan individual adalah sebagai berikut :
1. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap. Dalam menghimpun sumber daya dari sejumlah individu ,
berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses pembuatan keputusan.
2. Keragaman pandangan lebih banyak. Selain masukan yang banyak, kelompok dapat membawa serta
heterogenitas mereka kedalam proses keputusan. Hal ini membuka peluang bagi lebih banyak pendekatan
dan alternatip yang akan menjadi pertimbangan.
3. Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan diambil,
karena orang – orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut. Akan tetapi , bila orang yang akan
dikenai oleh keputusan itu dan orang tersebut dapat ambil bagian dalam proses pembuatanya, maka mereka
lebih cenderung untuk menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang lain untuk menerimanya.
4. Legitimasi keputusan lebih kuat. Masyarakat kita menghargai metode – metode yang demokratis.
Proses pengambilan keputusan kelompok yang konsisten dengan sikap demokratis dipandang lebih memiliki
keabsahan dari pada keputusan yang dibuat oleh seorang individu.
Kekurangan keputusan kelompok
Disamping keunggulan – keunggulanya. Sudah barang tentu keputusan kelompok juga mengandung
kelemahan. Beberapa kekurangan keputusan kelompok antara lain :
1. Memakan waktu.Untuk membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan waktu tersendiri. Proses
interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga sering sekali tidak efisien. Akhirnya kelompok
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuah solusi dari pada yang
dapat dilakukan seorang individu. Hal ini tentu saja membatasi kemampuan manajemen untuk bertindak
cepat pada saat diperlukan.
2. Tekanan untuk sependapat. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan dipertimbangkan sebagai
aset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda pendapat, dan
mendorong persesuaian diantara sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini juga mmendorong terjadinya
pemikiran kelompok ( groupthink ) akan dimana tekanan kelompok mengarah pada menurunya efisiensi
mental, minimnya uji realitas, dan kurangnya pertimbangan moral.
3. Dominasi oleh minoritas. Boleh jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota Jika koalisi dominasi
ini juga terdiri anggota yang berkemampuan rendah dan menengah, maka efektifitas kelompok secara
keseluruhan akan mengalami gangguan.
4. Tanggung jawab yang kabur. Anggota kelompok sama berbagi ( share ) tanggung jawab, tetapi tak jelas
siapa yang bertanggung jawab, sedangkan pada keputusan kelompok tanggung jawab dari setiap anggota
diabaikan.
TEKNIK – TEKNIK KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Bentuk yang paling lazim ( tradisional ) dalam proses pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam
interaksi tatap muka. Dalam hal ini, teknik – teknik brainstorming ( sumbang saran ), nominal group (
kelompok nominal ), dan delphi telah dianggap sebagai cara yang baik untuk meminimalkan berbagai
masalah yang timbul didalam interaksi kelompok tradisional itu.
1. Brainstorming
Teknik brainstorming adalah salah satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya teknik ini untuk menggali
dan mendapatkan gagasan – gagasan dari anggota kelompok. Karena, teknik brainstorming lebih berfokus
pada penggalian gagasan daripada evaluasi gagasan. Semakin banyak gagasan yang digali, maka semakin
besar peluang untuk mendapatkan solusi kreatif atas sesuatu masalah yang dihadapi. Namun demikian
teknik ini mengandung beberapa kelemahan , Yaitu : a..Hanya dapat diterapkan pada masalah – masalah
yang sederhana b. Sangat memakan waktu dan biaya, c. Hanya menghasilkan ide – ide yang dangkal.
2. Nominal group technique
Berbeda dengan brainstorming, nominal group technique (NGT) berkenaan dengan penggalian dan evaluasi
gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan – gagasan digali secara nominal ( tanpa interaksi ) guna
menghindari hambatan dan permufakatan. Selanjutnya, pada waktu evaluasi atas gagasan, interaksi dan
diskusi dimungkinkan, namun dalam situasi yang terstruktur agar setiap gagasan mendapatkan perhatian
yang proporsional.
3. Delphi Technique
Teknik dekphi sedikit berbeda dengan NGT, dalam mana prosesnya semata mata tergantung pada kelompok
nominal( para pakar ) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak melakukan interaksi tatap muka. Jadi,
dengan teknik ini sangat mungkin kita dapatkan sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka pada
disatu tempat pada waktu yang sama. Perlu ditekankan disini bahwa para pakar tersebut tidaklah membuat
keputusan akhir, tetapi lebih sebagai penyaji informasi bagi pengambil keputusan dalam organisasi. Inti dari
teknik ini pada penggunaan serangkaian kuisioner yang dikirimkan kepada responden untuk mendapatkan
masukan. Selanjutnya dari jawaban yang mereka masukan diolah lagi oleh pihak pengambil keputusan untuk
merumuskan rangkuman – rangkuman yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan. Sesungguhnya teknik ini kelihatanya ilmiah dan secara teoritis dapat memanfaatkan pikiran para
ahli yang bermutu tinggi, akan tetapi teknik delphi juga mengandung kelemahan, seperti : a. memakan
waktu lama, dan b. Perlu ketrampilan bahasa yang tinggi untuk menyusun kuisioner yang baik dan sesuai
dengan masalah yang diangkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarwan Danim . ( 2002 ) Inovasi Pendidikan . Bandung : Pustaka Setia
2. Umar Nimran , (1997 ) Perilaku Organisasi . Surabaya : CV. Citra Media
3. Winardi, ( 1992 ) Manajemen Perilaku Organisasi . Bandung : PT Citra Aditya Bakti
(Drajat, S.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)

LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KERJA


Belajar dari beberapa kesalahan dalam pembelajaran Sembilan langkah pengelolaan program, berikut
beberapa catatan yang perlu diperhatikan untuk masing – masing langkah, juga pada perspektif keseluruhan
langkah :
1.Membuat Analisis Kebutuhan / permasalahan / isu strategis.
2.Merumuskan IdeDasar / latar belakang program.
3.Merumuskan Tujuan / target.
4.Menentukan Subyek Sasaran.
5.Menentukan Indikator Keberhasilan.
6.Merencanakan Model, Netode, Materi.
7.Merencanakan Tempat dan Waktu pelaksanaan.
8.Merencanakan Tim Pelaksana (fasilitator).
9.Merencanakan pengelolaan Dana.

1.ANALISIS

Yang dimaksud, untuk dibuatkan pada langkah ini adalah mendiskusikan dengan sadar dan pro aktif
mengenai hal - hal pokok yang perlu mendapat prioritas perhatian dalam sebuah program.Sadar berarti
mempergunakan akal secara optimal, membaca situasi yang relevan, dengan kata kunci “Penting, Mendesak,
Mendasar”. Proaktif berarti berusaha untuk tidak didikte situasi, lebih – lebih pada masa transisi ini,
terutama oleh cara pandang pesimis pada masa lalu yang terungkap melalui sharing / analisis yang berwarna
keluhan. Ini berarti harus diusahakan untuk mengarahkan pandangan pada cakrawala baru.

2.IDE DASAR

Yang perlu disadari dalam langkah perumusan ide dasar ini adalah bahwa masing – masing seksi memiliki
peran yang khas dan berbeda – beda, bahwa ada masalah – masalah yang mungkin tidak secara langsung
dijawab oleh prioritas program dan perlu untuk diintregasikan. Rumusan ide dasar harus sesuai dengan apa
yang ditemukan dalam diskusi pada langkah sebelumnya.

3.TUJUAN
Yang dirumuskan di sini adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh masing – masing seksi melalui
programnya. Dalam rangka mendukung pihak yang terkait agar dapat melaksanakan program kerjanya.
Rumusan tujuan ini harus sesuai dengan rumusan ide dasar pada langkah sebelumnya, juga rumusan tujuan
haruslah realitis mengingat kondisi dan masalah yang sedang dihadapi oleh masing – masing seksi (mis:
kekurangan aktivis dan dana)

4.SUBYEK SASARAN

Siapa saja yang menjadi sasaran program? Mengapa dia / mereka ini dipilih? Apa yang diharapkan dari
mereka yang ditempatkan sebagai subyek sasaran ini agar ide dasar dan tujuan dapat terwujud?

Apakah pemilihan subyek sasaran sudah tepat mengingat peran masing – masing.

Pilihan subyek sasaran harus memperhitungkan kemampuan riil pelaksana program. Patut diwaspadai cara
pikir yang mengutamakan “idealnya” atau “yang seharusnya”. Dalam perencanaan program, kita lebih
memilih “yang dapat dilaksanakan”atau “yang berada dalam jangkauan dan wewenang”.

5.INDIKATOR KEBERHASILAN

Perlu dicantumkan sekaligus bersama indikator, adalah cara memperoleh indikator tersebut (mis: kuesioner,
pengamatan, wawancara, dst)

6.MODEL, METODE, MATERI

Model: jenis / bentuk kegiatan tertentu yang dilaksanakan dalam program. Mis: rekreasi, pelatihan,
lokakarya / workshop, diskusi / dialog, seminar, ekspore / kunjungan lapangan, dsb.

Metode: jenis / bentuk kegiatan – kegiatan sebagai penjabaran model program. Mis: games, sharing, diskusi
kelompok / pleno, presentasi, ceramah, role-play, studi kasus, dsb.

Materi: isi kegiatan yang ingin dipelajari.

Model / Metode / Materi harus sesuai tujuan, subyek sasaran dan indikator keberhasilan.

7.TEMPAT & WAKTU


Seringkali masih dianggap remeh, penyebutan waktu dan tempat secara “persisnya”. Ini bagian yang amat
tehnis, dan amat menentukan kelancaran pelaksanaan program. Maka perlu didorong terus agar perencanaan
program dapat menyebutkan waktu persis untuk melaksanakan program. Penyebutan ini akan sangat
membantu dalam proses apresiasi proposal perencanaan. Bila dibandingkan dengan langkah – langkah
sebelumnya, apakah waktu dan tempat yang disediakan memadai?

Sekali lagi, penyebutan waktu dan tempat perlu lengkap, demi proses komunikasi dan kerjasama dengan
pihak lain yang mungkin belum pernah mengenal.

8.TIM PELAKSANA

Dalam susunan kepanitian perlu disebutkan “nama”. Tidak cukup bila disebutkan “seksi A, di mana” kalau
ada, nomer kontak pun perlu disebut. Ini juga perkara amat tehnis, sering terlewati. Nah perencanaan perlu
memperhitungkan betul ketersediaan tenaga yang ada. Program sebagus apapun tanpa ada pelaksanaan
hanya akan jadi proposal saja. Selain itu, kita juga perlu mewaspadai penumpukan peran – peran kunci pada
hanya satu dua orang tertentu, yang dapat mengancam kelancaran pelaksanaan program bila orang tersebut
berhalangan.

Disini dapat dilihat juga indikasi apakah ada kesadaran yang cukup matang, bahwa kita inilah yang akan
melaksanakan program, bukannya kita yang merancang, lalu orang lain entah siapa yang kita perintahkan
untuk melaksanakannya.

9.DANA

TEKNIK PERSIDANGAN

Sidang yaitu untuk memutuskan suatu perkara atau masalah.


Sidang di bagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Sidang Paripurna / pleno yaitu sidang yang diikuti oleh seluruh peserta persidangan
2. Sidang Komisi yaitu sidang yang diikuti hanya oleh beberapa pihak atau bagian persidangan
3. Sidang sub komisi
Perangkat sidang :

1. Peserta sidang
2. Presidium atau pimpinan sidang
o Ketua
o Anggota
o Anggota
3. Agenda acara persidangan / materi persidangan
4. Ruangan sidang
o Meja
o Kursi
o Palu sidang
o Pengeras suara
5. Tata tertib persidangan
Syarat – syarat pimpinan sidang (normative):
1. Mempunyai pengetahuan yang luas (cerdas)
2. Memahami atau mengetahui masalah yang akan dibahas
3. Bijaksana/netral/demokratis
4. Terampil memimpin sidang
Tugas Pimpinan sidang :
1. Membuka dan menutup sidang
2. Menjelaskan dan mengatur serta mengarahkan permasalahan agar focus
3. Membuat keputusan-keputusan
Aturan persidangan :
1. Disiplin
2. Berbicara setelah adanya izin dari pimpinan sidang
3. Kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dengan persidangan
Etika Persidangan :
1. Interupsi / penyelaan / pemotongan pembicaraan
2. Skorsing / pemberhentian acara waktu persidangan
3. Digunakan untuk lobi atau komunikasi nonformal diluar persidangan
4. Untuk menghadapi keadaan darurat (chaos)
5. Refreshing
6. Ketukan palu sidang 1 (satu) kali ketukan
o Digunakan untuk perpindahan atau pergantian pimpinan sidang
o Digunakan untuk pengesahan putusan biasa point per point dan atau bab per bab
o Digunakan untuk skorsing kurang dari 15 menit (1x15 menit)
7. 2 (dua) kali ketukanDigunakan untuk skorsing lebih dari 15 menit (2x15 menit)
8. 3 (tiga) kali ketukan
o Membuka dan menutup acara
o Pengesahan keputusan yang bersifat prinsipil atau pengesahan keputusan dari semua hasil
persidangan (konsideran)
Macam-macam interupsi :
1. Interupsi point of order (digunakan apabila interupsi yang bersifat prinsipil)
2. Interupsi point of information (digunakan apabila ada informasi yang berhubungan dengan acara
persidangan)
3. Interupsi point of clarification (digunakan apabila ada klarifikasi yang berhubungan dengan acara
persidangan)
4. Interupsi point of personal privilege (digunakan untuk melakukan pembelaan yang bersifat
personal/privacy).

Teknik Persidangan, Diskusi, dan Rapat

1. DASAR PEMIKIRAN
Permusyawaratan dalam MUBES/KONGRES/RAKER sebagai tempat pengambilan keputusan yang
demokratis membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini dilakukan secara fokus dan berimbang untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada akhirnya akan lahir dari pemahaman dan
ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan.
Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal organisasi guna membahas masalah tertentu dalam
upaya untuk menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai acuan/Ketetapan. Keputusan dari persidangan
ini bersifat mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan atas ketetapan
tersebut. Ketetapan ini sifatnya final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir ataupun
tidak hadir ketika persidangan berlangsung

2.JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno
a.Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c.Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d.Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhbngn dengan permusyawaratan

2). Sidang Paripurna


a.Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c.Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan

3).Sidang Komisi
a.Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b.Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang Pleno
c.Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d.Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang bersangkutan

3. ATURAN PERSONALIA SIDANG


1.Peserta
Hak peserta:
a.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
b.Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c.Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d.Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan

2.Peninjau
Hak Peninjau:
-.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
3.Presidium Sidang
a.Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh
Panitia
Pengarah
b.Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti aturan yang
disepakati
peserta
c.Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

4. ATURAN KETUKAN PALU dan kondisi-kondisi lain :


1 kali ketukan
a.Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b.Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan sementara).
c.Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d.Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama sehingga peserta
sidang tidak perlu
meninggalkan tempat sidang.
e.Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.

2 kali ketukan :
Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya istirahat, lobying,
sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan

3 kali ketukan :
a.Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b.Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.

Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang


1.Membuka sidang
“Dengan mengucap Bismilahirahmanirahim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. “ tok…….tok…….tok

2Menutup sidang
“Dengan mengucap Alhamdulillahriabilalamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok

3. Mengalihkan pimpinan sidang


“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan kepada pimpinan sidang berikutnya” tok.

4Mengambil alih pimpinan sidang


“Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih “ tok

5 Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.

6Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok
.
7Memberi peringatan kepada peserta sidang
Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”

Syarat-syarat Presidium Sidang :


Pimpinan Sidang/presidium Pimpinan sidang berperan sebagai pengatur jalannya sidang agar menghasilkan
keputusan yang disepakati bersama. Pimpinan sidang tidak boleh berpihak pada salah satu pihak peserta dan
hanya boleh memutuskan sesuatu atas persetujuan peserta sidang. Kriteria yang harus dimiliki oleh
pimpinan sidang sbb :
• cerdas
• bijaksana
• tegas
• berwawasan luas
• humoris
• kharisma
Pimpinan sidang dipilih oleh peserta sidang dan biasanya berjumlah ganjil. Satu sebagai notulen dan dua
orang pimpinan sidang yang lain secara bergantian memimpin sidang sesuai kesepakatan.

Syarat-syarat
a.Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b.Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
c.Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d.Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan

Sikap Presidium Sidang :

a.Simpatik, menarik, tegas dan disiplin


b.Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
c.Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta

4. QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1.Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ n + 1 dari peserta yang
terdaftar
pada Panitia (OC)
2.Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil diambil melalui suara
terbanyak
(½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan
3.Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka dilakukan
lobbying sebelum
dilakukan pemungutan suara ulang

5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan yang perlu
diperhatikan
untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1.Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan
masukan yang
berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan sudah melebar dari pokok masalah maka
seseorang
berhak mengajukan interuption of order agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya
sehingga tidak
melebar dan semakin bias.
2.Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan oleh seluruh
peserta sidang
termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi atau data tentang topik yang dibahas)
ataupun
eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya
persidangan).
3.Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang pernyataan peserta
sidang
lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan atau sebuah penegasan
terhadap
suatu pernyataan.

4.Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang kita sampaikan
agar tidak
ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang disampaikan oleh
peserta lain sudah
diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah mendapat ijin dari
Presidium
Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan jalannya
persidangan,
maka Steering Comite (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas
permintaan
Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang

6. Draft Materi
Draft Materi Sidang Meliputi bahan-bahan yang akan dibahas dalam persidangan. Biasanya terdiri dari draft
Tatib, AD/ART, GBHK, dll yang disusun sebelumnya oleh tim perumus sidang atau panitia khusus.

7. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan dengan
memperhatikan
aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.

8. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib persidangan akan
dikenakan
sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.

6. TEKNIK RAPAT
Pengertian
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi sebuah
permusyawaratan,
yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian
yang
lebih kecil, rapat dapat berupa diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan yang
lebih
sederhana. Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan
lebih kepada
rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat
1.Rapat Anggota
2.Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3.Diskusi.

Fungsi Rapat
1.Penyampaian informasi
2.Pemecahan masalah
3.Mengidentifikasi masalah.
4.Menentukan alternatif.
5.Menguji alternatif.
6.Rapat implementasi.

Prosedur Penyelenggaraan Rapat


1.Persiapan
a.Menyiapkan rencana.
b.Menyiapkan agenda rapat.
c.Menyiapkan kertas kerja.
d.Menyiapkan pembicara/peserta.
e.waktu.
e.Pengambilan keputusan.
f.Penutupan rapat.
3.Pelaporan dan Evaluasi
a.Pelaporan
-Jelas, lengkap dan singkat.
-Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
-Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b.Evaluasi
-Dilakukan bersama panitia/pengurus.
-Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.

Yang berperan dalam Rapat


1.Pemimpin Rapat.
2.Peserta Rapat.
3.Undangan dan nara sumber.
4.Materi/bahan rapat.
5.Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1.Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2.Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3.Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4.Pandai menerapkan gaya kepemimpinan

Upaya mensukseskan Rapat


1.Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2.Pemimpin Rapat harus :
a.Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan yang menyimpang.
b.Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c.Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian berbicara / mengemukakan
pendapat.

3.Hal-hal lain yang perlu :


a.Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda rapat.
b.Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c.Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d.Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.

Indikator Rapat yang berhasil


1.Semua undangan/peserta hadir.
2.Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3.Peserta aktif dan banyak masukan.
4.Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5.Sasaran yang direncanakan tercapai.
6.Keputusan rapat dapat dilaksanakan.

7.TEKNIK DISKUSI

Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur pengalaman secara teratur
dengan
maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan
dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat
ialah adu
argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.

Manfaat Diskusi
1.Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan komunikasi dan
konsultasi
2.Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan seseorang mengenai
sesuatu.

Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
f.Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis (makalah, kertas
kerja).
g.Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
h.Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.

2. Ceramah
a.Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b.Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih teliti.
-Diskusi Panel
c.Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
d.Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.

-Brainstorming
c.Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
d.Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan setiap ide
dicatat.
e.Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian dijadikan kerangkan
pembicaraan
dan pembahasan lebih lanjut.

Persyaratan Diskusi
1.Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2.Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.

3.Bagi pemimpin diskusi :


a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.

TEKNIK PERSIDANGAN
Sidang yaitu untuk memutuskan suatu perkara atau masalah.
Sidang di bagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Sidang Paripurna / pleno yaitu sidang yang diikuti oleh seluruh peserta persidangan
2. Sidang Komisi yaitu sidang yang diikuti hanya oleh beberapa pihak atau bagian persidangan
3. Sidang sub komisi
Perangkat sidang :
1. Peserta sidang
2. Presidium atau pimpinan sidang
- Ketua
- Anggota
- Anggota
3. Agenda acara persidangan / materi persidangan
4. Ruangan sidang
- Meja
- Kursi
- Palu sidang
- Pengeras suara
5. Tata tertib persidangan
Syarat – syarat pimpinan sidang (normative):
1. Mempunyai pengetahuan yang luas (cerdas)
2. Memahami atau mengetahui masalah yang akan dibahas
3. Bijaksana/netral/demokratis
4. Terampil memimpin sidang
Tugas Pimpinan sidang :
1. Membuka dan menutup sidang
2. Menjelaskan dan mengatur serta mengarahkan permasalahan agar focus
3. Membuat keputusan-keputusan
Aturan persidangan :
- Disiplin
- Berbicara setelah adanya izin dari pimpinan sidang
- Kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dengan persidangan
Etika Persidangan :
- Interupsi / penyelaan / pemotongan pembicaraan
- Skorsing / pemberhentian acara waktu persidangan
- Digunakan untuk lobi atau komunikasi nonformal diluar persidangan
- Untuk menghadapi keadaan darurat (chaos)
- Refreshing
- Ketukan palu sidang
1 (satu) kali ketukan
1. Digunakan untuk perpindahan atau pergantian pimpinan sidang
2. Digunakan untuk pengesahan putusan biasa point per point dan atau bab per bab
3. Digunakan untuk skorsing kurang dari 15 menit (1x15 menit)
2 (dua) kali ketukan
Digunakan untuk skorsing lebih dari 15 menit (2x15 menit)

3 (tiga) kali ketukan


1. Membuka dan menutup acara
2. Pengesahan keputusan yang bersifat prinsipil atau pengesahan keputusan dari semua hasil persidangan
(konsideran)
Macam-macam interupsi :
- Interupsi point of order (digunakan apabila interupsi yang bersifat prinsipil)
- Interupsi point of information (digunakan apabila ada informasi yang berhubungan dengan acara
persidangan)
- Interupsi point of clarification (digunakan apabila ada klarifikasi yang berhubungan dengan acara
persidangan)
- Interupsi point of personal privilege (digunakan untuk melakukan pembelaan yang bersifat
personal/privacy).
Materi Teknik Persidangan Organisasi

Materi Teknik Persidangan Organisasi


Oleh : diki septiawan
dickseptiawan@gmail.com

1. DASAR PEMIKIRAN
Permusyawaratan dalam MUBES/KONGRES/RAKER membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini
dilakukan secara
fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada akhirnya akan lahir
dari
pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan.
Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal organisasi guna membahas masalah tertentu dalam
upaya untuk
menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan. Keputusan dari persidangan ini akan
mengikat
kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini
sifatnya
final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir ataupun tidak hadir ketika persidangan
berlangsung

JENIS PERSIDANGAN
1)Sidang Pleno
a.Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c.Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d.Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Permusyawaratan
2).Sidang Paripurna
a.Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
cSidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3).Sidang Komisi
a.Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b.Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang Pleno
c.Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d.Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang bersangkutan

ATURAN PERSONALIA SIDANG


1.Peserta
Hak peserta:
a.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
b.Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c.Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d.Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2.Peninjau
Hak Peninjau:
-.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan

ATURAN PERSONALIA SIDANG


1.Peserta
Hak peserta:
a.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
b.Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c.Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d.Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2.Peninjau
Hak Peninjau:
-.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan

3.Presidium Sidang
a.Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh
Panitia
Pengarah
b.Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti aturan yang
disepakati
peserta
c.Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

Syarat-syarat Presidium Sidang :


a.Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b.Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
c.Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d.Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
a.Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
b.Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
c.Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta

ATURAN KETUKAN PALU dan kondisi-kondisi lain :


Ø1 kali ketukan
a.Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b.Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan sementara).
c.Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d.Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama sehingga peserta
sidang tidak perlu
meninggalkan tempat sidang.
e.Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
2 kali ketukan :
Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya istirahat, lobying,
sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan
3 kali ketukan :
a.Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b.Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.

Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang


1.Membuka sidang
“Dengan mengucap Bismilahirahmanirahim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. “ tok…….tok…….tok
2Menutup sidang
“Dengan mengucap Alhamdulillahriabilalamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok
3. Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan dari presidium ...kepada presidium...” tok.
4Mengambil alih pimpinan sidang
“Saya terma pimpinan sidang dari pesidium ...,Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih “ tok
5 Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
6Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok

Pengantar Teknik Persidangan


A. Pendahuluan

Proses pengambilan keputusan (decision making) dalam sebuah organisasi merupakan hal yang penting serta
memiliki posisi strategis, terutama apabila organisasi tersebut dihadapkan pada persoalan yang sulit serta
mengancam stabilitas kelangsungan organisasi tersebut. Sebagai organisasi yang memiliki warna demokrasi
seperti halnya organisasi kemahasiswaan, langkah decision making senantiasa diperlukan melalui jalan
musyawarah antar anggota atau musyawarah pengurus. B. Persidangan dalam Kontek Musyawarah

Secara etimologi siding menunjukkan pada subjek yang terlibat dalam suatu pertemuan yang resmi seperti
sidang pimpinan/anggota, sidang hakim, sidang jum’at dan sebagainya. Tujuan yang hendak dicapai dalam
persidangan adalah usaha komunikasi guna mencapai kesepakatan tertentu yang bermuara pada proses
pencapaian tujuan organisasi secara mufakat. Persidangan yang dilaksanakan melalui jalan musyawarah
tersebut menuntut adanya kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui bersama oleh peserta sidang.

Sidang atau musyawarah atau rapat adalah suatu pertemuan untuk memutuskan suatu perkara atau masalah.
Persidangan diartikan sebagai suatu forum yang dilaksanakan secara formal oleh suatu lembaga, organisasi
atau unit-unit lain dengan suatu persoalan atau menyangkut pertanggung jawaban pengurus organisasi pada
masa akhir kepengurusannya. Persidangan adalah termasuk jenis diskusi karena didalamnya terdapat
interaksi antara peserta sidang untuk merumuskan suatu tujuan tertentu. Istilah persidangan memiliki nilai
yang lebih sekedar diskusi karena didalam persidangan menghasilkan sesuatu yang akan memiliki kekuatan
hukum. Hal itu dikarenakan bahwa persidangan biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga formal atau
nonformal yang menempatkan persidangan sebagai forum tertinggi. Jadi persidangan sifatnya lebih formal
dan isi pembicaraannya lebih bersifat politik legal serta menghasilkan keputusan-keputusan politik yang
mengikat banyak orang serta kepentingan.

Persidangan biasanya sangat alot, karena isi pembicaraan begitu komplek serta berhubungan dengan tujuan
ideal yang akan dicapai. Selain itu dikarenakan banyaknya kepentingan yang muncul sehingga tidak heran
apabila suatu persidangan sangat alot dan kecenderungan panas yang mengundang kontak fisik. Gesekan-
gesekan dalam situasi persidangan adalah suatu hal yang biasa karena didalamnya terjadi proses dialog atau
debat untuk merasionalkan suatu hal sehingga sering pula persidangan disebut “perang dinging atau perang
kata”. C. Prinsip-prinsip persidangan

Dalam usaha mencapai suasana persidangan yang diharapkan, maka harus memperhatikan faktor-faktor
yang menunjang lancarnya persidangan yang meliputi:
1. Akan kejelasan dan fokus masalah atau kasus dalam pokok persoalan yang akan dibahas.
2. Dilaksanakan dalam suasana yang terencana dari segi waktu, tempat, maupun kesempatan.
3. Dilandasi oleh sikap saling menghargai dan menghormati yang ditunjang dengan itikad baik untuk
bersama-sama memikirkan kepentingan organisasi.
4. Terlepas dari kepentingan pribadi dan ambisi pribadi yang berlebihan.
5. Adanya komunikasi yang dinamis dan dijiwai semangat musyawarah mufakat.
6. Konsisten dan konsekuen terhadap hasil-hasil persidangan secara mufakat.
7. Etika persidangan adalah sikap atau prilaku yang harus dimiliki oleh setiap peserta sidang. Hal hal
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sidang adalah:
- Saling menghormati dan menghargai antar peserta sidang selama persidangan berlangsung
- Tidak memaksakan pendapat
- Bersikap sopan santun
- Bersikap lapang dada
- Disiplin
8. Retorika adalah gaya bahasa yang digunakan dalam mengemukakan pendapat, pernyataan atau
pertanyaan. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika berbicara dalam suatu persidangan adalah:
- Intonasi suara harus jelas dan tegas
- Tidak berbicara bohong atau harus sesuai dengan fakta dan data yang benar
- Tidak mengeluarkan kata-kata yang bersifat SARA
- Dalam mengemukakan pendapat tidak bertele-tele dan membingungkan peserta sidang
- Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta sidang
- Dalam mengambil keputusan harus berdasarkan kesepakatan bersama (suara fraksi)
D. Jenis Persidangan
1. Sidang Paripurna/pleno
Adalah suatu persidangan lengkap yang dihadiri oleh unsur-unsur refresentatif yang memiliki kekuatan yang
lebih besar dan kuat baik dari segi masalah ataupun peserta persidangan.
2. Sidang Komisi
Adalah bagian dari sidang pleno/paripurna yang membahas suatu masalah tertentu saja dan dihadiri oleh
sebagian anggota sidang saja yang termasuk anggota atau komisi tertentu.
3. Sidang Sub Komisi
Adalah sidang yang lebih kecil dari sidang komisi karena tingkat kesulitannya permasalahan yang tinggi.

E. Kelengkapan Persidangan

Kelengkapan persidangan terdiri dari: pimpinan sidang, ruang sidang, palu sidang, draft atau konsideran,
alat dan bahan yang dapat menunjang jalannya persidangan misalnya, pengeras suara, meja, kursi, alat tulis,
kertas suara, kotak suara, dan sebagainya.

Bentuk pimpinan sidang terdiri dari dua macam yakni:


1. Pimpinan Sidang Tunggal
Pimpinan sidang tunggal terdiri dari: ketua, wakil ketua dan sekretaris yang pada pelaksanaannya dapat
diganti setiap session oleh anggota persidangan.
2. Pimpinan Sidang Presidium
Pimpinan sidang presidium adalah onggota persidangan yang ditugaskan dalam persidangan dari mulai awal
persidangan hingga akhir persidangan dan bersifat sementara. Biasanya berjumlah ganjil yaitu 3 atau 5
orang yang keseluruhannya disebut pimpinan-pimpinan presidium atau anggota presidium. Tugas presidium
sidang yaitu mengatur jalannya sidang secara umum baik itu pengaturan lalu-lintas pembicaraan,
memberikan kesempatan berbicara, menjatuhkan sanksi, peringatan, memberikan tekanan pada persoalan
penting, menjelaskan rasionalisasi masalah dan sebagainya.

Unsur-unsur Persidangan:
- Panitia pelaksana (OC)
- Panitia pengarah (SC)
- Peserta sidang
- Pimpinan sidang
- Materi persidangan

F. Mekanisme Persidangan

Dalam praktek persidangan ada beberapa istilah yang sering digunakan baik oleh peserta maupun oleh
pimpinan sidang sebagai aturan tertib sidang diantaranya:
1. Ketukan palu sidang
Dalam persidangan, hal yang penting yang tidak bisa dipisahkan dari suatu proses pengambilan keputusan
yaitu palu sidang. Pentingnya palu sidang ini dari segi peran dan fungsinya oleh karena itu sering disebut
nyawa dari persidangan. Aturan ketukan palu sidang untuk mengatur jalannya persidangan harus
diperhatikan oleh seseorang pimpinan sidang agar tidak membawa masalah berikutnya. Pimpinan sidang
dituntut waswas dalam menentukan ketukan palu sidang tersebut yang sebenarnya merupakan senjata bagi
pimpinan sidang apabila digunakan secara benar. Adapun aturan penggunaan adalah sebagai berikut. Palu
sidang diketuk 1 kali, artinya:
- Menskor sidang satu kali...menit/jam/hari/dsb
- Menetapkan keputusan sementara
- Mencabut keputusan sementaraPalu sidang diketuk 2 kali, artinya:
- Menskor sidang 2 kali...menit/jam/hari/dsb
- Menegur atau menerima perhatian peserta sidangPalu diketuk 3 kali, artinya:
- Membuka sidang secara resmi
- Menutup secara resmi
- Menetapkan keputusan akhir
2. Lobying
Proses pembicaraan informal peserta sidang diluar acara persidangan apabila suatu keputusan atau
kesepakatan tidak dapat dicapai dalam persidangan. Terlebih dahulu persidangan diskor/dihentikan oleh
pimpinan sidang dengan waktu yang ditentukan.
3. Skorsing
Skorsing persidangan dapat dilakukan apabila menghadapi permasalahan dalam persidangan baik berupa
penyegaran, deadlock ataupun menghadapi keadaan darurat dan gangguan pembicaraan. Hal ini dilakukan
oleh pimpinan sidang dengan jalan menghentikan persidangan dengan waktu yang ditentukan.
4. Usul
Usul yaitu keinginan dari peserta sidang atau pimpinan sidang pada saat persidangan berlangsung.
5. Interupsi
Interupsi adalah memotong pembicaraan peserta atau pimpinan sidang oleh peserta sidang. Dilihat dari
kekuatannya, interupsi dari peserta sidang tidak dapat ditolak oleh pimpinan sidang dan harus diberikan
waktu interupsi. Sedangkan usul boleh ditolak atau tidak dapat diberikan kesempatan sama sekali oleh
pimpinan sidang untuk dikemukakan. Jenis Interupsi
o Interupsi point of other
Yaitu memotong pembicaraan orang lain atau mengusulkan kepada pimpinan sidang meminta bicara tentang
persoalan yang sedang dibicarakan.
o Interupsi out of other
Yaitu memotong pembicaraan orang lain atau mengusulkan kepada pimpinan sidang untuk berbicara tetapi
diluar persoalan yang sedang dibicarakan.
o Interupsi point of information
Yaitu memotong pembicaraan orang lain atau mengusulkan kepada pimpinan sidang untuk memberikan
informasi kepada peserta sidang.
o Interupsi point of correction
Yaitu memotong pembicaraan orang lain atau mengusulkan kepada pimpinan sidang untuk menelaskan atau
meluruskan permasalahan yang sedang di bahas.
o Interupsi point of privilaght (hak-hak istimewa)
Yaitu memotong pembicaraan orang lain atau mengusulkan kepada pimpinan sidang apabila seorang merasa
tersinggung oleh peserta sidang yang lain.
o Interupsi inteknis
Yaitu memotong pembicaraan orang lain dan mengusulkan kepada pimpinan sidang untuk membicarakan
soal teknis persidangan dan teknis lain dalam persidangan.

G. Tata Cara Memimpin Persidangan


1. Pemimpin sidang harus memperhatikan segala agenda acara, tata tertib, dan protokoler persidangan.
2. Membentuk kata pengantar yang singkat, padat dan jelas sehingga mudah dipahami oleh peserta
sidang.
3. Jika terjadi ketegangan ataupun perselisihan berupaya memberikan penjelasan secara proporsional
mengenai masalah yang dibahas.
4. Memberikan sanksi jika ada yang melanggar tata tertib sidang dengan tegas dan adil.
5. Membuat kesimpulan dari keseluruhan acara persidangan.

Sebelum sidang dimulai, biasanya sidang belum mempunyai pimpinan sidang. Untuk itu sebagai pimpinan
sidang sementara diambil alih oleh panitia pengarah (SC). Panitia pengarah ini akan memilih pimpinan
sidang atau presidium sidang untuk selanjutnya. Presidium sidang terpilih memimpin jalannya persidangan.
Pimpinan sidang terpilih dapat dipilih lebih dari satu orang dan hendaknya dipilih lebih dari satu agar
bergantian memimpin.
Materi TEKNIK PERSIDANGAN ORGANISASI
1. DASAR PEMIKIRAN
Permusyawaratan dalam MUBES/KONGRES/RAKER membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini
dilakukan secara
fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada akhirnya akan lahir
dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan.Persidangan didefinisikan
sebagai pertemuan formal organisasi guna membahas masalah tertentu dalam upaya untuk
menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan. Keputusan dari persidangan ini akan
mengikat
kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini
sifatnya
final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir ataupun tidak hadir ketika persidangan
berlangsung

JENIS PERSIDANGAN
1)Sidang Pleno
a.Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c.Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d.Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Permusyawaratan
2).Sidang Paripurna
a.Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b.Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
cSidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3).Sidang Komisi
a.Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b.Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang Pleno
c.Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d.Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang bersangkutan

ATURAN PERSONALIA SIDANG


1.Peserta
Hak peserta:
a.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
b.Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c.Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d.Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2.Peninjau
Hak Peninjau:
-.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan

ATURAN PERSONALIA SIDANG


1.Peserta
Hak peserta:
a.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
b.Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c.Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d.Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2.Peninjau
Hak Peninjau:
-.Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik
secara
lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a.Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b.Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
3.Presidium Sidang
a.Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh
Panitia
Pengarah
b.Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti aturan yang
disepakati
peserta
c.Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

Syarat-syarat Presidium Sidang :


a.Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b.Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
c.Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d.Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
a.Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
b.Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
c.Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta

ATURAN KETUKAN PALU dan kondisi-kondisi lain :


Ø1 kali ketukan
a.Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b.Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan sementara).
c.Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d.Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama sehingga peserta
sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang.
e.Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
2 kali ketukan : Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya
istirahat, lobying, sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan
3 kali ketukan :
a.Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b.Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang
1.Membuka sidang
“Dengan mengucap Bismilahirahmanirahim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. “ tok…….tok…….tok
2Menutup sidang
“Dengan mengucap Alhamdulillahriabilalamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok
3. Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan dari presidium ...kepada presidium...” tok.
4 Mengambil alih pimpinan sidang “Saya terma pimpinan sidang dari pesidium ...,Dengan ini pimpinan
sidang saya ambil alih “ tok
5 Menskorsing sidang“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
6Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok
7Memberi peringatan kepada peserta sidang Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”

QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1.Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ n + 1 dari peserta yang
terdaftar pada Panitia (OC)
2.Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil diambil melalui suara
terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan
3.Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka dilakukan
lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang
Catatan: umum teknis (pelaksanaan)

Pengertian Manajemen Organisasi

Daftar isi
Apa yang dimaksud dengan manajemen organisasi (organizational management)? Pengertian manajemen
organisasi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian terhadap sumber daya
sebuah organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi tersebut tentunya
bisa bermacam-macam, tergantung organisasi itu sendiri (baca: Pengertian Organisasi).

Manajemen organisasi yang akan dibahas di sini berkaitan dengan pengelolaan sumber daya di dalam bisnis
atau perusahaan. Sehingga manajemen organisasi lebih dikaitkan dengan seni untuk mengelola sumber daya
manusia perusahaan, dalam hal ini adalah karyawan.

Dengan adanya manajemen organisasi dalam perusahaan diharapkan dapat membentuk kinerja karyawan
yang lebih efektif terutama dalam hal koordinasi antar departemen atau divisi.
Baca juga: Pengertian Manajemen

Manajemen Organisasi Menurut Para Ahli

Pengertian manajemen organisasi sebenarnya mengacu pada cara seorang manajer organisasi untuk
memimpin dan mengelola sumber daya perusahaan dengan sedemikian rupa sehingga terbentuk kerjasama
dan koordinasi yang efektif antar tim.

Definisi manajemen organisasi menurut para ahli adalah:

1. George R. Terry

Menurut George R. Terry, organizational management adalah aktivitas pere perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating), dan pengawasan (Controlling), dimana semua
aktivitas tersebut bertujuan untuk mencapai target organisasi.

2. Menurut Luther M Gulick

Menurut Luther M. Gulick, pengertian manajemen organisasi adalah segala hal yang berhubungan dengan
perencanaan (Planning), mengorganisir (Organizing), pelengkapan Tenaga Kerja (Staffing),
mengarahkan (Directing), menyelaraskan/ mengkoordinir (Coordinating), melaporkan (Reporting), dan
menyusun anggaran (Budgeting).

3. Henry Fayol

Menurut Henry Fayol, organizational management adalah aktivitas perencanaan (Planning),


mengorganisir (Organizing), mengkoordinir (Coordinating), dan mengawasi (Controling), dimana
rangkaian aktivitas tersebut bertujuan untuk mencapai goalorganisasi.

4. Menurut Koontz dan O. Donnel

Menurut Koontz dan O. Donnel, manajemen organisasi adalah semua aktivitas organisasi yang berhubungan
dengan perencanaan (Planning), mengorganisir (Organizing), melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing),
mengarahkan (Directing), dan mengawasi (Controlling).

Secara garis besar definisi manajemen organisasi yang dijelaskan oleh para ahli di atas terlihat sama.
Namun, yang berbeda adalah pada pelaksanaannya, sesuai dengan visi dan misi masing-masing organisasi.

Baca juga: Pengertian Budaya Organisasi


Tujuan Manajemen Organisasi

Tujuan utama organizational management dalam perusahaan adalah untuk mencapai apa yang diiginkan
oleh organisasi tersebut dengan cara seefisien mungkin. Sehingga dalam jangka panjang dapat menjamin
profitabilitas perusahaan.

Manajemen organisasi bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan dalam suatu bisnis atau perusahaan, terutama
dalam bisnis yang sedang berkembang. Tanpa adanya manajemen organisasi yang baik bisa menjadi
penyebab kemunduran profibilitas perusahaan hingga berujung pada perpecahan secara internal.

Berikut ini adalah beberapa tujuan manajemen organisasi:

 Membentuk koordinasi yang baik antar divisi maupun individu


 Membentuk kinerja sumber daya yang lebih efektif melalui pemberian rasa aman dan kesatuan
diantara karyawan
 Menciptakan suasana lingkungan kerja yang damai dan positif
 Mendorong karyawan agar bekerja dengan rasa tanggung jawab
 Mencapai tujuan utama perusahaan dengan cara-cara yang paling efisien melalui pembentukan
karakter sumber daya
Manajer akan berupaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dengan perencanaan dan
pengendalian yang tepat di tempat kerja. Dengan hal ini maka anggota dapat menyadari peran dan tanggung
jawab masing-masing terhadap perusahaan.

Baca juga: Manajemen Aset

Fungsi Manajemen Organisasi

Mengacu dari pengertian organizational management menurut para ahli di atas sebagai upaya untuk
mengelola dan mengendalikan sumber daya, maka manajemen organisasi memiliki beberapa fungsi berikut
yang harus diterapkan dalam perusahaan:

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Manajer akan bertindak untuk merencanakan dan mempersiapkan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan
sumber daya.

Ini akan menjadi langkah penting untuk menentukan keputusan seperti apa yang akan diambil di masa depan
sehingga dapat menghindari kebingungan. Secara teknis perencanaan bisa dilakukan melalui koordinasi
dalam rapat yang membahas terkait rencana kerja dan angarannya.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Dalam fungsi ini, manajer diharuskan membuat kebijakan terbaik terkait penggunaan sumber daya.
Fungsinya adalah untuk mendapatkan kinerja yang terbaik dari karyawan.

Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki kegiatan tertentu yang berkaitan dengan peningkatan pemasaran
maka pemilihan sumber daya untuk kegiatan tersebut harus dipilih dari divisi yang menangani pemasaran.

3. Fungsi Kepegawaian (Staffing)

Suatu organisasi harus memiliki management yang baik untuk menciptakan suasana kerja yang sehat di
dalam organisasi tersebut. Selain itu, perekrutan anggota yang tepat juga akan memberikan sumbangsih
yang besar pada organisasi

4. Fungsi Pengarahan (Lead)

Sudah bukan hal yang asing lagi bahwa seorang manajer berperan untuk mengarahkan anggota tim sesuai
target yang jelas. Fungsinya adalah supaya sumber daya bekerja dengan arah yang benar sesuai dengan
tujuan perusahaan.

5. Fungsi Kontrol (Controling)

Selain itu manajer juga harus berperan sebagai pengendali terhadap setiap kegiatan yang melibatkan sumber
daya. Jika terjadi tindakan-tindakan yang bisa merugikan perusahaan yang dilakukan oleh salah seorang
maupun tim perusahaan, maka manajer berhak untuk mengambil keputusan terkait hal tersebut.

6. Fungsi Manajemen Waktu (Time Management)

Organisasi yang menerapkan fungsi manajemen waktu yang efektif dapat berkembang dengan cepat dan
sehat. Hal ini berkaitan dengan cara kerja pegawai yang tepat waktu dan dengan cara kerja yang benar.

7. Fungsi Motivasi (Motivation)

Manajemen perusahaan juga berperan penting dalam memberikan motivasi kepada anggotanya. Dengan
adanya motivasi tersebut maka para anggota akan termotivasi untuk bekerja lebih baik.

Cara memberikan motivasi adalah dengan memberikan penghargaan atas kinerja yang baik dari karyawan,
baik itu dalam bentuk remunerasi (baca: Pengertian Remunerasi) ataupun dalam bentuk ucapan.

Anda mungkin juga menyukai