Formulasi Sediaan Bedak Kompack Untuk Kulit Kering
Formulasi Sediaan Bedak Kompack Untuk Kulit Kering
TUGAS III
FORMULASI KOSMETIKA I
FORMULASI SEDIAAN BEDAK COMPACT UNTUK KULIT KERING
DENGAN PEWARNA ALAMI
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,
rahmat dan karunia-Nya. Solawat beserta salam tidak lupa penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW karena atas ridhoNya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Formulasi Sediaan Bedak Compact Untuk Kulit
Kering” sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah Formulasi Kosmetik 1. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca dan dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
berharap kepada Dosen Pengampu dan para pembaca untuk memberi masukan, kritik
dan saran demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang.
Jakarta, 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
ii
1. Shade control dan Lighting............................................................... 13
2. Dispersi Warna ................................................................................. 14
3. Uji pH ............................................................................................... 14
4. Pemeriksaan Ukuran Partikel............................................................ 14
5. Uji Kelembaban ................................................................................ 14
6. Uji Daya Lekat .................................................................................. 14
7. Pay Off .............................................................................................. 15
8. Tes Keretakan ................................................................................... 15
9. Uji Iritasi ........................................................................................... 15
G. Formula Sediaan Bedak Compact........................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 20
DISKUSI…………….. ...................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang selalu mendambakan penampilan yang baik dan menarik,
namun pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna. Kulit wajah yang
kering merupakan salah satu problem dimana kulit akan terlihat kusam, bersisik
dan berkerut, untuk menanggulangi kekurangan tersebut adalah dengan menutup
atau memperbaiki penampilan menggunakan sediaan kosmetik yaitu bedak.
Bedak menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia khususnya
wanita. Sejak berabad-abad yang lalu bedak sudah dikenal, awalnya manusia
memakai bedak bukan untuk tujuan estetika atau untuk mempercantik diri
melainkan untuk alasan spiritual. Konsumsi bedak terus meningkat dari tahun
ketahun seiring perkembangan zaman dan trend kosmetik serta gaya hidup
dikalangan masyarakat. Saat ini bedak sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi
kalangan kaum wanita.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, fungsi bedak sendiri juga semakin
berkembang. Bedak memiliki berbagai fungsi tergantung dari bahan yang
digunakan dalam formulasinya. Seperti yang diiklankan pada berbagai media
masa, bedak mampu melindungi kulit wajah dari sinar UV yang dapat merusak
kulit. Bedak juga mampu melindungi wajah dari polusi udara akibat asap
kendaraan bermotor dan pabrik, tentunya kedalam bedak ditambahkan bahan
bahan yang berbeda sehingga bedak tersebut mempunyai fungsi yang berbeda.
Penambahan bahan-bahan ini didukung oleh karakteristik lain yang dapat menarik
minat kosumen seperti warna bedak yang menarik, aroma bedak yang wangi dan
menyegarkan, serta tidak cepat luntur di wajah.
Compact powder (bedak padat) adalah bedak bubuk yang di press menjadi
bentuk cake, lembut, homogen dan mudah disapukan merata pada kulit dengan
menggunakan spon. Komposisi bedak padat ini mirip dengan bedak bubuk tetapi
ditambahkan bahan pengikat ke dalam komposisinya. Bahan pengikat (binders)
1
memperbesar adhesi pada kulit dan untuk membuat bedak dapat dipres menjadi
kompak.
B. Tujuan
1. Memahami karakteristik sediaan bedak compact secara umum.
2. Mengetahui komponen bahan pembuat sediaan bedak compact.
3. Membuat formulasi sediaan bedak compact untuk kulit kering.
4. Memahami metode pembuatan bedak compact.
5. Mempelajari evaluasi sediaan bedak compact.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik sediaan bedak compact yang baik?
2. Apa saja komponen bahan pembuat sediaan bedak compact?
3. Bagaimana cara membuat formulasi sediaan bedak compact?
4. Apa saja metode yang digunakan untuk membuat sediaan bedak compact?
5. Apa saja evaluasi yang harus dilakukan pada sediaan bedak compact?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Lapisan jernih (stratum lucidum)
Terletak dibawah stratum corneum merupakan lapisan tebal sel
berbentuk gepeng yang tidak berwarna dan bening, banyak terdapat zat
eleidin (lapisan mengeras) yang ditemukan hanya pada lapisan telapak kaki
dan tangan sehingga terlihat pada bagian tersebut lebih tebal (3).
c. Lapisan butir–butir (stratum granulosum)
Ditandai oleh 3-5 lapis sel keratinosit yang berbentuk polygonal
gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein
histidine (1).
d. Lapisan malpigi (stratum spinosum)
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang
terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan
lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malpigi (1)
e. Lapisan basal (stratum germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28
hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.
Stratum germinativum merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit, yaitu sel- sel yang tidak mengalami keratinisasidan fungsinya
hanya membentuk pigmen melanindan memberikannya pada sel- sel
karatinosit melalui dendrit (1,3).
- Dermis
Dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis. Lapisan ini
bertanggungjawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu lapisan
dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis (2). Dermis terdiri dari
dua lapisan papiler yang tipis mengandung jaringan ikat jarang dan lapisan
retikuler yang tebal terdiri dari jaringan ikat padat (3).
4
Dermis, biasanya 40 kali lebih tebal dari epidermis dan tersusun dari
bahan mukopolisakarida. Pada dermis terdapat sel-sel mast dan fibroblast. Sel
mast memiliki situs reseptor untuk immunoglobulin E dan mengandung
sejumlah senyawa penting, seperti zat yang bereaksi lambat pada proses
anafilaksis, prostaglandin E2 dan histamin (4).
Fibroblast mensintesis komponen penunjang struktural dari kulit (yaitu:
serat-serat elastik, kolagen, dan serat retikulum). Serat elastik (jaringan elastik)
diberi nama demikian karena serat ini yang member sifat elastisitas pada kulit.
Komponen utama dari serat ini adalah elastin, suatu protein amorf/tanpa bentuk
tertentu. Kolagen, suatu protein fibrosa (berbentuk serat), merupakan
komponen utama kulit, mencakup lebih dari 70% total beratnya. Dikenal
sebagai jaringan penghubung, kolagen memberikan kekuatan yang diperlukan
ligamen dan tendon untuk menahan otot dan tulang ke tempat perlekatannya.
Dan dengan demikian juga mendukung tulang rangka untuk dapat berfungsi.
Selain itu, kolagen bertanggung-jawab untuk member resistensi/ketahanan
pada kulit terhadap cedera akibat kekuatan eksternal. Serat-serat retikulum,
yang juga merupakan bagian dari sistem jaringan penghubung, berukuran lebih
kecil dibandingkan kolagen tetapi berfungsi kurang lebih sama (4).
Vaskularisasi kulit berakhir pada dermis. Arteriol dan pembuluh-pembuluh
limfatik yang berasal dari jaringan subkutan menyuplai keseluruhan dermis, dan
arteriol-arteriol ini menjadi kapiler-kapiler yang menyuplai bagian lebih atas
(area papilari). Selain pembuluhpembuluh darah, dermis mengandung
sejumlah besar saraf yang berkontribusi terhadap sensasi nyeri, suhu, gatal, dan
tekanan (4).
5
2. Kelenjar Sebasea dan Sebum
Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak
atau trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan
melalui folikel rambut yang mengandung banyak lipid, pada orang yang jenis
kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi
minyak, dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik
menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan. Kelenjar
sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses difusi (pemindahan) kandungan
bahan dalam suatu produk kelapisan lebih dalam (pada gambar dibawah
terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan disebelah kanannya
terdapat kelenjar keringat (3).
b. Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi kadar minyak
rendah sampai normal. Ciri –ciri fisik yang terlihat pada kulit normal (3):
- Kulit tampak srgar dan cerah
- Cukup tegang dan bertekstur halus
- Pori –pori kelihatan, tapi tidak terlalu besar
- Kadang terlihat berminyak didaerh dahi, dagu, dan hidung.
c. Kulit berminyak adalah kulit dengan kadar air dan kadar minyak tinggi.
Ciri –ciri fisik yang terlihat pada kulit berminyak (3):
- Tekstur kulit kasar dan berminyak
- Pori –pori besar
- Mudah kotor dan berjerawat
6
d. Kulit campuran yaitu memiliki ciri- ciri seperti :daerah bagian tengah atau
dikenal dengan istilah daerah “ T ” (dahi, hidung dan dagu) terkadang
berminyak atau normal. Sementara bagian kulit laincenderung lebih normal
bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur tetapi sering
ditemukan pada usia 35 tahun keatas (4).
e. Kulit sensitif, sensitif dengan produk kosmetik dan pada kondisi tertentu,
misalnya jika terkena sinar matahari akan memerah, pada suhu dingin akan
timbul bercak-bercak merah, dan lain-lain (5).
7
C. Jenis-Jenis Bedak
Pada bedak tidak hanya satu komponen yang dapat mewakili properties yang
diharapkan untuk bedak tersebut, seperti bedak covering, slip absorbency,
adhesiveness and bloom, pada bedak yang modern ditambahkan komponen
tertentu untuk memenuhi kualitas tertentu yang diharapkan. Karakteristik yang
bervariasi dapat ditetapkan dengan khusus bersama dengan pemilihan bahan yang
khusus ditambah dengan kontribusi dari berbagai variasi fungsi yang diberikan
oleh basis bedak. Berikut jenis-jenis bedak:
1. Bedak Tabur (Covering Powder)
Pertimbangan utama dalam pembuatan bedak adalah pemilihan bahan
dasarnya. Spektrum dari bahan dasar yang dipilih sangat sempit karena kualitas
dari masing masing bahan penting untuk menentukan formulasi bedak. Bedak
wajah harus merupakan campuran dari bahan dasar spesifik. Bedak tabur
dalam bentuk bubuk halus. Biasanya dipakai setelah memoleskan alas bedak
atau foundation. Bahan yang digunakan harus merupakan bahan yang mudah
menyerap minyak diwajah dan menutupi pori-pori di wajah lebih sempurna.
Bahan yang biasa digunakan yaitu titanium dioxide, zinc oxide, kaolin dan
magnesium oxide. Pada bedak tabur juga mengandung pigment. Pigment yang
digunakan harus dipertimbangakan jenis dan ukuran partikel yang digunakan
dengan mengurangi particle size dan memberikan karakteristik bedak yang
mudah menyebar dan dapat meningkatkan efek samar pada bedak.
2. Bedak padat (Compact Powder)
Bedak padat diperkenalkan di Amerika pada tahun 1930. Penggunaan dan
penyimpanan bedak padat sangat mudah. Bedak padat adalah bedak kering
yang telah dikompres menjadi padatan dan diaplikasikan dengan spons.
Komposisinya mirip dengan bedak tabur namun efeknya pada kulit berbeda.
Pengikat yang terdapat pada bedak padat memberikan sifat adhesi yang besar
sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel rata-rata nya lebih besar
dari pada bedak tabur. Compact powder memiliki karakteristik yaitu mudah
melekat ke powder puff dan cake harus cukup padat sehingga tidak pecah
dalam kondisi pemakaian biasa (3).
8
3. Shimmering Powder
Bentuknya bubuk, berwarna dan berglitter. Digunakan sebagai sentuhan
akhir setelah merias wajah. Bedak jenis ini biasanya dioleskan di punggung,
leher dan lengan jika memakai gaun.
4. Meteorite powder
Bentuknya bulat-bulat kecil dan berwarna-warni digunakan setelah make
up sebagai sentuhan akhir. Sebaiknya digunakan dengan kuas yang besar.
Sapukan keseluruhan wajah.
5. Two Way Cake Powder
Bentuknya mirip compact powder, namun memiliki fungsi ganda yaitu
sebagai bedak sekaligus foundation. Digunakan setelah memakai pelembab
dengan spons kering bila ingin dipakai sebagai bedak biasa dan menggunakan
spons basah jika ingin dipakai sebagai foundation. Sangat praktis karena
sekaligus berfungsi sebagai alas bedak dan menyerap minyak.
D. Komposisi Bedak
Secara umum komposisi bedak padat hampir sama dengan bedak tabur yang
membedakannya adalah pengikat dan proses formulasinya, adapun komponen
umum dalam bedak dapat dilihat pada Tabel I, jenis pengikat bedak padat dapat
dilihat pada Tabel II dan contoh perbedaan formula bedak berdasarkan jenis kulit
dapat dilihat pada Tabel III.
9
Agen Pengikat (Binding Agent) (6)
Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam bedak wajah adalah
bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, terdapat lima tipe dasar pengikat yang
digunakan :
a. Pengikat kering
Pengikat kering seperti logam stearat (Zink atau Magnesium) telah
didiskusikan dalam bagian bedak tabur. Penggunaan dari pengikat kering
dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak padat.
b. Pengikat minyak
Minyak tunggal, seperti minyak mineral isopropil miristat dan turunan
lanolin, dapat sangat berguna untuk dicampurkan dalam formula sebagai
pengikat. Mereka ditemukan digunakan secara luas dalam banyak formula
bedak padat.
c. Pengikat larut air
Pengikat larut air yang biasa digunakan adalah tragakan, karaya, dan
arab. Dalam kategori ini, sintetik seperti PVP (Polyvinylpyrolidone) metil
selulosa, karboksil metil selulosa juga telah digunakan dalam larutan air.
Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak padat. Minyak
mineral, lemak ester dari segala tipe, dan turunan lanolin, dapat digunakan dan
dicampur dengan jumlah yang baik dari air untuk membantu pembentukan
bedak padat yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan
membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban bedak.
d. Pengikat emulsi
Pengembangan pembuatan pengikat dalam bentuk sediaan emulsi
untuk mengatasi kesulitan tercapainya keseragaman pengikat yang tidak larut
air dalam bedak padat untuk menyeragamkan distribusi pengikat. Selain itu,
bentuk emulsi tidak akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut
air. Penggunaan dari minyak dalam bentuk emulsi bermaksud untuk mencegah
penggumpalan yang dapat muncul ketika minyak tunggal digunakan sebagai
pengikat dalam bedak wajah.
10
Tabel II. Jenis pengikat bedak compact (7)
Type of binder Examples
Dry binder Zn dan Mg stearate
Oil binder (water repellant) Mineral oil, isopropyl myristate, lanolin
Water soluble binder PVP, CMC, cellulose, acacia, tragacanth
Emulsion binder Triethanolamine stearate, glycerol monostearate
Penggolongan bedak berdasarkan jenis kulit, bedak dapat dibagi menjadi (7):
1. Bedak jenis ringan (light) digunakan untuk kulit kering
2. Bedak jenis medium digunakan untuk kulit normal
3. Bedak jenis berat (heavy) digunakan untuk kulit berminyak
Tabel III. Contoh Perbedaan Formula Bedak Berdasarkan Jenis Kulit (7)
Light Powder Medium Powder Heavy Powder
Talc ---------63 mg Talc---------39.7 mg Talc---------20.0 mg
Kaolin --------20 mg Kaolin-------39.5 mg Kaolin(light)-20.0 mg
Cal. carbonate(l) 5 mg Cal. carbonate(l) 5 mg . Cal. carbonate(l) 39 g
Zinc oxide ---5.0 mg Zinc oxide ---7.0 mg Zinc oxide ---15.0 mg
Zinc stearate-5.0 mg Zinc stearate-7.0 mg Mg.stearate—5.0 mg
Mg.carbonate—1.0 mg Mg.carbonate—1.0 mg Color ------0.5 mg
Light Powder Medium Powder Heavy Powder
Color ------0.5 mg Color ------0.2 mg Perfume------0.5 mg
Perfume------0.5 mg Perfume------0.6 mg
11
kemudian distabilkan dengan pelapisan oleh partikel talk. Sekarang terdapat
beberapa jenis peralatan yang mengganti keberadaan hammer mill. Yang
pertama, vertical vortex mixer, yang mengurangi ukuran partikel dengan
tumbukan antar partikel. Selain itu, high speed mixer, yang dikenal dengan
plough-shear device (6).
2. Pembuatan Dasar Bedak
Bahan dasar putih pertama dicampur dalam blender stainless-steel
ribbon-type. Waktu pencampuran awal dapat selama 20 menit hingga 3 jam,
tergantung jenis mixer, kapasitas, dan ukuran batch. Selanjutnya, penambahan
warna dan pencampuran dengan dasar putih. Campuran ini kemudan diaduk
hingga homogen. Pada bedak tabur, penambahan parfum ditambahkan pada
saat terakhir. Penambahan parfum dilakukan dengan penyemprotan pada
pencampuran. Untuk bedak yang dikompres, zat pengikat juga ditambahkan
pada tahap ini. Akhirnya, warna diji kembali sesuai standard dan dilakukan
perbaikan, jika perlu. Jika digunakan bahan dasar mica dalam formulasi maka
maka diperlukan kehati-hatian agar platelet yang mudah pecah tidak rusak saat
proses pembuatan. Pemeriksaan warna dilakukan dengan memindahkan
sejumlah kecil dari massa tersebut dan mencampur kembali dengan warna
yang sesuai. Kemudian ditambahkan kembali dan dicampr kembali dan
dilakukan uji warna kembali (6).
Campuran yang telah selesai diperiksa kemudian dimasukkan pada
kantung polyethylene untuk penyimpanan, untuk memperoleh serbuk bedak
yang halus, diserbukkan. Serbuk telah siap dan memasuki tahap selanjutnya,
untuk bedak tabur dimasukkan pada kemasan dan dikempa untuk compct
powder (6)
3. Proses Pengempaan
Terdapat tiga prosedur berbeda yang digunakan untuk memperoleh
compact powder: Wet moulding (pelelehan basah), damp compressing
(pengempaan lembap), dan pengempaan kering. Metode yang paling sering
digunakan adalah pengempaan kering.
Untuk proses pengempaan kering terdapat mesin yang sering digunakan
yaitu pneumatics digunakan pada Air-Mite press, hydraulics oleh Alite, tipe
12
ram yang ditekan pada serbuk seperti pada Kemwall press; dan Ve-Tra-Co
press dimana penekan dapat mencampur (6). Terdapat 3 prosedur umum yang
digunakan dalam industri pembuatan bedak padat :
a. Kempa Basah (7)
Proses kempa basah sekarang tidak dipakai lagi di USA, dan
kebanyakan perusahaan kosmetik menggunakan proses kempa lembab atau
proses kering dalam pembuatan bedak padat. Campuran dibuat dalam
bentuk seperti pasta dengan air dan dicetak dalam cetakan. Permukaan
bagian atas dari pasta dilapisi dengan suatu peng-adhesif, kemudian
dikempa ke bawah dengan logam yang berukuran cocok atau plat gelas
melekat kemudian dikeringkan dan dilepaskan dari cetakan.
b. Kempa Lembab (7)
Metode kempa lembab, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur
sampai seragam. Campuran kemudian dibasahkan dengan cairan pengikat,
kemudian dicampur sampai mencapai massa plastis yang sesuai. Serbuk
kemudian disaring dan dilewatkan ke dalam mesin pengempa dan
dikeringkan pada temperatur yang sesuai.
c. Kempa Kering (7)
Metode kempa kering, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur
dan campuran serbuk dapat dilembabkan dengan pengikat, campuran
kemudian dicampur secara keseluruhan dan serbuk dikempa.
13
juga cara pemakaian dan evaluasi konsumen. Sebagai contoh harus disimpan
di tempat gelap untuk menghindari warna bedak memudar.
2. Dispersi Warna (8)
Pewarna pada bedak wajah haruslah terdispersi secara homogen dalam
dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau
ketidakbercampuran pada dispersi bedak yang menyebabkan pulverisasi yang
jelek atau pengeluaran warna keseragaman pada bedak dapat dengan mudah
diperiksa dengan menyebarkannya pada kertas putih dan diuji dengan kaca
pembesar. Jika terdapat ketidakseragaman yang terdeteksi, proses selanjutnya
untuk memperoleh pengembangan warna maksimal harus diperoleh dalam
homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengamati
keseragaman warna campuran sari wortel dan basis bedak secara visual dan
mikroskopis.
3. Uji pH (13)
Sebanyak 10 g bedak ditimbang , dimasukkan ke dalam beaker glass 150
ml. Untuk ini 90 ml air dipanaskan kemudian didinginkan dan ditambahkan
pada suhu 270C. Kemudian dikocok sampai terbentuk suspensi yang baik. pH
ditentukan dalam waktu 5 menit dengan menggunakan pH meter.
4. Pemeriksaan Ukuran Partikel (14)
Serbuk ditimbang sebanyak 0,1 g lalu diencerkan dengan air suling hingga
10 ml. Kemudian diambil sedikit hasil pengenceran dan diteteskan pada kaca
objek, kemudian diratakan. Tutup kaca dengan cover glass, hitung jumlah
partikel dengan ukuran masing-masing.
5. Uji Kelembaban
Sebanyak 5 g bedak ditimbang secara akurat dan dimasukkan ke dalam
krus porselen dengan diameter 2-4 cm. Kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 1050C sampai berat konstan.
% Massa= A/B x 100%
A = Berat masa bedak yang hilang, B = Berat bedak sebelum di oven
6. Uji Daya Lekat (15)
Ditimbang 100 mg disapukan pada permukaan kulit dengan luas 100 cm2.
Lokasi kulit yang disapukan ditiup dengan peniup karet, serbuk yang jatuh dari
14
permukaan kulit ditampung dikertas perkamen. Kemudian ditimbang serbuk
yang jatuh dari lokasi lekatan. Serbuk yang jatuh dihitung dengan cara:
% = Serbuk yang jatuh x 100% Berat serbuk
7. Pay Off (8)
Hasil dari bedak harus selalu diperiksa pada kulit. Jika tekanan pada cake
terlalu besar, bedak yang dihasilkan tidak akan tersapu bersih dengan mudah,
dan akan ada gaya adhesi yang tidak cukup dari bahan terhadap tekanan. Jika
tekanannya terlalu rendah, cake akan menjadi lembek dan mempunyai
kecenderungan menjadi remuk dan pecah.
8. Uji Keretakan
Uji ini dilakukan dengan menjatuhkan bedak pada alas kayu beberapa kali
dengan ketinggian 8-10 inc dan dilakukan pengecekan kerusakan pada fisik
bedak apakah terjadi retak atau pecah pada masa bedak. Uji ini bertujuan untuk
melihat ketahanan bedak ketika dilakukan pendistribusian.
9. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan pada manusia dengan cara uji tempel terbuka. Sediaan
ditimbang 0,1 g dioleskan dibelakang telinga dengan diameter olesan 3 cm,
dibiarkan selama 1x 24 jam setelah itu amati gejala yang ditimbulkan.
15
titanium sulfat
(TiSO4)
Zinc stearate 11 - 5 6 Berupa Pengikat Tidak larut
serbuk dalam air,
halus, putih dalam
dan etanol,dalam
voluminous, ethanol 95%
bau lemah dan dalam eter.
khas, mudah
melekat di
kulit, bebas
dari butiran.
Mika 8 - - 10 Serbuk Penyamar -
warna putih kerut
Metil paraben - 0,2 - 0,2 Hablur Pengawet Sukar larut
padat kecil, dalam air,
tidak dalam benzene
berwarna dan dalam
atau serbuk tetraklorida,
hablur, mudah larut
putih, tidak dalam etanol
berbau atau dan dalam
berbau eter.
khas lemah
Propil paraben - 0,1 - 0,1 Hablur kecil Pengawet Sukar larut
tidak dalam air, larut
berwarna dalam air panas
atau serbuk dan dalam
hablur putih, etanol
tidak berbau
Kaolin - - 10 7 Serbuk, Pelincir Praktis tidak
putih, larut dalam air
ringan, tidak dan dalam asam
mengandung mineral.
butiran
kasar,tidak
atau hampir
tidak berbau.
ZnO - - 5 3 Serbuk putih Pengikat -
CaCO3 - - 10 - Serbuk Absorben Praktis tidak
hablur, tidak larut dalam air,
berbau, sangat sukar
tidak berasa larut dalam air
yang
16
mengandung
karbohidrat.
Gliserin - - - 10 Cairan Humektan Larut dalam air
jernih, tidak dan dan etanol.
berwarna, emoliens
rasa manis
Talkum 36,6 83,7 Ad Ad Serbuk Pengisi Praktis tidak
100 100 hablur putih larut dalam
sangat halus larutan asam
dan alkalis,
pelarut organic
dan air.
Keterangan :
F1 : Formula Ernest W. Flick (9)
F2 : Formula Dow Cording (10)
F3 : Formula Warnida dkk (11)
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kajian Formula
Dalam Bab ini akan dibahas kajian tentang Formula 4 dan dasar-dasar
pemilihan komponen penyusun bedak compact pada Formula 4. Keempat formula
compact powder merupakan formula yang disusun untuk kulit kering karena
mengandung sedikit absorben dan atau tanpa adanya kandungan absorben yang
dapat menyerap kandungan minyak pada kulit wajah. Perbedaan formula bedak
untuk kulit kering dan berminyak terletak pada adanya jumlah kandungan zat
absorben dan adanya zat pengikat dalam suatu formula. Pemilihan bentuk sediaan
compact powder dikarenakan agar pemakaiannya lebih praktis dan
penyimpanannya mudah. Penambahan zat pengikat dalam sediaan compact
powder juga dibutuhkan untuk menambah daya adhesive dan kohesif serbuk saat
dicetak sehungga serbuk menjadi kompak dan tidak hancur. Pemilihan zat pengikat
perlu disesuaikan dengan zat lain yang ada dalam formula serta metode
pengempaan agar dihasilkan sediaan bedak compact yang stabil dan menjadikan
bedak menjadi padat dan keras yang memenuhi syarat.
Sari wortel merupakan pewarna alami yang digunakan dalam bedak compact
karena mengandung senyawa β-karoten yang memberikan warna. Amylum dan
talk digunakan sebagai bahan pengisi pada sediaan dan memberikan efek lain
sebagai pengikat, selain itu pengikat kering yang digunakan zinc oxida dan zinc
stearat untuk meningkatkan tekanan dan membuat bedak menjadi kompak dan
padat. Bedak padat untuk kulit kering harus mengandung pelembab, pada Formula
4 telah ditambahkan gliserin yang bertindak sebagai pelembab dan emoliens.
Penggunaan titanium dioksida dimaksudkan sebagai pigment dalam sediaan,
namun bisa juga bertindak sebagai UV filter karena dapat memantulkan sinar UV
matahari dan memberi efek cerah pada wajah. Penambahan mika yang bersifat
transluen dalam sediaan dimaksudkan untuk memberi efek kilau dan efek samar
untuk menyamarkan garis kerut dan menutup pori-pori ketika bedak diaplikasikan
ke kulit. Penggunaan metil dan propil paraben dimaksudkan sebagai pengawet
untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sediaan yang dapat merusak
18
penampilan sediaan, mengganggu stabilitas dan menurunkan mutu dari suatu
sediaan.
Metode pembuatan sediaan yang dipilih adalah metode kempa lembap karena
adanya cairan gliserin sebagai pelembab, pengikat yang digunakan adalah dry
binder zinc oxide dan zinc stearate karena lebih mudah, cepat dan praktis. Evaluasi
sediaan meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas, ukuran partikel, uji iritasi, uji
daya lekat, kelembaban, shade and lighting, disperse warna, pay off uji keretakan
dan uji kekerasan.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa sediaan yang dihasilkan memiliki
karakteristik sediaan berupa bedak compact berwarna orange tua yang homogen
dan tidak berbau. pH sediaan 6,4 sesuai dengan pH kulit normal 4,5-6,5 agar
menimbulkan alergi, uji iritasi telah dilakukan terhadap 10 orang volunteer tidak
menunjukan adanya iritasi. Ukuran partikel yang didapatkan sebesar 50 µm,
ukuran partikel bedak compact lebih besar daripada bedak tabur karena mengalami
proses pengempaan sehingga jika ukuran partikel terlalu halus akan sulit
membentuk masa yang kompak. Ukuran partikel kurang dari 25 µm (bedak tabur)
memberikan efek lembut, ukuran 20-150 µm memberi efek mengkilap, ukuran 20-
25 µm memberikan efek bercahaya dan ukuran 50-500 µm memberikan efek bahan
yang mudah menyerap. Hasil uji kelembaban sebesar 1,75% menunjukan sediaan
memiliki kelembaban yang baik dan hasil uji daya lekat sebesar 72,37%, hal
tersebut sesuai dengan karakteristik sediaan bedak compact untuk kulit kering
yaitu harus mudah melekat dan memberi efek lembab pada kulit. Hasil uji shade
and lighting menunjukan bahwa bedak tidak mengalami perubahan warna selama
penyimpanan dan hasil uji pay off menunjukan bahwa bedak memiliki konsistensi
yang baik dan mudah disapukan ke kulit dengan warna merata. Hasil uji tekanan
sebesar 0,70 kg menunjukan sediaan tidak mudah remuk dan pecah dan hasil uji
keretakan tidak memperlihatkan tanda-tanda retak karena dijatuhkan dari
ketinggian 10 inch setelah 5 kali dijatuhkan. Hal ini menunjukkan sediaan bedak
cukup kuat dan tidak mudah hancur jika mengalami guncangan ketika dilakukan
pendistribusiaan.
19
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Bedak compact memiliki karakteristik secara umum yaitu mudah melekat ke
powder puff dan cake harus cukup padat sehingga tidak pecah dalam kondisi
pemakaian biasa.
2. Komponen pembuatan bedak compact untuk kulit kering terdiri dari pewarna,
pengisi, pengawet, humektan emoliens, pelincir, penyamar kerut dan pengikat.
3. Ciri khas komposisi bedak compact untuk kulit kering yaitu tidak adanya
penambahan absorben yang dapat menyerap minyak diwajah dan penambahan
bahan humektan seperti gliserin.
4. Metode pengempaan pada pembuatan bedak compact yang dipilih adalah
kempa lembap.
5. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas, ukuran partikel,
uji iritasi, uji daya lekat, kelembaban, shade and lighting, disperse warna, pay
off uji keretakan dan uji kekerasan.
6. Hasil evaluasi sediaan bedak compact untuk kulit kering dengan pewarna alami
sari wortel memiliki karakteristik berwarna orange tua, homogen, tidak berbau,
memiliki pH 6,4 dengan ukuran partikel 50 µm. Memiliki kelembaban dan
daya lekat yang baik berturut-turut dengan nilai 1,75% dan 72,37%. Sediaan
tidak mengalami perubahan warna selama penyimpanan, tidak mengiritasi,
mudah diaplikasikan ke kulit dengan warna merata dan pada tekanan 0,70 kg
dan hasil uji keretakan menunjukan bahwa sediaan tidak mudah remuk dan
pecah setelah dijatuhkan dari ketinggian 10 inch sebanyak 5 kali.
20
DISKUSI
1. Bagaimana yang dimaksud kulit campuran? Lalu bedak jenis apakah yang cocok
digunakan untuk jenis kulit campuran?
Jawab :
- Kulit campuran yaitu kulit yang berminyak dibagian T wajah (area dahi
dan hidung) namun bagian kulit wajah lainnya kering.
- Jenis bedak yang cocok digunakan adalah bedak untuk kulit kering agar
bisa menyerap minyak dan tahan lama dan pemakaian bedaknya setelah
kulit dibersihkan sehingga kulit menjadi bersih dan segar.
2. Mengapa logam stearate digunakan dengan fungsi yang berbeda? (Contoh mg
stearate sebagai adhesion prop dan zn stearate sebagai covering prop dan bedanya
kedua fungsi tersebut)
Jawab :
- Sebenarnya sama saja penggunaan logam stearate, yang paling penting
adalah sifat logam stearate yang anti air dan sifat adhesive. Karena kedua
sifat logam stearate tersebut maka dapat bertindak sebagai dua fungsi yaitu
sebagai covering prop dan adhesion prop. Fungsi sebagai covering prop
karena sifatnya yang anti air dan adhesion prop karena sifatnya yang
adhesive.
- Covering prop yang dimaksud yaitu efek akhir yang dihasilkan yang dapat
menutup garis kerut, memberi efek mencerahkan dan sebagai UV filter
pada wajah ketika bedak di aplikasikan.
- Adhesion prop yang dimaksud yaitu sifat adhesi yang diberikan karena
logam stearate juga berfungsi sebagai dry binder sehingga bedak akan lebih
kompak ketika dicetak.
3. Bedanya formula bedak compact untuk kulit kering dan kulit berminyak?
Jawab :
- Formulasi untuk kulit kering tidak digunakan agen penyerap seperti kaolin
sedangkan untuk kulit berminyak digunakan agen penyerap untuk
menyerap minyak pada kulit wajah sehingga wajah tidak mengkilap oleh
minyak.
21
4. Bedanya efek peach like finish (efek sentuhan akhir) dan frosted look (pengeras)
pada bedak compact powder?
Jawab :
- Efek peach like finish yaitu memberi efek berkilau pada sentuhan akhir
ketika bedak diaplikasikan.
- Efek frosted look yaitu menjadikan bedak menjadi lebih keras, kompak dan
tidak mudah pecah. Bahan yang digunakan yaitu golongan silikat yang
bertindak sebagai opacifying.
22
DAFTAR PUSTAKA
3. Tranggono, RI, dan Latifah, F. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Gramedia. Jakarta. 2007. 105-106.
6. Jonh Poucher’s. Perfume’s, Cosmetics and Soap’s .Kluer Academic. USA. 2000.
9. Flick, E W. Cosmetic & Toiletry Formulation 2nd Edition, Vol. 8. New York, USA.
Noyest Publication. 2001.
10. Aurel. Pressed Powder: Cold Processing. Dow Corning Company. 2002. Tersedia
: http:// www. dowcorning. com/ content/ publishedlit/ FORMUL_00141.pdf.
Diakses pada [21 Mei 2018].
23
13. Akelesh, Humar, Jothi dan Rajan v. 2010. “Evaluation of Standard of Some
Selected Cosmetic Preparation.” Www.jpr.in (2):302– 6.
14. Martin, A, N, J.and A.Cammarata. 1962. Pysical Pharmacy. 2nd ed. Philadelphia:
Lea and Febiger.
15. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. edisi V. Yogyakarta: Gadjah
Mada University.
24