KURNIATI
K211 09 008
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Ilmu Gizi
Skripsi Juli 2013
Kurniati
Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Anemia pada Wanita
Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar Tahun 2013
(xii+74 Halaman+12Tabel+7Lampiran)
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
dengan sebaik mungkin. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah SAW. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Asupan Zat
sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana gizi pada program studi
waktu, memberikan arahan, kritik dan saran serta dorongan untuk menyelesaikan
1. Kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang, ayahanda Syarifuddin P dan
2. Ibu Ulfah Najamuddin, SSi, M.kes, Dr.Masni, Apt, MSPH dan dr.Devintha
Virani, S.Ked selaku dosen penguji, yang telah memberikan kritik dan saran
selama ini.
4. dr.Anang S Otoluwa dan teman-teman Tim MMN (Multi Mikro Nutrien) yang
akhir.
5. Sahabat Nabonk’s Q sayang yang baik hatinya, selalu memberi dukungan dan
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran masih sangat diharapkan. Penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermamfaat bagi semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kurniati
DAFTAR ISI
RINGKASAN…… ......................................................................................... iv
A. Kesimpulan ...................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Distribusi Wanita Prakonsepsi Berdasarkan Asupan Zat Gizi makro
dan Mikro di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 51
Tabel 4.5 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Anemia pada Wanita
Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 52
Tabel 4.6 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Anemia pada Wanita
Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 53
Tabel 4.7 Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Wanita
Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ....................................... 53
Tabel 4.8 Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 54
Tabel 4.10 Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 56
Tabel 4.12 Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2013 ........................................ 58
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin
pada kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu upaya penanggulangan
kesehatan dan ekonomi. Anemia merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia yang di alami oleh sekitar 51% ibu hamil (SKRT,
1995). Masalah anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di
lndonesia dan merupakan masalah gizi yang paling banyak dijumpai pada
diasumsikan telah mencapai tahapan usia dewasa. Oleh karena itu, masa
remaja, sehingga gizi prakonsepsi juga berkaitan dengan pemenuhan gizi saat
pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas (Depkes RI, 1996).
beraktivitas karena cepat merasa lelah (Almatsier 1989 dalam Farida 2007).
Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri adalah apabila
remaja putri hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Oleh karena itu
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat badan lahir rendah atau
kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia
wanita hamil, wanita muda, dan miskin (Scholl, 1992). Hal ini sesuai dengan
kebutuhan fisiologis wanita yang meningkat saat hamil, dan juga faktor
perdarahan melalui menstruasi yang terjadi setiap bulan (Depkes, 2003). 45,7
Malaysia (30,1 %), Vietnam (24,3 %), dan Thailand (17,8 %). Dari hasil
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih kurang 500-
600 juta menderita anemia defisiensi besi. Prevalensi yang tinggi terjadi di
terdapat pada 25% bayi dan 6% anak. Di Asia Tenggara prevalensi pada
kelompok prasekolah dan wanita hamil diperkirakan antara 50% dan 70%.
Anemia defisiensi besi terjadi bila asupan besi ke dalam eritroid di sumsum
karena sel-sel darah merah tidak mampu membawa oksigen ke seluruh tubuh
(Sondang, 2013).
timbulnya masalah anemia (Anonim, 2013). Vitamin B12 dan folat sangat
diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah. Vitamin ini dikenal
beberapa orang serta peradangan pada kulit (dermatitis) sehingga hal ini
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam.
Komsumsi asam folat yang cukup dapat menurunkan serum homosistein dan
dapat dapat proteksi terhadap penyakit jantung koroner. Peran asam folat
yang paling penting adalah saat terjadi pertumbuhan secara cepat seperti
pertumbuhan janin, dan saat regenerasi sel secara cepat seperti pembentukan
sel darah merah dan sel imun. Selain Asam folat, vitamin B6 merupakan salah
satu bagian dari vitamin B kompleks yang berperan dalam pembentukan sel
darah merah dan juga di butuhkan dalam reaksi kimia yang di perlukan untuk
umur tertinggi terdapat pada balita (47,4%) dan ibu hamil (41,8%),
sedangkan pada anak sekolah juga termasuk tinggi yaitu 25,4% dan 49
prevalensi ini menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di seluruh dunia
kejadian anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi (WHO 2008 dalam Izah
2011).
13,1%, serta untuk anak-anak 9,8%. Selanjutnya dari total 33 provinsi, ibu
prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2 % dan
pada tahun 1994 meningkat menjadi 76,17 % (Ridwan, dkk,2004). Data yang
di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2009, ibu hamil yang
anemia ringan 1.755 orang (79,1%) anemia sedang 367 orang (16,5%),
hamil tentang kebutuhan gizi seimbang dan pola makan yang sehat.
badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT
lengkap, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Absorpsi besi yang efektif
dan efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, seperti vitamin
besi dengan cara mereduksi besi ferri menjadi ferro. Vitamin A memiliki
mobilisasi besi terganggu dan simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan untuk
Penelitian yang dilakukan oleh Suyardi, dkk 2009 pada tenaga kerja
B12 dua orang (1,6%), anemia defisiensi Fe + vit. B12 empat orang (3,2%),
anemia defisiensi vit. B12 + asam folat seorang (0,8%), anemia defisiensi Fe
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ani, dkk 2010 mengenai kadar
feritin serum dan hemoglobin pada wanita pasangan pengantin baru di Bali
anemia.
Penelitian yang dilakukan oleh Kirana 2011 hubungan asupan zat gizi
dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 2
kategori anemia.
B. Rumusan Masalah
3. Adakah hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada wanita
8. Adakah hubungan asupan asam folat dengan kejadian anemia pada wanita
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
apakah ada hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada
c. Untuk mengetahui hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi siapapun dan sebagai bahan informasi kepada peneliti lainnya
bangku kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Anemia
terutama bagi kelompok wanita usia produksi (WUS). Anemia pada WUS
atau produktivitas kerja. Bagi ibu hamil, anemia berperan pada peningkatan
prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan
Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah atau
pendarahan mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan.
(Corwin, 2009).
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah. Anemia adalah
suatu penyakit dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Anemia berbeda dengan tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah
tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan
karena efek samping dari keadaan penyakit tertentu atau suatu keadaan
yang lain yang banyak terjadi khususnya di negara tropis. Biasanya semakin
rendah kadar Hb maka dapat dikatakan bahwa anemia yang terjadi semakin
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11,0 g% pada trimester 1 dan
Simanjuntak 2009).
2. Etiologi Anemia
gizi besi disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
memberikan dampak negatif terhadap janin yang dikandungnya dan ibu dalam
kehamilan, persalinan maupun nifas diantaranya akan lahir bayi dengan berat
badan lahir rendah, prematur, perdarahan post partum, dan lain-lain (Puji,
2010).
sel darah merah dari tubuh terlalu banyak. Pada ibu hamil lebih banyak terjadi
bisa terjadi karena kerusakan sel darah merah akibat kurang gizi, adanya zat
kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa,
Anemia gizi disebabkan oleh defesiensi zat besi, dan vitamin B12 yang
rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Dari katiga penyebab
yang paling jarang terjadi selama kehamilan. Jenis anemia lain yang juga
kerap terjadi selama kehamilan adalah anemia aplastik dan anemia hemolitik
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
berasal dari daging hewan. Di samping banyak mengandung zat besi, serapan
zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterbatasan sebesar
dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara
bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
3) Periode dimana kebutuhan tubuh akan zat besi tinggi (period of life
3. Batasan Anemia
c. Hb anak-anak = ≥ 11 g/dl
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah
b. Anemia Megaloblastik
c. Anemia Hipoplastik
d. Anemia Hemolitik
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah
organ vital.
berikut :
jumlah zat besi tidak adekuat atau tidak dapat di akses, atau
kekurangan asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah
tulang, seperti yang terjadi pada leukemia, setelah terpajan radiasi, atau
penyakit sumsum tulang lainnya. Defesiensi eritroprotein, yang dapat
sirkulasi. Sel darah merah normal mampu hidup berkisar 120 hari.
Destruksi atau hilangnya sel darah merah yang terjadi sebelum 100
5. Dampak Anemia
Keluhan “3L” (lemah, letih, lesu) karena anemia adalah keluhan fisik yang
nyata dan dirasakan oleh penderita anemia (Soekirman 2000 diacu dalam
Wijianto 2002). Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera makan,
dihasilkan oleh tubuh berkurang dan badan menjadi cepat lelah. Rasa cepat
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum atau
Tanda dan gejala anemia defesiensi besi biasanya tidak khas dan sering
tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan
tidak bisa di periksa pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra.
umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar.
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
turun di bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah,
cepat.
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada
6) Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim. Seperti: tanah
kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker
tersebut.
Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang Asia memiliki jumlah yang
tulang dan rendahnya simpanan zat besiyang buruk, maka defesiensi ini
akan semakin parah pada bayi yang hanya mendapat ASI saja dalam
2. Ketidakcukupan Gizi
bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absorpsi zat besi
yang buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan tersebut yang
3. Hemoglobinopati
Prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena defesiensi zat besi adalah
3. Edukasi gizi.
hayati zat besi pada bahan pangan yang umum (Gibney, dkk 2008).
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi dengan diet tinggi zat besi dan
vitamin C.
(rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan
kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.
Perbaikan asupan makan dapat menggunakan analisis yang bersifat
(AKG). AKG ini diantaranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan faktor
infeksi.
a. Energi
energi penduduk usia 16-18 tahun berkisar antara 69,5% - 84,3%, dan
beraktivitas lainnya.
b. Protein
jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah dan jaringan tubuh lainnya.
Mutu protein di tentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang
(Nursin, 2012).
dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan, dan melalui
Salah satu mikronutrien bagi manusia adalah zat besi (Fe) yang
merupakan mineral makro paling banyak dalam tubuh yaitu sebanyak 3-5
banyak terjadi terutama pada ibu hamil. Sumber besi antara lain seperti,
(Khasanah, 2003).
Banyaknya besi yang dimanfaatkana untuk pembentukan
sumsum tulang berfungsi baik, dapat memproduksi sel darah merah dan
dalam bentuk feritin dan hemosiderin di dalam sel parenkhim hepatik, sel
retikuloendotelial sumsum tulang hati dan limfa. Ekskresi besi dari tubuh
feses. Dapat pula besi dalam hemoglobin keluar dari tubuh melalui
besi yang berasal dari pemecahan sel darah akan di manfaatkan kembali.
setiap semester terjadi keadaan sfesifik baik dalam kebutuhan zat gizi
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin
panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil
suatu kofaktor penting untuk reaksi-reaksi reduksi logam seperti besi dan
penyerapan besi terutama besi non hem yang banyak di temukan dalam
serap sebanyak 37% sedangkan bahan makanan golongan besi non hem
(Zarianis 2006).
c. Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak yang
2009).
cukup pada ASI (Hadju, 2001). Vitamin A dibutuhkan oleh ibu hamil
Vitamin B12 merupakan salah satu vitamin larut dalam air yang
berfungsi dalam menjaga aktivitas system saraf pusat, sintesa DNA dan
asam lemak, pembelahan sel, metabolism sel dalam pelepasan energy dan
pembentukan darah. Selain itu berperan dalam metabolism asam folat dan
makanan sumber vitamin B12 adlaah makanan hewani seperti produk susu,
seperti hem, yang mengandung kobal serta terkait pada ribose dan asam
dalam makanan dan jaringan tubuh. Bentuk utama vitamin B12 dalam
terjadi pada tahap awal dengan konsentrasi serum yang rendah kemudian
akibat dari defisiensi vitamin B12. Vitamin B12 ini sangat penting dalam
defisiensi vitamin B12 ditemukan pada semua umur. Hal ini disebabkan
bentuk aktif, dan berperan dalam fungsi normal metabolism semua sel,
terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf. Vitamin
B12 merupakan kofaktor dua jenis enzim pada manusia, yaitu methionin
e. Vitamin B6
Salah satu vitamin yang larut dalam air dan merupakan salah satu
sebagai koenzim pada reaksi yang melibatkan asam amino, pada sintesis
heme yang mengandung zat besi), sintesis niasin dari triptopan, membantu
depresi.
f. Asam Folat
usus halus, sebelum ditransportasi secara aktif ke dalam sel usus halus.
mukosa bagian atas usus halus. Hidrolisis poliglutamat folat dibantu oleh
dengan vitamin B12 berperan dalam sintesis DNA dan RNA (Tirtawinata,
2006).
yakni pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Pada masa ini calon ayah
dan calon ibu perlu menyiapkan diri agar pada masa kehamilan, persalinan
dan bayi yang akan lahir nantinya dalam keadaan sehat. Oleh karena itu,
ketika ibu hamil mengalami kekurangan gizi maka akan menyebabkan janin
gizi dapat menyebabkan bayi lahir dengan kondisi BBLR (berat bayi lahir
rendah) yang lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit dan atau bayi
prematur. Bayi dengan kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya tidak
diperbaiki akan tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja yang
kekurangan gizi. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai ia dewasa. Siklus
ini tidak akan berhenti apabila tidak ada perbaikan status gizi pada masa
dan kesadaran yang kurang tentang pentingnya makan makanan bergizi pada
masa prakonsepsi menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pola makan yang
tidak teratur, konsumsi berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis makanan,
Masa pra-hamil yang dimaksud adalah masa dengan rentangan usia remaja
Propinsi Bali. Masa prahamil yang paling mendekati dengan masa kehamilan
adalah masa pernikahan karena pada masa ini berhubungan dengan masa
perkawinan ini merupakan saat yang tepat untuk memulai program pence-
kehamilan yang sehat dan kelahiran. Saat ini, wanita usia subur tidak biasanya
menerima informasi tentang nutrisi yang tepat sampai mereka siap hamil,
tentang gizi selama periode prenatal dan postnatal mencapai nutrisi yang tepat
sebelum konsepsi menyediakan banyak manfaat kesehatan bagi ubi dan bayi
(Anonim, 2010).
G. Kerangka Teori
Ketersediaan
pangan
Rumah
Tangga Kebiasaan makan
1. Frekuensi makan
Kondisi ekonomi,
2. Kebiasaan diet
politik dan sosial
masyarakat 3. Kebiasaan minum
teh/kopi
Pengetahuan 4. Konsumsi suplemen
dan sikap 5. Makanan pantangan
Anemia
Status kesehatan
1. Indeks massa tubuh
2. Pola menstruasi
3. Infeksi (malaria,
perdarahan, ISPA,
TBC, diare,
kecacingan)
Sosial ekonomi
keluarga:
1. Pendapatan keluarga
2. Pendidikan
3. Besar keluarga
Status kesehatan:
1. Indeks massa tubuh
2. Pola menstruasi
3. Infeksi
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
a. Asupan
jam.
Cukup : ≥ 77 % AKG
Kurang : ≤ 77 % AKG
b. Anemia
c. Wanita Prakonsepsi
J. Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan kejadian anemia pada
c. Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi besi (Fe) dengan kejadian
d. Tidak ada hubungan antara asupan Vitamin C dengan kejadian anemia pada
e. Tidak ada hubungan antara asupan Vitamin A dengan kejadian anemia pada
f. Tidak ada hubungan antara asupan Vitamin B12 dengan kejadian anemia
h. Tidak ada hubungan antara asupan asam folat dengan kejadian anemia pada
a. Ada hubungan antara asupan energi dengan kejadian anemia pada wanita
b. Ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian anemia pada wanita
c. Ada hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada
f. Ada hubungan antara asupan Vitamin B12 dengan kejadian anemia pada
METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian
bersumber dari fakta yang telah ada atau sedang berlangsung, dimana variabel
1. Lokasi Penelitian
pilih dengan alasan masih tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil
Kecamatan Biringkanaya
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita prakonsepsi yang ada
Sulawesi Selatan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita prakonsepsi yang ada di
dan ekslusi.
Kriteria Inklusi :
1. Wanita prakonsepsi
2. Telah menikah
Kriteria Eksklusi :
hipertensi, dan TB
3. Metode pengukuran Hb
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
sebelumnya.
atas.
permukaan kulit.
- Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak
hemolisis.
2. Data Sekunder
Makassar.
1. Pengolahan Data
a. Editing
kembali.
b. Coding
c. Entry Data
dalam kuesioner,
2. Analisis Data
kemaknaan α = 0,05.
G. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
Kota Makassar, yang kadang dieja Macassar atau Mangkasar, dari 1971
hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujung Pandang adalah kotamadya
dan sekaligus ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar mempunyai
posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah
selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke
wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan
Indonesia. Secara goegrafis wilayah kota Makassar berada pada koordinat 119
derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang
0-5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai. Tallo yang
bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan
kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77
Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah
perairan kurang lebih 100 Km², dengan jumlah penduduk sebesar kurang lebih
Bontoala
(RW) dan 246 Rukun Tetangga (RT). Luas Kecamatan Ujung Tanah 594
Jiwa/Ha.
b. Kecamatan Biringkanaya
kota Makassar dengan luas wilayah 48,22 km2, kecamatan ini berbatasan
dengan:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Umur Wanita Prakonsepsi
di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2013
Karakteristik n %
Kelompok Umur (Th)
18 11 17,2
19-29 47 73,4
>30 6 9,4
Pekerjaan
Buruh Harian 1 1,6
IRT 41 64
Lainnya 5 7,8
Pedagang 7 10,9
Peg.Swasta 6 9,4
PNS 4 6,2
Pendidikan
Tidak Tamat SD/MI 4 6,2
Tamat SD/MI 11 17,2
SMP/MTs/Sederajat 16 25,0
SMA/MA/Sederajat 22 34,4
Diploma 1 1,6
Universitas 10 15,6
Total 64 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
19-29 tahun (73,4%) dan paling sedikit umur >30 tahun (9,4%). Berdasarkan
jenis pekerjaan sebagian responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)
yaitu 41 orang (64%) dan 1 orang (1,6%) bekerja sebagai buruh harian. Untuk
2. Analisis Univariat
Tabel 4.2
Distribusi Wanita Prakonsepsi Berdasarkan Status Hemoglobin
di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2013
Kejadian Anemia n %
Anemia 8 12.5
Normal 56 87.5
Total 64 100.0
Sumber: Data Primer 2013
(87,5%).
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Minimum,
Tabel 4.3
Distribusi Wanita Prakonsepsi Berdasarkan Nilai Rata-Rata Asupan
Zat Gizi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2013
Kejadian Energi Protein Fe Vit C Vit A Vit B12 Vit B6 A.Folat
Anemia (kkal) (gr) (mg) (mg) (RE) (µg) (mg) (µg)
Anemia
Minimum 1156,20 37,40 3,0 4,30 87,90 1,10 0,50 37,40
Maksimum 1985,25 67,10 10,20 108,60 1135,10 3,70 1,10 134,40
Mean 1409,45 49,06 5,20 28,33 4,81 2,57 0,77 94,80
Normal
Minimum 624,15 23,80 2,80 0,0 48 0,30 0,30 30,60
Maksimum 2487,50 91,30 57,30 214,80 1377,30 16,80 3,30 396,60
Mean 1334,31 49,69 6,46 30,30 4,31 2,70 0,80 114,99
Total
Minimum 624,15 23,80 2,80 0,0 48,00 0,30 0,30 30,60
Maksimum 2487,50 91,30 57,30 214,80 1377,30 16,80 3,30 396,60
Mean 1343,71 49,61 6,30 30,05 4,37 2,68 0,79 112,46
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 4.3, menunjukan nilai bahwa rata-rata asupan zat gizi yang
1409,45 kkal, asupan Protein 49,06 gr, Zat Besi 5,20 mg, Vitamin C 28,3
mg, Vitamin A 4,81 RE, Vitamin B12 2,57 µg, Vitamin B6 0,77 mg dan
Asam Folat 94,80 µg. Untuk responden yang tidak anemia memiliki rata-
asupan Energi 1334,3 kkal, Protein 49,69 gr, Zat Besi 6,46 mg, Vitamin C
30,3 mg, Vitamin A 4,31 RE, Vitamin B12 2,7 µg, Vitamin B6 0,8 mg dan
Mikro
Tabel 4.4
Distribusi Wanita Prakonsepsi Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro dan
Mikro di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya
Tahun 2013
Kecukupan Asupan
Asupan Zat Gizi Total
Kurang Cukup
Makro dan Mikro
n % n % n %
Energi 39 60,9 25 39,1 64 100
Protein 11 17,2 53 82,8 64 100
Zat Besi 63 98,4 1 1,6 64 100
Vitamin C 54 84,4 10 15,6 64 100
Vitamin A 36 56,2 28 43,8 64 100
Vitamin B12 18 28,1 46 71,9 64 100
Vitamin B6 53 82,8 11 17,2 64 100
Asam Folat 63 98,4 1 1,6 64 100
Sumber: Data Primer 2013
memiliki asupan dengan kategori kurang yaitu Energi (60,9%), Zat Besi
Asam Folat (98,4%). Sementara untuk kategori cukup yaitu Protein (82,8%)
Tabel 4.5
Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Energi
n % n % n %
Kurang 4 6,2 35 54,7 39 60,9
Cukup 4 6,2 21 32,8 25 39,1 0,70
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 4.6
Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Protein
n % n % n %
Kurang 0 0 11 17,2 11 17,2
Cukup 8 12,5 45 70,3 53 82,8 0,16
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai P= 0,16 (P>0,05), maka
Tabel 4.7
Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Asupan zat Kejadian Anemia
Total P
besi (Fe) Anemia Normal
n % n % n %
Kurang 8 12,5 55 85,9 63 98,4
Cukup 0 0 1 1,6 1 1,6 1,00
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
(12,5%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai P= 1,00 (P>0,05),
antara asupan zat besi (Fe) dengan anemia sehingga hipotesis nol (H0) di
terima.
Tabel 4.8
Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia pada Wanita
Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Tahun 2013
Kategori Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Vitamin C
n % n % n %
Kurang 7 10,9 47 73,4 54 84,4
Cukup 1 1,6 9 14,1 10 15,6 0,79
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 4.9
Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Vitamin A
n % n % n %
Kurang 4 6,2 32 50,0 36 56,2
Cukup 4 6,2 24 37,5 28 43,8 0,72
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 4.10
Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Vitamin B12
n % n % n %
Kurang 3 4,7 15 23,4 18 28,1
Cukup 5 7,8 41 64,1 46 71,9 0,52
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai P= 0,52 (P>0,05), maka
asupan vitamin B12 dengan anemia sehingga hipotesis nol (H0) di terima.
g. Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan Kejadian Anemia
Tabel 4.11
Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Vitamin B6
n % N % n %
Kurang 6 9,4 47 73,4 53 82,8
Cukup 2 3,1 9 14,1 11 17,2 0,53
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai P= 0,53 (P>0,05), maka
Tabel 4.12
Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kejadian Anemia pada
Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Tahun 2013
Kejadian Anemia
Asupan Total
Anemia Normal P
Asam Folat
n % n % n %
Kurang 8 12,5 55 85,9 63 98,4
Cukup 0 0 1 1,6 1 1,6 1,00
Total 8 12,5 56 87,5 64 100,0
Sumber: Data Primer 2013
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah wanita prakonsepsi yaitu
wanita pasangan pengantin baru <6 bulan yang belum hamil dengan
rentang umur 18-35 tahun. Usia ini merupakan usia produktif yang
beresiko untuk terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah
Rumah Tannga) yaitu 64% dan hal ini tentunya akan mempengaruhi
ringan. Meskipun 87,5% responden yang tidak anemia tetapi resiko untuk
kuantitas dan kualitas (daya serap dan bahan makanan yang mempunyai
nilai biologis tinggi). Hal ini perlu di perhatikan dan dicegah untuk
proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tapi juga berasal
sebanyak 6,2%. Dari hasil uji statistik dengan nilai p=0,70 (>0,05)
asupan energi dari responden tidak sesuai dengan standar AKG yang
seharusnya di komsumsi yaitu 1343,71 kkal. Selain itu daya absorpsi zat
(Nursari, 2010).
Bahan makanan sumber energi diperoleh dari karbohidrat. Energi
Hb menurun.
dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari
darah kejaringan, dan melalui membrane sel ke dalam sel. Selain itu,
(Nursin, 2012).
dalam tubuh. Protein merupakan salah satu zat gizi yang di butuhkan
kategori cukup dan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
dengan kadar Hb. Hal tersebut diduga karena makanan sumber protein
sumber zat besi non heme lebih rendah dibandingkan dengan sumber zat
tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi dan
(Nursin, 2012).
transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada
sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang
tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan dan unggas juga banyak
proses pembentukan sel darah merah. Secara alamiah zat besi di peroleh
dari makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat
Zat besi dalam tubuh manusia sebagian besar terdapat sel darah
merah yaitu sekitar 65%, dalam jaringan hati, limpa dan sumsum tulang
30% dan sekitar 5% terdapat dalam inti sel, dalam plasma dan dalam otot
terdapat hemoglobin yaitu molekul protein yang mengandung zat besi dan
merupakan pigmen darah yang membuat darah berwarna merah. Zat besi
2006).
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu fungsional dan
reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar adalah dalam
bentuk hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan
jumlah yang sangat kecil vital adalah hem enzim dan non hem enzim. Bila
kali dan penyebaran Fe hem meningkat samapi dua kali (Nursin, 2012).
mengalami anemia memiliki asupan zat besi (Fe) kurang sebesar 12,5%.
Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan
zat besi (Fe) dengan anemia pada wanita prakonsepsi, sejalan dengan
ada hubungan antara tingkat komsumsi Fe dengan kejadian anemia. Hal ini
dimalam hari.
oleh makanan yang dimakan kurang mengandung zat besi terutama dalam
bentuk besi hem, di samping itu pada wanita karena kehilangan darah saat
tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari kebiasaan makanan
yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka
ragam.
meningkatkan absorpsi besi non heme sampai empat kali lipat. Diketahui
komplek yang larut sehingga lebih mudah untuk diabsorpsi dalam usus.
sayur dan buah terutama asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya dan
enhancer zat besi tidak akan berjalan (Setijowati, 2012). Hal ini di
yang merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik, terutama vitamin
penyerapan besi terutama besi non hem yang banyak di temukan dalam
dan buah dapat menghambat penyerapan besi dalam tubuh yang dapat
yang pasti tentang peranan vitamin A terhadap status besi belum jelas
komsumsi sayuran dan buah yang kurang terutama sayuran hijau. Pada
kompeks dengan besi untuk membuat besi tetap larut dalam lumen usus
mineral besi. Vitamin B12 ini bersama-sama besi berfungsi sebagai bahan
vitamin B12 dapat terjadi karena gangguan dari dalam tubuh kita sendiri
atau sebab luar. Saluran cerna akan menyerap semua unsur gizi dalam
sebesar 7,8% lebih tinggi dibanding asupan Vitamin B12 kategori kurang
sebanyak 4,7%. Dari hasil uji statistik dapat di lihat bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara asupan vitamin B12 dengan anemia pada
makanan sumber Vitamin B12 yang baik (hati, daging, udang dan kerang)
sehingga asupan besi dalam tubuh tidak terlalu banyak. Penyebab anemia
bukan hanya di sebabkan oleh masukan zat gizi yang kurang. Apabila
masukan zat gizi cukup tetapi dalam proses produksi sel darah merah
kelainan lambung sehingga zat-zat gizi yang penting tidak dapat di serap
Prakonsepsi
dengan anemia gizi besi . namun darahnya di uji secara laboratoris, serum
(pembentukan) Hemoglobin.
glukosan dari lemak dan protein melalui reaksi transaminase dan glikogen
dalam makanan tidak terserap banyak oleh tubuh. Selain itu ketersediaan
mudah di absorpsi dari pada yang terdapat dalam bahan makanan nabati.
2009).
Prakonsepsi
Asam folat dibutuhkan dalam pemebentukan sel darah merah dan
sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Folat
(Almatsier, 2009).
dengan kategori kurang. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara asupan asam folat dengan kejadian anemia
beragam sehingga tidak cukup untuk memenuhi asupan asam folat yang
seharusnya.
(Almatsier, 2009). Defesiensi folat juga bisa terjadi akibat bahan makanan
sumber asam folat seperti sayuran berdaun hijau rusak akibat proses
pemasakan. Tidak ada anemia yang disebabkan hanya kekurangan asam
folat saja. Anemia kekurangan asam folat selalu disertai kekurangan zat
D. Keterbatasan Penelitian
dikumpulkan.
BAB V
A. Kesimpulan
Biringkanaya. Hal ini di sebabkan karena daya absorpsi zat besi dari
rendah
3. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia
tubuh.
dan sayur yang membantu penyerapan besi terutama besi non hem.
5. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan kejadian anemia
B. Saran
Bagi wanita prakonsepsi agar lebih memperhatikan kualitas
makanan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan asupan zat gizi dan
Almatsir, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Ani Luh Seri, dkk. 2010. Kadar Feritin Serum dan Hemoglobin pada Wanita Pasangan
Pengantin Baru di Bali. 26-30.
Adriana, 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri
di Madrasah Aliyah Negeri 2 Bogor Tahun 2010. Skripsi Sarjana. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta
Azikin, 2010. Gambaran tentang Kejadian Anemia pada Ibu Hamil yang Di
Batasi pada Masalah Umur Ibu, Paritas dan Pendidikan. [Online]
http://kebidanan-kti.blogspot.com/2011/12/gambaran-ttg-kejadian-anemia-
pada.html [Diaskses pada minggu 20 januari 2013 pukul 20.00 WITA].
Darlina, dan Hardiansyah. 2003. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota
Bogor. Media Gizi dan Keluarga. 34-41.
Farida, Ida. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tesis Magister Gizi
Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.
Irsa Lily. 2002. Gangguan Kognitif pada Anemia Defisiensi Besi. Vol. 4, No. 3,:
114 – 118.
Khasana, Nur. 2003. Hubungan Status Protein, Besi, Seng, Vitamin A, Folat, dan
Antropometri Ibu Hamil Trimester II dengan Bayi Berat Lahir Rendah.
Tesis. Program Pasca Serjana. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Kirana Dian Purwitaningtyas. 2011. Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Pola
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Sma N 2
Semarang. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Maria. 2002. Hubungan Antara Kadar Zn dengan Kadar Feritin dan Hemoglobin
pada Ibu Hamil. Karya Akhir Ilmiah. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro-RSUP. Dr. Kariadi.
Nursari, Dillah. 2010. Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP
Negeri 18 Kota Bogor Tahun 2009. Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Nursin. 2012. Hubungan Pola Komsumsi dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Di Puskesmas Sudiang Raya Makassar Tahun 2012. Skripsi Sarjana.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Puji A.Esse, dkk. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Pola Konsumsi Dengan
Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kassi-Kassi. Media
Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2
Suyardi M. Arifin, dkk. 2009. Gambaran Anemia Gizi dan Kaitannya Dengan
Asupan Serta Pola Makan Pada Tenaga Kerja Wanita di Tangerang,
Banteng. Jurnal Kedokteran Yarsi 17 (1) : 031-039.
Simanjuntak, Nelly Agustini. 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah
Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008.
Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara.
Supriyono, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Gizi Besi Pada
Tenaga Kerja Wanita Di Pt Hm Sampoerna. Widyaiswara Pusdiklat
Aparatur Kemenkes RI
Susanti, Diah Ayu. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein Dan Status Gizi
Pada Remaja Panti Asuhan Dan Pondok Pesantren. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro
Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan dalam Perspektif Al-Quar’an dan Ilmu
Gizi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wijanti, Ribut Eko, dkk. 2012. Hubungan Pola Makan Ibu Hamil Trimester III
dengan Kejadian Anemia. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan. Volume
II Nomor 2.
Zulaekah, Siti. 2007. Efek Suplementasi Besi, Vitamin C Dan Pendidikan Gizi
Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia
Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Tesis Magister Gizi
Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.