Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program prioritas Pembangunan Kesehatan pada periode tahun 2015-

2019 dilaksanakan melalui Program Indonesia Sehat dengan mewujudkan

paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan

nasional. Upaya mewujudkan paradigma sehat ini dilakukan melalui

pendekatan keluarga dan gerakan masyarakat hidup sehat (Profil Kesehatan

Indonesia 2017).

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025

adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh

meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,

menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada

balita (RENSTRA 2015).

Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian ibu

di dunia pada tahun 2015 adalah 216/100.000 KH atau diperkirakan jumlah

kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di

negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di

negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di

negara maju yaitu 239/100.000 KH sedangkan di negara maju hanya

12/100.000 KH pada tahun 2015 (WHO 2015).

1
2

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2015, secara umum terjadi penurunan kematian ibu di Indonesia selama

periode 1991-2015. Terjadi penurunan AKI di Indonesia dari 390/100.000

KH pada tahun 1991 menjadi 305/100.000 KH pada tahun 2015 (Profil

Kesehatan Indonesia 2017). Tercatat kematian ibu di Indonesia mengalami

penurunan, sesuai dengan target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional) untuk tahun 2019, diharapkan AKI menurun dari 346

pada tahun 2010 menjadi 306/100.000 KH dan AKB menurun dari 32 pada

tahun 2012 menjadi 24/1000 KH (RENSTRA 2015).

Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Jawa

Barat tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan

sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH), dengan proporsi kematian pada ibu

hamil 227 orang (20,09/100.000), pada ibu bersalin 202 orang (21,43/100.000

KH), dan pada ibu nifas 380 orang (40,32/100.000 KH), jika dilihat

berdasarkan Kabupaten/Kota proporsi kematian maternal pada ibu antara

18,06/100.000 KH – 169,09/100.000 KH (Profil Kesehatan Provinsi Jabar

2016).

Terjadinya kematian ibu sangat tergantung dari kecepatan dan

ketepatan tindakan pada saat kegawatdaruratan terjadi. Permasalahan yang

membahayakan ibu bersalin saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring

banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia keperawatan

terkait dengan penyulit pada persalinan. Penyulit persalinan salah satunya

adalah partus lama atau partus tidak maju yang dapat menimbulkan terjadinya

rupture uteri imminens dan bisa mengakibatkan terjadinya perdarahan dan


3

infeksi (Manuaba, 2012). Infeksi yang paling sering terjadi adalah karena

ketuban pecah dini.

Angka Kejadian Persalinan pada Bulan Januari Tahun 2019 di Ruang

Raden Dewi Sartika RSUD Sekarwangi dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah

ini.

Tabel 1.1 Data Rekam Medik Angka Kejadian Persalinan Bulan Januari
Tahun 2019 di Ruang Raden Dewi Sartika RSUD Sekarwangi.

No. Diagnosa Frekuensi Presentasi


1 Ketuban Pecah Dini 70 25,55%
2 Postterm 37 13,51%
3 Preeklampsia Berat 36 13,14%
4 Cephalopelvic disproportion 21 7,67%
5 Aterm 21 7,67%
6 Kala II Memanjang 19 6,94%
7 Induksi 17 6,21%
8 Letak Sungsang 13 4,75%
9 Anemis 12 4,38%
10 Riwayat Sectio Caesarea 10 3,65%
11 IUFD 9 3,29%
12 Abortus Inkomplit 9 3,29%
Jumlah 274 100%
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Sekarwangi 2019

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian

Ketuban Pecah Dini merupakan kejadian terbanyak di Ruang Raden Dewi

Sartika RSUD SEKARWANGI. Menurut Prawirohardjo (2010) ketuban

pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila

ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut

Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature.

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun

kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi yaitu dari faktor umum antara
4

lain infeksi Sexually Transmitted Diseases (STD), perokok, peminum,

keadaan sosial ekonomi rendah; faktor keturunan antara lain kelainan genetik,

faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum; faktor obstetric antara

lain overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion, serviks

inkompeten, serviks konisasi/menjadi pendek, terdapat sefalopelvik

diproporsi seperti kepala janin belum masuk PAP, kelainan letak janin

sehingga ketuban bagian terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang

dominan (Manuaba, 2012).

Adapun dampak ketuban pecah dini pada ibu dapat terjadi komplikasi

berupa infeksi masa nifas, trauma tindakan operatif, dan perdarahan post

partum. Sedangkan pada janin, dapat timbul komplikasi akibat prematuritas

yaitu mudah infeksi, mudah terjadi trauma akibat tindakan persalinan, mudah

terjadi aspirasi air ketuban dan menimbulkan asfiksia sampai kematian;

komplikasi akibat oligohidramnion yaitu gangguan tumbuh kembang yang

menimbulkan deformitas, gangguan sirkulasi retroplasenter yang

menimbulkan asfiksia; komplikasi akibat ketuban pecah yaitu prolapse bagian

janin terutama tali pusat dengan akibatnya, mudah terjadi infeksi intrauteri

dan neonatus (Manuaba, 2012).

Ketuban pecah dini merupakan salah satu indikasi yang dapat

mengancam nyawa ibu dan bayinya. Pada kasus gawat janin akibat terinfeksi

misalnya dalam kasus ketuban pecah dini, apabila tidak segera ditangani

akibatnya janin terendam cairan ketuban yang busuk dan menyebabkan resiko

kematian pada janin, sehingga persalinan normal tidak bisa dilakukan, untuk

itu perlu dilakukan cara alternatif lain yaitu dengan tindakan operatif Sectio
5

Caesarea. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vaginam atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim

(Aspiani, 2017).

Menurut Reeder (2012) sectio caesarea merupakan tindakan yang

beresiko, dampak yang ditimbulkan antara lain, berupa perdarahan, infeksi,

anesthesia, emboli paru, kegagalan ginjal akibat hipotensi yang lama. Pasien

yang menjalani persalinan dengan metode sectio caesarea biasanya

merasakan berbagai ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan itu antara lain

seperti, rasa nyeri dari insisi abdominal dan efek samping dari anestesi.

Proses persalinan yang dialami oleh ibu dengan sectio caesarea juga akan

berpengaruh pada respon fisiologis setelah melahirkan.

Masalah yang mungkin muncul pada kasus post sectio caesarea atas

indikasi ketuban pecah dini adalah risiko tinggi infeksi, resiko kerusakan

integritas kulit, kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, dan

resiko tinggi terhadap harga diri rendah (Mitayani, 2009). Sedangkan masalah

yang mungkin muncul pada bayi dalam kasus post sectio caesarea atas

indikasi ketuban pecah dini menurut NANDA (2015) yaitu ketidakefektifan

pola nafas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko ketidakseimbangan

temperature tubuh, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

hipotermi, ketidakefektifan pola minum bayi dan resiko infeksi.

Peran perawat menurut Regina (2011) salah satunya yaitu sebagai

Pelaksana/Pemberi Asuhan Keperawatan dapat dilakukan perawat dengan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui


6

pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi,

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, social dan

spiritual seperti manajemen keperawatan untuk mengatasi nyeri, mobilisasi

dini, mengontrol pemberian cairan secara adekuat, pemberian nutrisi,

pemantauan eliminasi, dan perawatan luka insisi akibat post operasi sectio

caesarea.

Peran perawat sebagai Pendidik dapat memberikan informasi dan

pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

melalui promosi kesehatan mengenai nutrisi yang dibutuhkan khusus untuk

ibu post sectio caesarea, perawatan pasca sectio caesarea seperti perawatan

luka sectio caesarea dan cara perawatan kepada bayi seperti perawatan tali

pusat sehingga dapat mendorong pasien untuk melakukan perawatan secara

mandiri. Selain itu perawat dapat memberikan penjelasan dan motivasi,

mendampingi serta membimbing ibu pasca sectio caesarea untuk melakukan

mobilisasi sedini mungkin agar mempercepat penyembuhan luka.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mempelajari kasus

dan menyusun dalam bentuk proposal penelitian dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Ny.X PXAX dengan Post Sectio Caesarea Hari Ke-X

Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Raden Dewi Sartika RSUD

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi”


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui

bagaimanakah proses “Asuhan Keperawatan Pada Ny.X PXAX Dengan Post

Sectio Caesarea Hari Ke-X Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Dari di Ruang

Raden Dewi Sartika RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam

melaksanakan tindakan keperawatan dan menjalankan Asuhan

Keperawatan yang telah direncanakan secara langsung dan

komprehensif pada Ny.X dengan Post Sectio Caesarea Hari Ke-X

Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Raden Dewi Sartika

RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

1.4.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis

mampu :

1) Melakukan pengkajian pada klien dengan post sectio caesarea atas

indikasi ketuban pecah dini di Ruang Raden Dewi Sartika RSUD

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

2) Merumuskan Diagnosa keperawatan pada klien dengan post sectio

caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di Ruang Raden Dewi

Sartika RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.


8

3) Menyusun Rencana asuhan keperawatan pada klien dengan post

sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di Ruang Raden

Dewi Sartika RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

4) Melaksanakan Implementasi/tindakan keperawatan pada klien

dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di

Ruang Raden Dewi Sartika RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

5) Mengevaluasi keperawatan pada klien dengan post sectio caesarea

atas indikasi ketuban pecah dini di Ruang Raden Dewi Sartika

RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

6) Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada klien dengan post

sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di Ruang Raden

Dewi Sartika RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

7) Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang

ada di lapangan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan yang nyata dalam bidang penelitian dan

dapat mengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkan. Serta

memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam melakukan

penyusunan.
9

1.5.2 Bagi STIKes Sukabumi

Hasil penyusunan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya

mahasiswa keperawatan dalam hal penambahan pengetahuan dan

perkembangan tentang post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah

dini serta dapat menambah sumber referensi pada perpustakaan STIKes

Sukabumi.

1.5.3 Bagi RSUD Sekarwangi

Hasil penyusunan ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan pada upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya

bagi ibu post partum sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat

tercapai.

Anda mungkin juga menyukai