Anda di halaman 1dari 20

TUJUAN PENGAUDITAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDITOR

KELOMPOK 8 :
Yorend Fiscienthar (1707531088)
Galatia Mega Hasian (1707531095)
Olivia Nuraini Rozakwaty (1707531097)
Ni Luh Kt. Windy Gangga Maha Putri (1707531107)

PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
A. TUJUAN PENGAUDITAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut
menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material,
atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan keuangan. Suatu
audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan persyaratan etika yang relevan,
memungkinkan auditor memberikan pendapat tersebut.
Tahapan yang ditempuh auditor dalam mengembangkan tujuan audit adalah sebagai berikut :

B. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
SA 200 (Para A2) menyatakan bahwa suatu audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan
premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertaggungjawab atas tata kelola,
mengakui dan memahami bahwa mereka memiliki tanggungjawab :
(a) Menyusun laporan keuangan, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan,
(b) Menetapkan dan menjalankan pengandalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen
dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan; dan
(c) Menyediakan hal-hal dibawah ini bagi auditor :
(I) Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan keuangan,
seperti catatan akuntansi, dan lain-lain
(II) Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, untuk tujuan audit
(III) Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh auditor
untuk memperoleh bukti audit

C. TANGGUNGJAWAB AUDITOR
Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor sebagai berikut:
(a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material,baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang
apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan.
(b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh
SA berdasarkan temuan auditor.
Kesalahan penyajian material
SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan
dan pelaksanaan audit, serta dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, serta dalam
pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi (jika ada), yang teridentifikasi terhadap laporan keuangan.
Keyakinan Memadai
Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi. Keyakinan tersebut diperoleh
ketika auditor telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko
audit (risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat rendah yang bisa diterima.
Auditor bertanggungjawab untuk keyakinan memadai, bukan keyakinan absolut, karena alasan-
alasan berikut :
1. Kebanyakan bukti audit diperoleh dari pengujian atas suatu sampel dari suatu populasi, seperti
misalnya piutang usaha atau persediaan. Sampling mengandung sejumlah risiko akan tidak
ditemukannya suatu kesalahan penyajian material. Selain itu, wilayah yang diuji, jenis, luas
dan saat pengujian, serta evaluasi atas hasil penjualan membutuhkan pertimbangan auditor
yang signifikan. Meskipun dengan kejujuran dan integritas, auditor bisa melakukan kesalahan
dan kekeliruan dalam membuat pertimbangan.
2. Akuntansi berisi estimasi yang kompleks, yang secara inheren mengandung ketidakpastian
dan bisa dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di masa datang. Akibatnya auditor hanya bisa
mengandalkan pada bukti yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan
3. Penyajian laporan keuangan yang mengandung kecurangan sangat sulit (atau bahkan hampir
tidak mungkin) untuk dideteksi, terutama bila terdapat kolusi di kalangan manajemen.
Skeptisme Profesional
Skeptisme professional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengidentifikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan penilaian
penting atas suatu bukti audit.
Aspek Skeptisme Profesional
Skeptisme professional terdiri dari dua komponen utama, yaitu :
(1)Suatu pikiran yang selalu mempertanyakan
(2) Sikap waspada atau kritis dalam menilai bukti audit.
Apabila auditor melaksanakan tanggungjawabnya dengan menjaga sikap berpikiran
mempertanyakan dan secara kritis mengevaluasi bukti, auditor akan dapat mengurangi secara
signifikan kemungkinan kegagalan audit selama audit berlangsung.
Skeptisme professional mencakup kewaspadaan terhadap antara lain hal-hal sebagai berikut :
 Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh
 Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan tanggapan
terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit
 Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan
 Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang
disyaratkan oleh SA
Pertimbangan Profesional
Paragraf 16 SA 200 menetapkan sebagai berikut :
“Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan.”
Pertimbangan professional terutama diperlukan dalam membuat keputusan tentang :
 Materialitas dan risiko audit
 Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi keperluan SA dan
mengumpulkan bukti audit
 Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan SA dan tujuan
keseluruhan auditor.
 Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku bagi entitas
 Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh, sebagai contoh, penilian atas
kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan
Pertimbangan professional tidak untuk digunakan sebagai justifikasi untuk keputusan yang
tidak didukung oleh fakta dan kondisi perikatan atau bukti audit yang tidak cukup dan tidak
tepat.
TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MENEMUKAN KESALAHAN MATERIAL DAN
KECURANGAN MATERIAL
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan.
Kesalahan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan
kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja
oleh individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
karyawan atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu
keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Kecurangan dibedakan menjadi dua :
(1) Penyalahgunaan asset
(2) Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.
Standar auditing tidak membedakan antara tanggungjawab auditor untuk mencari kesalahan dan
kecurangan. Standar mengakui bahwa kecurangan seringkali lebih sulit ditemukan karena
manajemen atau karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha untuk menutupi
kecurangan. Namun demikian, kesulitan untuk mendeteksi kecurangan tidak mengubah
tanggungjawab auditor untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tepat guna
mendeteksi kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan.
Tanggungjawab untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan
SA 240(Paragraf 4) menyebutkan sebagai berikut :
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak
yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan hal penting
bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan,
dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence), yang dapat membujuk individu-individu agar
tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini
memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan
dengan pengawasan aktif oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Pengawasan oleh
pihak yang bertanggungjawab oleh tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi
pengesampingan pengedalian atau pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuangan seperti
usaha manajemen untuk mengelola laba dengan tujuan untuk memengaruhi presepsi analisis
kinerja dan probabilitas entitas.
Tanggungjawab Auditor
Paragraf 5 SA 240 menyebutkan :
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggungjawab untuk memperoleh
keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu
audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah
direncanakan dan dilaksakan dengan baik berdasarkan SA.
Dalam memperoleh keyakinan memadai auditor bertanggungjawab untuk menjaga skeptisisme
professional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengedalian oleh
manajemen, dan meyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi
kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi kecurangan
Karakteristik Kecurangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan asset, dapat terjadi karena:
1. Dorongan (intensif) atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan dapat timbul ketika manajemen berada dalam tekanan, baik dari pihak luar
maupun di dalam entitas, untuk mencapai suatu harapan (dan mungkin tidak realistis) target
laba atau hasil keuangan, terutama jika konsekuensi bagi manajemen yang gagal dalam
mencapai target keuangan signifikan.
2. Peluang untuk melakukan kecurangan mungkin ada jika individu percaya bahwa
pengendalian internal dapat diabaikannya.
3. Pembenaran atas tindakan tersebut. Beberapa individu memiliki tingkah laku, karakter, atau
serangkaian nilai etika yang memungkinkan mereka secara sadar dan sengaja melakukan
tindakan yang tidak jujur.
TANGGUNGJAWAB AUDITOR TENTANG PERTIMBANGAN ATAS PERUNDANG-
UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Dalam mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan
penyajian material, auditor harus memperhatikan kerangka peraturan atau perundang-undangan
yang relevan dengan klien. Beberapa entitas beroperasi dalam industry yang diatur secara ketat
(seperti bank dan perusahan kimia). Sementara entitas lain hanya diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan aspek umum operasi bisnis (seperti aspek yang terkait
dengan keselamatan dan kesehatan, serta pemberian kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pekerjaan). Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dapat mengakibatkan
denda, litigasi, atau konsekuensi lain bagi entitas yang dapat menimbulkan kesalahan penyajian
material terhadap laporan keuangan.
Tanggungjawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang-Undangan
Adalah merupakan tanggungjawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan dengan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menentukan jumlah dan
pengungkapan yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas.
Tanggungjawab Auditor
Standar Audit (SA) 250 mengatur tentang Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-undangan
Dalam Audit Atas Laporan Keuangan. Ketentuan dalam SA tersebut dirancang untuk membantu
auditor dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Ketentuan yang berbeda diterapkan untuk setiap kategori peraturan perundang-undangan. Untuk
kategori dalam paragraf 6 (a), tanggungjawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan. Untuk kategori dalam paragraf 6 (b), tanggungjawab auditor terbatas pada
pelaksanaan prosedur audit untuk membantu mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan.
Prosedur Audit pada Saat Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Terjadi
Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus memperoleh :
(a) Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadi ketidakpatuhan
(b) Informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap laporan
keuangan.
Jika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, maka auditor harus membahas
hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak-pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola. Jika manajemen atau, jika relevan, pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola, tidak dapat memberikan informasi memadai yang mendukung kepatuhan entitas terhadap
peraturan perundang-undangan dan, dalam pertimbangan auditor, dampak dugaan
ketidakpatuhan tersebut material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus
mempertimbangkan keputusan untuk memperoleh advis hukum.
Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi
Apabila berdasarkan pertimbangan auditor, ketidakpatuhan seperti yang disebutkan di
atas dilakukan secara sengaja dan bersifat material, maka auditor harus mengomunikasikan
dengan segera hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Sesuai dengan
SA 750, jika auditor menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan berdampak material terhadap laporan
keuangan, dan belum tercermin secara memadai dalam laporan keuangan, maka auditor dapat
menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau suatu opini tidak wajar atas laporan
keuangan tersebut.

D. PENDEKATAN SIKLUS DALAM PENGAUDITAN

Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukan dengan cara “memecah” laporan
keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan ini audit
menjadi lebih mudah dilaksanakan dan mempermudah pembagian tugas diantara para anggota
tim audit. Tiap segmen diaudit terpisah, tapi bukan berarti segmen tersebut berdiri sendiri. Setiap
segmen yang sudah diaudit hasilnya akan digabungkan, dan selanjutnya ditarik kesimpulan
tentang laporan keuangan tersebut secara keseluruhan.

a. Segmentasi Audit dengan Pendekatan Siklus


Cara yang biasanya dipakai untuk memecah suatu audit adalah pendekatan siklus, yaitu
dengan menempatkan jenis (atau kelompok) transaksi dan saldo akun yang berkaitan erat dalam
segmen yang sama. Dengan menggunakan pendekatan siklus, proses pengauditan bisa berjalan
lebih efisien karena pendekatan ini mengikuti aliran pencatatan dalam jurnal dan peringkasannya
di buku besar serta laporan keuangan.
Contoh siklus yang ditetapkan auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah: Siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, Siklus pembelian dan pembayaran, Siklus penggajian dan
personalia, Siklus persediaan dan penggudangan, Perolehan modal dan pengembalian
b. Hubungan Antar Siklus Transaksi

Gambar tersebut melukiskan gambaran kelima siklus di atas dalam menghasilkan kas.
Perusahaan memulai aktivitasnya dengan mencari modal yang biasanya dalam bentuk kas. Lalu
dalam perusahaan manufaktur, kas tersebut digunakan untuk membeli aset tetap, bahan baku, dan
barang serta jasa untuk menghasilkan barang (siklus pembelian dan pembayaran). Kas juga
digunakan untuk mendaoatkan tenaga kerja untuk tujuan yang sama (penggajian dan personalia).
Hasil penggabungan kedua siklus ini adalah persediaan (siklus persediaan dan penggudangan).
Tahap selanjutnya adalah penjualan persediaan yang menimbulkan tagihan serta penerimaan kas
(siklus penjualan dan pengumpulan piutang). Kas yang dihasilkan selanjutnya dugunakan untuk
membayar deviden dan bunga, kemudian memulai kembali siklus.

E. PENETAPAN TUJUAN AUDIT


Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus, auditor
melakukan hal-hal berikut.
(1) Pengujian atas transaksi-transaksi yang membentuk saldo-saldo akhir akun
(2) Pengujian audit atas saldo akhir akun
(3) Pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan
Untuk setiap golongan tertentu, perlu dipenuhi sejumlah tujuan audit sebelum auditor dapat
menarik kesimpulan bahwa transaksi telah dicatat dengan tepat. Hal ini dinamakan tujuan
spesifik audit untuk golongan transaksi. Contohnya, ada sejumlah tujuan spesifik untuk transaksi
penjualan. Demikian pula, sejumlah tujuan audit tertentu perlu dipenuhi untuk setiap saldo akun.
Hal tersebut dinamakan tujuan spesifik audit untuk saldo. Contohnya, ada sejumlah tujuan
spesifik untuk audit saldo piutang usaha. Tujuan audit kategori ketiga berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Hal ini disebut tujuan spesifik
audit penyajian dan pengungkapan. Contohnya, ada tujuan spesifik audit untuk penyajian dan
pengungkapan persediaan.

F. ASERSI-ASERSI MANAJEMEN
SA 315 (Para.25) menyatakan sebagai berikut.
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada:
a) Tingkat laporan keuangan; dan
b) Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, untuk
menyediakan suatu basis bagi perancangan, dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan.
Asersi-asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit atau
implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan serta pengungkapan
dalam laporan keuangan.
SA 315 (Para. A111) mengelompokkan asersi-asersi menjadi tiga kategori:
(1) Asersi-asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit
(2) Asersi-asersi tentang saldo akun pada akhir periode
(3) Asersi-asersi tentang penyajian dan pengungkapan
a. Asersi-Asersi Tentang Golongan Transaksi dan Kejadian
Manajemen membuat berbagai asersi tentang transaksi. Asersi-asersi tersebut juga diterapkan
pada kejadian lain yang tercermin dalam catatan akuntansi.
 Keterjadian
Asersi keterjadian berhubungan dengan apakah transaksi yang telah dibukukan dan
dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh-sungguh terjadi pada periode akuntansi yang
bersangkutan.
 Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi yang seharusnya dicantumkan
dalam laporan keuangan benar-benar telah dibukukan. Asersi kelengkapan berhubungan
dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang seharusnya dicatat. Asersi ini berkaitan
dengan penghilangan transaksi sehingga menimbulkan kurangsaji akun.
 Keakurasian
Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transaksi-transaksi telah dibukukan
dengan jumlah yang benar.
 Penggolongan
Asersi ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang
tepat.
 Pisah Batas
Asersi pisah batas berhubungan dengan apakah transaksi-transaksi dibukukan pada
periode yang tepat.
b. Asersi-Asersi Tentang Saldo Akhir Akun
Asersi-asersi ini berhubungan dengan keberadaan, kelengkapan, penilaian dan pengalokasian,
serta hak dan kewajiban.
 Keberadaan
Asersi keberadaan berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicantumkan
dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca.
 Kelengkapan
Asersi kelengkapan berhubungan dengan apakah seluruh akun dan seluruh jumlah yang
seharusnya dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh-sungguh telah tercantum.
Asersi kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan penghilangan sesuatu dari
laporan keuangan yang seharusnya dimasukkan, sehingga pelanggaran atas asersi
kelengkapan berkaitan dengan kurangsaji akun.
 Penilaian dan Pengalokasian
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah dimasukkan dalam
laporan keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk semua penyesuaian penilaian agar
jumlah aset mencerminkan nilai bersih bisa direalisasi.
 Hak dan Kewajiban
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset adalah hak entitas dan apakah liabilitas
merupakan kewajiban entitas pada tanggal neraca.
c. Asersi-Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan
Asersi ini menjadi bertambah penting karena semakin meningkatnya kompleksitas transaksi dan
semakin bertambahnya kebutuhan akan pengungkapan transaksi-transaksi tersebut.
 Keterjadian dan Hak & Kewajiban
Asersi ini berhubungan dengan apakah kejadian yang diungkapkan telah terjadi dan
merupakan hak dan kewajibandari entitas.
 Kelengkapan
Asersi kelengkapan berhubungan dengan apakah seluruh pengungkapan yang
disyaratkan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.
 Keakurasian dan Penilaian
Asersi keakurasian dan penilaian berhubungan dengan apakah informasi keuangan
telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat.
 Klasifikasi dan Keterpahaman
Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah digolongkan dengan tepat
dalam laporan keuangan dan catatan kaki, dan apakah penjelasa atas saldo dan
pengungkapannya dapat dipahami.

Auditor harus mempertimbangkan relevansi setiap asersi untuk setiap golongan transaksi,
saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang signifikan. Asersi relevan memiliki makna
karena berpengaruh pada apakah suatu akun ditetapkan secara wajar dan digunakan dalam
menetapkan risiko salahsaji material dan dalam merancang serta melaksanakan prosedur audit.

Setelah asersi-asersi relevan ditetapkan, selanjutnya auditordapat merumuskan tujuan audit


untuk setiap kategori asersi. Tujuan audit yang ditetapkan auditor mengikuti dan berkaitan erat
dengan asersi-asersi manajemen. Alas an menggunakan tujuan audit dan bukan menggunakan
asersi-asersi, adalah untuk memberikan kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup dan menetapkan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan
keadaan penugasan yang dialami.

G. TUJUAN AUDIT ATAS GOLONGAN TRANSAKSI


Tujuan audit atas golongan transaksi yang ditetapkan auditor, mengikuti dan berhubungan
erat dengan asersi-asersi manajemen untuk golongan-golongan transaksi. Ada perbedaan antara
tujuan umum audit golongan transaksi dan tujuan spesifik audit transaksi untuk tiap-tiap
golongan transaksi. Enam tujuan umum audit transaksi yang akan dibahas di bawah ini berlaku
untuk semua golongan transaksi dan dirumuskan secara umum. Tujuan spesifik audit transaksi
juga diterapkan untuk setiap golongan transaksi, tetapi dirumuskan secara lebih khusus sesuai
transaksi yang diaudit. Apabila auditor telah merumuskan tujuan umum audit transaksi, maka
auditor dapat mengembangkannya untuk merumuskan tujuan spesifik audit transaksi untuk setiap
golongan transaksi yang akan diaudit.

TUJUAN UMUM AUDIT TRANSAKSI

Keterjadian-Transaksi yang dibukukan benar-benar terjadi. Tujuan audit ini berkaitan


dengan apakah transaksi yang dibukukan sungguh-sungguh telah terjadi. Tujuan audit yang
ditetapkan auditor ini sejalan dengan asersi yang ditetapkan manajemen untuk golongan
transaksi yaitu asersi keterjadian.

Kelengkapan-Transaksi yang terjadi telah dibukukan. Tujuan audit ini berhubungan dengan
apakah semua transaksi yang seharusnya dibukukan ke dalam jurnal, sungguh-sungguh telah
dibukukan. Tujuan audit ini sejalan dengan asersi manajemen untuk golongan transaksi yaitu
asersi kelengkapan.

Keakurasian-Transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar. Tujuan ini berkaitan
dengan keakurasian informasi untuk transaksi-transaksi akuntansi dan merupakan satu bagian
dari asersi keakurasian untuk golongan transaksi.

Posting dan Pengikhtisaran-Transaksi yang dicatat telah dimasukkan dengan benar ke


dalam Master File dan dibuat ikhtisarnya dengan benar. Tujuan ini berhubungan dengan
keakurasian transfer informasi dari catatan transaksi dalam jurnal ke buku besar dan buku
pembantu. Tujuan ini juga merupakan bagian dari asersi keakurasian untuk golongan transaksi.

Penggolongan-Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah digolongan dengan tepat.
Tujuan ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.
Ketepatan waktu-Transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat. Tujuan audit ini
berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat.

TUJUAN SPESIFIK AUDIT TRANSAKSI

Setelah tujuan umum audit untuk transaksi ditetapkan, selanjutnya dapatlah ditentukan tujuan
spesifik audit transaksi untuk setiap golongan transaksi yang material. Golongan-golongan
transaksi spesifik tersebut biasanya meliputi penjualan, penerimaan kas, pembelian barang dan
jasa, penggajian, dan sebagainya. Paling sedikit ada satu tujuan spesifik audit transaksi dapat
dimasukkan untuk setiap tujuan umum audit transaksi, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan
audit umun transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam hal yang dihadapi.

Hubungan antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Transaksi

Tabel di bawah ini melukiskan hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan audit transaksi
–umum dan tujuan audit transaksi spesifik.
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit Tujuan Spesifik Audit
Transaksi Transaksi-Transaksi
Penjualan
Keterjadian Keterjadian Penjualan yang telah
dibukukan adalah untuk
transaksi pengiriman barang
bukan kepada pembeli fiktif.
Kelengkapan Kelengkapan Transaksi penjualan yang
terjadi telah dibukukan
Keakurasian Keakurasian Penjualan yang telah
dibukukan adalah untuk
jumlah barang yang telah
dikirim dan telah difaktur
serta dibukukan dengan
benar.
Posting Dan Peringkasan Transaksi penjualan telah
dimasukkan dengan benar
dalam master file dan
diringkas dengan benar.
Penggolongan Penggolongan Transaksi penjualan telah
digolongakna dengan benar.
Pisah Batas Saat Transkasi penjualan
dibukukan pada tanggal yang
tepat.
H. TUJUAN AUDIT SALDO AKUN
Tujuan audit saldo akun serupa dengan tujuan audit golongan transaksi seperti telah
diuraikan di atas. Tujuan audit ini juga mengikuti asersi-asersi manajemen dan memberi
kerangka kerja untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bukti kompeten yang cukup
untuk saldo-saldo akun yang bersangkutan. Tujuan audit saldo akun juga terbagi atas tujuan
umum audit saldo akun dan tujuan spesifik audit saldo akun.
Ada dua perbedaan antara tujuan audit untuk saldo akun bila dibandingkan dengan tujuan
audit untuk golongan transaksi. Pertama, tujuan audit untuk saldo akun diterapkan untuk saldo-
saldo akun tertentu. Kedua, tujuan audit untuk saldo akun terdiri dari delapan tujuan, sedangkan
tujuan audit golongan transaksi hanya enam tujuan.
Tujuan audit saldo akun hampir selalu diterapkan pada saldo akhir akun-akun yang
tercantum di neraca. Namun, beberapa tujuan audit saldo akun juga diterapkan pada akun-akun
tertentu yang tercantum dalam laporan laba-rugi. Hal ini biasanya bersangkutan dengan akun-
akun yang timbul dari transaksi tidak rutin dan beban tidak terduga.
Dalam menerapkan tujuan audit saldo akun untuk mengaudit saldo-saldo akun, auditor
mengumpulkan bukti untuk memeriksa rincian yang mendukung saldo akun, tidak hanya
memeriksa saldo akun itu sendiri.
TUJUAN UMUM AUDIT SALDO AKUN

Keberadaan. Tujuan ini berhubungan dengan apakah jumlah yang dicantumkan dalam laporan
keuangan memang seharusnya dimasukkan. Tujuan audit ini sejalan dengan asersi manajemen
tentang keberadaan untuk saldo akun.
Kelengkapan. Tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah yang seharusnya
dimasukkan telah diikutsertakan dengan jumlah yang benar. Tujuan audit ini sejalan dengan
asersi manajemen tentang kelengkapan saldo akun.
Keakurasian. Tujuan ini berkaitan dengan apakah jumlah yang dicantumkan telah dinyatakan
dalam jumlah yang benar. Keakurasian merupakan satu bagian dari asersi penilaian dan
pengalokasian untuk saldo akun.
Penggolongan. Tujuan ini menyangkut penentuan apakah hal-hal yang dimasukkan dalam daftar
oleh klien telah dimasukkan dalam akun yang benar di buku besar. Penggolongan merupakan
bagian dari asersi penilaian dan pengalokasian.
Pisah batas. Pengujian pisah batas dapat dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan atas saldo
akun-akun di neraca atau transaksi yang berkaitan, tetapi para auditor biasanya melakukan
pengujian tersebut sebagai bagian dari pengauditan atas saldo akun. Dengan alasan tersebut,
pisah batas dimasukkan sebagai tujuan audit saldo akun berkaitan dengan asersi penilaian dan
pengalokasian.
Kecocokan. Tujuan kecocokan berkaitan dengan apakah daftar saldo yang rinci telah dibuat
dengan tepat dan teliti, dijumlah dengan benar, serta cocok dengan saldo buku besar. Kecocokan
merupakan bagian dari asersi penilaian dan pengalokasian untuk saldo akun.
Nilai bersih bisa direalisasi. Tujuan ini berkaitan dengan apakah suatu saldo akun telah
diturunkan dari biaya perolehan historis (cost) menjadi nilai bersih bisa direalisasi atau bila
standar akuntansi mengharuskan menjadi nilai pasar. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun aset,
dan merupakan bagian dari asersi penilaian dan pengalokasian untuk saldo akun.
Hak dan kewajiban. Hak milik dikaitkan denga aset, sementara kewajiban selalu berkaitan
dengan utang. Tujuan ini sejalan dnegan asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk
saldo akun.
TUJUAN SPESIFIK AUDIT SALDO AKUN
2Setelah ditentukan tujuan umum audit saldo akun, maka dapat dikembangkan tujuan spesifik
audit saldo untuk setiap akun yang tercantum dalam laporan keuangan. Paling sedikit satu tujuan
spesifik audit saldo akun harus dimasukkan untuk setiap tujuan umum audit saldo akun. Di lain
sisi mungkin terdapat lebih dari satu tujuan spesifik audit saldo akun untuk tujuan umum audit
saldo akun. Contoh, tujuan spesifik audit saldo akun untuk hak dan kewajiban atas persediaan
pada sebuah perusahaan manufaktur bisa meliputi
1. Perusahaan harus memiliki hak kepemilikan atas semua barang yang tercantum dalam
daftar persediaan.
2. Persediaan tidak dijadikan jaminan atas pinjaman, kecuali diungkapkan dalam laporan.
HUBUNGAN ANTARA ASERSI MANAJEMEN DENGAN TUJUAN AUDIT SALDO AKUN
Tabel yang akan ditunjukkan berikut ini akan melukiskan hubungan antara asersi manajemen,
tujuan umum audit saldo akun, dan tujuan spesifik audit saldo akun untuk persediaan. Perlu
diperhatikan bahwa berbeda dengan asersi-asersi yang lain, asersi penilaian dan pengalokasian
memiliki berbgaia tujuan karena kompleksitas maslaah penilaian dan memerlukan pedoman
tambahan untuk pengujian penilaian.
I. TUJUAN AUDIT ATAS PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen untuk
penyajian dan pengungkapan seperti yang telah dijelaskan. Konsep-konsep yang diterapkan pada
tujuan audit saldo akun diterapkan pula untuk tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.
Asersi-Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Sald Akun untuk Persediaan.
Asersi Manajemen Tentang Tujuan Umum Audit Saldo Tujuan Spesifik Audit Saldo
Saldo Akun Akun Akun Untuk Persediaan
keberadaan keberadaan Semua persediaaan yang
tercantum dalam laporan
benar-benar ada pada tanggal
neraca.
kelengkapan kelengkapan Semua persediaan yang ada
telah dihitung dan tercantum
dalam daftar persediaan.
Penilaian dan pengalokasian keakurasian Kuantitas persediaan dalam
catatan perpetual cocok
dengan jumlah fisik
persediaan yang
sesungguhnya ada.
Harga yang digunakan untuk
penilaian persediaan secara
material benar.
Perkalian harga dengan
kuantitas dilakukan dengan
benar demikian pula
penjumlahannya.
penggolongan Persediaan dikelompokkan
menjadi bahan baku, barang
dalam proses, dan barang
jadi.
Pisah batas Pisah batas pembelian pada
akhir tahun telah dilakuakn
dengan tepat
Pisah batas penjualan pada
akhir tahun telah dilakukan
dengan tepat.
kecocokan Total saldo semua persediaan
yang tercantum di buku
pembantu cocok dengan buku
besar.
Nilai bisa direalisasi Persediaan telah diturunkan
nilainya agar mencerminkan
nilai bersih yang bisa
direalisasi.
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban Perusahaan memiliki hak
kepemilikan atas semua
persediaan yang tercantum
dalam laporan
Persediaan tidak dijadikan
jaminan atas pinjaman.
Keterjadian dan hak dan Keterjadian dan hak dan Utang wesel seperti
kewajiban kewajiban dijelaskan dalam catatan kaki
benar-benar ada dan
merupakan kewajiban
perusahaan.
kelengkapan kelengkapan Semua pengungkapan yang
disyaratkan tentang utang
wesel telah dicantumkan
dalam catatan kaki laporan
keuangan.
Keakurasian dan penilaian Keakurasian dan penilaian Pengungkapan beberapa
catatan kaki tentang utang
wesel telah dilakukan dengan
teliti.
Penggolongan dan kejelasan Penggolongan dan kejelasan Utang wesel telah
digolongkan dengan tepat
menjadi kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka
panjang dan pengungkapan di
laporan keuangan yang
bersangkutan telah dibuat
dengan jelas.

J. BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN AUDIT

Auditor harus mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti dalam
mendukung perpaduan sejumlah tujuan audit transaksi dan tujuan audit atas saldo akun. Auditor
harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang haus dikumpulkan untuk memenuhi
tujuan-tujuan tersebut untuk setiap audit, maka auditor harus mengikuti suatu proses audit, yaitu
metoda yang dirancang dengan cermat untuk mengorganisasi suatu audit untuk memastikan
diperolehnya bukti kompeten yang cukup, dan tercapainya semua tujuan audit yang diperlukan.
Proses audit memiliki empat tahapan, seperti dibawah ini.
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SUATU PENDEKATAN AUDIT (TAHAP I)

Dua hal penting yang harus dipertimbangkan auditor dalam setiap audit adalah memilih :

1. Bukti yang cukup dan tepat harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab auditor
2. Biaya pengumpulan bukti harus seminimal mungkin

Apabila tidak ada masalah dalam pengendalian biaya, pengambilan keputusan tentang bukti
dapat mudah dilakukan. Auditor bisa menambah bukti yang diperlukan, tanpa khawatir dengan
masalah efisiensi, sampai akhirnya auditor cukup puas bahwa tidak terdapat kesalahan penyajian
material dalam audit yang sedang dihadapinya. Perencanaan harus menghasilkan suatu
pendekatan audit yang efektif pada tingkat biaya yang masuk akal.

Mendapatkan Pemahaman tentang Entitas dan Lingkungannya

Agar dapat menetapkan risiko salah saji dalam laporan keuangan secara memadai dan membuat
kesimpulan atas informasi yang diperoleh selama audit berlangsung, auditor harus memiliki
pemahaman yang cukup tentang bisnis klien dan lingkungan yang bersangkutan, termasuk
pengetahuan tentang strategi dan proses.

Memahami Pengendalian Internal dan Menetapkan Risiko Pengendalian

Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan dapat dikuraangi apabila klien memiliki
pengendalian yang efektif atas operasi dan pengolahan transaksi. Auditor harus
mengidentifikasikan pengendalian internal dan mengevaluasi efektivitas, suatu proses yang
disebut menetapkan risiko pengendalian.

Menetapkan Risiko Kesalahan Penyajian Material

Uditor menggunakan pemahaman tentang bidang usaha strategis bisnis klien, serta efektivitas
pengendalian, untuk mnetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh, apabila klien meningkatkan penjualan dengan menerima pelanggan baru yang
peringkat kreditnya rendah, maka auditor harus menetapkan risiko salah saji yang lebih tinggi
untuk nilai bersih bisa direalisasi piutang usaha dan merencanakan untuk memperluas pengujian
di bidang ini.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN


TRANSAKSI (TAHAP II)
Sebelum auditor memutuskan untuk menurunkan risiko pengendalian direncanakan, seandainya
pengendalian internal dinilai efektif, auditor pertaama-tama harus menguji efektivitas
pengendalian tersebut. Sebagai contoh, pengendalian internal klien mensyaratkan dilakukan
verifikasi oleh petugas independen atas semua harga jual per unit atas barang yang dijual sebeul
faktur dikirimkan kepada pembeli. Auditor bisa menguji efektivitas pengendalian ini dengan
memeriksa file transaksi penjualan.

Untuk pengujian substantif transaksi, sebagai contoh, untuk menguji keakurasian


transaksi penjualan, auditor bisa menggunakan perangkat lunak komputer untuk membandingkan
anatara harga jual per unit yang tercantum dalam arsip faktur dengan suatu file electronics yang
berisi harga jual per unit yang telah diotorasi manajemen perusahaan.

PROSEDUR ANALITIS DAN PENGUJIAN RINCI SALDO (TAHAP III)

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menetapkan apakah saldo-
saldo akun dan data lainnya nampak masuk akal. Pengujian saldo adalah prosedur spesifik yang
dimaksudlan untuk menguji salsh saji material dalam saldo-saldo yang tercantum dalam laporan
keuangan.

PENYELESAIAN AUDIT DAN PENERBITAN LAPORAN AUDIT (TAHAP IV)

Kegiatan ini setelah auditor menyelesaikan semua prosedur untuk setiap tujuan audit dan untuk
setiap akun laporan keuangan beserta yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Anda mungkin juga menyukai