Gout (pirai), yang juga dikenal sebagai gouty arthritis, merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan endapan urat di sendi, yang menyebabkan sendi arthritis yang terasa menyakitkan. Gout biasa menyerang sendi manapun tetapi lebih sering muncul di kaki bawah maupun kaki atas (Williams, 2011). Gout merupakan penyakit yang di tandai dengan nyeri yang terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan Kristal monosodium urat yang tertumpuk didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat didalam darah (Anjarwati, 2010). Gout merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri yang terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan kristal monosodium urat yang tertumpuk didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Anjarwati 2010). Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia(Astri,2012). Nyeri sendi adalah gangguan yang paling sering terjadi paa sendi lutut setelah berjalan kaki. Resik yang dihadapi perempuan yang cukup besar terlebih saat memasuki masa menopause. Nyeri sensi sesungguhnya terjadi karena pengumpulan cytokine yang berlebihan pada sendi, yang dipicu oleh kerusakan jaringan ikat pada sendi.nyeri pada persendian disebabkan oleh pembengkakan sendi atau artriis. (Erpandi,2014). Assosiasi internasional untuk penelitian nyeri sebagaimana dikutip dalam Suzanne C.Smeltzer (2002) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Arthur C.Curton (1983)Dalam Prasetyo (2010) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme koping bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri sendi merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.Biasanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Insiden puncak dari nyeri senditerjadi pada umur dekade ke empat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki (Akhtyo, 2009). Masase adalah pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi aliran darah dan metabolisme dalam jaringan lunak tubuh dengan tujuan terapeutik dan menurunkan nyeri (11,12). Terapi masase telah dievaluasi dan ditemukan efektif untuk berbagai kondisi nyeri muskuloskeletal. Penelitian telah dilakukan oleh Field et al pada orang dewasa berusia 20-65 tahun dengan artritis yang mengeluhkan nyeri pada tangan. Mereka diberikan terapi masase dengan frekuensi sekali seminggu selama 4 minggu dan masase sendiri di rumah secara teratur. Penilaian sebelum dan sesudah dilakukan terapi menunjukkan hasil adanya penurunan tingkat nyeri, penurunan kecemasan, peningkatan kekuatan genggaman, dan penurunan depresi (Fielda, 2007). Masase Swedia secara langsung dan alami memanipulasi fungsi sendi dan otot (Ostrom, 2012). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Perlman et al membuktikan bahwa masase Swedia efektif menurunkan nyeri, kekakuan sendi,dan peningkatan fungsi fisik pada pasien dengan osteoartritis lutut. Swedia massage dikembangkan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Johan Mezger (1839-1909),dengan menggunakan suatu sistem tekanan yang panjang dan halus yang membuat suatu pengalaman/rasa yang sangat relaks/santai. Swedia massage adalah manipulasi dari jaringan tubuh dengan teknik khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja jantung (Ken Gray, 2009). Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013) prevalensi penyakit sendi di Indonesia sebanyak 11,9 % dan kecenderungan prevalensi penyakit sendi/rematik/encok 24,7% lebih rendah dibanding tahun 2007 30,3%. Kecenderungan prevalensi yang menurun atau penurunan prevalensi diasumsikan kemungkinan perilaku penduduk yang sudah baik atau lebih baik, seperti berolahraga dan pola makan. Menurut World Health Organisation (WHO, 2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami rematik. Sedangkan prevalensi rematik tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia jumlah penderita rematik pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59 dan pada tahun 2014 prevalensi rematik di Sulawesi utara sebanyak 24,7%. Kemudian Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2013 lansia penderita asam urat di Jawa Timur sebanyak 4.027 jiwa. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto menyebutkan lansia penderita penyakit asam urat tahun 2013 sebanyak 461 lansia laki-laki dan 493 lansia wanita dari 296.910 lansia (Dinkes, 2013). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh eny zahratunnisa didapatkan bahwa dari kelompok perlakuan yang berjumlah 22 orang (73,33%) mengalami nyeri sedang dan 2 orang (6,67%) mengalami nyeri berat terkontrol pada penderita arthiritis. Hal ini di karenakan oleh faktor umur dan juga orang yang sedang bekerja akan menimbulkan banyak penyakit yang salah satunya adalah nyeri persendian. Dari hasil penelitian setelah dilakukan massage Swedish yang mengalami nyeri sedang 22 (73,33%) orang, kini menjadi 28 orang (93,33%). Dan yang mengalami nyeri berat terkontrol setelah dilakukan massage Swedish kini mengalami perubahan menjadi nyeri ringan sebanyak 2 orang (6, 67%). Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau dengan penyakit tertentu. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu jadi mengeluarkan asam urat yang menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh dan tidak dapat di keluarkan terjadilah pembengkakan dan mengalami nyeri pada persendian yang di alami pada malam hari dan bangun tidur akan mengalami kesemutan, dan nyeri (Putri, 2009). Pada wanita menopause mengalami asam urat akibat terjadinya hormone estrogen yang meningkat. Pada orang yang mengalami nyeri biasanya minum obat farmakolgi, tetapi untuk saran orang yang menderita asam urat bisa melakukan dengan mengontrol pola makan dan bisa juga melakukan pemijatan tradiasional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membuat rumusan masalah : “apakah ada pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis pada wanita menopause di Ds. Pungging” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis pada wanita menopause di Ds. Pungging” 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi massage Swedish untuk menurunkan nyeri pada wanita menopause di Ds. Pungging 2. Mengidentifikasi kejadian gout atrhitis pada wanita menopause di Ds. Pungging. 3. Menganalisis pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis pada wanita menopause. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Bagi Teoritis Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai penanganan dini terhadap gout atrhitis secara tradisional dan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penanganan dini
menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis secara tradisional yang terjadi
pada wanita menopause tersebut.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat dipakai sebagai sumber informasi di perpustakaan dalam rangka
membantu pengembangan pendidikan di bidang kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah wawasan dan penanganan tentang pengaruh
pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout