Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gout (pirai), yang juga dikenal sebagai gouty arthritis, merupakan
penyakit metabolic yang ditandai dengan endapan urat di sendi, yang
menyebabkan sendi arthritis yang terasa menyakitkan. Gout biasa menyerang
sendi manapun tetapi lebih sering muncul di kaki bawah maupun kaki atas
(Williams, 2011). Gout merupakan penyakit yang di tandai dengan nyeri yang
terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan Kristal monosodium
urat yang tertumpuk didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam
urat didalam darah (Anjarwati, 2010). Gout merupakan penyakit yang ditandai
dengan nyeri yang terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan
kristal monosodium urat yang tertumpuk didalam sendi sebagai akibat dari
tingginya kadar asam urat di dalam darah (Anjarwati 2010). Kadar asam urat
normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.Kadar
asam urat diatas normal disebut hiperurisemia(Astri,2012).
Nyeri sendi adalah gangguan yang paling sering terjadi paa sendi lutut
setelah berjalan kaki. Resik yang dihadapi perempuan yang cukup besar
terlebih saat memasuki masa menopause. Nyeri sensi sesungguhnya terjadi
karena pengumpulan cytokine yang berlebihan pada sendi, yang dipicu oleh
kerusakan jaringan ikat pada sendi.nyeri pada persendian disebabkan oleh
pembengkakan sendi atau artriis. (Erpandi,2014). Assosiasi internasional
untuk penelitian nyeri sebagaimana dikutip dalam Suzanne C.Smeltzer (2002)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang actual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi
kerusakan. Arthur C.Curton (1983)Dalam Prasetyo (2010) mengatakan bahwa
nyeri merupakan suatu mekanisme koping bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri. Nyeri sendi merupakan kasus panjang yang sangat
sering diujikan.Biasanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Insiden puncak
dari nyeri senditerjadi pada umur dekade ke empat, dan penyakit ini terdapat
pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki (Akhtyo, 2009).
Masase adalah pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi aliran darah
dan metabolisme dalam jaringan lunak tubuh dengan tujuan terapeutik dan
menurunkan nyeri (11,12). Terapi masase telah dievaluasi dan ditemukan
efektif untuk berbagai kondisi nyeri muskuloskeletal. Penelitian telah
dilakukan oleh Field et al pada orang dewasa berusia 20-65 tahun dengan
artritis yang mengeluhkan nyeri pada tangan. Mereka diberikan terapi masase
dengan frekuensi sekali seminggu selama 4 minggu dan masase sendiri di
rumah secara teratur. Penilaian sebelum dan sesudah dilakukan terapi
menunjukkan hasil adanya penurunan tingkat nyeri, penurunan kecemasan,
peningkatan kekuatan genggaman, dan penurunan depresi (Fielda, 2007).
Masase Swedia secara langsung dan alami memanipulasi fungsi sendi dan otot
(Ostrom, 2012). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Perlman et al
membuktikan bahwa masase Swedia efektif menurunkan nyeri, kekakuan
sendi,dan peningkatan fungsi fisik pada pasien dengan osteoartritis lutut.
Swedia massage dikembangkan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Johan
Mezger (1839-1909),dengan menggunakan suatu sistem tekanan yang panjang
dan halus yang membuat suatu pengalaman/rasa yang sangat relaks/santai.
Swedia massage adalah manipulasi dari jaringan tubuh dengan teknik khusus
untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan),
meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja jantung (Ken
Gray, 2009).
Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013) prevalensi
penyakit sendi di Indonesia sebanyak 11,9 % dan kecenderungan prevalensi
penyakit sendi/rematik/encok 24,7% lebih rendah dibanding tahun 2007
30,3%. Kecenderungan prevalensi yang menurun atau penurunan prevalensi
diasumsikan kemungkinan perilaku penduduk yang sudah baik atau lebih baik,
seperti berolahraga dan pola makan. Menurut World Health Organisation
(WHO, 2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami rematik.
Sedangkan prevalensi rematik tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta jiwa,
dengan angka perbandingan pasien wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di
Indonesia jumlah penderita rematik pada tahun 2011 diperkirakan
prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak
39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59 dan pada tahun 2014
prevalensi rematik di Sulawesi utara sebanyak 24,7%. Kemudian Dinas
Kesehatan Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2013 lansia penderita asam
urat di Jawa Timur sebanyak 4.027 jiwa. Sementara itu, Dinas Kesehatan
Kabupaten Mojokerto menyebutkan lansia penderita penyakit asam urat tahun
2013 sebanyak 461 lansia laki-laki dan 493 lansia wanita dari 296.910 lansia
(Dinkes, 2013).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh eny zahratunnisa didapatkan
bahwa dari kelompok perlakuan yang berjumlah 22 orang (73,33%)
mengalami nyeri sedang dan 2 orang (6,67%) mengalami nyeri berat
terkontrol pada penderita arthiritis. Hal ini di karenakan oleh faktor umur dan
juga orang yang sedang bekerja akan menimbulkan banyak penyakit yang
salah satunya adalah nyeri persendian. Dari hasil penelitian setelah dilakukan
massage Swedish yang mengalami nyeri sedang 22 (73,33%) orang, kini
menjadi 28 orang (93,33%). Dan yang mengalami nyeri berat terkontrol
setelah dilakukan massage Swedish kini mengalami perubahan menjadi nyeri
ringan sebanyak 2 orang (6, 67%).
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh
yang terjadi secara normal atau dengan penyakit tertentu. Normalnya, asam
urat ini akan dikeluarkan melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal
tidak mampu jadi mengeluarkan asam urat yang menyebabkan kadarnya
meningkat dalam tubuh dan tidak dapat di keluarkan terjadilah pembengkakan
dan mengalami nyeri pada persendian yang di alami pada malam hari dan
bangun tidur akan mengalami kesemutan, dan nyeri (Putri, 2009). Pada wanita
menopause mengalami asam urat akibat terjadinya hormone estrogen yang
meningkat. Pada orang yang mengalami nyeri biasanya minum obat
farmakolgi, tetapi untuk saran orang yang menderita asam urat bisa melakukan
dengan mengontrol pola makan dan bisa juga melakukan pemijatan
tradiasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membuat rumusan masalah :
“apakah ada pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap
gout atrhitis pada wanita menopause di Ds. Pungging”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh massage
swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis pada wanita
menopause di Ds. Pungging”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi massage Swedish untuk menurunkan nyeri pada
wanita menopause di Ds. Pungging
2. Mengidentifikasi kejadian gout atrhitis pada wanita menopause di Ds.
Pungging.
3. Menganalisis pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri
terhadap gout atrhitis pada wanita menopause.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam
penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai penanganan dini
terhadap gout atrhitis secara tradisional dan dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penanganan dini

menurunkan nyeri terhadap gout atrhitis secara tradisional yang terjadi

pada wanita menopause tersebut.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Dapat dipakai sebagai sumber informasi di perpustakaan dalam rangka

membantu pengembangan pendidikan di bidang kesehatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah wawasan dan penanganan tentang pengaruh

pengaruh massage swedish untuk menurunkan nyeri terhadap gout

atrhitis pada wanita menopause di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai