Biogasoline
Biogasoline
BIOGASOLINE
Dosen Pengampu :
Endy Yulianto ST.MT
Disusun oleh :
Rinati Azli (40040117060027)
Aniq Fitriadi A.Daud (40040117060059)
Novia Rahma (40040117060076)
Faninur Ramadhania (40040117060090)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami.
Makalah Bioenergi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah kinatika teknik kimia ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penggunaan bahan bakar energy terus bertambah setiap tahunnya. Kehidupan
manusia saat ini tidak bias lepas dari penggunaan alat dan transportasi yang
tentunya memerlukan bahan bakar energy. Salah satu dari bahan bakar energy
yang ada yaitu gasoline.Gasoline adalah campuran kompleks hidrokarbon dari
minyak mentah yang digunakan untuk bahan bakar mesin, Gasoline dan udara
terbakar di dalam silinder mesin dan menghasilkan panas dan tekanan.
Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan karbondiokasida dan air.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan biogasoline?
2) Apa sifat utama dari biogasoline?
3) Apa yang dimaksud dengan bilangan oktan?
4) Bagaimana peralatan pengolahan biogasoline?
1.3.Tujuan
1) Dapat mengetahui pengertian dari biogasoline
2) Dapat mengetahui sifat utama dari biogasoline
3) Dapat mengetahui bilangan oktan
4) Dapat mengetahui pengolahan biogasoline
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.3. Proses pengolahan biogasoline
Jenis proses produksi fraksi (gasoline) dari minyak nabati dapat melalui
perengkahan termal maupun perenkahan katalitik. Perengkahan termal memerlukan
energy panas utuk memutuskan ikatan rantai hidrokarbon sedangkan perengkahan
katalitik memerlukan area aktif katalis untuk memutuskan ikatan hidrokarbon.
Perengkahan termal memerlukan tambahan energy panas untuk diberikan pada
senyawa objek perengkahan katalitik memerlukan jenis katalis yang dapat
memutuskan ikatan rantai karbon.
a. Perengkahan Termal
Proses perengkahan yang terjadi lebih baik karena semakin tinggi suhu
perengkahan maka pemutusan ikatan terjadi lebih banyak sehingga konversi yang
dihasilkan lebih baik. Akan tetapi, selektivitas produk biogasoline lebih rendah
karena peningkatan suhu meningkatkan gerakan antar molekul dalam mencari
kestabilan bergerak lebih cepat secara acak sehingga menghasilkan berbagai
produk senyawa hidrokarbon rantai pendek lain yang tidak diinginkan (Speight,
2006).
Proses perengkahan yang terjadi lebih sedikit karena peranan suhu tidak
signifikan dalam memutuskan ikatan rantai panjang dari hidrokarbon pada minyak
nabati sehingga menghasilkan konversi yang lebih rendah daripada proses
perengkahan pada suhu yang lebih tinggi. Akan tetapi, selektivitas yang dihasilkan
lebih besar daripada pada proses dengan suhu yang lebih tinggi karena molekul
tidak terlalu bergerak acak dalam mencari kestabilan (Speight, 2006).
3
Proses perengkahan pada tekanan tinggi
b. Perengkahan Katalitik
4
2.4. Parameter Pembentukan Biogasoline pada Minyak Nabati
Identifikasi pembentukan fraksi bensin (gasoline) pada minyak nabati
adalah identifikasi keberadaan hidrokarbon yang terputus dan menghasilkan
hidrokarbon dalam fraksi yang lebih kecil. Parameter tersebut adalah sebagai
berikut (Speight, 2006).
Penurunan densitas
5
2.5. Produksi Pengolahan Biogasoline
1. Preparasi Umpan
6
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan diaduk selama satu jam pada
temperatur 90oC. Gliserol dan metil ester dipisahkan dengan corong pisah. Metil
ester minyak sawit dicuci dengan aquades berulang kali sampai netral (dicek
dengan pH meter) kemudian metil ester minyak sawit dipanaskan untuk
menguapkan sisa-sisa air yang ada (pada suhu ± 120oC).
Catatan : titik didih metil ester 250oC.
2. Perengkahan Katalitik
Rangkaianalat perengkahan katalitik (Gambar 3.1) disiapkan terlebih dahulu.
Labu leher tiga ditimbang sebelum dan sesudah diisi dengan metil ester minyak
sawit, demikian pula tempat produk dan katalis yang akan digunakan. Metil ester
minyak sawit dipanaskan pada temperatur 350oC dalam labu leher tiga
yang telah disetting dengan temperatur kontrol sehingga terbentuk uap. Uap
kemudian dialirkan ke reaktor berkatalis sehingga terjadi perengkahan metil ester
minyak sawit dalam fase uap. umpan yang berupa minyak sawit yang sudah
diesterkan (metyl ester palm oil/MEPO) direngkah menjadi produk-produk
minyak yang lebih ringan dengan adanya hidrogen dan bantuan katalis pada
temperatur tinggi, gas hidrogen digunakan sebagai gas pembawa sekaligus
berfungsi sebagai reaktan. Dengan melibatkan gas hidrogen pada pembuatan
Fluid Catalytic Cracking (FCC) gasoline menggunakan katalis Ni atau Zeolit
mampu meningkatkan konversi gasoline yang dihasilkan. Uap hasil perengkahan
kemudian dialirkan ke kondensator sehingga didapatkan produk dalam fase cair
(biogasoline), produk tersebut kemudian ditimbang bersama dengan tempat
produknya.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Biogasoline adalah bensin yang diproduksi dari biomassa seperti alga.
Biogasoline dapat diperoleh dari hasil perengkahan minyak nabati seperti minyak
kelapa sawit, yaitu dengan memecah ikatan hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon
yang lebih ringan. Jenis proses produksi fraksi (gasoline) dari minyak nabati dapat
melalui perengkahan termal maupun perenkahan katalitik. Perengkahan termal
memerlukan energy panas utuk memutuskan ikatan rantai hidrokarbon sedangkan
perengkahan katalitik memerlukan area aktif katalis untuk memutuskan ikatan
hidrokarbon.
3.2. Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini mahasiswa dapat mengetahui proses
pengolahan biogasoline dan dikedepannya mahasiswa dapat membuka pabrik biogasoline
sehingga dapat mengurangi pemakaian minyak bumi mentah selain itu diharapkan dapat
menguragi pencemaran lingkungan hasil pembakaran dari bensin.
8
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Zhou, Elspeth Thomson 2009. pengembangan biofuel di Asia. Terapan Energi,
S11-S20.