Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Diare Akut dengen Dehidrasi Berat pada Anak

Oleh :
Icha Cloudia Crishtin (112017247)

Pembimbing:
dr. Devie Kristiani, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA LEMPUYANGWANGI
PERIODE 11 MARET 2019 – 18 MEI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. K Jenis kelamin : Perempuan

Tempat lahir : Jogjakarta Tanggal Lahir: 07 juni 2018

Usia : 11 Bulan Agama : Islam

Pekerjaan : Belum bekerja Pendidikan : Belum sekolah

Alamat: Jl. Suryatmajan DN I/73 Masuk RS tanggal 17 Maret 2019

II.
II.

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Orang Tua Ibu Ayah

Nama Ny. S Tn. A

Umur 25 tahun 27 tahun

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Supir

II. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis
Tanggal : 17 Maret 2019
KU : Mencret disertai muntah
RPS : Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari 10x sehari, kurang
lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kekunin-
gan, terdapat darah dan lendir di sangkal. Sebelum mencret penderita juga mengalami muntah 4x
sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing tiap muntah. muntah terutama setelah makan minum
dan muntah berisikan makanan dan cairan. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai
tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan) namun sejak 2 hari terakhir
anak mulai malas untuk menetek dan tampak amat lemas. Menurut Ibu OS, anaknya juga mengalami
demam sejak mencret muncul. Demam dirasakan terus menerus,. Riwayat kejang disangkal. Pende-
rita masih bisa BAK sehari 1-2 kali BAK warna kuning pekat. Gejala mimisan atau gusi berdarah
disangkal. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada penyemprotan pada hari
– hari terakhir. Keluhan nyeri telinga disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri saat men-
elan disangkal, nyeri perut disangkal.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air yang berasal dari air sumur yang
telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air sumur yang sama. Botol susu biasanya
hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih.

a. Riwayat penyakit dahulu :


Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat asma
disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma disangkal
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat di bidan dan diberi obat penurun panas
d. Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua disangkal
e. Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu hamil
An. K pada usia 20 tahun. Ini adalah kehamilan pertama kalinya. Selama hamil ibu tidak
menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya. Ibu makan dan
minum sesuai anjuran bidan.
f. Riwayat Kelahiran :
By.K lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di rumah. Pasien meru-
pakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan langsung menangis. Berat
lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkar kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu
juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat persalinan.
g. Riwayat pemberian makanan :
Usia 0 sampai 6 bulan : ASI eksklusif
Usia 6 bulan sampai sekarang :ASI + bubur saring

h. Riwayat perkembangan
- Motorik kasar :
 Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
 Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
 Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
- Motorik halus :
 Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
 Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
i. Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
- DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
- Polio (ditetes) sudah 3 kali
- Campak (di paha) 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak lemah, malas menetek
• Kesadaran : Letargis

Tanda Vital
• Suhu : 37,6 oC
• Nadi : 131 x/menit
• Pernapasan : 50x/menit

Status Antropometri
• Panjang Badan : 74 cm
• Berat Badan : 8 kg
• LK : 45 cm
• BB/U = (8/9) x 100 % = 88% (Gizi baik)
• TB/U = (74/73) x 100% = 101,3 % (Tinggi baik/normal)
• BB/TB = (8/9.4) x 100% = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik

Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
• Mata : Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air mata masih
keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukosa mulut kering (+)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada bekas luka,
tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan. Ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun >2 detik
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

17-03-2019
Hematologi
Leukosit : 8,1 . 103 µ/L
Hemoglobin : 11,5 gr/dl
Hematokrit : 24,7 gr%
MCV : 72,7 fl
MCH : 24,1 pg
MCHC : 33.1 g/dl
Trombosit : 266 ribu

RESUME:
An.K usia 11 bulan, mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret >10x/hari,
Sebanyak ± setengah gelas belimbing tiap mencret, konsistensi cair, Ampas (+) kuning, Lendir (-),
Darah (-). Muntah(+) 4x SMRS, muntah makanan dan cairan. Demam (+) sejak mencret muncul,terus
menerus, muncul mendadak, langsung tinggi. Anak tampak lemah dan malas menetek.

Diagnosa Kerja
 Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Viral infection

Diagnosa Banding
 Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Bacterial infection

Rencana diagnosis
Pemeriksaan Darah dan Elektrolit
Pemeriksaan Feses

Rencana penatalaksanaan:
• Infus RL@30cc/kgBB dalam 1 jam (240 x 15) /60= 60 tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL 70cc/kgbb dalam 5 jam (560 x 15)/300 = 28 tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL (8x(120+30)) / 96 = 12 tetes/menit
• Zinc syrup 1 x 1 cth

Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad Functionam : bonam
• Quo ad sanationam : bona
TINJAUAN PUSTAKA

I.Diare Akut

I.1 Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja, dengan frek-
uensi lebih dari tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari
14 hari.1

I.2 Epidemiologi

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang, termasuk di In-
donesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama
usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan
sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas 2007,
sebanyak 42% kematian bayi disebabkan oleh diare, untuk golongan 1-4 tahun, kematian akibat diare
mencapai 25.5%. 2

I.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau mi-
numan yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-
barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya, dapat
dikatakan melalui "4F" yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field (lingkungan). 3

A. Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:

1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi

2) Tidak memadainya penyediaan air bersih

3) Pencemaran air oleh tinja

4) Kurangnya sarana kebersihan (MCK)

5) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

6) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis


7) Gizi buruk

8) Imunodefisiensi

9) Berkurangnya asam lambung

10) Menurunnya motilitas usus

11) Menderita campak dalam 4 minggu terakhir

12) Faktor genetic

I.4 Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, kera-
cunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu seba-
gian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat
ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi4.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya
ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus. Bakteri yang dapat
menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni,
Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp,
staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh
parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica,
Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis,
dan trichuris trichiura. 4, 5
Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak yaitu
Rotavirus, Escherichia coli, Shigella, Campylobacter jejuni, dan Cryptosporidium.

Tabel 1. Etiologi Diare Akut


Infeksi
1. Enteral
 Bakteri: Shigella sp, E. Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entreo
colytica, Campylobacter jejuni, V. Parahaemoliticus, VNAG, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, dll
 Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus (CMV),
echovirus , virus HIV
 Parasit – Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporadium parvum,
Balantidium coli.
 Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichura, S. Sterocoralis, cestodiasis dll
 Fungus: Kardia/moniliasis
2. Parenteral: Otitits media akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diartthea: E.Coli, Giardia
lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll
 Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B. Cereus, S. aureus, Streptococcus
anhaemohytivus, dll
 Alergi: susu sapi, makanan tertentu
 Malabsorpsi/maldifesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa),
disakarida(laktosa, maltosa, sakarosa), lemak: rantai panjang trigliserida, protein: asam
amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin
&mineral

Imunodefisiensi
Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropatik diabetik)

1.5. Patofisiologi
Secara umum, diare disebabkan karena 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi atau pada
proses sekresi. Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorbsi. Terdapat gangguan pada usus halus atau kolon yang mengakibatkan ter-
jadinya penurunan pada proses absorpsi atau peningkatan proses sekresi. Diare juga dapat terjadi
akibat gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.2

Diare akibat gangguan absorpsi atau diare osmotik dapat disebabkan karena : a) Konsumsi magne-
sium hidroksida, sehingga menurunkan fungsi absorpsi usus; b) Defisiensi sukrase-isomaltase; c)
Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
akan bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat adanya perbedaan tekanan os-
motik antara lumen usus dan darah, maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen hehunum, dan air akan terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikuti
masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan ka-
dar Na yang normal.2

Diare akibat malabsorpsi umum biasanya disebabkan akibat kerusakan sel (yang secara nor-
mal akan menyerap Na dan air) daoat disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, seperti Salmonella,
Shigella atau Campylobacter. Dapat juga disebabkan akibat inflamatory bowel disease idiopatik,
toksin, atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorpsi
usus halus adalah atrofi villi..2

Diare akibat gangguan sekresi atau diare sekretorik dapat terjadi karena hiperplasia kripta,
luminal secretagogues, dan blood-borne secretagogeus. Hiperplasia kripta umumnya akan menyebab-
kan atrofi villi. Pada luminal secretagogues, sekresi lumen dipengaruhi oleh enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxyl, serta asam
lemak rantai panjang. Pada blood-borne secretagogeus, diare umumnya disebabkan karena enteroto-
ksin E. Coli atau Cholera.2

Diare akibat gangguan peristaltik disebabkan karena adanya perubahan motilitas usus yang
akan berpengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya dapat
menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang pada
akhirnya dapat menuebabkan diare. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery
diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada bayi.2

Diare akibat inflamasi dapat terjadi akibat hilangnya sel-sel epitel dan kerusakan tight junc-
tion, sehingga menyebabkan air, elektrolit, mukus dan protein menumpuk di dalam lumen. Biasanya
diare akibat inflamasi berkaitan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction, menginduksi sekresi
cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight
junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorpsi dan perubahan susunan protein.
Penelitian oleh Berkes J dkk. 2003 menunjukkan bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare
terlerak pada perubahan barrier tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada
cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh dari salah satu atau kedua hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya hipersekresi klorida yang akan diikuti oleh natrium dan air.2
Diare yang terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III dan IV.
Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III
misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada Coeliac diseasedan
protein loss enteropaties. Mediator-mediator kimia hasil dari respon imun akan menyebabkan luas
permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh na-
trium dan air.2

I.6 Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.

A. Gejala gastrointestinal berupa :

Diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.

B. Gejala neurologic dari infeksi usus bisa berupa :

paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat), hipotoni dan kelemahan otot (C.
botulinum).

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.

Gejala Rota- Shigella Salmonell ETEC EIEC Kolera


klinik virus a
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual mun- Sering Jarang Sering + - -


tah

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Sering kramp


kramp kolik kramp

Nyeri - + + - - -
kepala

Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit

Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 /hari > 10x/hari Sering sering Sering Terus mene-
rus

Kon- Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair


sistensi sering

Darah - ± Kadang - + -

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan
asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air
dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari
5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan
lebih dari 10%.4

I.6 Diagnosis

1.6.1 Anamnesis

Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan tiga hal berikut : 1) Persis-
tensinya; 2) Etiologi; 3) Derajat dehidrasi. Hal-hal ini dapat diketahui melalui anamnesa yang terper-
inci.1

Untuk menentukan persistensinya, perlu ditanyakan kepada orang tua pasien, sudah berapa
lama pasien menderita diare. Apakah sudah lebih dari 14 hari atau belum, sehingga nantinya dapat
ditentukan apakah diare pada pasien termasuk diare akut atau diare persisten. Hal ini berkaitan dengan
tatalaksana diare yang berkaitan dengan penyulit ataupun komplikasi dari diare tersebut.1

Untuk menentukan etiologi, diagnosis klinis diare akut berdarah hanya berdasarkan adanya
darah yang dapat dilihat secara kasat mata pada tinja. Hal ini dapat ditanyakan pada orang tua pasien
maupun dilihat sendiri oleh dokter. Pada beberapa episode Shigellosis, diare pada awalnya lebih cair
dan menjadi berdarah setelah 1-2 hari. Diare cair ini dapat sangat berat dan menimbulkan dehidrasi.
Seringkali disertai demam, nyeri perut, nyeri pada rektum, dan tenesmus.1

Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan anamnesis yang teliti, terutama
pada asupan peroral, frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja dan muntah yang keluar. Tan-
yakan juga apakah pasien sudah pernah periksa dan apakah pasien mengkonsumsi obat tertentu sebe-
lumnya.1

1.6.2 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa hal-hal sebagai berikut : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
untama dehidrasi seperti kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen, serta tanda-tanda tambahan
lainnya seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidaknya air
mata, keadaan bibir, mukosa dan lidah.2,3,4 Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet ka-
rena tinja makin lama makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.3
Pernapasan yang cepat dan dalam merupakan indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada dapat ditemukan pada keadaan hipokalemi. Dilakukan juga pemerik-
saan pada ekstremitas berupa capillary refill untuk menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :

Gejala/ derajat dehid- Diare Tanpa dehidrasi Diare dehidrasi rin- Diare dehidrasi berat
rasi gan/sedang

Bila terdapat dua tanda Bila terdapat dua tanda Bila terdapat dau tanda
tau lebih taau lebih tau lebih

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Less, lunglai/tidak sa-


dar

Mata tidak cekung cekung Cekung

Keinginan untuk mi- normal, tidal ada rasa Ingin minum terus, ada Malas minum
num haus rasa haus

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sancta lambat

3. Laboratorium

1. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan saat diare akut:

A. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika

B. Urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotika

C. Tinja

2. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun
pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.

A. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, pro-
tozoa, atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal.
B. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebakan infeksi bakteri yang menghasilkan si-
totoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti:
E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.

3. Pemeriksaan mikroskopik

Untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak
anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasive atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, EIEC, C.difficile, Y. enterolytica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Ae-
romonas atau P. shigelloides. Leukosut yang ditemukan pada umumnya adalah leukosit PMN,
kecuali pada S. typhii leukosit mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat leukosit pada
tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. hystolitica pada umumnya leukosit pada tinja minimal.
Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi leukosit dalam jumlah banyak.
Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau parait kecuali terdapat riwayat
baru saja bepergian ke daerah resiko tinggi, kultur tinja negative untuk enteropatogen, diare lebih dari
1 minggu atau pada pasien immunocompromised.

I.7 Penatalaksanaan

1.7.1 Terapi Cairan

Departemen menetapkan Lima pilar pilar penatalaksanaan diarebagi semua kasus diare pada
anak balita baik yang dirawat d rumah maupun di rumah saikt :

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua

1. Rehidrasi denga oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Ka-
rena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih
rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan
risiko terjadinya hipernatremia.

A. Berikut ini adalah tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi :

1. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare Tanpa Dehidrasi :


2. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

3. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut


Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc yang dilakukan di awal

masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan
durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan


Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah ke-
hilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan
berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.

4. Antibiotik jangan diberikan

Kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak
rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan megganggu keseimbangan flora usus
dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.

5. Nasihat pada ibu atau pengasuh

Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat ha-
lus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa pertimbangan terapi:

a. Terapi cairan dan elektrolit

b. Terapi diet

c. Terapi non spesifik dengan antidiare

d. Terapi spesifik dengan antimikroba

1.7.2 Terapi Cairan

Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai
dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg
bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam.
Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila
masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.5

Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu diper-
hatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu2 :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

7. ASI diteruskan

8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )

9. Anti diare tidak diperlukan

Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan
dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral
menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut 3,4,5 :

1. Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

2. Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

3. Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan
kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu
yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya .
Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi.
Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan mi-
num tetap dapat dilanjutkan.7

1.7.3 Terapi Medikamentosa

Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, karena sebagian besar diare infeksi disebabkan
oleh rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotik.1,2 Pemberian antibi-
otik dilakukan atas indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera.1,2,4
Pada disentri diberikan antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif terhadap Shigella
menurut pola kuman setempat. Dahulu semua kasus disentri pada tahap awal diberi antibiotika kotri-
moksazol dengan dosis 5-8mg/KgBB/hari. Namun saat ini telah banyak strain Shigella yang resisten
terhadap amplisilin, amoksisilin, mentronidazol,tetrasiklin, golongan aminoglikosida, kloramfenikol,
sulfonamid, dan kotromoksazol sehingga WHO tidak merekomendasikan penggunaan obat tersebut.
Obat pilihan untuk pengobatan disentri berdasarkan WHO 2005 adalah golongan Quinolon seperti
siprofloksasin dengan dosis 30-50mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pemantauan
dilakukan setelah 2 hari pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan tanda-tanda seperti tidak adanya
demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang dan peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada
perbaikan, maka amati adanya penyulit, hentikan pemberian antibiotik sebelumnya dan berikan anti-
biotik yang sensitif terhadap Shigella berdasarkan area.1

A. Antibiotika pada diare

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline Erythromycin

12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Shigella dysentery Ciprofloxacin Pivmecillinam

15 mg/kgBB 20 mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari

Ceftriaxone

50-100 mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole

10 mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus


berat)
Giardiasis Metronidazole

10 mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari

B.

B. Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam me-
nangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit penyerta
yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf
pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung
dan penyakit ginjal 8.

I.8 Komplikasi

Ganguan elektrolit

A. Hipernatremia

B. Hiponatremia

C. Hiperkalemia

D. Hipokalemia

I.9 Pencegahan

1) Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare kuman-kuman pathogen penyebab


diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini.9 Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif, meliputi:

A. Pemberian ASI yang benar

B. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

C. Penggunaan air bersih yang cukup


D. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan

E. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga

F. Membuang tinja bayi yang benar

2) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare, antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah
yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak

c. Imunisasi campak

I.10 Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikro-
bial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Penderita dipulangkan apabila ibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit
kepada anak dengan cukup walaupun diare mash berlangsung dan diare bermasalah atau dengan pen-
yakit penyerta sudah diketahui dan diobati.8,9

KESIMPULAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara
yangsedang berkembang termasuk di Indonesia. Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari frek-
uensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Secara
garis besar, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronis atau persisten.

Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang maupun negara
maju. Sebagian besar disebabkan oleh rotavirus sehingga bersifat self-limiting dan hanya perlu di-
perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi
bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan
terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan
cukup aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Pencegahannya dapat dilakukan dengan higiene dan sanitasi
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK GastroHepatologi IDAI.2009.

2. Subagyo B, Santoso NB, 2012, Diare Akut, dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi,
ed 1. Jilid 1,Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 87-119.

3. Suraatmaja S. 2007, Diare Akut, dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, ed 2, Sagung
Seto, Jakarta, hal1-24.

4. Pudjiadi A.H dkk, 2009, Diare Akut, dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid 1. Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 58-62.

5. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

6. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam


kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

7. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah
Kongres Nasional II BKGAI juli 2003

8. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu Kesehatan


Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994

9. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah. Depkes RI 1999 ; 31

Anda mungkin juga menyukai