Anda di halaman 1dari 48

PENGETAHUAN DASAR MENGENAI

GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA


Materi Inti 1
Tujuan Pembelajaran

 Tujuan Pembelajaran Umum


 Pada akhir sesi ini peserta mampu menjelaskan
pengetahuan dasar mengenai gangguan penggunaan
napza.
 Tujuan Pembelajaran Khusus
 Pada akhir sesi ini, peserta mampu
 menjelaskan berbagai terminologi yang berkaitan dengan
gangguan penggunaan zat
 menjelaskan jenis-jenis zat
 menyebutkan penggolongan zat
 menjelaskan patofisiologi gangguan penggunaan zat
 menjelaskan berbagai pendekatan mengenai gangguan
penggunaan zat
Pokok Bahasan

1. Terminologi
2. Jenis-jenis Zat
3. Penggolongan Zat
4. Patofisiologi Gangguan Penggunaan Zat
5. Pemahaman mengenai Gangguan Penggunaan Zat
Pendahuluan

Alasan seseorang menggunakan zat:


- Untuk merasa senang (to feel good)
- Untuk merasa lebih baik (to feel better)
- Untuk mendapatkan performa lebih baik (to do
better)
- Rasa ingin tahu, dan karena tekanan sebaya (curiosty
and because others are doing it)
Pokok Bahasan 1

Terminologi
 Gangguan penggunaan zat (substance use disorder),
terminologi diagnostik, digunakan di buku panduan
diagnostik, DSM 5, 2013.
 Gangguan penggunaan zat menggantikan istilah
ketergantungan zat (substance dependence) dan
penyalahgunaan zat (substace abuse) .
 Adiksi: penyakit otak kronis dan kambuhan yang ditandai
dengan perilaku mencari dan menggunakan zat yang
kompulsif, meskipun memiliki konsekuensi yang merugikan
(NIDA)
 Zat (substance): segala bentuk zat kimia yang
memiliki efek spesifik terhadap otak dan tubuh.
 Drug (obat): setiap zat kecuali makanan, minuman
dan oksigen yang apabila masuk ke dalam tubuh akan
memengaruhi fungsi fisik maupun psikologis individu.
 Narkotika (UU 35/2009): zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, berkurang hingga hilangnya rasa nyeri, dan
ketergantungan.
 Psikotropika (UU 5/1997): zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku
 Zat Psikoaktif: zat yang bekerja pada susunan saraf
pusat secara selektif sehingga dapat menimbulkan
perubahan pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi,
maupun kesadaran. Digunakan di ICD 10.

 Napza: akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat


Adiktif lainnya. Beberapa referensi Kementerian
Kesehatan mencantumkan kata alkohol dalam
kepanjangan akronim Napza: Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.

 Narkoba : akronim dari Narkotika dan Bahan


Berbahaya lainnya, atau dapat pula menjadi
Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya.
Bnyak digunakan oleh jajaran penegak hukum dan
lebih dikenal luas oleh awam.
 Penyalahgunaan (abuse)
 Penggunaan zat, biasanya digunakan sendiri, dengan
cara yang berbeda dari pola penggunaan medis atau
dengan cara yang bertentangan dengan norma sosial.

 Misuse
 Serupa dengan abuse, biasanya digunakan untuk
obat-obatan yang diresepkan oleh dokter yang tidak
digunakan sesuai petunjuk.

 Toleransi
 Suatu kondisi yang terjadi saat efek suatu zat
menurun pada penggunaan berulang, dalam arti lain,
dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk
mendapatkan efek yang sama seperti penggunaan
sebelumnya.
 Ketergantungan zat
 Kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan
zat secara terus menerus dengan takaran yang meningkat
agar menghasilkan efek yang sama. Apabila
penggunaannya dikurangi / atau dihentikan secara tiba-
tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.

 Intoksikasi
 Kondisi yang timbul akibat penggunaan zat psikoaktif
sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek, perilaku atau fungsi dan respons
psikofisiologis lainnya.

 Keadaan putus zat


 Kumpulan gejala yang timbul sebagai akibat berhenti atau
mengurangi jumlah zat psikoaktif yang biasa digunakan
secara cukup teratur dan sering dalam jumlah yang banyak.
Pokok Bahasan 2

Jenis-jenis Zat
Rokok elektrik
Tembakau (electronic cigarettes)

 Sejenis tanaman, daunnya  Alat, beroperasi dengan


diolah menjadi produk baterai
tembakau  Untuk menghisap aerosol atau
 Mengandung nikotin vapor/uap (disebut vaping)
 Dirokok, dikunyah, dihirup  Sering mengandung nikotin
(sniff)
Alkohol Heroin

 Efek ganda: depresan singkat,  Golongan opioida


lalu agitasi SSP  Dari tanaman opium poppy
 Intoksikasi alcohol:  Bubuk putih atau coklat
 ataksia dan bicara cadel/tak
 Disuntik, dihirup (sniff, snort),
jelas atau dirokok
 emosi labil dan disinhibisi
 Sangat adiktif
 napas berbau alkohol
 mood yang bervariasi  Berisiko overdosis
Kokain Metamfetamin

 Stimulansia, adiktif kuat  Stimulan, mirip amfetamin


 Dari tanaman koka  Bubuk putih, atau kristal
 Dihirup (snort) lewat hidung atau seperti pecahan kaca
digosok ke gusi
 Dihisap/rokok, ditelan, snort,
disuntik
MDMA Mariyuana

 3,4-methylenedioxy-  Dari tanaman Cannabis sativa atau


methamphetamine (MDMA) indica
 zat sintetik yang dapat mengubah  Mengandung THC
mood dan persepsi.  Dirokok, dimakan, diminum, dihisap
 Secara kimiawi MDMA serupa  Dapat menimbulkan halusinasi
dengan stimulan dan halusinogen.
 Disebut sebagai ekstasi, berbentuk
kapsul atau tablet.
Kratom Khat

 Tanaman tropis Asia Tenggara  Stimulan, berasal dari tanaman


 Mengandung senyawa psikoaktif Catha edulis, asli Afrika Timur
opioida dan Arab Selatan
 Mitragynine, bereaksi dengan  Senyawa aktif cathinone
reseptor opioid (sedasi, nikmat,  Dikunyah seperti tembakau
reda nyeri) juga dapat  Cathinone secara kimiawi mirip
menimbulakn efek stimulansia dengan amfetamin
Synthetic cathinones Kanabinoid sintetik

 Disebut juga bath salts.  Fake weed, ganja sintetik


 Senyawa kimiawi buatan  Senyawa buatan, bekerja seperti
menyerupai cathinone THC
 Pengganti stimulansi yang  Termasuk NPS
murah dari metamfetamin dan  Biasanya disemprotkan ke
kokain tanaman kering lalu dirokok,
 Termasuk new psychoactive atau menggunakan rokok
substance (NPS) elektrik
Inhalan LSD

 Zat yang hanya digunakan dengan cara  LSD (lysergic acid diethylamide)
inhalasi  Halusinogen kuat
 Terdapat pada produk seperti cat  LSD dapat berbentuk cair, kertas, atau
semprot, lem, spdol, cairan pembersih pil.
 Efek: bicara cadel, kurang koordinasi,  Cara penggunaan dengan ditetes,
eforia, pusing, halusinasi diletakkan di lidah, atau ditelan.
 Efek penggunaan LSD antara lain
terganggunya daya nilai untuk
mengambil keputusan, serta gangguan
persepsi berupa halusinasi visual.
Benzodiazepin

 Obat sedative, ansiolitik dan


antikonvulsan
 Untuk mengobati insomnia,
ansietas dan kejang
 Dapat menyebakan
ketergantungan
 Gejala putus zat: insomnia,
ansietas, iritabilitas, agitasi,
derpresi, tremor, dizziness
Pokok Bahasan 3

Penggolongan Zat
Klasifikasi Zat Psikoaktif Menurut
PPDGJ III

1. Alkohol
2. Opioida
3. Kanabinoida
4. Sedatif dan hipnotik
5. Kokain
6. Stimulan lain
7. Halusinogen
8. Tembakau
9. Inhalansia atau bahan pelarut yg mudah menguap
Penggolongan Narkotika Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika

 Golongan I
 Dilarang digunakan u/ kepentingan pelayanan kesehatan
 Jumlah dibatasi u/ kepentingan pengembangan iptek & u/
reagensia diagnostik (setelah disetujui Menkes atas
rekomendasi KaBPOM)
 Contoh: opium, heroin, kokain, ganja, amfetamin, MDMA
 Golongan II
 Berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan
 Digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir
 Contoh: morfin, petidin, metadona
 Golongan III
 Berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
 Digunakan dalam terapi
 Contoh: kodein, buprenorfina
New Psychoactive Substance (NPS)

 Zat dalam bentuk murni atau olahan, yang belum diatur dan
dikendalikan oleh undang-undang atau aturan legal, namun
dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan public (UNODC)
Menurut UNODC, kelompok zat utama dari NPS antara lain:
 Aminoindanes, contoh MDAI
 Synthetic cannabinoids, contoh JWH-018
 Synthetic cathinones, contoh 4-MEC
 α-pyrrolidinopentiophenone (α-PVP)
 Zat tipe phencyclidine, contoh methoxetamine (MXE)
 Phenethylemanine, contoh 25H-NBOME
 Piperazine, contoh BZP, mCPP
 Zat berbasis tanaman, contoh kratom, khat
 Typtamine, contoh AMT
 Zat lainnya, seperti dimethylamylamine (DMAA)
Pokok bahasan 4

Patofisiologi Gangguan
Penggunaan Zat
Otak dan fungsinya
Area otak yang dipengaruhi oleh zat antara lain:
 1. Batang otak (brain stem)
 Bagian otak ini mengendalikan fungsi dasar yang
penting bagi kelangsungan hidup, seperti detak
jantung, pernapasan, dan tidur.
 2. Korteks serebri (cerebral cortex)
 Bagian otak ini terbagi menjadi beberapa area yang
mengontrol fungsi spesifik. Bagian paling depan dari
korteks, yaitu korteks prefrontal, merupakan pusat
berpikir pada otak, di sinilah letak kemampuan
berpikir, menyusun rencana, memecahkan masalah,
dan membuat keputusan seseorang.
Otak dan fungsinya
3. Sistim limbik (limbic system)
 Pada sistim limbik, terdapat yang disebut brain reward circuit.
Sistim ini menghubungkan beberapa struktur otak yang
mengatur dan mengendalikan kemampuan seseorang untuk
merasa senang.
 Perasaan senang akan memotivasi seseorang untuk
mengulang suatu perilaku, hal ini penting untuk eksistensi
manusia. Sistim limbik teraktivasi oleh aktivitas yang
menyehatkan dan memertahankan hidup seperti makan dan
juga bersosialisasi.
 Namun, area ini juga teraktivasi oleh penggunaan zat. Selain
itu, sistim limbik juga bertanggung jawab terhadap persepsi
dari berbagai emosi lainnya, yang menjelaskan mengapa zat
tertentu dapat memengaruhi atau mengubah mood
seseorang.
Area otak yang dipengaruhi zat
Komunikasi antar sel otak

 Sel otak (neuron) berkomunikasi (mengirim dan


menerima pesan) dalam bentuk sinyal elektrik dan
kimiawi
 Pengantar pesan: neurotransmitter
 Neurotransmiter membawa pesan dan berikatan
dengan reseptor (tempat di neuron lainnya)
 Bekerja seperti anak kunci (neurotransmitter) dan
lubang kunci (reseptor)
Komunikasi antar sel otak

• Zat memengaruhi otak dengan cara mengganggu proses neurotransmisi


(penerimaan dan pengiriman pesan antar sel otak).
• Beberapa zat seperti mariyuana dan heroin misalnya, menyerupai
neurotransmiter alami dan “menipu” reseptor, sehingga mengakibatkan pesan
“abnormal” yang terkirim sepanjang jaringan otak.
Pengaruh zat pada otak

 Jaras penting:
reward pathway
 Ventral Tegmental
Area (VTA)
 Nucleus Accumbens
(NAc)
 Prefrontal Cortex
(PFC)
Pengaruh zat pada otak
 Saat teraktivasi oleh suatu rangsang yang
menyenangkan (rewarding stimulus) misalnya
makanan atau aktivitas seksual, informasi
berjalan dari VTA ke NAc dan naik ke PFC.
 Manusia, demikian juga organisme lain,
melakukan perilaku yang sifatnya rewarding.
 Perasaan senang memberikan penguatan positif
(positive reinforcement) sehingga perilaku
tertentu akan diulang kembali.
Pengaruh zat pada otak
 Perasaan senang/nikmat muncul akibat adanya
pelepasan neurotransmiter dopamin ke NAc pada
reward system.
 Area lain di otak merekam situasi dan lingkungan
yang berkaitan dengan perasaan menyenangkan ini ke
dalam memori, yang seringkali menyebabkan craving
(menagih) zat saat pengguna zat berhadapan dengan
orang, tempat, atau benda yang berkaitan denga
penggunaan zatnya.
Proses terjadinya adiksi

 Paparan berulang terhadap peningkatan dosis zat


mengubah fungsi otak sehingga fungsi menjadi
normal saat terdapat zat dan tidak normal saat tak
menggunakan zat.
 Dua dampak klinis yang penting dari perubahan ini
adalah toleransi (kebutuhan untuk menggunakan
dosis lebih tinggi untuk mencapai efek zat yang
sama) dan juga ketergantungan (dependence),
kecenderungan untuk mengalami gejala putus zat.
Proses terjadinya adiksi
 Toleransi terjadi reseptor otak secara bertahap
menjadi kurang responsif terhadap stimulasi zat,
sehingga lebih banyak zat yang dibutuhkan untuk
menstimulasi sistim reward untuk melepaskan
jumlah dopamin yang sama ke NAc.
 Ketergantungan zat dan gejala putus zat berkaitan
Locus Ceruleus (LC). Neuron pada LC
memproduksi senyawa kimiawi noradrenalin (NA
yag berhubungan dengan keterjagaan,
pernapasan, tekanan darah, kewaspadaan dan
fungsi-fungsi lainnya.
Proses terjadinya adiksi
 Sebagai contoh, pada penggunaan opioid, terjadi
penekanan pelepasan NA yang menyebabkan
kantuk, pernapasan melambat, dan tekanan darah
turun (kondisi intoksikasi opioid).
 Dengan paparan opioid berulang, neuron LC
kemudian menyesuaikan dengan meningkatkan
akitivas kerjanya. Sehingga, bila opioid muncul, NA
dalam jumlah normal dilepaskan dan pasien
merasa kurang lebih normal.
 Saat opioid tidak muncul untuk menekan
peningkatan aktivitas LC, neuron meningkatkan
pelepasan NA dalam jumlah besar, memicu
kegelisahan, kecemasan, kram otot dan diarea.
Pokok Bahasan 5

Pemahaman Mengenai
Gangguan Penggunaan NAPZA
Berbagai pendekatan
Ada berbagai pendekatan (model) untuk memahami
gangguan penggunaan zat, di antaranya:

Sebelum abad ke 16:


- Pendekatan moral
- Pendekatan kriminal

Setelah abad ke 16:


- Pendekatan epidemic
- Pendekatan penyakit, sejalan dengan pendekatan
psikologis, psikososial dan budaya
Pendekatan Biopsikososial
 Tak ada satu pendekatan yang paling tepat dalam
menjelaskan mengenai fenomena gangguan
penggunaan zat.

 Bukti dari penelitian yang ada saat ini menunjukkan


bahwa gangguan penggunaan zat merupakan hasil
interaksi dari berbagai faktor biologis, genetik,
kepribadian, psikologis, kognitif, sosial, budaya dan
lingkungan.
Pendekatan Biopsikososial
Faktor Biologis

 Predisposisi genetik meningkatkan risiko masalah


penggunaan zat
 Anak laki-laki dari orangtua yang memiliki
ketergantungan alcohol, berisiko 4 x lebih tinggi
mengalami masalah terkait alcohol.
 Predisposisi genetik tidak memengaruhi zat nya,
namun perilaku adiktif secara umum.
 Faktor genetik dapat menjadi faktor protektif.
Contoh: orang Asia memiliki variasi genetik (kurang
enzim hati) yang membuatnya tidak mudah
mengalami masalah penggunaan alcohol.
Faktor Psikologis

Faktor risiko pada masa kanak


- Mengalami kekerasan
- Perilaku tertentu: conduct disorder, ADHD,
oppositional defiant disorder
- Secara umum: perilaku antisosial, agresivitas,
hostilitas, vandalism, sadistic dan pemberontakan,
pada masa kanak, berisiko mengalami gangguan
penggunaan zat
Faktor Psikologis

Kepribadian dan temperamen


- Senang mencari sesuatu yang baru (sensation/novelty
seeking yang tinggi)
- Tak takut bahaya (harm avoidance yang rendah)
- Afek negative
- Bergantung pada penghargaan (reward dependence)
- Kurang fleksibel
- Mood tidak stabil
- Penarikan diri dari sosial

 Merupakan faktor predictor penyalahgunaan zat pada


masa remaja
Faktor Psikologis

Self efficacy
- keyakinan individu terhadap kemampuannya utnuk
melakukan suatu perilaku tertentu untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
- keyakinan seseorang bahwa ia mampu
menghadapi situasi yang membuat stres atau
situasi menantang tanpa menggunakan zat
Faktor Psikologis

Proses pembelajaran
- Perilaku adiktif adalah hasil proses pembelajaran
- Contoh proses pembelajaran:
- Menggunakan zat = merasa nikmat
- Tidak menggunakan zat = putus zat, tidak enak
- Menggunakan zat (menyuntik heroin dengan jarum
suntik) = nikmat. Saat melihat jarum suntik, muncul
respon tubuh, menagih zat untuk mendapatkan
kembali rasa nikmat.
Faktor Sosial

Keluarga
- Modeling (mencontoh peilaku orang tua)

Teman sebaya
- Pengaruh pada nilai, sikap dan perilaku

Pasangan
- Suami dan istri cenderung menggunakan zat yang
sama
- Namun, pernikahan juga dapat sebagai faktor
protektif
Faktor Sosial

Etnis dan Budaya


- Berkaitan dengan kemiskinan, diskriminasi,
mikroagresi, dan stress di kalangan minoritas

Lingkungan
- Ketersediaan zat
- Status sosial ekonomi
- Peraturan yang berlaku
 Pendekatan biopsikosial menjelaskan bahwa gangguan
penggunaan zat terjadi akibat interaksi dari berbagai
faktor biologis, psikologis dan sosial.
 Berdasarkan pemahaman ini, tatalaksana terhadap
gangguan penggunaan zat perlu mencakup tatalaksana
biologis (fisik), psikologis, dan juga sosial.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai