Dewi Lestarini
Knowledge Sharing KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KSK) XVI
4 Maret 2022
CURICULUM VITAE
❖ Nama : Dewi Lestarini
❖ Jabatan : Dokter Pendidik Klinis Utama RSUP Fatmawati Jakarta
❖ Surveior Komisi Akreditasi Rumah Sakit
❖ Riwayat Pendidikan :
1985 : Dokter FKUI
1995 : Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin FKUI
2013 : Magister Administrasi Rumah Sakit FKMUI
2022 : Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat FKMUI
❖ Riwayat Pekerjaan :
1986-1988 : Puskesmas Bukit Hindu, Palangkaraya
1988-1989 : RSUP Fatmawati, Jakarta
1989-1995 : RSUPN Cipto Mangunkusumo
1996-sekarang : RSUP Fatmawati, Jakarta
❖ Pengalaman Organisasi :
2005-2008. : Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
(PERDOSKI)Cabang Jakarta
2008-2011 : Wakil Sekretaris Pengurus Pusat PERDOSKI
2017- sekarang : Ketua Komisi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan
(P2KB) PP PERDOSKI
2018- sekarang : Wakil Ketua III Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan PB IDI
❖ Pelatihan
2014 : Tenaga Pelatih Program Kesehatan
2015 : Clinical Teacher
2017 : Pelatihan SurveIor Akreditasi Rumah Sakit
OUTLINE
PENDIDIKAN
KEDOKTERAN
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
UU No 29 tahun 2004 tentang Standar Pendidikan Kedokteran disahkan oleh
Praktik Kedokteran KKI , dan ditetapkan oleh KKI bersama Kolegium, Asosiasi Institiut
Pendidikan Kedokteran Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia
UU No 20 tahun 2013 tentang ❑ Pendidikan Kedokteran terdiri dari Pendidikan akademik dan
Pendidikan Kedokteran profesi
❑ Pedoman menyelenggarakan pendidikan kedokteran adalah
kurikulum yang disusun oleh FK
❑ Persyaratan pendirian FK
❑ Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kedokteran harus bekerja sama dengan RS
Peraturan Menristekdikti No 18 Standar Pendidikan Profesi. → 14 standar (a.l. standar kompetensi
tahun 2018 tentang Standar lulusan, standar penilaian dll)
Nasional Pendidikan Kedokteran
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RUMAH SAKIT
PERATURAN URAIAN
RUMAH
/PERUNDANGAN
SAKIT
UU No 29 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran (registrasi, ijin praktik,
PENDIDIKAN Praktik Kedokteran rekam medik , informed consent, kendali mutu dan biaya )
UU No 20 tahun 2013 tentang 1) Rumah Sakit Pendidikan Utama
Pendidikan Kedokteran Rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran untuk
memenuhi sebagian besar dalam rangka memenuhi seluruh
atau sebagian besar kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi di bidang kedokteran
2) Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi
Rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan
pelayanan kedokteran tertentu untuk memenuhi kurikulum di
bidang kedokteran
3) Rumah Sakit Pendidikan Satelit
Rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran dalam
rangka memenuhi kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi khusus di bidang kedokteran
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
STANDAR
KOMPETENSI PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
Peraturan Menristekdikti Standar Pendidikan Profesi. → 14 standar (a.l.
No 18 tahun 2018 standar kompetensi lulusan, standar penilaian dll)
tentang Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran
PERKONSIL 2006 3 tahap pendidikan kedokteran
tentang Standar ❑Pengayaan
Kompetensi Profesi ❑Magang
Dokter Spesialis ❑Mandiri
PERKONSIL tiap Disiplin Kompetensi PPDS dalam 3 tahap
Ilmu ❑Pembekalan
❑Magang
❑Mandiri
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
Penyelenggaraan
pendidikan klinis di
RS Pendidikan
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
PP 93 Ttahun Tugas RS Pendidikan :
2015 • Menyediakan dosen
• Berperan dalam menghasilkan dokter, dokter gigi, dokter/drg
spesialis, subspesialis dan tenaga kesehatan lain
• Membina RS lain dalam jejaring RSP
• Menyediakan pasien, kasus,jumlah memadai
Pembelajaran klinik harus mempunyai target pembelajaran yang jelas,
kegiatan terstruktur dan evaluasi yang jelas
Pendidikan di RS dikelola oleh Komite Koordinasi Pendidikan
(KOMKORDIK)
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
Penyelenggaraan
pendidikan klinis di
RS Pendidikan
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
PP 93 Ttahun 2015 Tugas Komite Koordinasi Pendidikan (KOMKORDIIK) :
1) Memberikan dukungan administrasi proses pembelajaran klinik
2) Menyusun perencanaan kegiatan dan anggaran belanja tahunan pembelajaran klinik
3) Menyusun perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan mahasiswa
4) Membentuk sistem informasi terpadu untuk menunjang penyelenggaraan fungsi
pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan
lainnya
5) Melakukan koordinasi dalam rangka fasilitasi kepada seluruh mahasiswa yang melaksanakan
pembelajaran klinik , serta dosen dan penyelia yang melakukan bimbingan dan supervisi
proses pembelajaran klinik mahasiswa di rumah sakit.
6) Melakukan supervisi dan koordinasi penilaian kinerja terhadap dosen atas seluruh
proses pelayanan yang dilakukan, termasuk yang dilakukan di jejaring Rumah
Sakit Pendidikan dan/ atau yang terkait sistem rujukan
7) Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan proses pembelajaran klinik
8) Melaporkan hasil kerja secara berkala kepada dirrektur/ kepala Rumah Sakit Pendidikan dan
PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA PPDS DAN
WORKPLACE-BASED ASSESSMENT
PENCAPAIAN KOMPETENSI
Dikutip dari :
Norcini JJ, Zaidi Z. Workplace Assessment. In :
Swanwick T, Forrest K, O’Brien BC.
Understanding Medical Education . Wiley
Blackwell, 3rd ed.2019. pp :31-34
MODIFIKASI DREYFUS MODIFIKASI MILLER
EXPERT EXPERT INTUITIVE
DOES
DOES
PROFICIENT EXPERIENCE
PROFICIENT DOES
SHOWS
COMPETENCE
COMPETENCE
HOW SELECTED DOES
Dapat melakukan berbasis pengalaman PROFICIENT EXPERIENCED Dapat melakukan berbasis pengalaman
serupa DOES serupa
Dapat melakukan berdasarkan rencana COMPETENCE SELECTED DOES Dapat melakukan pada situasi yang telah
dan pendekatan yang tertata dikenal dan rencana tertentu
Dapat melakukan sesuai petunjuk ADVANCED EXERCISED DOES Dapat melakukan sesuai petunjuk
ketika menghadapi situasi BEGINNER
Dapat melakukan sesuai petunjuk BEGINNER KNOWS dan Mempunyai pengetahuan dan tahu bagaimana
KNOWS HOW melakukannya
Hampir tidak tahu sama sekali ABSOLUTE KNOWS LITTLE Hampir tidak tahu sama sekali
BEGINNER
PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA PPDS
(RESIDEN)
Pencapaian kompetensi klinis dalam melakukan tatalaksana
penyakit , terbagi sebagai berikut :
KOMPETENSI 1 • Peserta PPDS mampu membuat diagnosis dan kemudian merujuk
KOMPETENSI 3 B • Melakukan diagnosis, terapi awal dan merujuk pada kasus darurat
Written MCQ,
Oral ESSAY
Computer based ORAL
Dikutip dari :
Norcini JJ, Zaidi Z. Workplace Assessment. In : Swanwick T, Forrest K, O’Brien BC. Understanding Medical Education . Wiley Blackwell, 3rd ed.2019. pp :31-34
Dikutip dari Downing and Yudkowsky . Assessment in Health Profession Education. Pdf DOI: 10.13140/RG.2.2.28755.07200
https://www.researchgate.net/publication/323916923_Assessment_in_Health_Professions_Education_-
_based_upon_the_Book_by_Downing_and_Yudkowsky/link/5ab28db40f7e9b4897c59075/download
METODE ASESMEN FORMATIF
Tingkat validitas : tinggi Tingkat validitas : lebih valid daripada metode Tingkat valliditas :
tradisional (logbook, catatan komplikasi dan Asesmen berulang meningkatkan validitas
informal asesmen)
Harus dilakukan berkali kali Harus dilakukan berkali kali Retrospektif dan sebaiknya beberapa kali
Referensi :
Wragg A, Wade W, Fuller G, Cowan G, Mills P. 2003. Assessing the performance of specialist registrars. Clinical Medicine, 3(2), pp 131-4. (29 nov 2019)
SUPERVISI 3600
Tujuan penelitian
Untuk menentukan visibilitas dan kualitas psychometric dari
evaluasi residen Rehab ilitasi Medik
KESIMPULAN :
❖ 930 evaluasi yang diambil dari 56 residen
❖ Koefisien alfa = 0,89
❖ Web-based format efisien dan mudah
❖ Evaluasi 3600 tidak mengukur kompetensi , tetapi mengukur
performance
ENTRUSTABLE PROFESSIONAL ACTIVITIES
(EPAS)
EPA diperkenalkan tahun 2005 oleh Ten Cate, Ten Cate dan Scheele 2007
Merupakan suatu konsep yang digunakan dalam implementasi pendidikan kedokteran berbasis kompetensi
EPA merupakan pedoman dan evaluasi peserta didik di tempat kerja
Mula2 digunakan untuk postgraduate, tetapi kemudian digunakan juga untuk undergraduate
EPA merupakan sumatif untuk menyatakan peserta didik telah mampu, profesional dan mempunyai
kompetensi yang cukup serta tidak memerlukan supervisi lagi dalam melakukan kegiatan tertentu.
Diperlukan kurikulum yang dirancang untuk pembelajaran ditempat bekerja (workplace) untuk menjembatani
kesenjangan antara apa yang dipelajari dalam kelas dengan fakta yang ada di tempat bekerja
Referensi :
Cate OT et. Al. Curriculum development for workplace using Entrustable Professional Activities (EPAs) : AMEE Guide No.99. Med
Teach. 2015;37(11):983-1002. doi: 10.3109/0142159X.2015.1060308. Epub 2015 Jul 14.
PERBEDAAN EPA DAN KOMPETENSI
EPA Kompetensi
EPA merupakan deskripsi Kompetensi merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan kemampuan seseorang dalam
di tempat kerja melakukan pekerjaan
Contoh : pelayanan anestesi pada Contoh : pengetahuan , perilaku
pasien tanpa komplikasi profesional, keterampilan Berdasarkan matriks dapat
komunikasi. didentifikasi kompetensi apa saja
yang dibutuhkan hingga residen
dapat dipercaya melakukan
kegiatannya tanpa supervisi.
Referensi :
Cate OT et. Al. Curriculum development for workplace using Entrustable Professional Activities (EPAs) : AMEE Guide No.99. Med
Teach. 2015;37(11):983-1002. doi: 10.3109/0142159X.2015.1060308. Epub 2015 Jul 14.
ACCREDITATION COUNCIL OF GRADUATE MEDICAL
EDUCATION (ACGME)
1) Patient Care : Residen harus mampu memberikan perawatan pasien yang penuh kasih sayang, tepat, dan efektif
untuk perawatan masalah kesehatan dan promosi kesehatan.
2) Medical Knowledge : Residen mempunyai kemampunan menguasai pengetahuan yang matang meliputi
biomedik, klinis, epidemiologi dan perilaku sosial, serta mampu menerapkan pada pasien.
3) Interpersonal and Communication Skills : Residen harus mampu memperlihatkan keterampilan
komunikasi yang efektif, informatif dan membangun tim bersama pasien, keluarga pasien dan tenaga profesional
lainnya.
4) Professionalism : Residen memperlihatkan komitmen, bertanggung jawab, mempunyai prinsip etika dan
sensitive terhadap berbagai kalangan pasien.
5) Practice-Based Learning and Improvement : Residen mampu menggali dan melakukan evaluasi
perawatan pasien melakukan kajian, asimilasi berbasis bukti serta melakukan perbaikan pada pasien.
6) System-Based Practice : Residen mampu memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab dalam konteks
yang lebih luas dan sistem pelayanan kesehatan serta mampu menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
optimal.
WORKPLACE-BASED ASSESSMENT
Asesmen bagi residen merupakan ❖ Perangkat WPBA harus memenuhi 5
kesempatan pengembangan diri, tetapi prinsip yaitu :
bagi dokter akan merupakan suatu 1. Validity
konsekuensi yang berat
2. Reliability
asesmen harus objektif , reliabel dan
valid 3. Feasibility
Hal yang perlu diukur saat melakukan 4. Educational impact
asesmen adalah keterampilan umum dan 5. Acceptibility
perilaku yaitu komunikasi, kerjasama ❖ tetapi tidak ada suatu tes yang dapat
tim, serta pengetahuan dan memenuhi 5 kriteria tersebut
keterampilan
Referensi :
Wragg A, Wade W, Fuller G, Cowan G, Mills P. 2003. Assessing the performance of specialist registrars. Clinical Medicine, 3(2), pp 131-4. (29 nov 2019)
PEMAHAMAN DAN
KONSEP SUPERVISI PESERTA DIDIK
TERMINOLOGI/ DEFINISI SUPERVISI
Dikutip dari :
Peters Harm et.al, Twelve tips for the implementation of EPAs for assessment and entrustment decisions. Medical Teacher, DOI:
10.1080/0142159X.2017.1331031
LEVEL SUPERVISI
Terdapat 5 level supervisi menurut (ten Cate & Scheele 2007; ten Cate 2013):
1) Belum boleh melakukan kegiatan,
2) Diijinkan melakukan kegiatan dengan supervisi langsung, proaktif dan
supervisor berada di ruangan
3) Diperbolehkan melakukan kegiatan dengan supervisi tidak langsung ,
supervisor tidak perlu ada ditempat yang sama, tapi dapat langsung hadir
bila dibutuhkan
4) Diperbolehkan melakukan kegiatan dengan supervisor tidak secara
langsung berada ditempat yang sama (‘‘unsupervised’’)
5) Diperbolehkan melakukan supervisi kepada peserta didik yang baru
LEVEL SUPERVISI
Dalam SNARS bab Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP), supervisi terhadap
peserta didik dibagi menjadi
1) Supervisi tinggi
Supervisi tinggi dilakukan bila peserta didik belum sahih, sehingga belum dapat membuat keputusan klinis, dan bila
diperlukan tindakan harus dilakukan oleh penanggung jawab pelayanan
2) Supervisi moderat tinggi
Supervisi moderat tinggi adalah supervisi yang dilaksanakan bila peserta didik telah mampu membuat assesmen tetapi
dalam membuat keputusan masih belum sahih. Demikian pula dalam melaksanakan tindakan harus mendapat supervisi
langsung (on site) dari penanggung jawab pelayanan
3) Supervisi moderat rendah
Supervisi moderat rendah dilaksanakan bila peserta didik sudah mampu membuat asesmen. Dalam membuat keputusan
harus mendapat persetujuan dari penanggung jawab, sedangkan untuk tindakan dapat dengan supervisi tidak langsung dan
validasi dan verifikasi oleh DPJP pada rekam medik
4) Supervisi rendah
Dalam supervisi ini , peserta didik dianggap mampu membuat asesmen, membuat keputusan dan melakukan tindakan, tetapi
karena belum mempunyai legitimasi, peserta didik tetap harus melapor kepada DPJP
KESETARAAN SUPERVISI VERSI FK DAN SNARS
TAHAP DESKRIPSI PESERTA DIDIK DAN TAHAP SUPERVISI PENJELASAN
SUPERVISI
CARA SUPERVISI SNARS
FK
1 Peserta didik melakukan observasi SUPERVISI TINGGI Supervisi tinggi dilakukan bila
pemeriksaan, tindakan dan prosedur peserta didik belum sahih,
Supervisor mendemonstrasikan sehingga belum dapat membuat
tindakan dan prosedur keputusan klinis, dan bila
diperlukan tindakan harus
dilakukan oleh penanggung
jawab pelayanan
2 Peserta didik melakukan pemeriksaan, SUPERVISI Supervisi moderat tinggi adalah
tindakan, prosedur di bawah pengawasan MODERAT TINGGI supervisi yang dilaksanakan bila
langsung DPJP peserta didik telah mampu
Supervisor ada di tempat, observasi membuat assesmen tetapi
langsung. dalam membuat keputusan
masih belum sahih. Demikian
pula dalam melaksanakan
tindakan harus mendapat
supervisi langsung (on site)
dari penanggung jawab
pelayanan
KESETARAAN SUPERVISI VERSI FK DAN SNARS
supervision
EPA
❖ Competence
❖ Proffesional
❖ Patient safety
❖ Patient outcome
SUPERVISI 3600 BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
TUJUAN MANFAAT
Melaksanakan amanah
PROGRAM
UU no 29 tahun 2004 PENDIDIKAN KESELAMATAN
UU no 20 tahun 2013 DOKTER PASIEN
SPESIALIS
PP 93 tahun 2015
Data registrasi peserta PPDS secara
lengkap meliputi biodata, kompetensi ,
modul yang akan dilaksanakan , riwayat Supervisi
PENDIDIKAN BUDAYA KERJA
orientasi di RS 3600 TENAGA DAN BUDAYA
Mendapatkan data supervisi berbasis berbasis IT KESEHATAN KESELAMATAN
LAIN PASIEN
kompetensi
Melakukan penilaian supervisi meliputi
pengetahuan , keterampilan dan perilaku KEBIJAKAN
Portofolio peserta PPDS INTEGRASI
PELAYANAN
Portofolio rumah sakit dalam pelaksanaan
PPDS DAN
PENDIDIKAN
Sistem informasi yang meliputi
1. Registrasi
2. Data s peserta PPDS
3. Jadual supervisi
4. Verifikasi manajemen
5. laporan
BIODATA PPDS
DOKUMEN
(ijazah, sip)
TAHAP
PENDIDIKAN
KOMPETENSI
Riwayat ORIENTASI
modul yang
dijalankan
TANDA SURAT
PENGENAL PENUGASAN
Pengisian log book oleh peserta PPDS
PENILAIAN OLEH DPJP
DPJP mempunyai akses :
1. Melihat data PPDS
2. Melihat jadual supervisi
3. Melakukan penilaian
4. Melihat laporan
Dillakukan studi kasus terhadap aplikasi supervisi peserta PPDS secara 3600
Tujuan penelitian
melihat validitas dan reliabilitas supervisi berbasis IT
Mengetahui akseptabilitas oleh para pengguna
akseptabel
TAKE HOME MASSAGE
Supervisi terhadap peserta PPDS mempertimbangkan kompetensi pada setiap
tindakan sesuai kurikulum yang ditetapkan
Supervisi yang dilakukan mempertimbangkan faktor individual dan entrustment
Kompetensi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mempertimbangkan
faktor klinis serta mutu pelayanan → mengacu pada 6 core competencies (ACGME)
Perlunya integrasi antara manajemen dan klinisi, serta kolaborasi antara institusi
pendidikan dan fasilitas pelayanan dalam menghasilkan dokter spesialis yang
berkualitas.
terima kasih