Anda di halaman 1dari 55

SUPERVISI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN

DOKTER SPESIALIS SECARA 3600 BERBASIS


TEKNOLOGI INFORMASI

Dewi Lestarini
Knowledge Sharing KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KSK) XVI
4 Maret 2022
CURICULUM VITAE
❖ Nama : Dewi Lestarini
❖ Jabatan : Dokter Pendidik Klinis Utama RSUP Fatmawati Jakarta
❖ Surveior Komisi Akreditasi Rumah Sakit
❖ Riwayat Pendidikan :
 1985 : Dokter FKUI
 1995 : Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin FKUI
 2013 : Magister Administrasi Rumah Sakit FKMUI
 2022 : Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat FKMUI
❖ Riwayat Pekerjaan :
 1986-1988 : Puskesmas Bukit Hindu, Palangkaraya
 1988-1989 : RSUP Fatmawati, Jakarta
 1989-1995 : RSUPN Cipto Mangunkusumo
 1996-sekarang : RSUP Fatmawati, Jakarta
❖ Pengalaman Organisasi :
 2005-2008. : Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
(PERDOSKI)Cabang Jakarta
 2008-2011 : Wakil Sekretaris Pengurus Pusat PERDOSKI
 2017- sekarang : Ketua Komisi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan
(P2KB) PP PERDOSKI
 2018- sekarang : Wakil Ketua III Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan PB IDI
❖ Pelatihan
 2014 : Tenaga Pelatih Program Kesehatan
 2015 : Clinical Teacher
 2017 : Pelatihan SurveIor Akreditasi Rumah Sakit
OUTLINE

 REGULASI DAN STANDAR PENDIDIKAN


KEDOKTERAN
 PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA PPDS dan
WORKPLACE-BASED ASSESSMENT
 PEMAHAMAN DAN KONSEP SUPERVISI PESERTA DIDIK
 SUPERVISI 3600 BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
REGULASI DAN STANDAR
PENDIDIKAN KEDOKTERAN
REGULASI DAN STANDAR
PENDIDIKAN KEDOKTERAN

World PRINSIP PENDIDIKAN KEDOKTERAN


Federation Di sahkan
1) mendukung otoritas, organisasi dan institusi
Medical oleh yang bertanggung jawab atas pendidikan
Education WHO dan kedokteran,
WMA
(WFME) 2) mematangkan sistem nasional dan
internasional melalui standarisasi dan
akreditasi, serta
TRILOGI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
3) menjaga praktik kedokteran dan utilisasi
 Pendidikan Dokter
sumber daya manusia dalam rangka
 Pendidikan Dokter Spesialis meningkatkan internasionalisasi dengan
 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan standar pendidikan kedokteran yang jelas
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RUMAH SAKIT

PENDIDIKAN
KEDOKTERAN
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
UU No 29 tahun 2004 tentang Standar Pendidikan Kedokteran disahkan oleh
Praktik Kedokteran KKI , dan ditetapkan oleh KKI bersama Kolegium, Asosiasi Institiut
Pendidikan Kedokteran Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia
UU No 20 tahun 2013 tentang ❑ Pendidikan Kedokteran terdiri dari Pendidikan akademik dan
Pendidikan Kedokteran profesi
❑ Pedoman menyelenggarakan pendidikan kedokteran adalah
kurikulum yang disusun oleh FK
❑ Persyaratan pendirian FK
❑ Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kedokteran harus bekerja sama dengan RS
Peraturan Menristekdikti No 18 Standar Pendidikan Profesi. → 14 standar (a.l. standar kompetensi
tahun 2018 tentang Standar lulusan, standar penilaian dll)
Nasional Pendidikan Kedokteran
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RUMAH SAKIT

PERATURAN URAIAN
RUMAH
/PERUNDANGAN
SAKIT
UU No 29 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran (registrasi, ijin praktik,
PENDIDIKAN Praktik Kedokteran rekam medik , informed consent, kendali mutu dan biaya )
UU No 20 tahun 2013 tentang 1) Rumah Sakit Pendidikan Utama
Pendidikan Kedokteran Rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran untuk
memenuhi sebagian besar dalam rangka memenuhi seluruh
atau sebagian besar kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi di bidang kedokteran
2) Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi
Rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan
pelayanan kedokteran tertentu untuk memenuhi kurikulum di
bidang kedokteran
3) Rumah Sakit Pendidikan Satelit
Rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran dalam
rangka memenuhi kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi khusus di bidang kedokteran
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
STANDAR
KOMPETENSI PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
Peraturan Menristekdikti Standar Pendidikan Profesi. → 14 standar (a.l.
No 18 tahun 2018 standar kompetensi lulusan, standar penilaian dll)
tentang Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran
PERKONSIL 2006 3 tahap pendidikan kedokteran
tentang Standar ❑Pengayaan
Kompetensi Profesi ❑Magang
Dokter Spesialis ❑Mandiri
PERKONSIL tiap Disiplin Kompetensi PPDS dalam 3 tahap
Ilmu ❑Pembekalan
❑Magang
❑Mandiri
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
Penyelenggaraan
pendidikan klinis di
RS Pendidikan
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
PP 93 Ttahun Tugas RS Pendidikan :
2015 • Menyediakan dosen
• Berperan dalam menghasilkan dokter, dokter gigi, dokter/drg
spesialis, subspesialis dan tenaga kesehatan lain
• Membina RS lain dalam jejaring RSP
• Menyediakan pasien, kasus,jumlah memadai
Pembelajaran klinik harus mempunyai target pembelajaran yang jelas,
kegiatan terstruktur dan evaluasi yang jelas
Pendidikan di RS dikelola oleh Komite Koordinasi Pendidikan
(KOMKORDIK)
REGULASI PENDIDIKAN KLINIS DI RS
Penyelenggaraan
pendidikan klinis di
RS Pendidikan
PERATURAN URAIAN
/PERUNDANGAN
PP 93 Ttahun 2015 Tugas Komite Koordinasi Pendidikan (KOMKORDIIK) :
1) Memberikan dukungan administrasi proses pembelajaran klinik
2) Menyusun perencanaan kegiatan dan anggaran belanja tahunan pembelajaran klinik
3) Menyusun perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan mahasiswa
4) Membentuk sistem informasi terpadu untuk menunjang penyelenggaraan fungsi
pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan
lainnya
5) Melakukan koordinasi dalam rangka fasilitasi kepada seluruh mahasiswa yang melaksanakan
pembelajaran klinik , serta dosen dan penyelia yang melakukan bimbingan dan supervisi
proses pembelajaran klinik mahasiswa di rumah sakit.
6) Melakukan supervisi dan koordinasi penilaian kinerja terhadap dosen atas seluruh
proses pelayanan yang dilakukan, termasuk yang dilakukan di jejaring Rumah
Sakit Pendidikan dan/ atau yang terkait sistem rujukan
7) Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan proses pembelajaran klinik
8) Melaporkan hasil kerja secara berkala kepada dirrektur/ kepala Rumah Sakit Pendidikan dan
PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA PPDS DAN
WORKPLACE-BASED ASSESSMENT
PENCAPAIAN KOMPETENSI

Dikutip dari :
Norcini JJ, Zaidi Z. Workplace Assessment. In :
Swanwick T, Forrest K, O’Brien BC.
Understanding Medical Education . Wiley
Blackwell, 3rd ed.2019. pp :31-34
MODIFIKASI DREYFUS MODIFIKASI MILLER
EXPERT EXPERT INTUITIVE
DOES
DOES
PROFICIENT EXPERIENCE
PROFICIENT DOES
SHOWS
COMPETENCE
COMPETENCE
HOW SELECTED DOES

ADVANCED BEGINNER KNOWS EXCERCISE DOES

ADVANCED BEGINNER HOW KNOWS & KNOWS HOW


BEGINNER

NOVICE ABSOLUTE BEGINNER


KNOWS KNOWS LITTLE

5 tingkat DREYFUS Piramida MILLER


Dapat melakukan berdasarkan intuisi EXPERT INTUITIVE DOES Dapat melakukan berdasarkan intuisi dan
dan pengalaman yang cukup pengalaman yang cukup

Dapat melakukan berbasis pengalaman PROFICIENT EXPERIENCED Dapat melakukan berbasis pengalaman
serupa DOES serupa

Dapat melakukan berdasarkan rencana COMPETENCE SELECTED DOES Dapat melakukan pada situasi yang telah
dan pendekatan yang tertata dikenal dan rencana tertentu

Dapat melakukan sesuai petunjuk ADVANCED EXERCISED DOES Dapat melakukan sesuai petunjuk
ketika menghadapi situasi BEGINNER
Dapat melakukan sesuai petunjuk BEGINNER KNOWS dan Mempunyai pengetahuan dan tahu bagaimana
KNOWS HOW melakukannya
Hampir tidak tahu sama sekali ABSOLUTE KNOWS LITTLE Hampir tidak tahu sama sekali
BEGINNER
PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA PPDS
(RESIDEN)
Pencapaian kompetensi klinis dalam melakukan tatalaksana
penyakit , terbagi sebagai berikut :
KOMPETENSI 1 • Peserta PPDS mampu membuat diagnosis dan kemudian merujuk

KOMPETENSI 2 • Mampu melakukan diagnosis, merujuk dan dan melakukan evaluasi

KOMPETENSI 3 A • Melakukan diagnosis, terapi awal dan merujuk (bukan darurat)

KOMPETENSI 3 B • Melakukan diagnosis, terapi awal dan merujuk pada kasus darurat

KOMPETENSI 4 • Melakukan diagnosis, terapi mandiri hingga tuntas


Mini-CEX (Mini Clinical
–Evaluation Exercise)
DOPS (Directly
Observational
PENILAIAN KOMPETENSI Procedural Skills)
Performance
OSCE (Objective
assessment Structured Clinical
Examination)
SP (Simulated Patient)

Written MCQ,
Oral ESSAY
Computer based ORAL

Dikutip dari :
Norcini JJ, Zaidi Z. Workplace Assessment. In : Swanwick T, Forrest K, O’Brien BC. Understanding Medical Education . Wiley Blackwell, 3rd ed.2019. pp :31-34
Dikutip dari Downing and Yudkowsky . Assessment in Health Profession Education. Pdf DOI: 10.13140/RG.2.2.28755.07200

https://www.researchgate.net/publication/323916923_Assessment_in_Health_Professions_Education_-
_based_upon_the_Book_by_Downing_and_Yudkowsky/link/5ab28db40f7e9b4897c59075/download
METODE ASESMEN FORMATIF

Metode yang sering digunakan :


 direct observation of practice contohnya
Mini‐clinical evaluation exercise
(mini‐CEX),Directly Observational Procedural
Skills (DOPS), Ottawa Clinic Assessment Tool
(OCAT)
 chart‐stimulated recall misalnya Case-based
Discussion (CbD)
 multi‐source or 360° feedback (MSF)

Referensi : Norcini JJ, Zaidi Z. Workplace Assessment. In : Swanwick T, Forrest


Norcini J, Burch H. 2007. Workplace-based Assessment as an K, O’Brien BC. Understanding Medical Education . Wiley Blackwell,
educational tool : AMEE Guide no 31.Med Teacher, 29 . pp 855-71 3rd ed.2019. pp :31-34
METODE WPBA UNTUK RESIDEN

Mini CEX DOPS 360o Assessment


• Observasi langsung untuk menilai • Observasi langsung untuk melihat • Kumpulan asesmen yang obyektif dan
performance keterampilan praktik sistematik
• Asesmen formatif dan sumatif • Asesmen formatif dan sumatif • Feedback dari data performance
• Menggunakan kuesioner
• Penilaian oleh beberapa pemangku
kepentingan
Tingkat kompetensi : does Tingkat kompetensi : does Tingkat kompetensi: does
Keterampilan yang diuji: Keterampilan yang diuji : Keterampilan yang dinilai :
• Anamnesis • Keterampilan umum yaitu komunikasi dan • Komunikasi
• Pemeriksaan fisik persetujuan • Leadership
• Komunikasi • Prosedur tindakan secara detail • kerja sama tim
• Diagnosis • feedback • komunikasi
• Manajemen pasien dan masalahnya • pengajaran,
• feedback • ketepatan waktu dan keandalan

Tingkat validitas : tinggi Tingkat validitas : lebih valid daripada metode Tingkat valliditas :
tradisional (logbook, catatan komplikasi dan Asesmen berulang meningkatkan validitas
informal asesmen)

Harus dilakukan berkali kali Harus dilakukan berkali kali Retrospektif dan sebaiknya beberapa kali
Referensi :
Wragg A, Wade W, Fuller G, Cowan G, Mills P. 2003. Assessing the performance of specialist registrars. Clinical Medicine, 3(2), pp 131-4. (29 nov 2019)
SUPERVISI 3600

 Penelitian terhadap 16 residen emergency di


Turki
 Pengumpulan data menggunakan kuesioner
(total 1088 form) KESIMPULAN :
 Responden 7 kelompok : pihak fakultas (57
pertanyaan) , perawat (33), paramedic (33), Penilaian 3600
admin (15), ancillary staf (7), peer colleagues
(38), pasien (9) ➢ Terdapat Inter-rater reliability yang tinggi pada
kelompok yang mempunyai kedekatan hubungan dengan
 Penilaian yang dilakukan :
residen
1) Patient care
2) Medical knowledge ➢ Merupakan kontribusi yang positif
3) Practice based learning and ➢ Memerlukan waktu dan upaya yang besar sehingga tidak
improvement ideal untuk program yang lebih besar
4) Interpersonal and communication skill
5) Proffesionalism
6) System base practice
SUPERVISI 3600

Tujuan penelitian
Untuk menentukan visibilitas dan kualitas psychometric dari
evaluasi residen Rehab ilitasi Medik

KESIMPULAN :
❖ 930 evaluasi yang diambil dari 56 residen
❖ Koefisien alfa = 0,89
❖ Web-based format efisien dan mudah
❖ Evaluasi 3600 tidak mengukur kompetensi , tetapi mengukur
performance
ENTRUSTABLE PROFESSIONAL ACTIVITIES
(EPAS)
 EPA diperkenalkan tahun 2005 oleh Ten Cate, Ten Cate dan Scheele 2007
 Merupakan suatu konsep yang digunakan dalam implementasi pendidikan kedokteran berbasis kompetensi
 EPA merupakan pedoman dan evaluasi peserta didik di tempat kerja
 Mula2 digunakan untuk postgraduate, tetapi kemudian digunakan juga untuk undergraduate
 EPA merupakan sumatif untuk menyatakan peserta didik telah mampu, profesional dan mempunyai
kompetensi yang cukup serta tidak memerlukan supervisi lagi dalam melakukan kegiatan tertentu.
 Diperlukan kurikulum yang dirancang untuk pembelajaran ditempat bekerja (workplace) untuk menjembatani
kesenjangan antara apa yang dipelajari dalam kelas dengan fakta yang ada di tempat bekerja

Referensi :
Cate OT et. Al. Curriculum development for workplace using Entrustable Professional Activities (EPAs) : AMEE Guide No.99. Med
Teach. 2015;37(11):983-1002. doi: 10.3109/0142159X.2015.1060308. Epub 2015 Jul 14.
PERBEDAAN EPA DAN KOMPETENSI

EPA Kompetensi
 EPA merupakan deskripsi  Kompetensi merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan kemampuan seseorang dalam
di tempat kerja melakukan pekerjaan
 Contoh : pelayanan anestesi pada  Contoh : pengetahuan , perilaku
pasien tanpa komplikasi profesional, keterampilan Berdasarkan matriks dapat
komunikasi. didentifikasi kompetensi apa saja
yang dibutuhkan hingga residen
dapat dipercaya melakukan
kegiatannya tanpa supervisi.

Referensi :
Cate OT et. Al. Curriculum development for workplace using Entrustable Professional Activities (EPAs) : AMEE Guide No.99. Med
Teach. 2015;37(11):983-1002. doi: 10.3109/0142159X.2015.1060308. Epub 2015 Jul 14.
ACCREDITATION COUNCIL OF GRADUATE MEDICAL
EDUCATION (ACGME)
1) Patient Care : Residen harus mampu memberikan perawatan pasien yang penuh kasih sayang, tepat, dan efektif
untuk perawatan masalah kesehatan dan promosi kesehatan.
2) Medical Knowledge : Residen mempunyai kemampunan menguasai pengetahuan yang matang meliputi
biomedik, klinis, epidemiologi dan perilaku sosial, serta mampu menerapkan pada pasien.
3) Interpersonal and Communication Skills : Residen harus mampu memperlihatkan keterampilan
komunikasi yang efektif, informatif dan membangun tim bersama pasien, keluarga pasien dan tenaga profesional
lainnya.
4) Professionalism : Residen memperlihatkan komitmen, bertanggung jawab, mempunyai prinsip etika dan
sensitive terhadap berbagai kalangan pasien.
5) Practice-Based Learning and Improvement : Residen mampu menggali dan melakukan evaluasi
perawatan pasien melakukan kajian, asimilasi berbasis bukti serta melakukan perbaikan pada pasien.
6) System-Based Practice : Residen mampu memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab dalam konteks
yang lebih luas dan sistem pelayanan kesehatan serta mampu menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
optimal.
WORKPLACE-BASED ASSESSMENT
 Asesmen bagi residen merupakan ❖ Perangkat WPBA harus memenuhi 5
kesempatan pengembangan diri, tetapi prinsip yaitu :
bagi dokter akan merupakan suatu 1. Validity
konsekuensi yang berat
2. Reliability
 asesmen harus objektif , reliabel dan
valid 3. Feasibility
 Hal yang perlu diukur saat melakukan 4. Educational impact
asesmen adalah keterampilan umum dan 5. Acceptibility
perilaku yaitu komunikasi, kerjasama ❖ tetapi tidak ada suatu tes yang dapat
tim, serta pengetahuan dan memenuhi 5 kriteria tersebut
keterampilan

Referensi :
Wragg A, Wade W, Fuller G, Cowan G, Mills P. 2003. Assessing the performance of specialist registrars. Clinical Medicine, 3(2), pp 131-4. (29 nov 2019)
PEMAHAMAN DAN
KONSEP SUPERVISI PESERTA DIDIK
TERMINOLOGI/ DEFINISI SUPERVISI

Supervisi merupakan istilah yang sangat luas


 Falender dan Shafranske (2004) Supervisi diperlukan untuk membangun kerangka pikir dalam
menerapkan pengetahuan, teori dan prosedur klinik untuk memecahkan masalah
 Kilminster (2007) The Association for Medical Education on Europe (AMEE) Guide
27 Supervisi merupakan bimbingan dan umpan balik tentang pengembangan prIbadi, professional dan
pendidikan dalam konteks pengalaman peserta didik dalam memberikan perawatan pasien yang aman dan
tepat
 Launer (2019):
o Supervisi adalah pembelajaran satu peserta didik oleh satu orang pendidik, pengajar atau supervisor
o Supervisi lebih merupakan pembelajaran praktis dan terus menerus
KERANGKA KERJA SUPERVISI (AMEE 27, 2007)

1) Supervisi efektif : memperhatikan kebutuhan institusi pendidikan/ setempat


2) Supervisi langsung dan kerjasama antara supervisor dan peserta didik akan mempengaruhi
outcome pasien
3) Perlu suatu umpan balik yang efektif
4) Supervisi harus terstruktur dan berkala
5) Supervisi meliputi manajemen klinis, pembelajaran dan penelitian, manajemen dan
administrasi, pengembangan pribadi, kemampuan interpersonal, refleksi
6) Kualitas hubungan antar supervisor dan peserta didik mempengaruhi efektivitas supervisi
7) Diperlukan pelatihan untuk melaksanakan supervisi dalam hal pemahaman dalam mengajar,
melakukan asesmen, meberikan umpan balik, interpersonal skills
ENTRUSTMENT DAN SUPERVISI

Dikutip dari :
Peters Harm et.al, Twelve tips for the implementation of EPAs for assessment and entrustment decisions. Medical Teacher, DOI:
10.1080/0142159X.2017.1331031
LEVEL SUPERVISI

Terdapat 5 level supervisi menurut (ten Cate & Scheele 2007; ten Cate 2013):
1) Belum boleh melakukan kegiatan,
2) Diijinkan melakukan kegiatan dengan supervisi langsung, proaktif dan
supervisor berada di ruangan
3) Diperbolehkan melakukan kegiatan dengan supervisi tidak langsung ,
supervisor tidak perlu ada ditempat yang sama, tapi dapat langsung hadir
bila dibutuhkan
4) Diperbolehkan melakukan kegiatan dengan supervisor tidak secara
langsung berada ditempat yang sama (‘‘unsupervised’’)
5) Diperbolehkan melakukan supervisi kepada peserta didik yang baru
LEVEL SUPERVISI

Dalam SNARS bab Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP), supervisi terhadap
peserta didik dibagi menjadi
1) Supervisi tinggi
Supervisi tinggi dilakukan bila peserta didik belum sahih, sehingga belum dapat membuat keputusan klinis, dan bila
diperlukan tindakan harus dilakukan oleh penanggung jawab pelayanan
2) Supervisi moderat tinggi
Supervisi moderat tinggi adalah supervisi yang dilaksanakan bila peserta didik telah mampu membuat assesmen tetapi
dalam membuat keputusan masih belum sahih. Demikian pula dalam melaksanakan tindakan harus mendapat supervisi
langsung (on site) dari penanggung jawab pelayanan
3) Supervisi moderat rendah
Supervisi moderat rendah dilaksanakan bila peserta didik sudah mampu membuat asesmen. Dalam membuat keputusan
harus mendapat persetujuan dari penanggung jawab, sedangkan untuk tindakan dapat dengan supervisi tidak langsung dan
validasi dan verifikasi oleh DPJP pada rekam medik
4) Supervisi rendah
Dalam supervisi ini , peserta didik dianggap mampu membuat asesmen, membuat keputusan dan melakukan tindakan, tetapi
karena belum mempunyai legitimasi, peserta didik tetap harus melapor kepada DPJP
KESETARAAN SUPERVISI VERSI FK DAN SNARS
TAHAP DESKRIPSI PESERTA DIDIK DAN TAHAP SUPERVISI PENJELASAN
SUPERVISI
CARA SUPERVISI SNARS
FK
1 Peserta didik melakukan observasi SUPERVISI TINGGI Supervisi tinggi dilakukan bila
pemeriksaan, tindakan dan prosedur peserta didik belum sahih,
Supervisor mendemonstrasikan sehingga belum dapat membuat
tindakan dan prosedur keputusan klinis, dan bila
diperlukan tindakan harus
dilakukan oleh penanggung
jawab pelayanan
2 Peserta didik melakukan pemeriksaan, SUPERVISI Supervisi moderat tinggi adalah
tindakan, prosedur di bawah pengawasan MODERAT TINGGI supervisi yang dilaksanakan bila
langsung DPJP peserta didik telah mampu
Supervisor ada di tempat, observasi membuat assesmen tetapi
langsung. dalam membuat keputusan
masih belum sahih. Demikian
pula dalam melaksanakan
tindakan harus mendapat
supervisi langsung (on site)
dari penanggung jawab
pelayanan
KESETARAAN SUPERVISI VERSI FK DAN SNARS

TAHAP DESKRIPSI SUPERVISI TAHAP SUPERVISI PENJELASAN


SUPERVI BUKTI SUPERVISI dan SNARS
SI BUKTI YANG DIPERLUKAN
FK
3 Peserta didik melakukan pemeriksaan, SUPERVISI Supervisi moderat rendah
tindakan, prosedur di bawah MODERAT RENDAH dilaksanakan bila peserta didik
pengawasan langsung DPJP sudah mampu membuat
Supervisor tidak harus ada di tempat asesmen. Dalam membuat
yang sama, tetapi harus dapat segera keputusan harus mendapat
melakukan supervisi langsung. persetujuan dari
penanggung jawab,
sedangkan untuk tindakan
dapat dengan supervisi tidak
langsung dan validasi dan
verifikasi oleh DPJP pada
rekam medik
KESETARAAN SUPERVISI VERSI FK DAN SNARS
TAHAP DESKRIPSI SUPERVISI TAHAP PENJELASAN
SUPERVISI BUKTI SUPERVISI dan SUPERVISI
FK BUKTI YANG DIPERLUKAN SNARS
4 Peserta didik sudah kompeten melakukan SUPERVISI RENDAH Dalam supervisi ini , peserta
pemeriksaan, tindakan dan prosedur, melapor didik dianggap mampu
sebelum dan setelah tindakan membuat asesmen, membuat
Supervisor tidak harus ada di tempat yang keputusan dan melakukan
sama, tetapi harus dapat segera melakukan tindakan, tetapi karena belum
supervisi langsung. mempunyai legitimasi,
5A Peserta didik sudah kompeten melakukan peserta didik tetap harus
pemeriksaan, tindakan dan prosedur, melapor melapor kepada DPJP
pada akhir hari. Peserta dapat melakukan
bimbingan pada junior
Supervisor tidak harus ada di tempat yang sama,
tetapi harus dapat segera melakukan supervisi
langsung
5B peserta didik sudah kompeten melakukan
pemeriksaan, tindakan dan prosedur, melapor
pada akhir stase.
Peserta dapat melakukan bimbingan pada junior
Supervisor tidak harus ada di tempat yang sama,
kajian laporan secara menyeluruh
CONTOH TAHAP KOMPETENSI TINDAKAN SECTIO CAESAREA
TAHAP KOMPETENSI (RSUPF, 2019)

KOMPETENSI Pembekalan Magang Magang Magang Magang Magang Mandiri


(TIA) (TIB) (T2A) (T2B) (T3A) (T3B) (T4A-4B)
Semester Semester Semester Semester 5 Semester 6 Semester Semester
2 3 4 7 8-9
SC tanpa 1 1 2 3 4 4 5
komplikasi
SC dan sterilisasi 1 1 2 3 4 4 5
SC dengan riwayat 1 1 1 2 3 4 5
SC
SC pada kehamilan 1 1 1 2 3 4 5
kurang dari 28
minggu
SC dalam kasus 1 1 1 2 2 3 4
emergensi
kompleks
SC dengan plasenta 1 1 2 3 4 4 5
praevia
❖ Cases, Context, Career
❖ Type of supervision
❖ Eligible supervisor
❖ Supervision level
❖ Good supervision (7 Cs)

supervision

Unconcious work place based Concious


Thrustworthy
incompetence assessment competence

EPA

❖ Competence
❖ Proffesional
❖ Patient safety
❖ Patient outcome
SUPERVISI 3600 BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
TUJUAN MANFAAT

 Melaksanakan amanah
PROGRAM
 UU no 29 tahun 2004 PENDIDIKAN KESELAMATAN
 UU no 20 tahun 2013 DOKTER PASIEN
SPESIALIS
 PP 93 tahun 2015
 Data registrasi peserta PPDS secara
lengkap meliputi biodata, kompetensi ,
modul yang akan dilaksanakan , riwayat Supervisi
PENDIDIKAN BUDAYA KERJA
orientasi di RS 3600 TENAGA DAN BUDAYA
 Mendapatkan data supervisi berbasis berbasis IT KESEHATAN KESELAMATAN
LAIN PASIEN
kompetensi
 Melakukan penilaian supervisi meliputi
pengetahuan , keterampilan dan perilaku KEBIJAKAN
 Portofolio peserta PPDS INTEGRASI
PELAYANAN
 Portofolio rumah sakit dalam pelaksanaan
PPDS DAN
PENDIDIKAN
Sistem informasi yang meliputi
1. Registrasi
2. Data s peserta PPDS
3. Jadual supervisi
4. Verifikasi manajemen
5. laporan
BIODATA PPDS
DOKUMEN
(ijazah, sip)

TAHAP
PENDIDIKAN
KOMPETENSI

Riwayat ORIENTASI

modul yang
dijalankan

TANDA SURAT
PENGENAL PENUGASAN
Pengisian log book oleh peserta PPDS
PENILAIAN OLEH DPJP
DPJP mempunyai akses :
1. Melihat data PPDS
2. Melihat jadual supervisi
3. Melakukan penilaian
4. Melihat laporan

Penilaian oleh DPJP terekam dalam aplikasi


Verifikasi hasil penilaian DPJP
Penilaian oleh DPJP meliputi
• Pengetahuan
• Dasar Diagnosis
• Indikasi tindakan
• Teknik tindakan Penilaian oleh nakes selain DPJP
• Tata laksana paska tindakan • Komunikasi
• Komplikasi • Sikap
• outcome • Tanggung jawab
Verifikasi kehadiran DPJP oleh nakes lain
PENELITIAN SISTEM SUPERVISI 3600 BERBASIS IT

Dillakukan studi kasus terhadap aplikasi supervisi peserta PPDS secara 3600
Tujuan penelitian
 melihat validitas dan reliabilitas supervisi berbasis IT
 Mengetahui akseptabilitas oleh para pengguna

Metode penelitian : mixed method


 Kuantitatif : univariat dan Partial Least Square
 Kualitatif : FGD dan wawancara mendalam
Validasi Data Sectio Caesarea
MELAKUKAN IDENTIFIKASI 70
57 58
DAN KEBERADAAN 60 52 55 53
SUPERVISI TERHADAP
50 44
54 51 56 53 JUMLAH SC diunggah 155
40 50
PESERTA PPDS YANG 44 32 35 JUMLAH PPDS yang
30
28 29
MELAKUKAN TINDAKAN 20 22 mengunggah 39
SECTIO CAESAREA BERBASIS 10
9 JUMLAH TINDAKAN SC 130
APLIKASI E-SIPP. 0
Januari Februari Maret April Mei Juni

Jumlah total SC yg disupervisi terinput di E-SIPP

Pembekalan Magang Mandiri Jumlah


SC tanpa komplikasi 33 20 53
SC + riwayat SC 1 12 13 26
SC + sterilisasi 4 6 10
DISTRIBUSI
SC pada preterm 1 2 3
KASUS SC
YANG SC + plasenta previa 2 5 7
DILAKUKAN SC pada emergensi 9 22 31
OLEH PPDS
1 61 68 130
TAHAP KOMPETENSI TINDAKAN SECTIO CAESAREA
TAHAP KOMPETENSI (RSUPF, 2019)

KOMPETENSI Pembekalan Magang Magang Magang Magang Magang Mandiri


(TIA) (TIB) (T2A) (T2B) (T3A) (T3B) (T4A-4B)
Semester Semester Semester Semester 5 Semester 6 Semester Semester
2 3 4 7 8-9
SC tanpa 1 1 2 3 4 4 5
komplikasi
SC dan sterilisasi 1 1 2 3 4 4 5
SC dengan riwayat 1 1 1 2 3 4 5
SC
SC pada kehamilan 1 1 1 2 3 4 5
kurang dari 28
minggu
SC dalam kasus 1 1 1 2 2 3 4
emergensi
kompleks
SC dengan plasenta 1 1 2 3 4 4 5
praevia
KETEPATAN SUPERVISI
6, (4%)
25, (16%)

 Melakukan identifikasi dan


36, (23%) 88, (57%)
keberadaan Jumlah data yang memenuhi
supervisi terhadap Tepat
kriteria PLS = 112
peserta PPDS yang melakukan Lebih tinggi
Validitas
tindakan Sectio caesarea Lebih rendah
konvergen
berbasis aplikasi e-SIPP. Tidak dapat dinilai
(AVE)
Variabel supervisi 0,705
Supervisi lebih Supervisi lebih
Tingkat kompetensi 0.894
tinggi rendah
Permintaan supervisi -0.690
❖ Kompleksitas ❖ Pengalaman PPDS
(yang dilaksanakan)
kasus ❖ Memberi Tingkat pendidikan 0.916
❖ DPJP jarang kesempatan
melepas PPDS karena kasus
(kebijakan jaga jarang Reliabilitas Rho_A
on site) ❖ Memberi Supervisi 0.783
kepercayaan
untuk mendapat Memenuhi kriteria reliabilitas
kompetensi lebih
Melakukan identifikasi hasil PENILAIAN n n Pembekalan n Magang n Mandiri
penilaian
Pengetahuan 120 1 75 55 81,75 64 83,51
kompetensi
peserta PPDS dalam Dasar Diagnosis 118 1 75 53 82,1 64 83,34
melakukan tindakan Sectio Indikasi Tindakan 75
118 1 53 80,43 64 83,34
caesarea.
Teknik Tindakan 116 1 75 52 81,9 63 81,73
Tatalaksana Paska
116 1 75 52 81,9 63 83,09
Tindakan

BERDASARKAN WAWANCARA MENDALAM →


CARA MELAKUKAN PENILAIAN : Outcome
❖ Penilaian pengetahuan, dasar diagnosis, indikasi
tindakan ditanyakan sebelum tindakan pada saat
PPDS melapor Penilaian
komplikasi
❖ Penilaian secara Global rating
Hasil wawancara ❖ Penilaian terkait penulisan RM, 3 informan
menyatakan kadang melihat
Tidak dinilai
menggunakan PLS
Penilaian
perilaku oleh Baik dan baik sekali 60/80. ( 75%)
petugas IBS Bertanggung jawab 75/80. (93,75%)
Berkomunikasi efektif, informasi lengkap, proaktif 11/80. (7,3%)
Berkomunikasi efektif, informasi lengkap, tidak proaktif 48/80 (60%)

Melakukan identifikasi hasil BERDASARKAN FGD dengan petugas IBS :


penilaian kompetensi ❖ Penilaian hanya 47 penilaian PPDS → sudah lupa karena terlalu lama
peserta PPDS dalam (sebaiknya ada batas waktu pengisian oleh PPDS)
melakukan tindakan Sectio ❖ Belum terbiasa mengisi aplikasi
caesarea. ❖ Sulit karena PPDS tidak menggunakan pengenal (PIN)
❖ PPDS menggunakan nama panggilan, berbeda dengan nama resmi pada
Jumlah PPDS yang dinilai : 47 aplikasi
Jumlah penilaian : 80 ❖ Usul agar dapat diberikan nama2 PPDS (note : nama PPDS dapat diakses
Satu PPDS dapat dinilai lebih dari aplikasi e-SIPP)
dari satu petugas
System quality
Mudah dan sangat mudah
❖ Sistem mudah, cepat ,
PPDS 75% Petugas RS73,3% ❖ Kendala pengisian tidak real time
Uji Kecepatan mengisi ❖ Perlu pemantauan pengisian logbook oleh DPJP

akseptabili Registrasi Log book Information quality


< 10 menit : < 5 menit. : 10
tas 15 (46,9%) (31,3%)
❖ PPDS : terpenuhi → membutuhkan penggunaan lebih luas
❖ Jajaran manajemen sudah cukup puas dengan informasi yang ada
10-20 menit : 5-10 menit : 19 ❖ Instalasi : kesulitan, butuh data pendukung
Mengetahui
12 (37,5%) (59,4%)
akseptabilitas > 10 menit : 3 Information use
supervisi 360O (9,4%)
berbasis IT ❖ Peningkatan penggunaan aplikasi e-SIPP
Pemenuhan kebutuhan data
PPDS 93,8% Petugas RS 91,3% User satisfaction
Manfaat Manfaat ❖ DPJP, PPDS cukup puas
ketepatan supervisi ❖ Mengusulkan aplikasi yang lebih mudah
supervisi 3600
Individual impact
Mutu pelayanan 19 (82,6%) 19 (82,6%)
Mutu pendidikan 20 (87%) 21 (91,3%) ❖ PPDS : registrasi dan logbook menggunakan IT

Keselamatan pasien 21 (91,3%) 17 (73,9%) Organizational impact


Keselamatan operasi 14 (60,9%) 11 (47,8%) ❖ KOMKORDIK : data PPDS, surat penugasan,
❖ Merencanakan penggunaan oleh KSM lain
KESIMPULAN PENELITIAN

Kendala dan memerlukan tindak lanjut


❖Komitmen dan kebijakan mikro yang
Memenuhi validitas
dan reliabilitas bersifat teknis
❖Pengembangan aplikasi kekinian

akseptabel
TAKE HOME MASSAGE
 Supervisi terhadap peserta PPDS mempertimbangkan kompetensi pada setiap
tindakan sesuai kurikulum yang ditetapkan
 Supervisi yang dilakukan mempertimbangkan faktor individual dan entrustment
 Kompetensi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mempertimbangkan
faktor klinis serta mutu pelayanan → mengacu pada 6 core competencies (ACGME)
 Perlunya integrasi antara manajemen dan klinisi, serta kolaborasi antara institusi
pendidikan dan fasilitas pelayanan dalam menghasilkan dokter spesialis yang
berkualitas.
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai