Oleh:
DONI DAMORA
NIM 1708436506
Pembimbing:
dr. YOLAZENIA, M. Biomed, Sp. THT-KL
I. DEFINISI
Otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi pada sebagian atau seluruh
bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius (TE), antrum mastoideus (AM)
dan sel-sel mastoid yang berlangsung secara mendadak.1
Telinga dibagi atas 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, antrum
mastoideus dan tuba Eustachius.1
1
a. Membran Timpani
Secara anatomis, membran timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa
dan pars flasid atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih
tipis. Pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris
anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan belakang).1
2
b. Kavum Timpani
Kavum timpani (KT) terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal dan
bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan
diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding berupa
bagian atap, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior
dan lantai.5
c. Tuba Eustachius
3
Fungsi TE adalah sebagai ventilasi, drainase sekret dan proteksi berupa
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Fungsi ventilasi
mengatur agar tekanan udara telinga tengah sama dengan tekanan udara luar.
Fungsi proteksi TE terhadap telinga tengah dan sistem sel udara mastoid melalui
anatomi fungsional TE-telinga tengah, secara imunologis dan pertahanan
mukosilar dari lapisan membran mukosa.7 Fungsi drainase TE mempunyai 2
mekanisme dari telinga tengah ke nasofaring yaitu drainase mukosilia dan
muskular.6
d. Antrum Mastoideus
III. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan
Tengah.(43,37%). Area–area lainnya yaitu Amerika Selatan (4,25%), Eropa
Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%), Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah
4
(3,64%).9 Penelitian yang dilakukan Asmuni dkk pada 6 wilayah besar Indonesia
yaitu Bandung, Semarang, Balikpapan, Makasar, Palembang dan Denpasar
didapatkan bahwa otitis media sangat signifikan terjadi pada anak usia sekolah.
Prevalensi kejadian OMA, Otitis media efusi, dan Otitis media kronis secara
berurutan adalah 5/1000, 4/100, dan 27/1000 anak.10
Otitis media sangat berhubungan dengan gangguan pendengaran.11 Angka
gangguan pendengaran di dunia meningkat sepanjang tahun 2014 menjadi 360
juta orang. Angka tersebut merupakan sekitar lima persen dari populasi dunia
dimana hal tersebut disebabkan otitis media.9
Angka mortalitas yang disebabkan oleh komplikasi intrkranial otitis media
di era preantibiotik yaitu 76,4 %. Penelitian terbaru menunjukkan sebanyak
24.321 pasien yang mengalami komplikasi intrakranial menunjukkan angka
mortalitas sebesar 18,4 %.12
IV. ETIOLOGI
Faktor yang berperan dalam perkembangan otitis media ialah adanya infeksi
virus dan bakteri, gangguan fungsi TE secara mekanik atau fungsional, alergi,
barotrauma atau kombinasinya.13 Bakteri penyebab utama pada OMA ialah
Streptococcus pneumoniae (30-40%), Haemophilus influenzae (20%) dan
Moraxella catarrhalis (7-20%), terdapat pada 95% dari seluruh kasus OMA.
Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada anak, Streptococcus pyogenes
ditemukan pada anak yang lebih besar, Chlamydia pneumoniae dapat ditemukan
pada anak yang lebih kecil dan bakteri gram negatif serta grup B Streptococci
dapat ditemukan pada bayi baru lahir.3
Virus merupakan penyebab dari 20% kasus OMA, dan lebih sering
ditemukan bersamaan dengan bakteri yaitu pada 65% kasus. Virus yang paling
sering ditemukan pada kasus infeksi efusi telinga tengah ialah respiratory
syncytial virus (RSV) dan rinovirus. Virus lainnya yang juga ditemukan ialah
parainfluenza, influenza, enterovirus, dan adenovirus. Studi terakhir menunjukan
virus sebagai faktor kausatif utama pada OMA. Pasien OMA yang patogennya
virus dan bakteri memiliki konsentrasi mediator inflamasi yang lebih tinggi
5
dibandingkan dengan yang patogennya bakteri saja, sehingga klinisnya lebih
buruk.3
V. PATOGENESIS
Otitis media akut sering terjadi pada anak-anak. Otitis media akut diawali
dengan infeksi saluran napas atas (ISPA) atau alergi. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kongesti dan edema pada mukosa sakuran napas atas termasuk
nasofaring dan TE. Inflamasi tersebut menyebabkan TE menjadi sempit sehingga
terjadi tekanan negatif pada telinga tengah. Jika hal tersebut berlangsung cukup
lama maka menyebabkan refluks dan aspirasi bakteri atau virus dari nasofaring ke
telinga tengah melalui TE.1
6
VI. STADIUM
Stadium supurasi terbentuk edema yang hebat pada mukosa telinga tengah,
hancurnya sel epitel superfisila dan terbentuk eksudat purulen di KT. Hal tersebut
menyebabkan penonjolan (bulging) pada MT ke arah liang telinga luar. Pasien
tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.
Jika tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka dapat terjadi iskemia.
Nekrosis pada MT terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan
dan mudah terjadi ruptur.1
Stadium resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
daya tahan tubuh baik. Stadium ini akan ditemukan sekret yang berkurang dan
mengering.14
7
Gambar 4. Stadium OMA15
VII. DIAGNOSIS
a. Kriteria Diagnosis
Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis pada OMA harus memenuhi 3
kriteria berikut yaitu :14
1. Keluhan bersifat akut dan muncul secara mendadak,
2. Terdapat tanda efusi yaitu pengumpulan cairan pada telinga tengah. Tanda
terjadinya efusi yaitu bulging MT, adanya bayangan cairan pada belakang
MT, terbatas atau tidak ada gerakan pada MT dan terdapat cairan yang
keluar dari telinga,
3. Terdapat gejala peradangan telinga tengah seperti eritema MT dan otalgia.
b. Anamnesis
Keluhan utama pasien OMA adalah rasa nyeri di dalam telinga atau suhu
tubuh yang tinggi. Pasien biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak
yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran berupa rasa penuh di telinga ataupun rasa kurang dengar. Gejala
8
khas OMA pada bayi dan anak kecil ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC
(pada stadium supurasi), anak gelisah, sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu
tidur, diare, kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi
ruptur MT, maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak
mulai tertidur dengan tenang.1
c. Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan Penunjang
Efusi yang terjadi pada telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan
timpanosentesis. Timpanosintesis merupakan tindakan penusukan terhadap MT.
Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi dilakukan
timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan
riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan
9
tubuh, anak yang tidak respon pada pemberian antibiotik atau dengan gejala
sangat berat dan komplikasi.18
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada pasien OMA tergantung dari stadium OMA itu sendiri.
Pengobatan pada stadium oklusi terutama bertujuan untuk membuka kembali TE,
sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang. Pengobatan berupa diberikan
obat tetes hidung Efedrin HCl 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak usia
kurang dari12 tahun, atau Efedrin HCl 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak
usia lebih dari 12 tahun dan orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati antibiotik
diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi.1
Jika pada stadium perforasi terlihat banyak sekret yang keluar dan kadang
terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi), pengobatan yang diberikan
berupa obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-
10
10 hari. Pada stadium resolusi, MT berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi muncul dan perforasi MT akan menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya
akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi MT. Keadaan
ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada
keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu
setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi
mastoiditis.1
IX. KOMPLIKASI
X. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menangani ISPA pada bayi dan
anak. Penanganan ISPA berupa pengobatan adekuat, pemberian air susu ibu (ASI)
eklusif serta menghindari pajanan polusi udara seperti asap rokok.15
XI. PROGNOSIS
Prognosis pada OMA yaitu baik (bonam) jika diberikan terapi yang
adekuat.1
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, Editors. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011: h. 64-8.
3. Umar S. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut pada Anak-Anak
di Kotamadya Jakarta Timur [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.
4. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose and Throat. Edisi Keempat,
India: Elsevier, 2007: 4.
6. Lee KJ. Anatomy of The Ear. Dalam: Essential Otolaryngology Head and
Neck Surgery. Edisi kedelapan. USA: McGrew-Hill, 2003: h. 1-23.
12
11. Monasta L, Ronfani L, Marchetti F, Brumatti LV, Bavcar A, Grasso D, et
al. Burden of Disease Caused by Otitis Media. Systematic Review and
Global Estimates. 2012.
12. Levine SC, Souza CD. Intracranial Complication of Otitis Media. Dalam:
Glasscok ME, Gulya AJ, Editors. Glasscok-Shambough Surgery of The Ear.
Edisi kelima. Canada: BC Decker. 2003: h. 443-61.
14. Kerschner JE. Dalam: Kliegman RM, Berhman RE, Jenson HB, Stanton BF,
Editor. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-18. USA: Saunders Elsevier,
2007: h. 215-32
15. https://image.slidesharecdn.com/otitismediaakut-161005150706/95/otitis-
media-akut-15-638.jpg?cb=1475680049
16. Pelton SI. Otoscopy for The Diagnosis of Otitis Media. Pediatr Infect Dis J.
1998; 17: 540-3.
18. Niemela M, Uhari M, Jounio EK, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa E. Lack
of Specific Symptomatology in Children with Acute Otitis Media. Pediatr
Infect Dis J. 1994; 13: 765-8.
13