HUKUM LINGKUNGAN
Nama Kelompok :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
A. KASUS POSISI
1. KRONOLOGI KASUS
Adapun Kronologis peristiwa berdasarkan Keterangan terdakwa PONIMAN Bin
KUSNAN bertempat di Air Hitam Laut RT. 009 RW. 002 Kelurahan Air Hitam Laut
Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur bertemu dengan saksi MARSUM Bin
SM. SIROD (berkas perkara terpisah), saat itu saksi MARSUM Bin SM. SIROD memesan
kulit harimau dan tulang tulang harimau kepada terdakwa , selanjutnya pada bulan Maret
tahun 2017 terdakwa sedang bekerja di Lahan Kelapa Sawit di Daerah Air Hitam Laut
Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan menemukan 1 (satu) ekor harimau
yang sudah mati lalu terdakwa menguliti harimau tersebut kemudian mengubur tulang-
tulangnya di areal perkebunan sawit tersebut, lalu terdakwa membeli spritus dan kulit
harimau tersebut diberi spritus supaya tidak membusuk dan menyimpannya di areal semak-
semak yang ada di lahan perkebunan tersebut, sekira bulan April 2017 terdakwa mengambil
kulit harimau yang sudah diawetkan dengan spritus dan tulang-tulang harimau kemudian
membawa kulit harimau dan tulang – tulang harimau tersebut ke rumah terdakwa disimpan di
dalam kandang ayam di belakang rumah terdakwa.
Pertengahan bulan Mei Tahun 2017 sekira pukul 10.00 WIB, saksi MARSUM Bin
SM. SIROD datang menemui terdakwa di Lahan Kelapa Sawit tempat terdakwa bekerja dan
menanyakan kulit harimau yang pernah dipesan oleh saksi MARSUM , selanjutnya terdakwa
dan saksi MARSUM bersama-sama menuju rumah terdakwa di Air Hitam Laut RT. 009
RW. 002 Kelurahan Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, lalu
terdakwa menyerahkan 1 (satu ) lembar kulit harimau dan tulang-tulang harimau yang
dimasukkan dalam karung kepada saksi MARSUM Bin SM. SIROD dengan kesepakatan
apabila kulit dan tulang-tulang harimau tersebut sudah laku terjual maka saksi MARSUM
akan memberikan uang hasil penjualannya kepada terdakwa. Selanjutnya pada hari Senin
tanggal 2 Oktober 2017 , saksi RIDWANSYAH Bin HOTMAN PURBA dan saksi
ANUGRAH HANDIKA, SH Bin RINANTO HARIWOBOWO selaku Anggota Kepolisian
Polda Jambi mendapat informasi bahwa saksi MARSUM Bin SM. SIROD menyimpan kulit
harimau kemudian melakukan penggeledahan di rumah Saksi MARSUM Bin SM. SIROD di
RT. 11 SK. 27 Desa Rantau Jaya Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dan menemukan 1 (satu) lembar kulit harimau yang disimpan dalam ember dan tulang-tulang
harimau dalam karung yang diterima oleh saksi MARSUM dari terdakwa PONIMAN,
selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap terdakwa dan saksi MARSUM untuk proses
lebih lanjut. 1 (satu) lembar kulit harimau berserta tulang harimau tersebut adalah jenis
harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatera) merupakan jenis satwa yang dilindungi dan
tidak bisa dimanfaatkan secara bebas berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun
1999.
Bisnis perdagangan satwa liar termasuk bisnis yang bernilai miliaran rupiah dan TRAFFIC
melaporkan bahwa nilai perdagangan satwa liar diperkirakan sampai menjadi $19 miliar per
tahun. Bisnis dari perdagangan ilegal mempunyai daya tarik yang sangat besar di karenakan
kecilnya resiko yang akan dihadapi selain itu bisnis tersebut juga menghasilkan keuntungan yang
besar sehingga banyaknya pelaku yang melakukan tindakan kejahatan tersebut. Meskipun sudah
di berlakukan hukuman bagi yang melakukan tindakan kejahatan ilegal, ternyata tidak
memberikan efek jera kepada pelaku karena pada umumnya hukuman yang di berikan masih
terlalu rendah.
Maraknya perdagangan illegal pada satwa liar terutama pada Harimau sumatera yang
dimana bagian-bagian tubuh sangat diminati juga mempunyai harga jual yang sangat tinggi.
Seluruh Bagian tubuh dari harimau Sumatera di perjualbelikan, karena dari bagian tubuh
harimau selain di jadikan aksesoris dan dianggap prestis Harimau sumatera juga memiliki khasiat
yang digunakan sebagai TCM traditional Chinese medecine terutama pada bagian tulang dan alat
kelamin pada Harimau sumatera yang di percaya dapat menyembuhkan penyakit
rematik,sedangkan pada alat kelamin Harimau direndam dengan anggur dan diminum sebagai
Afrosidak, Afrosidak adalah zat kimia yang digunakan untuk merangsang meninggkatkan lobido
atau meningkatkan daya seksual. Kata Aphrodite tersebut berasal dari mitologi Yunani dan
dikaitkan dengan sang dewi cinta Aphrodite. Di Sumatera sendiri Harimau sangat diminati
karena sebagaian masyarakat adat di Sumatera memiliki kepercayaan tersendiri terhadap bagian-
bagian pada tubuh Harimau.
Harimau Sumatera merupakan salah satu enam sub-spesies dan juga menjadi satwa liar
yang termasuk dalam warisan kekayaan indonesia yang masih tersisa yang masih bertahan
hidup.selain itu, harimau Sumatera juga termasuk dalam klasifikasi kritis (Crtical Endangered)
dan masuk dalam daftar merah yang dirilis oleh Lembaga konservasi dunia IUCN (International
Union for Conversation of Nature) yaitu dimana harimau Sumatera terancam punah. Dua anak
jenis harimau yang pernah kita miliki, yaitu harimau bali dan harimau jawa telah punah dan
tinggal menjadi sejarah satwa liar di indonesia (Chris R. Shepher dan Nolan Magnus,2004:1)
Populasi liar diperkirakan ada 450-600 binatang yang telah semakin berkurang karena hancurnya
habitat, perburuan, bagian-bagian tubuh harimau yang di perdagangkan secara illegal dan
dikarenakan adanya konflik dengan manusia (Campbell Plowden dan Davis Bowles,1997:57).
Perkembangan signifikan dalam konsep perlindungan binatang liar muncul pada tanggal
3 Maret 1973 di Washington DC, yaitu dengan terselenggaranya konvensi yang bertemakan
perdagangan internasional spesies flora dan fauna yang terancam punah yaitu Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) yang
ditandatangani oleh 32 negara. Indonesia sendiri resmi menjadi anggota yang ke-51 di bulan
Desember pada tahun yang sama yang mana pemerintah Indonesia akhirnya
mengimplementasikan melalui Kepres no 43 Tahun 1978 sebagai ratifikasi terhadap konvensi
CITES tersebut. Di dalam konvensi CITES semua spesies yang dilarang untuk diperdagangkan
dibagi ke dalam 3 appendix. Yang mana dalam hal ini harimau termasuk dalam appendix I.
Penyelesaian sengketa lingkungan ini dekat dari instrument hukum pidana dikarenakan
kasus ini berkaitan dengan perbuatan pidana seseorang. Penegakan hukum lingkungan pidana
dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 adalah mengenai keberadaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) lingkungan yang memiliki kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan,
pengaturan generic crimes yang bersifat delik material dan specific crimes yang bersifat delik
formal, serta pengaturan lebih rinci tentang tindak pidana korporasi dan pertanggungjawaban
unsur pimpinan dalam korporasi (corporate crime and corporate criminal liability). Dalam kasus
ini terdakwa memenuhi unsur Pasal 21 ayat (2) huruf d UU Nomor 5 Tahun 1990 Jo. Pasal 40
ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistimnya. Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
Berdasarkan undang-undang konservasi dan pemanfaatan hutan di Indonesia, ada
sejumlah alasan untuk melindungi satwa liar. Dengan adanya satwa liar juga dapat ikut serta
melestarikan hutan –hutan yang ada di Indonesia. Peran jenis satwa liar dalam pelestarian hutan
antara lain dapat melakuakn penyerbukan, penyebaran dan pemangsaan biji yang mana dengan
demikian dapat melestarikan hutan dalam jangka panjang. Hilangnya satwa liar yang ada di
hutan tropis dapat disebut dengan hutan tanpa satwa liar sebagai “mati secara ekologis”.
“memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa
yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia”
Objek: bagian tubuh atau barang-barang yang terbuat dari bagian tubuh satwa yang dilindungi
Dengan cara mengeluarkannya dari Indonesia ke tempat lain atau luar Indonesia
“orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan itu”
Kawasan Hutan Indonesia Berdasarkan pasal 6 UU No. 41 Thn 1999 Tentang Kehutanan
dibagi berdasarkan fungsi pokok kedalam 3 kategori yaitu, Hutan Konservasi , Hutan Lindung
dan Hutan Produksi. Pada Hutan Konservasi Hanya Dapat dilakukan pemanfaatan kawasan
Hutan dengan Batasan Batasan Tertentu seperti diatur dalam Undang Undang Konservasi yang
mana dalam pasal 5 disebutkan bahwa konservasi sumber daya alam Hayati dan Ekosistemnya
dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Berdasarkan pasal 21 ayat 2 UU No. 5 Thn
1990 Mengatur hal hal yang dilarang dengan ancaman hukuman pidana yaitu :
Menimbang, oleh karena Terdakwa sebagaimana pertimbangan diatas dinyatakan telah terbukti
melakukan tindak pidana maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi Pidana setimpal
dengan perbuatannya.
Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam Tuntutan (requisitoir) meminta kepada Majelis agar
terdakwa dijatuhi Pidana selama 4 (empat) Tahun penjara denda Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan kurungan selama 3
(tiga) bulan maka kini sampailah kepada berapa lamanya hukuman (Sentencing atau
straftoemeting) yang kira kira sepadan dengan tindak pidana yang dilakukannya apakah
permintaan Penuntut Umum telah cukup memadai ataukah dipandang terlalu berat ataukah masih
kurang sepadan dengan kesalahan Terdakwa maka untuk menjawab pertanyaan tersebut di sini
kewajiban Majelis untuk mempertimbangkan segala sesuatunya dari berbagai aspek selain dari
aspek yuridis yang telah dipertimbangkan sebagaimana tersebut diatas, yakni kesengajaan
terdakwa, hal mana pertimbangan pertimbangan dimaksud perlu Majelis uraikan sekedar
menentukan berat ringannya Pidana yang akan dijatuhkan serta pertanggung jawaban Majelis
terhadap Ilmu hukum itu sendiri, hak asasi terdakwa, masyarakat dan Negara, pertanggung
jawaban diri Majelis sendiri serta Demi keadilan berdasarkan Ketuhaan yang maha Esa ;
Menimbang, bahwa terdakwa menyadari bahwa harimau merupakan hewan yang dilindungi
sehingga memperdagangkan hewan yang dilindungi adalah bertentangan dengan hukum ;
Menimbang, bahwa dari beberapa aspek Majelis menilai seperti pertimbangan diatas apabila
penjatuhan pidana terhadap terdakwa cukup tinggi di khawatirkan tidak menjadikan terdakwa
akan lebih baik selama menjalani Pidana nantinya ;
Menimbang, bahwa selama dalam proses persidangan berlangsung ternyata tidak ditemukan
adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar dalam diri maupun perbuatan terdakwa , oleh
karenanya terdakwa harus dinyatakan sebagai subyek hukum yang mampu dipertanggung
jawabkan menurut aturan hukum pidana dan atas kesalahan tersebut terdakwa haruslah
memenuhi rasa keadilan masyarakat ;
Barang bukti tersebut berkaitan erat dengan perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa
bersama temannya MARSUM Bin SM SIROD namun terdakwa MARSUM dalam proses
persidangan sehingga barang bukti tersebut dipergunakan dalam perkara MARSUM Bin SM
SIROD;
Menimbang, bahwa efek jera yang diterapkan oleh Majelis Hakim tidak harus dengan
Pemidanaan yang berat karena dengan hadirnya terdakwa selama persidangan telah membawa
konsekwensi phisikologis manfaat bagi pribadi terdakwa itu sendiri;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sudah adil apabila Terdakwa dijatuhi pidana dan kepadanya
juga dibebani membayar biaya perkara yang akan ditentukan dalam amar putusan ini ;
Menimbang, bahwa sebelum dijatuhi pidana yang setimpal kepada Terdakwa terlebih dahulu
dipertimbangkan Keadaan yang memberatkan dan Keadaan yang meringankan;
- Terdakwa terdakwa berjanji setelah menjalani hukuman akan lebih baik lagi
Mengingat Pasal 21 ayat (2) huruf d UU Nomor 5 Tahun 1990 Jo. Pasal 40 ayat (2) UU
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistimnya. Jo.
Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP dan Undang- undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana serta pasal lain dari peraturan perundangan yang bersangkutan.
MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa PONIMAN Bin KUSNAN telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana Dengan Sengaja Turut Serta Menyimpan, Atau Memiliki
Kulit, Tubuh Atau Bagian-bagian Lain Satwa Yang Dilindungi;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua)
Tahun dan Denda sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) Bulan;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan;
6. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.5.000,- (lima ribu
rupiah);
Erik Meijaard, dkk.2006. Melindungi satwa liar dalam kegiatan hutan produksi di Kalimantan.
Subur printing, Jakarta
Hanif Fatih. 2015. Upaya Perlindungan Satwa Liar Indonesia melalui instrument hukum dan
perundang-undangan. Jurnal hukum lingkungan. 35 diakses pada tanggal 2 April 2019, pukul
22:35
Ramadhanty Sarahswati. 2018. Peran World Wide Fund Dalam Menanggulangi Perdagangan
Ilegal Harimau Sumatera di Riau. Journal of Internasional Relations 4(2) : 155-164. Diakses
pada tanggal 4 april 2019, pukul 13:30
Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistimnya.