Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
2.1.1 Pengertian
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh lain (Kozier et all, 2004). Luka merupakan suatu keadaan terputusnya
a. Stadium 1 : Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya
dingin (tergantung pada penyebab), kulit melunak dan ada rasa nyeri atau gatal.
Contohnya adalah kulit yang terpapar matahari atau sunburn atau ketika kita
duduk pada satu posisi selama lebih dari dua jam, kemudian ada kemerahan di
gluteus (bokong).
b. Stadium 2 : Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun bergantung pada lokasi luka. Contoh luka
dermis.
c. Stadium 3 : Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
(sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian mana). Pada proses penyembuhan
menutup (epitalisasi).
d. Stadium 4 : Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
jika dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis),
terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka yang
nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka merah (granulasi)
a. Akut : Luka akut adalah luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya
sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Luka akut merupakan luka trauma yang
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Contohnya
adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka operasi dapat dianggap sebagai
luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contohnya adalah luka jahit, skin grafting.
biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka kronik terjadi
pada luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak direspon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contohnya adalah ulkus
a. Luka Operasi Bersih : Luka operasi bersih terjadi pada : (1) pembuatan luka /
operasi di daerah kulit yang pada kondisi pra bedah tanpa peradangan dan tidak
urinarius atau traktus bilier dan ; (2) pembuatan luka/operasi berencana dengan
penutupan kulit primer dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup, misalnya:
kecuali ovarium dan (2) pembuatan luka/operasi tanpa pencemaran nyata (gross
spilage). Contohya adalah operasi pada traktur bilier, apendiks, vagina atau
digestivus, dehiscein; (2) melewati daerah purulen; (3) luka bersih/akut terubuka
lebih dari 6 jam ; (4) hasil klinis atau swab menunjukkan adanya infeksi.
Berdasarkan warna dasar luka atau penampilan klinis luka, luka dapat
diklasifikasikan menjadi :
baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan warna dasar hitam berisiko
mengalami deep tissue injury dengan lapisan epidermis masih terlihat utuh. Luka
terlihat kering namun sebetulnya itu bukan jaringan sehat dan harus diangkat.
b. Kuning : Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang lunak
berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering disebut dengan
slough. Jaringan ini juga mengalami kegagalan vaskularisasi dalam tubuh dan
memiliki eksudat yang banyak hingga sangat banyak. Perlu dipahami bahwa
jaringan nekrosis manapun (hitam atau kuning) belum tentu mengalami infeksi
sehingga penting sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian dengan
tepat. Pada beberapa kasus, kita akan menemukan beberapa slough yang keras
c. Merah : Warna dasar luka merah artinya granulasi dengan vaskularisasi yang
baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna dasar merah menjadi
tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga luka dapat menutup. Hati-hati dengan
luka dasar merah yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan ada
d. Pink : Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitalisasi dengan
baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun biasanya sangat rapuh
sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses maturasi terjadi. Memberikan
kelembapan pada jaringan epitel dapat membantu agar tidak timbul luka baru.
c. Luka kanker karena adanya keganasan pada kulit, baik sebagai keganasan
(penyembuhan luka) bergantung pada kedalaman luka di kulit. Proses ini terjadi
pertumbuhan jaringan baru hingga permukaan datar, dan pada akhirnya luka
a. Fase inflamasi : Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat luka terjadi
(hari ke- 0 sampai hari ke-3 atau ke-5). Pada fase ini terjadi dua kegiatan utama,
yaitu kegiatan vaskular dan respon inflamasi. Respon vaskular diawali dengan
trombosit keluar). Sekitar jaringan yang luka mengalami iskemia yang meransang
ke dalam tubuh. Respon ini diawali dari semakin banyaknya aliran darah ke
kerusakan kulit, sel darah putih memberikan benda asing yang menempel
b. Fase proliferasi : Terjadi mulai hari ke-2 sampai hari ke-24 yang terdiri atas
destruktif, sel polimorf dan makrofag membunuh bakteri jahat dan terjadi proses
deris (pembersihan) luka. Pada fase ini, makrofag juga berfungsi menstimulasi
matriks/ikatan jaringan baru. Proses ini dikenal juga dengan proses granulasi,
dengan tepi luka. Epitalisasi terjadi setelah tumbuh jaringan granulasi dan dimulai
dari tepi luka yang mengalami proses migrasi membentuk lapisan tipis (warna
merah muda) menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak.
granulasi sehingga menutup tidak sempurna. Pada beberapa kasus, epiltel tumbuh
atau menutup dari tengah luka, bukan dari tepi luka. Hal ini terjadi karena setiap
individu memiliki aktivitas sel yang unik dan sedikit berbeda satu sama lain.
c. Fase remodeling atau maturasi : Fase ini merupakan fase yang terakhir dan
terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi mulai hari ke-21 hingga satu
atau dua tahun, yaitu fase penguatan kulit baru. Pada fase ini, terjadi sintesis
matriks ekstraseluler, degradasi sel, proses remodeling kolagen dan elastin pada
kulit. Kondisi yang umum terjadi pada fase ini adalah terasa gatal dan penonjolan
epitel (keloid) pada permukaan kulit. Dengan penanganan yang tepat, keloid dapat
kemungkinan terjadi keloid. Pada fase ini, kolagen bekerja lebih teratur dan lebih
memiliki fungsi sebagai penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan terhadap
kondisi lembap yang seimbang pada bekas luka dapat melindungi dari risiko luka
baru. Kualitas kulit baru hanya kembali 80%, tidak sempurna seperti kulit
timbul bila jaringan telah melekat secara baik dan jaringan yang hilang minimal
pembentukan minimal jaringan granulasi dan skar. Pada luka ini proses inflamasi
minimal karena kerusakan jaringan tidak luas. Epitelisasi biasanya timbul dalam
72 jam sehingga resiko infeksi lebih rendah. Jaringan granulasi yang terbentuk
hanya sedikit atau tidak terbentuk. Hal ini terjadi karena adanya migrasi tipe
jaringan yang sama dari kedua sisi luka yang akan memfasilitasi regenerasi
jaringan. Contoh dari penyembuhan luka primer adalah luka operasi atau luka
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam
jumlah yang besar. Penyembuhan jaringan yang hilang ini akan melibatkan
keadaan signifikan. Seringkali terdapat lebih banyak debris dan jaringan nekrotik
dan periode fagositosit yang lebih lama. Hal ini menyebabkan resiko infeksi lebih
besar. Seringkali jaringan granulasi dibutuhkan untuk mengisi ruang luka dan sel
epitel tidak dapat menutup defek jaringan sehingga scar akan menutup permukaan
luka. Karena kontraksi jaringan scar yang terjadi menyebabkan deformitas. Waktu
yang dibutuhkan untuk pemulihan juga lebih lama dan jaringan scar yang
terbentuk lebih luas dan kemungkinan untuk infeksi lebih besar. Contoh dari
termasuk dalam tipe ini jika terdapat keterlambatan penyembuhan luka, contohnya
adalah terjadi sirkulasi yang buruk pada daerah injuri. Luka yang sembuh dengan
(jaringan scar). Contohnya adalah luka abdomen yang dibiarkan terbuka karena
adanya drainage.
yaitu:
dipengaruhi oleh perfusi dan oksigenasi jaringan, status nutrisi, penyakit, terapi
obat, kemoterapi dan radiasi, usia, stress fisik dan psokologis, immunosupresi,
b. Faktor lokal : faktor lokal terdiri atas faktor praktek manajemen luka, hidrasi
luka, temperatur luka, tekanan dan gesekan, adanya benda asing dan luka infeksi.
merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran
mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase,
Ekaputra, 2013, membuat sebuah rumusan atau metode kerja yang praktis
huruf abjad A sampai E yang masing-masing sub pokok bahasan berjumlah 56754
adalah :
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
klien ( Iyer et al., 1996 dalam Ekaputra, 2013). Pengkajian yang dilakukan adalah:
tekstur dan adanya lesi pada kulit; (2) pengkajian holistik (holistic assessment)
dilakukan pada saat pasien masuk dan dengan mengalami perubahan kondisi.
kerusakan kulit, durasi/lama luka, fokus pengkajian luka, lokasi anatomi, luasnya
komponen kunci dalam penyembuhan luka (Jones, 2003 dalam Ekaputra, 2013).
Maka, konsep Modern Dressing yaitu Moist Dressing adalah perawatan luka yang
sesuai hingga saat ini. Moist dressing dimulai pada tahun 1962 oleh Dr. George
Winter.
jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan
sisa metabolik tubuh pada cairan luka. Pencucian luka merupakan aspek yang
penyembuhan luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka
sering digunakan dan banyak riset yang mendukung adalah showering (irigasi),
whrirlpool dan bathing karena dengan teknik tekanan yang cukup dapat
bertujuan untuk melindungi luka dari trauma dan infeksi. Dalam kondisi lembab,
penyembuhan luka lebih cepat 50% dibandingkan dengan luka kering dan
dan mengurangi beban bakteri pada luka. Dalam pemilihan topikal terapi yang
digunakan pada luka, ada hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah dapat
Persiapan dasar luka (wound bed preparation) adalah perawatan luka yang
pendekatan sistematik, yang dikhususkan untuk luka kronis yang tidak sembuh
(luka yang bermasalah). Perawatan luka terakhir (4) adalah penanganan luka,
sebelum kita melakukan penanganan luka terlebih dahulu kita harus memahami
didiagnosa maka akan dikategorikan apakah masuk dalam luka jenis akut atau
mengevaluasi perawatan luka, maka ada dua hal yang dievaluasi, yaitu evaluasi
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et. al., 1996,
berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk
atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa
sesuatu yang tidak terwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan (Tjiptono,
2004).
individu baik sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk
kepada pasien menimbulkan adanya interaksi antara perawat dan pasien, sehingga
2009).
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah
b. Dapat diterima dan wajar. Syarat pelayanan kesehatan yang baik adalah apa
(accessible) oleh masyarakat terutama dari sudut lokasi. Pengaturan sarana dalam
masyarakat. Terjangkau dalam hal ini dilihat dari sudut jarak dan biaya. Maka
pelayanan kesehatan yang baik harus mengupayakan pendekatan sarana dan biaya
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Goetsch dan Davis, 2002 dalam Azis, 2013). Mutu adalah tingkat
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar,
(Rakhmawati, 2009).
dilebur menjadi lima dimensi dari service quality yang dikenal sebagai
SERVQUAL yaitu:
sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi
jasa. Ini meliputi fasilitas fisik (gedung, ruangan, dan lainnya), teknologi
tepat waktu, pelayanan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan dengan akurasi
tinggi.
(courtesy).
keperawatan meliputi:
dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak menimbulkan masalah lain,
misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dan lain-
lain.
nyeri terkontrol.
planning.
(multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk membantu pasien kembali pada level
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
kesehatan yang sering bekerja sama dalam memberikan pelayanan home care
profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi,
living activities. Kelompok ini harus dibawah pengawasan dan petunjuk dari
perawat.
2.4.2.1 Perawat
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup wewenang
yang dapat diterapkan pada asuhan keperawatan gerontik pada klien usia 60
kesehatan klien.
lain.
2.4.2.4 Fisioterapist
aktif-pasif, atau tindakan terapi postural drainase klien COPD. Latihan lain
stimulasi listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet.
yang panjang, khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term
care). Pekerja sosial sangat berguna pada masa transisi dari peran perawatan
Selain itu, pemberi pelayanan dalam home health care juga meliputi:
profesional.
c. Home health aides, adalah pemberi perawatan yang terampil dan terlatih
adalah:
kontrak tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila
keluarga.
pulang (discharge plan) dari rumah sakit. Perawat di rumah sakit mengidentifkasi
Dalam hal ini dapat berasal dari beragai disiplin ilmu (profesi kesehatan
lain seperti:dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli gizi dan lain-lain). Dokter
b. Standar II, yaitu teori. Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar
d. Standar IV, yaitu diagnosa. Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan
rehabilitasi perawatan.
klien dan keluarga dalam penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil
yang telah dicapai dan meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan
kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain. Tenaga kesehatan
(Ekaputra, 2013).
148/2010 yang terdapat dalam pasal 11, dikatakan bahwa seorang perawat
informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya; (3)
jelas dan jujur dari klien dan/atau keluarganya; (3) Menerima imbalan jasa
Keperawatan).
2015). Dalam PP No. 32/1996 Pasal 22 ayat (1), dinyatakan bahwa bagi
pasien; (2) Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
(3) memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
kewajiban yang teradapat pada pasal 22 ayat 1 (1) PP No. 32/1996 berlaku
Selain pasal 12 ayat (1), kewajiban perawat juga terdapat pada pasal 12 ayat
tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih
dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di
masa yang akan datang. Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang
masyarakat; (3) Tanggung jawab terhadap rekan kerja sejawat dan atasan.
memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji
rumah.
memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersifat khas
Holistic.
terhadap rekan sejawat atau atasan, yaitu; (1) Membuat pencatatan yang
keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang
tiga yaitu:
kesehatan dengan pasien adalah sederajat. Dengan posisi yang demikian ini
bahwa setiap orang yang berada dalam wilayah hukum Indonesia dapat
kesehatan.
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu terhadap
artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
lebih lanjut.
profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada, untuk mempertahankan
rencana perawatan untuk setiap pasien. Tanggung gugat dapat dijamin dan
diukur lebih baik ketika kualitas perawatan telah ditetapkan. Sebagian besar
pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara produktif untuk diri sendiri
dan orang lain. Pelayanan keperawatan profesional hanya dapat diberikan oleh
tenaga keperawatan profesional yang telah memiliki izin dan kewenangan untuk
mendapat ijazah. Proses regulasi praktik keperawatan ini harus selalu ditempuh
secara teratur oleh setiap orang yang memberikan pelayanan keperawatan kepada
sistem pasien. Demikian pula, apabila seseorang sudah lama tidak melakukan
Registrasi dan Praktik Perawat, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148 tahun
Kesehatan Nomor 1796 tahun 2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan lebih
tidak dapat diterapkan apabila belum divalidasi dan diverifikasi oleh badan yang
berwewenang.
yang berwenang, yang dalam hal ini adalah kepala Dinas Kesehatan
tersebut diterima atau ditolak harus disampaikan oleh pejabat yang berwenang
Permohonan yang diterima harus segera diikuti pemberian Surat Izin Praktik
ijazah dan sertifikat kompetensi yang didapat setelah lulus pendidikan dan uji
praktik sebagai perawat. Namun begitu, perawat yang akan melakukan praktik
mandiri atau kelompok diluar institusi kesehatan wajib memiliki SIPP. Peraturan
tentang SIPP diatur secara terpisah melalui Permenkes No. 148 Tahun 2010
Praktik mandiri perawat adalah praktik yang dilakukan oleh perawat itu
yang membuka praktik mandiri perawat. Pada Permenkes tersebut juga disebutkan
bahwa perawat boleh membuka praktik mandiri perawat sesuai dengan ketentuan-
(izin praktik legal) yaitu suatu dokumen legal yang mengizinkan seseorang
mendapatkan lisensi.
tersebut dan mengetahui benar tentang kemampuan fisik (teknikal), psikologis dan
yang menjelaskan praktik mandiri wajib memiliki SIPP. Pada pasal 6 disebutkan
bahwa dalam menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama
praktik keperawatan. Pasal 10 ayat (1) juga menyebutkan bahwa dalam keadaan
kewenangan.
Pasal tersebut lebih ditekankan bahwa ditempat kejadian tidak ada dokter,
untuk penyelamatan nyawa pasien dalam keadaan darurat. Dan pasa Pasal 10 ayat
(2) dijelaskan bahwa bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
pelayanan kesehatan di luar kewenangan. Pasal 10 ayat (2) ini dapat dijadikan
memiliki dokter.
perawat, bahwa apabila daerah tersebut telah memiliki doter maka gugur
wewenang untuk melakukan pengobatan medis. Hal ini sesuai dengan Permenkes
No.148/2010 Pasal 10 ayat (5), yang menyatakan bahwa dalam hal ini daerah
medis tidak berlaku. Untuk itulah, perawat hendaknya lebih berhati-hati apabila
Tindakan perawat yang tidak mengantongi izin berupa SIP dan SIPP dapat