Ruang Peritanologi Rumah Sakit Umum Derah dr. Saiful Anwar Malang
Oleh:
Riska Anisa
NIM. 180070300111041
Kelompok 1B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. Veteran Malang – 65145, JawaTimur – Indonesia
Telp. (62) (0341) 551611 – Fax. (62) (0341) 564755
http://fk.ub.ac.id/
LEMBAR PENGESAHAN
LP (Laporan Pendahuluan) dan ASKEP (Asuhan Keperawatan) Berat Badan Bayi Lahir
Rendah (BBLR) ini dibuat dalam rangka PRAKTIK DEPARTEMEN ANAK mahasiswa
Pendidikan Profesi Ners Universitas Brawijaya Malang di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Daerah dr. Saiful Anwar Malang
Malang,
Mahasiswa
………Riska Anisa……..
NIM. 180070300111041
Mengetahui
,
Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,
(…………………………………) (………………………………...)
NIP. NIP.
KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).
Ada dua macam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
b. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu.
2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak
kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
5 5. PATHWAYS
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur
kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat,
pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang,
otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada
umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin,
dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan
malformasi konginetal.
6. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
7. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau),
BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan
dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,
halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan
lendir, reflek batuk
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
e. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
f. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
g. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
h. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC NIC :
imaturitas organ - Respiratory status : Airway Management
pernafasan Ventilation - Buka jalan nafas, guanakan
- Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
Definisi : Pertukaran udara Airway patency bila perlu
inspirasi dan/atau ekspirasi - Vital sign Status - Posisikan pasien untuk
tidak adekuat Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik: - Mendemonstrasikan - Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan tekanan batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
inspirasi/ekspirasi nafas yang bersih, tidak buatan
- Penurunan pertukaran ada sianosis dan dyspneu - Pasang mayo bila perlu
udara per menit (mampu mengeluarkan - Lakukan fisioterapi dada
- Menggunakan otot sputum, mampu bernafas jika perlu
pernafasan tambahan dengan mudah, tidak ada - Keluarkan sekret dengan
- Nasal flaring pursed lips) batuk atau suction
- Dyspnea - Menunjukkan jalan nafas - Auskultasi suara nafas,
- Orthopnea yang paten (klien tidak catat adanya suara
- Perubahan merasa tercekik, irama tambahan
penyimpangan dada nafas, frekuensi - Lakukan suction pada mayo
- Nafas pendek pernafasan dalam rentang - Berikan bronkodilator bila
- Assumption of 3-point normal, tidak ada suara perlu
position nafas abnormal) - Berikan pelembab udara
- Pernafasan pursed-lip - Tanda Tanda vital dalam Kassa basah NaCl Lembab
- Tahap rentang normal (tekanan - Atur intake untuk cairan
ekspirasiberlangsung darah, nadi, pernafasan) mengoptimalkan
sangat lama keseimbangan.
- Peningkatan diameter - Monitor respirasi dan status
anterior-posterior O2
- Pernafasan rata- Oxygen Therapy
rata/minimal: - Bersihkan mulut, hidung
Bayi : < 25 atau > 60 dan secret trakea
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 - Pertahankan jalan nafas
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 yang paten
Usia > 14 : < 11 atau > 24 - Atur peralatan oksigenasi
- Kedalaman pernafasan - Monitor aliran oksigen
Dewasa volume tidalnya - Pertahankan posisi pasien
500 ml saat istirahat - Onservasi adanya tanda
Bayi volume tidalnya 6-8 tanda hipoventilasi
ml/Kg - Monitor adanya kecemasan
- Timing rasio pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan kapasitas Vital sign Monitoring
vital - Monitor TD, nadi, suhu, dan
Faktor yang berhubungan : RR
- Hiperventilasi - Catat adanya fluktuasi
- Deformitas tulang tekanan darah
- Kelainan bentuk dinding - Monitor VS saat pasien
dada berbaring, duduk, atau berdiri
- Penurunan - Auskultasi TD pada kedua
energi/kelelahan lengan dan bandingkan
- Perusakan/pelemahan - Monitor TD, nadi, RR,
muskulo-skeletal sebelum, selama, dan
- Obesitas setelah aktivitas
- Posisi tubuh - Monitor kualitas dari nadi
- Kelelahan otot - Monitor frekuensi dan irama
pernafasan pernapasan
- Hipoventilasi sindrom - Monitor suara paru
- Nyeri - Monitor pola pernapasan
- Kecemasan abnormal
- Disfungsi Neuromuskuler - Monitor suhu, warna, dan
- Kerusakan kelembaban kulit
persepsi/kognitif - Monitor sianosis perifer
- Perlukaan pada jaringan - Monitor adanya cushing
syaraf tulang belakang triad (tekanan nadi yang
- Imaturitas Neurologis melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Bersihan jalan nafas tidak NOC: NIC :
efektif b/d obstruksi jalan - Respiratory status : Airway Suction
nafas oleh penumpukan Ventilation - Auskultasi suara nafas
lendir, reflek batuk. - Respiratory status : sebelum dan sesudah
Airway patency suctioning.
Definisi : Ketidakmampuan - Aspiration Control - Informasikan pada klien dan
untuk membersihkan Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
sekresi atau obstruksi dari - Mendemonstrasikan - Minta klien nafas dalam
saluran pernafasan untuk batuk efektif dan suara sebelum suction dilakukan.
mempertahankan nafas yang bersih, tidak - Berikan O2 dengan
kebersihan jalan nafas. ada sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
Batasan Karakteristik: (mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion
- Dispneu, Penurunan sputum, mampu bernafas nasotrakeal
suara nafas dengan mudah, tidak ada - Gunakan alat yang steril
- Orthopneu pursed lips) sitiap melakukan tindakan
- Cyanosis - Menunjukkan jalan nafas - Anjurkan pasien untuk
- Kelainan suara nafas yang paten (klien tidak istirahat dan napas dalam
(rales, wheezing) merasa tercekik, irama setelah kateter dikeluarkan
- Kesulitan berbicara nafas, frekuensi dari nasotrakeal
- Batuk, tidak efekotif atau pernafasan dalam rentang - Monitor status oksigen
tidak ada normal, tidak ada suara pasien
- Mata melebar nafas abnormal) - Ajarkan keluarga
- Produksi sputum - Mampu bagaimana cara melakukan
- Gelisah mengidentifikasikan dan suksion
- Perubahan frekuensi dan mencegah factor yang - Hentikan suksion dan
irama nafas dapat menghambat jalan berikan oksigen apabila
Faktor-faktor yang nafas pasien menunjukkan
berhubungan: bradikardi, peningkatan
- Lingkungan : merokok, saturasi O2, dll.
menghirup asap rokok, Airway Management
perokok pasif-POK, infeksi - Buka jalan nafas, guanakan
- Fisiologis : disfungsi teknik chin lift atau jaw thrust
neuromuskular, hiperplasia bila perlu
dinding bronkus, alergi - Posisikan pasien untuk
jalan nafas, asma. memaksimalkan ventilasi
- Obstruksi jalan nafas : - Identifikasi pasien perlunya
spasme jalan nafas, pemasangan alat jalan nafas
sekresi tertahan, buatan
banyaknya mukus, adanya - Pasang mayo bila perlu
jalan nafas buatan, sekresi - Lakukan fisioterapi dada
bronkus, adanya eksudat jika perlu
di alveolus, adanya benda - Keluarkan sekret dengan
asing dijalan nafas. batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status
O2