Tugas 2 Ekonomi Politik Global
Tugas 2 Ekonomi Politik Global
Disusun Oleh :
i
KATA PEGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Andai Saya
Menjadi Direktur Jenderal WTO: Apa Yang Akan Saya Lakukan Dalam
Mewujudkan Free & Fair Trade” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berterima kasih pada Bapak Dr. Agus Subagyo,S.IP.,M.Si selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Politik Global yang telah memberikan tugas yang
mengispirasi ini kepada saya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali istilah “free trade” dan “fair trade” menimbulkan kerancuan. Banyak
yang menganggap kedua hal tersebut sama, padahal keduanya memiliki perpektif yang
sangat berbeda.
Free Trade Pada dasarnya “Free Trade” berarti akses yang tidak terbatas, tidak
terkendali terhadap tarif dan barang duty-free. Dapat juga sebagai diartikan perjanjian
bilateral antar negara yang memungkinkan expor-impor barang dengan persyaratan
yang lebih lunak. Dengan demikian “Free Trade” memungkinkan dibukanya pintu
pemasaran secara global, yang secara teori memungkinkan seluruh negara memiliki
kesempatan berkompetisi yang sama.
Para pelaku “Free Trade” ini seringkali menghilangkan poin tarif dan subsidi,
dan tidak memenuhi peraturan sehingga mengharuskan perusahaan membayar lebih
dalam hal menjalankan bisnis di pasar luar. Dengan tidak diberlakukannya tarif maka
sebuah negara cenderung menentapkan upah buruh lebih rendah. Negara dengan upah
buruh yang rendah tersebut akan menikmati keuntungan transfer produksi dari negara
dengan upah buruh yang lebih tinggi. Misalnya kerjasama antara Cina – Amerika dalam
hal pembuatan panel tenaga surya. Panel-panel tersebut dibuat di Cina dengan harga
yang murah karena upah buruh di Cina juga rendah daripada Amerika. Agar impor solar
panel dapat dilakukan, maka Amerika ‘mengekspor’ pekerjaan yang dapat dilakukan di
Cina.
Free trade dianggap lebih efektif menyentuh pasar global dan dapat
mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan membuat produk yang lebih murah.
Namun demikian, beberapa perusahaan ada yang mengalami defisit bahkan
kebangkrutan.
Fair Trade
3
maka Fair trade lebih menekankan pada upah dan meningkatkan lingkungan kerja. Para
pelaku Fair trade ini mendorong perusahaan dan pemerintah untuk mengatur
perdagangan dan memastikan bahwa pekerja atau buruh mendapatkan kompensasi
yang sesuai serta adanya jaminan lingkungan kerja yang aman. Istilah “Fair Trade” ini
juga sering digunakan untuk kebijakan yang mengatur penghasilan produsen, semisal
petani, yang biasanya diatas harga pasar, karena petani lokal atau petani kecil tidak
dapat bersaing dalam hal harga dengan perkebunan atau pertanian dalam skala yang
besar.
Dari sisi penetapan harga, Fair Trade menetapkan dua standar pembayaran bagi
produsen, yaitu “harga minimum” dan “premium”. Penetapan harga minimum
dimaksudkan agar produsen atau petani masih dapat bertahan, meskipun komoditi
global mengalami guncangan. Ketika harga pasar diatas harga minimum, maka
produsen akan mendapatkan harga rata-rata pasar.
4
Perusahaan multinasional, Petani atau produsen kecil dan
kepentingan bisnis buruh dengan industri yang
Diterapkan pada : tertentu kecil.
Pembayaran diterima
pada saat pengiriman
barang; terkadang kredit Pengusaha menawarkan kredit di
diperpanjang oleh depat dengan bunga yang rendah
pemberi pinjaman dengan atau tanpa bunga pada saat siklus
Pendanaan: nilai yang sangat tinggi. produksi berlangsung.
5
Free Trade maupun Fair Trade merupakan model dengan fungsi yang berbeda dan keduanya
memiliki peran tersendiri dalam hal pertumbuhan dan transformasi sebuah negara yang sedang
berkembang.
1.3 Teori
Dalam makalah ini penulis menggunakan teori neoribelarisme, Neoliberalisme
merupakan perkembangan dari sistem kapitalisme yang mutakhir. Ditujukan untuk
mengatasi periode stagnasi dan perlambatan (slowdown) pertumbuhan kapitalis di
negara-negara maju dan memperluas penetrasi dinegara-negara berkembang guna
memperluas zona akumulasi profit. Ditangan Von Hayek, guru besar yang
menghidupkannya kembali, neoliberalisme menghendaki pelepasan yang radikal peran
negara (intervensi) terhadap mekanisme pasar. Aturan dasar kaum neoliberal adalah
'liberalisasikan perdagangan dan finance’; 'biarkan pasar menentukan harga’, 'akhiri
inflasi', 'stabilisasi ekonomi makro', 'privatisasi', 'pemerintah harus menyingkir dari
menghalangi jalan' (Chomsky, 1999). Arsitek tata dunia ini ditetapkan dalam apa yang
dikenal sebagai The Neo-liberal Washington Consensus, yang terdiri dari para pembela
ekonomi privat terutama wakil dari perusahaan-perusahaan besar yang mengontrol dan
menguasai ekonomi intemasional dan memiliki kekuasaan untuk mendominasi
informasi kebijakan dalam rangka membentuk opini publik.
Ada sepuluh ajaran yang dilahirkan dari the Washington Concensus tersebut.
Mereka kemudian menyebutkan kebijakan mereka sebagai “reformasi” terhadap
kebijakan ekonomi. Ketentuan reformasi inilah yang juga disebut sebagai 'kebijakan
pasar bebas' dan neo-liberal. Kesepuluh ajaran neo-liberal tersebut adalah sebagai
berikut: (1) disiplin fiskal, yang intinya adalah memerangi defisit perdagangan; (2)
public expenditure atau anggaran pengeluaran untuk publik, kebijakan ini berupa
memprioritaskan anggaran belanja pemerintah melalui pemotongan segala subsidi; (3)
pembaharuan pajak, seringkali berupa pemberian kelonggaran bagi para pengusaha
untuk kemudahan pembayaran pajak; (4) liberalisasi keuangan, berupa kebijakan bunga
bank yang ditentukan oleh mekanisme pasar; (5) nilai tukar uang yang kompetitif,
berupa kebijakan untuk melepaskan nilai tukar uang tanpa kontrol pemerintah; (6) trade
6
liberalisation barrier, yakni kebijakan untuk menyingkirkan segenap hal yang
menganggu perdagangan bebas, seperti kebijakan untuk mengganti segala bentuk
lisensi perdagangan dengan tarif dan pengurangan bea tarif; (7) foreign direct
inuestment, berupa kebijakan untuk menyingkirkan segenap aturan pemerintah yang
menghambat pemasukan modal asing; (8) privatisasi, yakni kebijakan untuk
memberikan semua pengelolaan perusahaan negara kepada pihak swasta; (9) deregulasi
kompetisi; (10) Intellectual Property Rights atau paten
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
“tata dunia baru yang benar-benar adil” tanpa kapitalisme. Kekalahan selanjutnya
adalah cancun, Meksiko, Desember tahun 2003. Pertemuan tingkat menteri WTO
mengalami kegagalan setelah proposal negara maju mendapat penolakan kuat dari
kelompok -20 (G20) yang motori oleh Brazil, India, Afrika Selatan dan Cina. Dalam
dinamikanya, pengelompokan negara-negara berkembang memperlihatkan kemajuan,
seperti G20, G90, dan G33.
9
banyak peningkatan pada 2002, yang mencapai 21,3 persen. Program penurunan
tarif bea masuk ASEAN dalam rangka AFTA sudah dimulai sejak 1993 sehingga
menjadi 0-5 persen pada 2003 atau 96,24 persen dari total pos tarif CEPT-AFTA
negar-negara ASEAN. Inti AFTA adalah CEPT (Common Effective Preferential
Tariff), yakni barang-barang yang diproduksi di antara negara ASEAN yang
memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 % kandungan lokal akan dikenai tarif
hanya 0-5 %.
10
terbentuk, ASEAN tengah melakukan pembicaraan dengan Jepang, dan setelah ini
Korea Selatan, untuk membentuk FTA serupa.
11
dan mekanisme pasar. kegagalan perdagangan bebas dibawah WTO mendorong
beberapa negara keluar dari doktrin “melemahnya negara dalam globalisasi”.
Negara-negara tersebut mulai mengatur tariff, melakukan kontrol terhadap
perdagangan umum, dan melakukan proteksi terhadap komoditi domestik. Ide-ide
semacam ini, merupakan ancaman nyata terhadap eksistensi negara-negara
imperialis, MNC, dan kredo “perdagangan bebas”.
Apakah free trade memberikan dampak positif atau negatif terhadap negara dunia
ketiga?
Tidak dapat dipungkiri, di era globalisasi seperti sekarang ini. perdagangan
bebas atau yang biasa disebut free trade sudah menjadi bagian dari kehidupan
antar negara. Banyak negara maju seperti Amerika Serikat, yang mengaumkan
kebijakan free trade sebagai kebijakan yang dapat memberikan kesejahteraan
kepada semua pihak. Tapi, apakah benar demikian? Bagaimana dengan dampak
yang terjadi pada negara dunia ketiga seperti negara miskin yang ada di benua
afrika? Apa saja dampak positif dan negatif free trade terhadap dunia ketiga?
Free trade merupakan kebijakan yang sedang terjadi di antar negara saat
ini. free trade di klaim dapat membawa pengaruh positif bagi negara yang
12
menjalankan kebijakan ini seperti dapat memperluas pasar bagi produk dalam
negeri, masuknya modal asing dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya. Namun, apabila kita telusuri lebih jauh, dampak-dampak
positif tersebut sebagian besar hanya akan dirasakan oleh negara-negara maju
seperti Amerika.
Negara-negara dunia ketiga seperti yang ada di Afrika hanya menjadi
sumber eksploitasi bagi negara-negara maju seperti Amerika. Mulai dari emas,
gading dan bahan baku lainnya, Amerika ambil dari Afrika. Operasi militer seperti
invansi yang terjadi di Irak menjadi jalan yang akan diambil oleh Amerika,
apabila interest mereka untuk mengeksploitasi sumber daya suatu negara tidak
tercapai. Selain itu, dampak negatif free trade lainnya yaitu pasar dalam negeri
akan banyak dikuasai oleh produk asing dan apabila industri dalam negeri tidak
mampu bersaing, maka akan menyebabkan kerugian dan kebangkrutan, yang pada
akhirnya akan membuat negara ketiga sangat bergantung kepada negara-negara
maju seperti Amerika.
.
13
Di tengah kondisi perdagangan yang semakin lama semakin tidak adil
tersebut dan telah menyebabkan ketimpangan yang semakin besar antara negara
kaya dan negara berkembang, Fair Trade muncul sebagai sebuah gerakan
perdagangan alternatif yang berpihak kepada produsen miskin melalui penerapan
prinsip keadilan, transparansi, komunikasi dan keadilan gender. Dalam
prakteknya, prinsip dan nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk rantai distribusi
yang lebih pendek, penguatan organisasi produsen, peningkatan keterlibatan dan
peranan perempuan dalam perdagangan, harga premium bagi produk yang
dihasilkan. Sebagai sebuah gerakan yang bertujuan membantu kehidupan
mengembangkan strategi bekerja sama atau melakukan perdagangan langsung
dengan komunitas produsen tersebut. Model perdagangan semacam ini pertama
kali dimulai oleh orang-orang Amerika melalui institusi Ten Thousand
Villages (dulunya Mennonite Central Committee Self Help Service) dan SERRV
(sekarang SERRV International) dengan komunitas masyarakat miskin di negara-
negara Selatan pada akhir tahun 1940-an. Namun jejak fair trade seperti dikenal
saat ini, muncul pertama kali pada tahun 1950-an yaitu ketika direktur Oxfam
UK yang mengunjungi Hong Kong, mempunyai ide untuk menjual kerajinan yang
dibuat oleh para pengungsi Cina ke toko-toko Oxfam. Menurut publikasi yang
dikeluarkan oleh World Bank gerakan fair trade juga muncul pertama kali pada
tahun 1950-an dengan sebutan Goodwill Selling.Perkembangan fair trade melalui
gerakan yang terorganisir terutama organisasi non pemerintah (NGO) pertama kali
diperkenalkan oleh Oxfam Great Britain (Inggris), Fair Trade (Amerika
Serikat), Transfair(Jerman), serta organisasi independen seperti FLO (Fair Trade
Labelling Organization) yang didirikan di Belanda pada bulan April 1997, lalu
IFAT (Internasional Federation for Alternative Trade) yang didirikan di
Noordwijk Belanda pada tanggal 12 Mei 1989, NEWS! (Network of Europian
World Shops) didirikan di Eispeet-Belanda tahun 1994. EFTA (Europian Fair
Trade Association) didirikan di Maastricht-Belanda tahun 1990, FINE didirikan
tahun 2001 yang merupakan gabungan di mana akronim FINE diambil dari huruf
depan FLO, IFAT, NEWS! dan EFTA. 1950‘s: pergerakan FairTrade mulai.
14
program utama Oxfam Indonesia yang didirikan pada tahun 1972. Gerakan Fair
Trade muncul pada pertengahan 1980-an sebagai bentuk reaksi dari kondisi
perdagangan Indonesia yang sangat merugikan produsen-produsen kecil yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pada pertengahan 1990-an, gerakan Fair
trade Indonesia berkembang pada komoditi pertanian khususnya pertanian
organis. Perkembangan ini ditandai dengan berkumpulnya beberapa NGO pada
tahun 1996 di Yogyakarta yang difasilitasi oleh Oxfam GB/Indonesia. Tindak
lanjutnya didirikanlah Konsorsium Masyarakat Fair trade (KMFT) pada oktober
1997 dengan agenda pertama menentukan langkah strategis program Fair
trade dan merintis pendirian toko bersama sebagai media untuk
mempraktekkan Fair trade yang diberi nama SAHANI (Sahabat Niaga) sebagai
ujung tombak KMFT untuk melawan sistem perdagangan yang tidak adil. pada
perkembangan selanjutnya gerakan fair trade telah merambah sektor pertanian
dan tekstil.
Hal ini terjadi karena pergerakan Fairtrade di seluruh dunia baik berupa
kampanye, media berkembang di seluruh dunia. Juga adanya manfaat langsung bagi
produser dalam berdagang, Juga kesadaran konsumen yang semakin tinggi untuk
produk Fairtrade. Semakin orang yang berprinsip dengan membeli produk yang
tersertifikasi fairtrade, secara tidak langsung akan membantu kehidupan petani
tersebut.
15
Prinsip Fair Trade
Pembayaran yang layak merupakan satu hal yang harus disepakati bersama
melalui dialog dan partisipasi aktif, karena ini akan berhubungan dengan
16
pembayaran yang layak kepada produsen dan juga untuk keperluan pasar jangka
panjang. Saat penentuan struktur harga fair trade sudah tersedia, inilah yang akan
digunakan sebagai standar minimum. Pembayaran yang layak menyediakan
imbalan sosial yang bisa diterima (dalam konteks lokal) yang dipertimbangkan oleh
para produsen agar layak dan memastikan penghitungan pembayaran pada
persamaan hak antara pekerja laki-laki dan perempuan. Para organisasi importer
fair trade memberikan dukungan yang diperlukan para produsen untuk peningkatan
kapasitas, untuk memungkinkan mereka untuk men-set up sistem pembayaran yang
layak.
Prinsip 5 : Memastikan tidak ada Tenaga Kerja Anak dan Tenaga Kerja Paksa
WFTO mematuhi aturan PBB dalam hal Hak Anak dan hukum
lokal/nasional mengenai tenaga kerja anak. WFTO memastikan bahwa tidak ada
tenaga kerja paksa dalam lingkungan kerja mereka.
Organisasi yang membeli produk Fair Trade dari kelompok produsen baik
secara langsung maupun melalui perantara memastikan tidak ada tenaga kerja paksa
yang bekerja dalam proses produksi dan produsen memenuhi aturan PBB mengenai
Hak Anak , dan hukum lokal / nasional mengenai tenaga kerja anak. Segala jenis
keterlibatan anak dalam proses produksi produk fair trade (termasuk belajar
kesenian tradisional atau kerajinan) selalu dilaporkan dan diawasi dan tidak
membawa akibat yang merugikan untuk kesejahteraan anak, keamanan, keperluan
pendidikan, dan kebutuhan untuk bermain.
17
organisasi. Organisasi juga memberikan perhatian khusus pada urusan kesehatan
dan keselamatan untuk wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita berpartisipasi
secara penuh dalam pengambilan keputusan mengenai peningkatan manfaat yang
diperoleh dari proses produksi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Free trade merupakan kebijakan yang sedang terjadi di antar negara saat ini. free
trade di klaim dapat membawa pengaruh positif bagi negara yang menjalankan
kebijakan ini seperti dapat memperluas pasar bagi produk dalam negeri, masuknya
modal asing dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya. Namun, apabila kita telusuri lebih jauh, dampak-dampak positif tersebut
sebagian besar hanya akan dirasakan oleh negara-negara maju seperti Amerika. Oleh
karen itu dengan adanya system fair trade di tengah kondisi perdagangan yang semakin
lama semakin tidak adil tersebut dan telah menyebabkan ketimpangan yang semakin
besar antara negara kaya dan negara berkembang, Fair Trade muncul sebagai
sebuahpenerapan prinsip keadilan, transparansi, komunikasi dan keadilan gender.
Dalam prakteknya, prinsip dan nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk rantai distribusi
yang lebih pendek, penguatan organisasi produsen, peningkatan keterlibatan dan
peranan perempuan dalam perdagangan, harga premium bagi produk yang dihasilkan.
Sebagai sebuah gerakan yang bertujuan membantu kehidupan mengembangkan strategi
bekerja sama atau melakukan perdagangan langsung dengan komunitas produsen
tersebut
3.2 Rekomendasi
Saya selaku penstudi HI dalam mengkaji masalah ini, Andai Saya Menjadi
Direktur Jenderal WTO: Apa Yang Akan Saya Lakukan Dalam Mewujudkan Free &
Fair Trade adalah menyeimbangkan setiap kebijakan yang free trade lakukan sebab
jika hanya menguntungkan pihak negara yang maju maka kesejahteraan negara
berkembang bahkan negara miskin akan teraancam sehingga negara yang hanya di
manfaatkan merasan terinflsi oleh kemajuan yang negara maju miliki.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://zahiraccounting.com/id/blog/fair-trade-free-trade-apa-bedanya/
http://arahkiri2009.blogspot.co.id/2008/07/free-trade-agreement-ftaperdagangan.html
http://pekerti.com/id/fair-trade-2/10-prinsip-fair-trade/
20