PENDAHULUAN
A. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara
rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur
14
ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat
uterus normal lebih kurang 57 gram.
14
progesteron, dan prostaglandin, menyebabkan proliferasi pembuluh darah
spiralis yang berlangsung sampai hari 22. Sel desidua mulai terbentuk pada
hari 22-23 siklus. Jika terjadi fertilisasi, uterus mengalami perubahan yang
nantinya mempengaruhi fisiologi hampir seluruh sistem dalam tubuh seperti
pernapasan, kardiovaskular, dan pencernaan. Volume uterus bisa membesar
hingga 1000 kali, dan beratnya lebih dari 20 kali pada masa kehamilan.
Pertumbuhan ukuran volume dan berat ini merupakan hasil dari hiperplasia
dan hipertropi Regulasi aktivitas uterus selama masa kehamilan terbagi
menjadi
Fase :
d. Fase 3 atau fase involusi. Pada fase ini terjadi involusi uterus setelah
14
B. Mekanisme Kontraksi
kontraksi uterus tidak adekuat dan terkoordinasi, bayi akan sulit dilahirkan.
Pada dasarnya, uterus berkontraksi secara spontan dan reguler walaupun tidak
dalam keadaan relaksasi. Kontraksi kuat akan muncul pada masa menjelang
eksitabel, proses kontraksi miometrium pada wanita yang hamil dan tidak
hamil melalui mekanisme yang sama, yaitu difasilitasi oleh influks kalsium.
Aktivitas listrik pada sel-sel miosit uterus terjadi karena siklus depolarisasi
dan repolarisasi yang terjadi pada membran plasma uterus dan ini disebut
dengan potensial aksi. Potensial aksi diperantarai oleh beberapa jenis jalur,
calcium entry), ROCE (receptor- operated calcium entry), dan atau melalui
adanya aktivitas spontan pada otot polos uterus yang disebabkan oleh
potensial aksi tersebut dan sangat bergantung pada peningkatan ion kalsium
14
Rangsangan otot polos uterus sangat ditentukan oleh pergerakan ion
natrium (Na+), kalsium (Ca2+) dan klorida (Cl-) ke dalam sitoplasma dan
gerakan ion kalium (K+) ke dalam ruang ekstraseluler. Sebelumnya, ketiga ion
membuka VGCC (Voltage Gated Calcium Channel) atau L-type Ca²⁺ Channel
aktin. Energi yang dilepaskan dari ATP oleh myosin ATPase menghasilkan
kontraksi dengan mengikat reseptor spesifik mereka pada membran sel dan
14
BAB II
PATOFISIOLOGI
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.3 Mioma uteri
disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri
merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
letak mioma.
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai,
ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins,
1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma
14
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki.
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50
(Anonim, 2008).
menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi
yang diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al, 2007). Menurut penelitian yang di
yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar
11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Muzakir cit Yuad H,
2005).
Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik,
14
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Muzakir cit Djuwantono, 2004).
dan sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif,
B. Epidemiologi
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki.
C. Etiologi
jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter.
mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma
14
seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum
menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari
pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
14
Gambar 2. Klasifikasi Mioma Uteri
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
(Anonim, 2008).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
perdarahan.
14
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai
tumor.
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma
yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
intraligamenter.
14
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik
bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie
like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
lainnya.
14
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu
kehamilan.
F. Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang
mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan
penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah :
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan
penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus
(Lacey.C.G., 2007).
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini
masih menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa
terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari
endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat ini pendapat yang dianut
14
adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh
ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi
endometrium di atas mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat
berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya
perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan
endometrium (Muzakir, 2008)
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah
karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran
mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan
rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis. (Muzakir, 2008)
14
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Nama : Ny. E
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : IRT
H: Pasien mengeluhkan pada sekitar vagina sejak seminggu yang lalu. Pada
saat masuk IGD. Pasien mengeluarkan darah dari jalan lahir. Nyeri pada perut,
mual muntah, BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien mandiri ke wc (ADL
DBN), pasien sudah foto thorax, periksa laboratorium dan histopatologi, riwayat
tidak ada dan belum dilakukan tindakan operasi.
A:
1. Inspeksi statis:
a. Pasien berbaring pada tempat tidur
b. Wajah tampak cemas
2. Inspeksi dinamis:
Mampu melakukan ambulasi baring ke duduk, berjalan ke wc
14
3. PFGD
Aktif Pasif TIMT
Regio Gerakan
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Kurang Mampu,
Fleksi Hard feel, nyeri. Mampu, nyri
nyeri
Full ROM, soft
Ekstensi Full ROM Mampu
endfeel
Full Full
Lateral Full Full ROM, ROM,
Lumbal Mampu Mampu
fleksi ROM ROM soft soft
endfeel endfeel
Full Full
Full Full ROM, ROM,
Rotasi Mampu Mampu
ROM ROM soft soft
endfeel endfeel
Full Full
Full Full ROM, ROM,
Fleksi Mampu Mampu
ROM ROM soft soft
endfeel endfeel
Full Full
ROM, ROM,
Full Full
Ekstensi soft soft Mampu Mampu
ROM ROM
endfeel, endfeel,
nyeri nyeri
Terbatas, Terbatas
hard hard Kurang Kurang
Abduksi Terbatas Terbatas
endfeel, endfeel, Mampu Mampu
Hip
nyeri nyeri
Terbatas, Terbatas,
Adduksi Terbatas Terbatas hard hard Mampu Mampu
endfeel endfeel
Full Full
Full Full ROM, ROM,
Endorotasi Mampu Mampu
ROM ROM soft soft
endfeel endfeel
Full Full
Full Full ROM, ROM,
Eksorotasi Mampu Mampu
ROM ROM soft soft
endfeel endfeel
4. Palpasi:
a. Suhu : (-) / normal
b. Tenderness : (-)
c. Oedem : (-) / normal
d. Kontur Kulit : (-) / normal, tidak ada perlengketan
14
R:
1. Limitasi ROM :-
2. Limitasi ADL : ADL Ambulasi, selfcare, sex
3. Limitasi pekerjaan : terganggu
4. Limitasi rekreasi :-
T:
1. Muskulotendinogen :-
2. Osteoarthrogen :-
3. Neurogen :-
4. Psikogenik : cemas
S:
1. Foto Thorax
Vesikuler, Wheezing
2. Histopatologi
Suspek infiltrasi ca cervics
Kesimpulan : Kesan suatu metastase squarmeus cell carcinoma pada buli-
buli
3. Bunyi jantung : BJ II Reguler
4. Abdomen : Peristaltik kesan normal
5. Vas Diam : 0
Tekan : 2
Gerak : 3
6. HRS – A : 20 (Kecemasan sedang)
Diagnosis : “Gangguan fungsional ambulasi, selfcare, dan sex berupa nyeri pada
vagina e.c ca cervics stend II sejak 2 minggu yang lalu”
14
Problem :
Primer : Nyeri pada bagian vagina
Sekunder : Cemas, sesak nafas
Kompleks : Gangguan ADL (ambulasi, selfcare, sex)
Tujuan Fisioterapi :
Jangka pendek : Mengurangi kecemasan, mencegah decubitus, mengurangi sesak
nafas, menjaga elastisitas jaringan, memelihara ROM.
Jangka panjang : Mengembalikan fungsi ADL pasien
Program Fisioterapi
No Problem Modlitas Terpilih Dosis
F: Ix/hari
I: 10 hit, 3 rep
T: positioning
T: 2 menit
14
3 Memelihara Exc. Therapy F: 1x/hari
kekuatan otot dan I: 10 hit, 3 rep
stabilitas sendi T: AAROMEX
T: 3 menit
F: 1x/hari
Mencegah
4 decubitus Manual Therapy I: 1x/2 jam
T: Ambulansi
T: 1 menit
Menjaga F: 1x/hari
Elastisitas
5 Jaringan Exercise Therapy I: 8 hit/3 rep
T: Bridging exc
T: 1 menit
F: 1x/hari
I: 8 rep/ 3 set
T: Aromex
Memelihara
6 ROM Exercise Therapy T: 1 menit
14