Anda di halaman 1dari 9

ORLI Vol. 47 No.

1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

Laporan Serial Kasus

Penggunaan esofagoskopi transnasal di


Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

Rahmanofa Yunizaf, Elvie Zulka, Susyana Tamin, Guntur Surya


Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta

ABSTRAK
Latar belakang: Esofagoskopi transnasal merupakan teknik diagnostik baru yang memberikan
kesempatan kepada spesialis Telinga Hidung Tenggorok untuk melakukan pemeriksaan traktus aerodigestif,
dari vestibulum nasi sampai kardia. Tindakan ini dilakukan di poliklinik rawat jalan, dengan anestesi lokal
topikal dan tanpa sedasi. Tujuan: Mendapatkan gambaran tentang penggunaan esofagoskopi transnasal
di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo. Laporan kasus: Dilaporkan 32 pasien yang dilakukan esofagoskopi transnasal
selama Februari 2014 hingga Maret 2015, terdiri dari 20 laki-laki (63%) dan 12 perempuan (37%),
dengan rentang usia 11-82 tahun. Keluhan terbanyak adalah sulit menelan sebanyak 18 pasien. Indikasi
terbanyak adalah disfagia, globus atau refluks sebanyak 12 pasien. Diagnosis terbanyak adalah akalasia
esofagus sebanyak 7 pasien. Metode: Pencarian literatur dilakukan pada database EBSCO Host Medline,
Cochrane dan Pubmed Medline sesuai pertanyaan klinis. Setelah dilakukan penapisan dengan kriteria
inklusi dan ekslusi, didapatkan didapatkan 2 jurnal yang relevan. Hasil: Dari jurnal yang didapatkan,
merupakan laporan kasus serial yang dilakukan esofagoskopi transnasal pada pasien dengan keluhan
traktus aerodigestif. Kesimpulan: Esofagoskopi transnasal telah menghasilkan layanan satu pintu yang
mengurangi keterlambatan diagnosis, pembiusan umum dan pemeriksaan menelan barium.

Kata kunci: Esofagoskopi transnasal, esofagoskopi kaku, esofagoskopi transoral, anestesi lokal topikal

ABSTRACT
Background: Transnasal esophagoscopy (TE) is a new diagnostic technique that provides the
opportunity for ENT specialists to examine the aerodigestif tract, from the nasal vestibulum until the cardia,
at the outpatient clinic, with topical local anesthesia and without the need for sedation. Purpose: To obtain
data of transnasal esophagoscopy in Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Department, Cipto
Mangunkusumo Hospital. Cases: Reported 32 patients which had undergone transnasal esophagoscopy
from February 2014 to March 2015, consisted of 20 male and 12 female, age ranged between 11-82
years. Most chief complaints were difficulty of swallowing in 18 patients. Most common indications of
TE were dysphagia, globus or reflux in 12 patients. Most common diagnosis was achalasia esophagus in
7 patients. Methods: The evidence based literature were searched from EBSCO Host Medline, Cochrane
and Pubmed Medline database according to clinical question. After filtered with inclusion and exclusion
criteria, we found 2 journals that relevant to our case. Results: From the journals, we found reports of
serial cases of transnasal esophagoscopy on patiens with aerodigestive problems. Conclusion: Transnasal
esophagoscopy provides an ‘one stop’ diagnosis service, reducing diagnostic delays, the need for endoscopy
under general anaesthesia and barium swallows.

Keywords: Transnasal esophagoscopy, rigid esophagoscopy, transoral esophagoscopy, topical local


anesthesia

Alamat korespondensi: Dr. Guntur Surya, Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok -
Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Email: guntur.surya@gmail.com

65
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

PENDAHULUAN THT Subdivisi Endoskopi Bronkoesofagologi


Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Lebih dari satu abad yang lalu, Chevalier
(RSCM) dengan penilaian retrospektif
Jackson merevolusi esofagoskopi dengan
terhadap 32 pasien selama bulan Februari
penemuan esofagoskop kaku berupa tabung
2014 hingga Maret 2015.
berongga berdiameter hanya 1 cm dengan
cahaya di distal. Pada tahun 1960, seorang
ahli gastroenterologi bernama Hirchowitz
LAPORAN SERIAL KASUS
mengembangkan esofagoskop serat optik
lentur yang pertama, yang kemudian Dilaporkan sebanyak 32 pasien, terdiri
menambahkan saluran internal yang dari 20 laki-laki (63%) dan 12 perempuan
memungkinkan untuk melakukan biopsi (37%), dengan rentang usia 11-82 tahun,
jaringan per endoskopi. Endoskopi serat optik dilakukan pemeriksan esofagoskopi
lentur terbaru mempunyai resolusi tinggi, transnasal dengan anestesi lokal di poli THT
berdiameter 5 mm, dan mempunyai berbagai Subdivisi Endoskopi Bronkoesofagologi
komponen fungsional termasuk insuflasi RSCM bulan Februari 2014 hingga Maret
udara, irigasi, suction, dan working channel 2015. Prosedur dilakukan oleh 3 dokter
sebesar 2 mm untuk penggunaan berbagai spesialis THT. Alat yang digunakan GIF-
instrumen endoskopi.1 XP180N (Extra-Slim Gastrovideoscope)
(gambar 1).
Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD)
transnasal tanpa sedasi pertama kali Keluhan yang didapatkan adalah sulit
diperkenalkan oleh ahli gastroenterologi menelan sebanyak 18 pasien, nyeri menelan
bernama Reza Shaker pada tahun 1994. sebanyak 4 pasien, rasa mengganjal di
Prosedur ini tidak banyak diikuti oleh tenggorok sebanyak 3 pasien, rasa panas di
ahli gastroenterologi yang lain karena tenggorok sebanyak 2 pasien dan suara serak
kurangnya pemahaman anatomi hidung dan sebanyak 2 pasien.
keengganan untuk melakukan EGD tanpa Indikasi dilakukan esofagoskopi
sedasi intravena. Penerimaan lebih besar transnasal adalah disfagia, globus atau refluks
oleh ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorok sebanyak 11 pasien, keganasan kepala dan
(THT) yang dipopulerkan oleh Koufman leher sebanyak 8 pasien, evaluasi benda asing
dkk sehingga Esofagoskopi Transnasal (ET) sebanyak 5 pasien, evaluasi akalasia sebanyak
telah berkembang menjadi alat diagnostik dan 7 pasien, dan evaluasi web esofagus sebanyak
terapeutik oleh spesialis THT, dan terbukti 1 pasien.
bermanfaat dalam evaluasi disfagia, globus,
refluks batuk, serta kelainan esofagus dan
saluran napas atas yang lain.1
Prosedur ini dapat dilakukan di poliklinik
dan memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan komprehensif saluran napas
dan pencernaan atas mulai dari hidung sampai
lambung serta banyak prosedur terapeutik
lainnya. Prosedur ini dengan cepat menjadi
cara yang paling aman, efisien dan murah
dalam evaluasi esofagus.1,2
Laporan ini bertujuan menggambarkan
Gambar 1. Alat untuk esofagoskopi transnasal di
penggunaan esofagoskopi transnasal di Poli poli THT Subdivisi Endoskopi Bronkoesofagologi
RSCM

66
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

Pasien dengan disfagia, globus atau Hasil biopsi didapatkan 5 esofagitis, 1 normal
refluks direncanakan pemeriksaan lebih dan 3 tidak ada data.
lanjut, yaitu 4 pasien direncanakan Tomografi
Komplikasi didapatkan pada 3 pasien,
Komputer (TK) esofagus dengan kontras, 6
berupa refleks vasovagal sebanyak 2 pasien
pasien direncanakan biopsi esofagus, dan 1
dan epistaksis sebanyak 1 pasien.
pasien direncanakan manometri esofagus.
Evaluasi benda asing pada 5 pasien
terdiri dari 3 pasien benda asing gigi palsu RUMUSAN MASALAH
pasca esofagoskopi ekstraksi, 1 pasien benda Bagaimana gambaran penggunaan
asing gigi palsu suspek saluran cerna pasca esofagoskopi transnasal oleh dokter spesialis
esofagoskopi diagnostik dan 1 pasien benda THT?
asing duri ikan suspek saluran cerna.
Diagnosis yang didapatkan adalah
akalasia esofagus sebanyak 7 pasien, METODE
esofagitis sebanyak 5 pasien, kelainan lain Penelusuran jurnal dilakukan pada
(web esofagus, stenosis esofagus, divertikel tanggal 12 Mei 2017 melalui database
esofagus dan polip esofagus) sebanyak 6 PubMed Medline, Cochrane dan EBSCO
pasien, dan normal pada 2 pasien. host Medline dengan kata kunci “transnasal
Prosedur biopsi dilakukan pada 4 pasien esophagoscopy” AND “ENT” OR “ENT-
refluks dan 5 pasien suspek massa esofagus. HNS” OR “Ear Nose Throat” OR “Ear
Nose Throat Head and Neck Surgery” OR “
otolaryngology” OR “otorhinolaryngology”.
Tabel 1. Karakteristik demografis dan klinis Pencarian literatur dilakukan dengan
pasien
kriteria inklusi: 1) pasien berobat di poli rawat
n jalan THT, 2) penelitian yang memberikan
Usia (tahun) 52,19 ±15 gambaran penggunaan esofagoskopi
Jenis kelamin transnasal di suatu institusi. Kriteria eksklusi:
Laki-laki 20 1) esofagoskopi transoral, 2) esofagoskopi
Perempuan 12
konvensional dengan sedasi, 3) esofagoskopi
Anamnesis
Sulit menelan 18 yang dilakukan oleh selain ahli THT
Nyeri menelan 4
Rasa mengganjal di tenggorok 3 Te l a a h d i l a k u k a n m e n g g u n a k a n
Rasa panas di tenggorok 2 worksheet etiologi dari Oxford Centre for
Suara serak 2
Evidence based Medicine Levels of Evidence
Indikasi
Disfagia, globus / refluks 11 Dari database PubMed Medline,
Keganasan kepala dan leher 8 Cochrane dan EBSCO Host Medline
Evaluasi benda asing 5
Evaluasi akalasia esofagus 7 didapatkan 147 studi. Keseluruhan artikel
Evaluasi web esofagus 1 tersebut dipilih dengan melakukan skrining
Diagnosis terhadap judul dan abstrak hingga pada
Normal 2 akhirnya hanya ada 2 artikel yang dianggap
Esofagitis 5
Akalasia esofagus 7 penting dan berhubungan untuk menjawab
Web esofagus 2 rumusan masalah yang dibuat oleh penulis,
Stenosis esofagus 2
Divertikel esofagus 1 yaitu studi oleh Chung dkk3 dan Ramadass
Polip esofagus 1 dkk2.
Prosedur
Biopsi 9

67
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

HASIL transnasal. Sebanyak 42 pasien (41,1%)


didapatkan kelainan berupa 41 esofagitis
Chung dkk 3 melakukan penelitian
dan 1 divertikulum esofagus) pada evaluasi
mengenai penggunaan esofagoskopi
refluks laringofaring. Tidak didapatkan
transnasal di Korea sebanyak 137 pasien,
komplikasi pada prosedur ini.
di mana prosedur dilakukan terbanyak
untuk evaluasi refluks laringofaring yang Ramadass dkk 2 melakukan prosedur
tidak respon terhadap obat penghambat ET pada 50 pasien dengan kelainan traktur
pompa proton sebanyak 102 pasien, dan aerodigestif dan terdiagnosis 1 kasus massa
untuk evaluasi lebih lanjut sebanyak 35 di esofagus yang dibiopsi dengan hasil
pasien (evaluasi pada kanker kepala leher keganasan, serta 1 kasus striktur esofagus.
pada 17 pasien, disfagia pada 9 pasien, Didapati 16 kasus lainnya esofagitis dan
ludah campur darah pada 4 pasien, evaluasi laringitis posterior, 1 kasus Barret’s esofagus,
penyebab paralisis pita suara pada 4 pasien, dan sisanya normal. Dari 1000 prosedur
dan tersangka benda asing esofagus pada 1 laringoskopi transnasal, hanya 50 kasus yang
pasien). Sebanyak 53 pasien (38,7%) pasien dilanjutkan prosedur esofagoskopi transnasal.
didapatkan hasil positif dari esofagoskopi

Gambar 2. Strategi penelusuran literatur

68
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

Tabel 2. Telaah kritits

Telaah Kritis Chung dkk3 Ramadass dkk2


Validity
Apakah studi ini membahas sebuah masalah dengan Ya Ya
fokus yang jelas?
Apakah peneliti menggunakan alat dan pertanyaan Ya Ya
yang sesuai dengan Tujuan dari studi?
Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif Ya Ya
dan tidak berbias?
Apakah subjek diikutsertakan dengan cara dan Ya Ya
kriteria yang benar?
Apakah data diambil dengan cara yang sesuai Ya Ya
dengan tujuan studi?
Apakah studi memiliki partisipan yang cukup? Cukup Cukup
Bagaimana hasil dari uji ini dipresentasikan dan berupa jenis kelamin, usia berupa diagnosis akhir
apakah temuan utamanya? dan indikasi tindakan pasien
Apakah analisis yang digunakan dalam studi sudah Tidak dianalisis Tidak dianalisis
sesuai dan dijelaskan dengan jelas?
Apakah terdapat penjelasan yang jelas mengenai Ya Ya
temuan yang didapat?
Importance
Sangat penting, karena Sangat penting, karena
hasilnya menggambarkan hasilnya menggambarkan
Seberapa penting hasil dari penelitian ini? dengan jelas gambaran dengan jelas gambaran
penggunaan esofagoskopi penggunaan esofagoskopi
transnasal transnasal
Applicability
Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan pada Ya Ya
populasi lokal?

DISKUSI menurunkan angka komplikasi dan waktu


Esofagoskopi transnasal adalah pemulihan setelah prosedur tindakan, 4) lebih
teknik diagnostik baru yang memberikan efisien, serta 5) total biaya lebih murah.5–9
kesempatan kepada spesialis THT untuk Esofagoskopi transnasal memiliki
melakukan pemeriksaan traktus aerodigestif, beberapa kekur angan dibandingkan
dari vestibulum nasi sampai kardia gaster, di esofagoskopi kaku maupun esofagoskopi
poliklinik rawat jalan, dengan anestesi lokal transoral serat optik lentur, yaitu: 1) waktu
topikal, dan tanpa diperlukannya sedasi.4 prosedur lebih lama, 2) tidak bisa dilakukan
Esofagoskopi transnasal memiliki pada pasien dengan kelainan hidung, 3)
b e b e r a p a keuntungan dibandin gka n working channel yang sempit, serta 4) bisa
esofagoskopi kaku maupun esofagoskopi menimbulkan komplikasi nasal dan refleks
transoral serat optik lentur dalam sedasi, vagal.10
yaitu; 1) menambah kenyamanan pasien, 2) Esofagoskop transnasal yang tersedia saat
meningkatkan efisiensi praktik, mengurangi ini ada 3, yaitu (1) esofagoskop serat optik
beberapa hal antara lain keterlambatan lentur video digital TNE-5000 dari Vision
diagnosis, endoskopi dalam anestesi Sciences (2) esofagoskop video berwarna EE-
umum, esofagografi dengan barium dan 1580-K dari KayPentax, dan (3) esofagoskop
angka kunjungan pasien ke poliklinik, 3) video PEF-V dari Olympus.1

69
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

Usia rata-rata pasien yang dilakukan Indikasi dilakukan ET pada laporan


ET pada makalah ini yaitu 52 tahun, dengan ini terbanyak adalah disfagia, globus dan
persentase laki-laki sebanyak 62,5% dan refluks sebanyak 34%, keganasan pada
perempuan 37,5%. Falcone dkk 11 dalam kepala dan leher sebanyak 25% dan evaluasi
penelitiannya melaporkan bahwa usia rata-rata benda asing sebanyak 15,6%. Chung dkk3
49 tahun dan persentase perempuan sebanyak dalam penelitiannya melaporkan indikasi ET
54%. Chung dkk 3 dalam penelitiannya terbanyak adalah evaluasi RLF sebanyak 74%,
melaporkan bahwa usia rata-rata 55 tahun skrining pada keganasan kepala dan leher
dan persentase perempuan sebanyak 51%. sebanyak 12% dan evaluasi disfagia sebanyak
Nader dkk12 dalam penelitiannya melaporkan 7%. Belafsky dkk 14 dalam penelitiannya
bahwa usia rata-rata 59 tahun dan persentase melaporkan bahwa indikasi ET terbanyak
perempuan sebanyak 50%. adalah skrining disfagia, globus dan refluks
sebanyak 79%, biopsi lesi di laringofaring
Indikasi mutlak dilakukan esofagoskopi
sebanyak 8% dan skrining pada keganasan
yaitu disfagia dan odinofagia dengan penurunan
kepala dan leher sebanyak 5%.
berat badan, perdarahan saluran cerna atas,
tersangka benda asing esofagus atau tertelan Diagnosis pasien dilakukan ET pada
bahan kaustik. Indikasi relatif ditetapkan laporan ini terbanyak adalah akalasia esofagus
oleh American Society for Gastrointestinal sebanyak 7 pasien dan esofagitis sebanyak
Endoscopy (ASGE) dan American College of 5 pasien. Nader dkk12 dalam penelitiannya
Gastroenterology diklasifikasikan ke dalam melaporkan 56% tidak ditemukan kelainan,
subkategori diagnostik dan terapeutik (tabel 33% kelainan gastrointestinal. Postma dkk15
2).1 dalam penelitiannya melaporkan diagnosis
terbanyak adalah esofagitis, hernia hiatal dan
Kriteria di atas masih menyisakan 28%
metaplasia Barrett.
patologi yang tidak masuk di kriteria ASGE,
yang dicurigai berasal dari ekstraesofageal. Pasien dengan disfagia, globus atau
Tabel 3 berisi indikasi ekstraesofageal relatif refluks direncanakan pemeriksaan lebih
pada ET.1,13 lanjut sebanyak 7 pasien (64%). Belafsky
dkk14 menggunakan ET sebagai pengganti
Tabel 3. Indikasi esofageal relatif pada esofagoskopi pemeriksaan barium sebagai pemeriksaan
transnasal. 1 skrining esofagus dengan refluks, globus dan
disfagia. Price dkk6 dengan menggunakan ET
DIAGNOSTIK dapat memulangkan 89,1% pasien dengan
Disfagia globus dan 47,8% pasien dengan disfagia
Odinofagia
Penurunan berat badan pada kunjungan pertama di poliklinik,
Tertelan bahan kaustik sehingga menurunkan 90% kebutuhan
Gejala PRGE berkepanjangan (rasa panas di dada
/ regurgitasi) esofagogram dalam evaluasi disfagia dan
Gejala esofagus yang menetap setelah pemberian globus. Postma dkk15 telah melakukan 700
terapi yang sesuai
Evaluasi benda asing
Evaluasi varises esofagus
Anoreksia Tabel 4. Indikasi ekstraesofageal relatif pada
esofagoskopi transnasal. 1
TERAPEUTIK
Pemasangan selang makan Disfagia servikal
Injeksi botulinum toxin di esofagus Globus
Dilatasi striktur Batuk kronis
Terapi ablasi atau laser per endoskopi Odinofagia
Pemasangan kapsul pH telemetri nirkabel Refluks Laringo Faring
Pungsi trakeoesofageal Keganasan kepala dan leher

70
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

transnasal esofagoskopi dan melaporkan seperti esofagoskopi konvensional peroral


bahwa tidak ada kelainan signifikan di dengan sedasi.1 Saeian dkk23 menyatakan
esofagus yang terlewat dengan pemeriksaan biopsi dengan ET cukup akurat dengan
ini. 97% kesesuaian dengan esofagoskopi
konvensional. Korelasi antara ET dan
Esofagoskopi transnasal dengan indikasi
esofagoskopi konvensional cukup tinggi,
keganasan kepala dan leher pada laporan
dengan ET mempunyai sensitivitas 89% dan
ini dilakukan pada 8 pasien. Panendoskopi
spesifisitas 97%.24
merupakan evaluasi standar pada pasien
dengan keganasan kepala dan leher, namun Evaluasi benda asing pada makalah
pasien ini seringkali mempunyai penyakit ini sebanyak 5 pasien, dimana 1 pasien
penyerta lain yang meningkatkan risiko benda asing duri ikan suspek saluran cerna
pembiusan umum. 16 Peranan ET dalam ditemukan adanya duri ikan saat prosedur
keganasan kepala dan leher semakin berlangsung dan duri ikan terdorong ke
berkembang, baik skrining rutin, kecurigaan lambung saat dilakukan insuflasi udara.
tumor esofagus dan pasca kemoterapi dan Penggunaan ET untuk ekstraksi benda asing
radiasi pada keganasan kepala dan leher.17 di RSCM belum pernah dilakukan karena
tidak adanya alat forsep ekstraksi. Shih dkk21
Dolan dkk 18 menyatakan bahwa ET
melaporkan penggunaan ET untuk ekstraksi
merupakan alternatif terbaik untuk skrining
benda asing, di mana sebagian besar benda
awal keganasan esofagus pada pasien
asing berhasil diekstraksi namun 32%
keganasan kepala dan leher, sedangkan
harus dilakukan esofagoskopi kaku karena
esofagoskopi kaku digunakan pada keganasan
ukuran benda asing yang besar, bentuk yang
yang primernya tidak diketahui dan pada
tajam dengan risiko perforasi esofagus.
keganasan pangkal lidah yang besar. Postma
Penggunaan ET telah menurunkan prosedur
dkk19,20 melaporkan akurasi biopsi dengan
esofagoskopi kaku dari 100% menjadi
ET sebanding dengan panendoskopi standar.
31,8% dan lebih baik dalam mendiagnosis
Prosedur biopsi pada laporan ini dilakukan benda asing dibandingkan foto polos leher
sebanyak 9 prosedur dan tidak didapatkan posisi lateral. Sensitivitas dan nilai prediksi
adanya keganasan ataupun esofagus Barrett. positif foto polos leher posisi lateral dalam
Hal ini mungkin disebabkan forsep biopsi mendiagnosis adanya benda asing hanya
yang kurang baik dan jumlah kasus yang sebesar 59% dan 52,1% karena sebagian
masih sedikit di RSCM. Price dkk6 khawatir besar benda asing radiolusen. Bennet dkk22
dengan ukuran biopsi yang kecil dan invasi menyatakan bahwa esofagoskopi transnasal
yang kurang dalam pada ET, namun dalam memperbaiki diagnosis dan tatalaksana
penelitiannya melaporkan hanya 1 dari 18 dari ekstraksi beberapa jenis benda asing
kasus hasil biopsi yang sugestif invasi tanpa dibandingkan metode esofagoskopi kaku,
diagnostik. Postma dkk19 menjelaskan teknik namun benda asing tertentu memang tidak
biopsi yang efektif 100%, yaitu multipel dapat diekstraksi dengan metode ini oleh
dan berulang, jika terdapat keraguan maka karena terlalu besar.21,22
diperlukan biopsi dalam anestesi umum untuk
Salah satu komplikasi yang paling
mengambil sampel yang lebih besar.
ditakuti dari esofagoskopi adalah perforasi
Penggunaan ET bisa dipertanyakan jika esofagus. Di antara ribuan kasus yang
tanpa akurasi diagnostik dan terapeutik yang dilakukan, didapatkan 2 kasus perforasi
baik, namun dari beberapa penelitian terakhir esofagus proksimal pada endoskopi transnasal
telah menunjukkan bahwa ET mempunyai tanpa sedasi yang dilakukan oleh ahli
akurasi diagnostik yang sama baiknya gastroenterologi. Belum ada kasus perforasi

71
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

esofagus yang dilaporkan selama ET dilakukan DAFTAR PUSTAKA


oleh spesialis THT.25,26 1. Sewell R, Belafsky PC, Cates D. Transnasal
Komplikasi minor telah dilaporkan dari esophagoscopy. Oper Tech Otolaryngol Neck
Surg. 2012;23(2):86–91.
dua penelitian yang melibatkan 700 pasien
dari Amerika Serikat dan 1100 pasien dari 2. Ramadass T, Ayyaswamy G. Office based
Perancis, yaitu epistaksis sebesar 0,85% dan trans nasal esophagoscopy, and its role.
2%, serta refleks vasovagal sebesar 0,3%. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg.
Rasa tidak nyaman di hidung yang ringan 2003;55(4):238–41.
dan menghilang spontan dilaporkan sebesar 3. Chung E-J, Rho Y-S, Jung K-Y, Kim J-W, Lee
1,6%.27 S-W. The Role of Transnasal Esophagoscopy
in ENT Office: A Prospective, Multicenter
Belafsky dkk14 menyatakan tidak ada
Study in Korea. Clin Exp Otorhinolaryngol.
pasien yang dilaporkan mengalami sinkop. 2014;7(2):123–5.
Semua pasien dapat dipulangkan dua jam
setelah prosedur, kecuali pasien yang 4. McPartlin DW, Nouraei S a R, Tatla T, Howard
mendapat perlakuan khusus seperti laser DJ, Sandhu GS. How we do it: Transnasal
fibreoptic oesophagoscopy. Clin Otolaryngol.
endolaring, yang memerlukan rawat inap
2005;30(6):547–50.
untuk persiapan medis dan instrumen.14
Komplikasi pada laporan ini didapatkan 5. Andrus JG, Dolan RW, Anderson TD.
Tr a n s n a s a l e s o p h a g o s c o p y : a h i g h -
pada 3 pasien, yaitu refleks vasovagal pada yield diagnostic tool. Laryngoscope.
2 pasien dan epistaksis pada 1 pasien. Aviv 2005;115(6):993–6.
dkk 28 dalam penelitiannya terhadap 14
pasien melaporkan tidak ada epistaksis dan 6. Price T, Sharma A, Snelling J, Bennett
nyeri sebesar 2 dari 10 pada skala analog AMD, Qayyum A, Bradnam T, et al. How
we do it: The role of trans-nasal flexible
visual. Belafsky 14 dkk menyatakan harus laryngo-oesophagoscopy (TNFLO) in
membatalkan prosedur pada 4% kasus ENT: One year’s experience in a head and
karena kavum nasi yang sempit; 3% dengan neck orientated practice in the UK. Clin
epistaksis ringan dan 1% dengan refleks Otolaryngol. 2005;30(6):551–6.
vasovagal.
7. Aviv JE. Transnasal esophagoscopy: State
Kontraindikasi ET berdasarkan ASGE of the art. Otolaryngol - Head Neck Surg.
adalah pasca trauma hidung ataupun 2006;135(4):616–9.
pembedahan hidung, koagulopati dan
8. Orban NT, Ogawa T, Atun R, Corbridge R.
penggunaan antikoagulan, namun beberapa Trans-nasal oesphagoscopy: Cost implications
institusi di Jepang melakukan prosedur for a change in practice: How we do it. Clin
tersebut secara hati-hati pada pasien dengan Otolaryngol. 2009;34(4):380–5.
varises esofagus yang mengkonsumsi
9. Bampton PA, Reid DP, Johnson RD, Fitch
antikoagulan.29 Divertikulum esofagus akan
RJ, Dent J. A comparison of transnasal and
membuat ET lebih sulit untuk dilakukan, transoral oesophagogastroduodenoscopy. J
namun pada dasarnya tidak ada kontraindikasi Gastroenterol Hepatol. 1998;13(6):579–84.
mutlak untuk prosedur ET.24
10. Lee S-Y, Kawai T. Transnasal route:
Esofagoskopi transnasal telah new approach to endoscopy. Gut Liver.
menghasilkan layanan satu pintu yang 2008;2(3):155–65.
mengurangi keterlambatan diagnosis,
pembiusan umum dan pemeriksaan menelan
barium, serta dapat dilakukan oleh dokter
spesialis THT.14

72
ORLI Vol. 47 No. 1 Tahun 2017 Penggunaan esofagoskopi transnasal

11. Falcone MT, Garrett CG, Slaughter JC, Vaezi 21. Shih C-W, Hao C-Y, Wang Y-J, Hao S-P. A
M. Transnasal esophagoscopy findings: New Trend in the Management of Esophageal
Interspecialty comparison. Otolaryngol - Foreign Body: Transnasal Esophagoscopy.
Head Neck Surg. American Academy of Otolaryngol -- Head Neck Surg. 2015;23(3):5–
Otolaryngology–Head and Neck Surgery 9.
Foundation; 2009;140(6):812–5.
22. Bennett a. MD, Sharma A, Price T, Montgomery
12. Abou-Nader L, Wilson J a., Paleri V. Transnasal PQ. The management of foreign bodies in the
oesophagoscopy: Diagnostic and management pharynx and oesophagus using transnasal
outcomes in a prospective cohort of 257 flexible laryngo-oesophagoscopy (TNFLO).
consecutive cases and practice implications. Ann R Coll Surg Engl. 2008;90(1):13–6.
Clin Otolaryngol. 2014;39(2):108–13.
23. Saeian K, Staff DM, Vasilopoulos S, Townsend
13. Kavitt RT, Vaezi MF. Diseases of the WF, Almagro U a, Komorowski R a, et al.
esophagus. Siewert JR, Hölscher AH, Unsedated transnasal endoscopy accurately
editors. Gastroenterology. 6th ed. Berlin, detects Barrett’s metaplasia and dysplasia.
Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg; 1975 Gastrointest Endosc. 2002;56(4):472–8.
Nov;69(5):1058–70.
24. B u s h C M , P o s t m a G N . Tr a n s n a s a l
14. Belafsky PC, Postma GN, Daniel E, Koufman Esophagoscopy. Otolaryngologic Clinics of
JA. Transnasal esophagoscopy. Otolaryngol - North America. 2013. p. 41–52.
Head Neck Surg. 2001 Dec;125(6):588–9.
25. Moriwaki Y, Arata S, Iwashita M, Toyoda
15. Postma GN, Cohen JT, Belafsky PC, H, Kosuge T, Suzuki N. A case of cervical
Halum SL, Gupta SK, Bach KK, et al. esophageal perforation after transnasal
Transnasal esophagoscopy: revisited (over gastrointestinal fibroscopy using a small-
700 consecutive cases). Laryngoscope. caliber fiber. Endoscopy. 2011;43(SUPPL.
2005;115(2):321–3. 2):147–8.

16. Sabirin J, Abd Rahman M, Rajan P. Changing 26. Zaman a., Hahn M, Hapke R, Knigge K,
trends in oesophageal endoscopy: a systematic Fennerty MB, Katon RM. A randomized
review of transnasal oesophagoscopy. ISRN trial of peroral versus transnasal unsedated
Otolaryngol. 2013;33(5):1–8. endoscopy using an ultrathin videoendoscope.
Gastrointest Endosc. 1999;49(3 I):279–84.
17. R o o f S A , A m i n M R . T r a n s n a s a l
esophagoscopy in modern head and neck 27. Chheda NN, Postma GN. Transnasal
surgery. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Esophagoscopy. In: Flint PW, Haughey
Surg. 2015;23(2):171–5. BH, Lund VJ, Niparko JK, Richardson MA,
editors. Cummings Otolaryngology Head and
18. Dolan MD RW, Anderson MD TD. Practical Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia: Mosby;
applications of in-office fiberoptic transnasal 2010. p. 801–5.
esophagoscopy in the initial evaluation of
patients with squamous cell cancer of the 28. Aviv JE, Takoudes TG, Ma G, Close LG.
head and neck. Ear, Nose Throat J. New Office-based esophagoscopy: A preliminary
York: Medquest Communications Inc.; 2013 report. Otolaryngol - Head Neck Surg.
Sep;92(9):450–5. 2001;125(3):170–5.

19. Postma GN, Bach KK, Belafsky PC, Koufman 29. Tatsumi Y, Harada A, Matsumoto T, Tani T,
J a. The role of transnasal esophagoscopy Nishida H. Current status and evaluation of
in head and neck oncology. Laryngoscope. transnasal esophagogastroduodenoscopy. Dig
2002;112(12):2242–3. Endosc. 2009;21(3):141–6.

20. Bach KK, Postma GN, Koufman J a. In-


office tracheoesophageal puncture using
transnasal esophagoscopy. Laryngoscope.
2003;113(1):173–6.

73

Anda mungkin juga menyukai