Anda di halaman 1dari 163

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGELOLAAN PELATIHAN


DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA
TAHUN 2011

SKRIPSI

PUTRI PERMATASARI
NPM: 0806336791

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JANUARI 2012

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGELOLAAN PELATIHAN


DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA
TAHUN 2011

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

PUTRI PERMATASARI
NPM: 0806336791

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JANUARI 2012

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Pengelolaan Pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2011” betujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan

dalam menyelesaikan studi pada program S1 Reguler Peminatan Manajemen

Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2012.

Penyusunan skripsi berlangsung mulai dari bulan September-Desember

2011 dimana kegiatan penelitian dilakukan di Bagian Pendidikan dan Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Pada hakekatnya, penyusunan skripsi ini

tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan dan partisipasi dari

semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah tulus membantu dengan meluangkan

waktunya untuk membantu proses penyusunan skripsi ini. Rasa hormat dan terima

kasih tersebut penulis tujukan kepada :

1. Bpk. Polsiswar dan Ibu Yanuarti, Abang, Kak Kiki dan keluarga tercinta yang

telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dari awal

pelaksanaan hingga skripsi ini selesai. I can’t stand without you. 

2. dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc selaku Kepala Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Indonesia. 

3. Kurnia Sari, SKM, MSE selaku Pembimbing Akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran yang

membangun selama proses penyusunan skripsi ini. 

v Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


4. Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, DSc selaku penguji sidang skripsi. Terima

kasih atas ketersediaan waktunya, Pak. 

5. Emilia Amir, SKM, MM selaku penguji sidang skripsi yang telah

memberikam bimbingan dan perhatian selama penyusunan skripsi ini. 

6. Ibu Emil, Dr. Sita, Dr. Djati, Pak Elly, Ibu Dartini, dan Pak Ipul yang telah

bersedia untuk menjadi informan penelitian. Terima kasih atas informasi dan

semangatnya ya Pak, Bu. 

7. Ibu Dr. E. Ruhayati Sadili, M. Kes selaku Kepala Bagian Pendidikan dan

Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Ibu Sita, Ibu Erna, Ibu Sri,

Pak Dadang, Pak Ipul, Mas Dwi, Mba Fitri, Mba Eci, Pak Atmo atas segala

bantuan dan terciptanya suasanan turun lapangan yang menyenangkan dan

sangat berkesan. 

8. Maliq Fajar Pradana yang telah memberikan bantuan, keceriaan, semangat dan

motivasi kepada penulis setiap saat sehingga penyelesaian skripsi ini

terlaksana dengan baik. 

9. Sahabat-sahabat tersayang, Shely, Septi, Kak Yunita, Kak, Rindia, Andin,

Icha, Indah, Dudu, Lilis, Wilda, Mbak, Amak, Bunga, teman-teman AKK dan

keluarga besar AHPSA FKM UI erjuangan yang telah memberikan semangat

dan sharing selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak. Keep in

touch ya teman-teman. 

Akhir kata kiranya Allah SWT yang dapat membalas segala doa dan

kebaikan yang telah diberikan.

Depok, Januari 2012

Penulis

vi Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Putri Permatasari
NPM : 0806336791
Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisis Pengelolaan Pelatihan Di Bagian Pendidikan dan Penelitian Rumah


Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Tahun 2011”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Januari 2012

Yang menyatakan

(Putri Permatasari)

vii Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Putri Permatasari


Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Pengelolaan Pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Tahun 2011

Penelitian ini membahas mengenai analisis pengelolaan pelatihan di


Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2011. Analisis
pengelolaan pelatihan diteliti berdasar pada siklus penyelenggaraan pelatihan
yaitu tahap identifikasi kebutuhan pelatihan, tahap perencanaan dan perancangan
pelatihan, tahap pengembangan materi pelatihan, tahap pelaksanaan pelatihan dan
tahap evaluasi pelatihan dimana masing-masing tahap mempunyai komponen
tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
wawancara mendalam, observasi, dan telaah data sekunder.
Penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pelatihan belum berjalan
secara optimal berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan. Dalam melakukan
pengelolaan pelatihan, penyelenggara menghadapi banyak tantangan seperti
belum menerapkan TNIA dalam melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan,
belum mempunyai pedoman pelatihan, kurang koordinasi antar unit kerja, belum
menyediakan modul pelatihan, instruktur pelatihan kurang kompeten dalam
penyampaian materi pelatihan, instruktur pelatihan tidak melakukan kontrak
belajar dan identifikasi kebutuhan terhadap peserta pelatihan, tidak adanya
laporan evaluasi pelatihan yang meliputi evaluasi penyelenggaraan dan instruktur
pelatihan.

Kata Kunci:
Pelatihan, Manajemen Pelatihan, Identifikasi Kebutuhan Pelatihan, Perencanaan
dan Perancangan Pelatihan, Pengembangan Materi Pelatihan, Pelaksanaan
Pelatihan, Evaluasi Pelatihan

viii Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


ABSTRACT

Name : Putri Permatasari


Study Program : Bachelor of Public Health
Title : Analysis of Training Management in the Department of
Education and Research Center Fatmawati Hospital
Jakarta 2011

This study discusses the analysis of management training in the


Department of Education and Research Fatmawati Hospital Jakarta in 2011. The
analysis examined the training management cycle training event based on the
stage of identification of training needs, planning and design stages of training,
training materials development phase, implementation phase of training and
training evaluation phase in which each stage has its own components. This study
uses qualitative research methods with in-depth interviews, observations, and
review of secondary data.
Research shows that management training has not been running optimally
based cycle training event. In conducting management training, organizers faced
many challenges. However, some of these challenges can be followed up with
research is well. Research result seen from the results of in-depth interviews,
check list guidelines, and guidelines for review of secondary data.

Key words:
Training, Training Management, Analysis Needs, Planning and Designing the
Approach, Developing the Training Material, Delivering the Training, Evaluating

ix Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 6
1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.5.1 Bagi Rumah Sakit.. ................................................................ 6
1.5.2 Bagi Peneliti .......................................................................... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengembangan SDM ...................................................................... 8
2.1.1 Definisi Pengembangan SDM ............................................... 8
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SDM .... 8
2.1.3 Pelatihan sebagai Upaya Pengembangan SDM .................... 10
2.2 Pelathan ............................................................................................ 10
2.2.1 Definisi Pelatihan ................................................................... 10
2.2.2 Tujuan Pelatihan................................................................. .... 11
2.2.3 Prinsip Pelatihan.......................................................... ........... 11
2.2.4 Metode Pelatihan.......................................................... .......... 12
2.2.4 Jenis-jenis Pelatihan.......................................................... ..... 13
2.2.4 Kemungkinan Hambatan Pelatihan...................................... . 13
2.3 Manajemen Pelatihan ...................................................................... 14
2.3.1 Model Siklus Pelatihan .......................................................... 14
2.3.2 Manfaat Siklus Pelatihan ....................................................... 15
2.4 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan .................................................... 16
2.4.1 Tingkat Kebutuhan Pelatihan ................................................ 16
2.4.2 Proses Kebutuhan Pelatihan .................................................. 17

x Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


2.5 Perencanaan dan Perancangan Pelatihan ........................................ 17
2.5.1 Perumusan Tujuan Pelatihan ................................................. 17
2.5.2 Penyusunan Anggaran Pelatihan ........................................... 18
2.5.3 Penyusunan Pedoman Pelatihan ............................................ 18
2.6 Pengembangan Materi Pelatihan ..................................................... 18
2.6.1 Pemilihan Instruktur Pelatihan .............................................. 18
2.6.2 Penyusunan Modul Pelatihan ................................................ 19
2.6.3 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan ...................... 20
2.7 Pelaksanaan Pelatihan ..................................................................... 21
2.7.1 Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta Pelatihan ............. 21
2.7.2 Proses Pembelajaran ............................................................... 22
2.8 Evaluasi Pelatihan ........................................................................... 22
2.8.1 Tingkatan Evaluasi Pelatihan ................................................ 22
2.8.2 Laporan Hasil Penyelenggaraan Pelatihan ............................ 24

BAB 3 KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH


3.1 Kerangka Teori ................................................................................ 26
3.2 Kerangka Pikir ................................................................................ 27
3.3 Definisi Istilah .................................................................................. 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Metode Penelitian ............................................................................ 31
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 31
4.3 Informan Penelitian ......................................................................... 31
4.4 Teknik Pengumpulan Data.. ............................................................. 32
4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................ 33
4.6 Upaya Menjaga Validitas Data.. ...................................................... 33
4.7 Pengolahan Data .............................................................................. 34
4.8 Analisis Data.. .................................................................................. 34

BAB 5 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PUSAT FATMAWATI


JAKARTA
5.1 Gambaran Umum RSUP Fatmawati ................................................ 35
5.1.1 Sejarah Singkat RSUP Fatmawati ......................................... 35
5.1.2 Profil RSUP Fatmawati ......................................................... 36
5.1.3 Tugas dan Fungsi RSUP Fatmawati...................................... 36
5.1.4 Visi, Misi, dan Logo RSUP Fatmawati ................................. 37
5.1.5 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati .................................. 38
5.1.6 Ketenagaan RSUP Fatmawati .............................................. 38
5.1.7 Fasilitas dan Pelayanan RSUP Fatmawati ............................ 39
5.7 Gambaran Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati .... 39
5.2.1 Profil Bagian Diklit RSUP Fatmawati ................................... 39
5.2.2 Visi dan Misi Bagian Diklit RSUP Fatmawati....................... 39
5.2.3 Tujuan dan Fungsi Bagian Diklit RSUP Fatmawati .............. 40
5.2.4 Ketenagaan Bagian Diklit RSUP Fatmawati ......................... 41
5.2.5 Struktur Organisasi Bagian Diklit RSUP Fatmawati ............. 42

xi Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


5.2.6 Fasilitas Bagian Diklit RSUP Fatmawati ............................... 42
5.2.7 Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit RSUP Fatmawati .............. 43
5.2.8 Alur Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit RSUP Fatmawati ...... 45

BAB 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 46
6.2 Karakteristik Informan Penelitian .................................................... 47
6.3 Idetifikasi Kebutuhan Pelatihan ..................................................... 48
6.3.1 Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan ............................... 48
6.4 Perencanaan dan Perancangan Pelatihan ......................................... 53
6.4.1 Perumusan Tujuan Pelatihan Pelatihan ................................. 53
6.4.2 Penyusunan Anggaran Pelatihan ........................................... 56
6.4.3 Penyusunan Pedoman Pelatihan ............................................ 59
6.5 Pengembangan Materi Pelatihan ...................................................... 62
6.5.1 Pemilihan Instruktur Pelatihan .............................................. 62
6.5.2 Penyusunan Modul Pelatihan ................................................ 65
6.5.3 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan ...................... 68
6.6 Pelaksanaan Pelatihan ...................................................................... 70
6.6.1 Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta Pelatihan ............. 70
6.6.2 Proses Pembelajaran .............................................................. 73
6.7 Evaluasi Pelatihan ............................................................................ 76
6.7.1 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan ..................................... 76
6.7.2 Evaluasi Instruktur Pelatihan ................................................. 78
6.7.3 Evaluasi Efektivitas Pelatihan ............................................... 80

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan .................................................................................... 84
7.2 Saran ............................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pencapaian Pelayanan Pelatihan Bagian Diklit Tahun 2011

Tabel 3.1 Definisi Istilah

Tabel 5.1 Jumlah Karyawan RSUP Fatmawati Jakarta Per April 2011

Tabel 5.2 Ketenagaan Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta

Tabel 5.3 Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta

Tabel 6.1 Karakteriktik Informan Penelitian

xiii Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Pelatihan Menurut Depdagri

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Menurut Tom W. Goad

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Gambar 5.1 Logo RSUP Fatmawati Jakarta

Gambar 5.2 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati Jakarta

Gambar 5.3 Struktur Organisasi Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta

Gambar 5.4 Alur Penyelenggaraan Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit RSUP


Fatmawati Jakarta

Gambar 6.1 Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan di RSUP Fatmawati


Jakarta Tahun 2011

Gambar 6.2 Proses Perumusan Tujuan Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta


Tahun 2011

Gambar 6.3 Proses Penyusunan Anggaran Pelatihan di RSUP Fatmawati


Jakarta Tahun 2011

Gambar 6.4 Proses Pemilihan Instruktur Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta


Tahun 2011

Gambar 6.5 Proses Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2011

Gambar 6.6 Proses Pelaksanaan Tes Peserta Pelatihan di RSUP Fatmawati


Jakarta Tahun 2011

Gambar 6.7 Proses Pembelajaran Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun


2011

xiv Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Gambar 6.8 Proses Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan di RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2011

Gambar 6.9 Proses Evaluasi Instruktur Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta


Tahun 2011

Gambar 6.10 Proses Evaluasi Efektivitas Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta


Tahun 2011

xv Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Rangkuman Wawancara Mendalam


Lampiran 2 Hasil Observasi
Lampiran 3 Hasil Telaah Data Sekunder
Lampiran 4 Matriks Wawancara Mendalam
Lampiran 5 Pedoman Check List
Lampiran 6 Pedoman Telaah Data Sekunder
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

xvi Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


DAFTAR SINGKATAN

IRNA : Instalasi Rawat Inap


NICU : Neonatal Intensive Care Unit
PICU : Pediatric Intensive Care Unit
ICU : Intensive Care Unit
ICCU : Intensive Care Cardiac Unit
DIKLIT : Pendidikan dan Penelitian
SDM : Sumber Daya Manusia
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
UPT : Unit Pelaksana Teknis
KaSubag : Kepala Sub Bagian
KaUr : Kepala Urusan
Renbang : Perencanaan dan Pengembangan
Monev : Monitoring dan Evaluasi

xvii Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi pada masa
sekarang semakin dirasakan seiring dengan semakin meluas dan semakin rasionalnya
hubungan-hubungan manusia dalam tatanan global masyarakat modern. Seluruh
bidang produksi dan jasa memiliki kebutuhan akan peningkatan penguasaan ilmu dan
teknologi dalam menghadapi persaingan (Kamil, 2007). Demikian pula dengan
bidang kesehatan, rumah sakit sebagai salah satu bidang penghasil jasa harus siap
beradaptasi dengan kondisi seperti ini. Kesiapan rumah sakit dalam menghadapi
tantangan persaingan tersebut, dapat dilihat dari adanya upaya secara terus menerus
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Diketahui bahwa pada awal tahun 2010 jumlah rumah sakit di Indonesia ada
1.523, sedangkan hingga awal Juni 2011 diketahui jumlah rumah sakit sudah
meningkat jadi 1.668. Hal ini berarti dalam kurun waktu sekitar 15 bulan bertambah
145 rumah sakit, sehingga rata-rata setiap bulannya ada 9 rumah sakit baru. Dari total
1668 jumlah rumah sakit di Indonesia, diantaranya 832 merupakan rumah sakit
pemerintah dan 836 diantaranya rumah sakit swasta (Kemenkes, 2011). Dari data
tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan rumah sakit ini terbilang tinggi.
Perkembangan jumlah rumah sakit yang terjadi dari tahun ke tahun, membuat
persaingan semakin meningkat. Rumah sakit dituntut dapat bersaing dalam
meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.

Permasalahan umum yang dialami oleh sebagian besar rumah sakit di


Indonesia (baik RS Pemerintah maupun RS Swasta) yaitu dominasi faktor kelemahan
internal, terutama kurangnya saran dan lemahnya Daya Saing Organisasi dan
diperberat dengan “kurang sigap dan tanggapnya kepemimpinan rumah sakit dalam
mengantisipasi persaingan bebas pasar regional dan global (Widajat, 2009). Oleh
sebab itu, rumah sakit harus siap menghadapi ancaman/tantangan, seperti
perkembangan pesat IPTEK, perubahan regional dan global yang berjalan cepat,

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


2

serta semakin kritisnya penilaian masyarakat pelanggan terhadap pelayanan rumah


sakit.

Kualitas organisasi sangat tergantung pada mutu SDM organisasi tersebut.


Sekurang-kurangnya memiliki satu persamaan. Mereka harus memperkerjakan
karyawan yang kompeten dan bermotivasi. Kebutuhan ini dirasakan semakin kuat
ketika organisasi bergulat dengan tantangan-tantangan yang dihadirkan ekonomi
yang semakin mengglobal, bergerak cepat, dan sangat dinamis (Kaswan, 2011). Agar
mampu bersaing dan berkembang dengan pesat, banyak organisasi salah satunya
adalah rumah sakit yang memasukkan pendidikan karyawan, pelatihan, dan
pengembangan sebagai strategi utama organisasi,.

Pelatihan merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan


(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada
tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam organisasi.
Kegiatan pelatihan erat kaitannya dengan pekerjaan peserta sekarang atau tugas-
tugas yang akan datang dibebankan kepadanya pada masa yang akan datang
(Hamalik, 2007).

Kemungkinan hambatan pelatihan adalah manajemen pelatihan. Manajemen


pelatihan mungkin menjadi hambatan apabila pelatihan tidak disusun berdasarkan
fungsi–fungsi manajemen secara runtut antara lain yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan atau
fungsi manajemen yang dipersingkat yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
Sudjana (2007).
Manajemen pelatihan dapat dilakukan berdasarkan siklus penyelenggaraan
pelatihan. Siklus tersebut meliputi identifikasi kebutuhan pelatihan, perencanaan dan
perancangan pelatihan, pengembangan materi pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan
evaluasi pelatihan (Tom W. Goad dalam Krisno, 2011).

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan rumah sakit pusat rujukan
di wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya serta berfungsi sebagai rumah sakit

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


3

pendidikan (Depkes RI, 1984). RSUP Fatmawati sebagai rumah sakit pendidikan
juga ditetapkan fungsinya sebagai RS Pusat Rujukan karena sudah dilengkapi
fasilitas SDM-ahli, sarana pelayanan dan penunjang serta sistem pelayanan rujukan
medis spesialis dan subspesialis yang memadai dibandingkan dengan rumah sakit
lainnya.

RS Pendidikan adalah apabila rumah sakit tersebut juga digunakan sebagai


tempat pendidikan profesi kedokteran. Sedangkan RUU tentang Perumahsakitan RS
Pendidikan adalah RS yang menyelenggarakan atau digunakan untuk pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi
kedokteran dan pendidikan berkelanjutan (Buku Standar RS Pendidikan yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan dalam Widajat, 2009).

Tantangan RS Pendidikan adalah datang dari dampak persaingan global yang


memaksa RS tersebut menggunakan alat dan teknologi canggih dan SDM spesialis
yang profesional. Sementara itu, RS Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting, yakni: dalam proses pendidikan, penelitian-pengembangan, dan pelatihan
profesi kedokteran, di samping tugas dan fungsi pokok dalam pelayanan kesehatan
komprehensif kepada perorangan dan masyarakat. Serta dengan citra dan kinerja
yang baik seharusnya RS Pendidikan juga mampu berfungsi sebagai RS Pusat
Rujukan yang menghasilkan mutu layanan yang baik dengan sistem dan prosedur
rujukan maupun rujuk balik yang efektif pula (Dirjen Yanmed dalam Widajat, 2009).

Pada tahun 2010, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati menjadi RS tipe A
Pendidikan dan menjadi pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan. Sebagai upaya
strategis dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan pelayanan, maka
Bagian Pendidikan dan Penelitian (DIKLIT), sebagai pengelola pendidikan,
pelatihan dan penelitian berusaha melaksanakan langkah-langkah manajemen mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pelaporan dan evaluasi. Salah satu
fungsi Bagian DIKLIT adalah menyelenggarakan kegiatan pelatihan dimana
sebagian besar adalah pelatihan internal bagi seluruh karyawan di lingkungan Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


4

Berdasarkan hasil evaluasi program kerja Bagian Diklit pada tahun 2011
semester I, pencapaian bagian Diklit diukur dengan beberapa kegiatan. Kegiatan-
kegiatan pencapaian tersebut terdiri dari penyusunan perencanaan pelatihan,
penyusunan modul pelatihan, pelaksanaan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi
manajemen penyelenggaraan pelatihan. Berikut adalah tabel pencapaian pelayanan
Pelatihan Bagian Diklit pada tahun 2011 semester pertama

Tabel 1.1 Pencapaian Pelayanan Pelatihan Bagian Diklit Tahun 2011


NO Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Pencapaian
1. Penyusunan Tersedianya 1 1 100%
perencanaan perencanaan in house dokumen dokumen
pelatihan sesuai training sesuai
pengembangan pengembangan
layanan RS layanan RS
2. Penyusunan Tersedianya modul 3 modul 0 modul 0%
modul pelatihan pelatihan
3. Pelaksanaan in Terlaksananya in 11 8 72,7%
house training house training sesuai pelatihan pelatihan
perencanaan
4. Monev Tersedianya laporan 100% 80% 80%
manajemen hasil monev
penyelenggaraa
n pelatihan
Sumber: Laporan Memory Jabatan Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati 2011

Berdasarkan tabel diatas, kegiatan yang masih belum mencapai standar/target


adalah penyusunan modul pelatihan, pelaksanaan in house training, dan laporan
evaluasi pelatihan. Saat ini bagian Diklit belum menyediakan modul pelatihan
kepada peserta pelatihan. Hal tersebut dapat menghambat kegiatan pembelajaran
peserta dalam mengikuti pelatihan. Pelaksanaan in house traning yang
diselenggarakan oleh Bagian Diklit tidak sesuai dengan perencanaan. Kegiatan
monitoring dan evaluasi manajemen penyelengaraan pelatihan masih kurang
dilakukan sehingga mutu pelatihan kurang dapat dikendalikan.

Semua hal tersebut berkaitan dengan manajemen pelatihan berdasarkan siklus


penyelenggaraan pelatihan dimana berkaitan dengan tahap perencanan pelatihan,
pengembangan materi pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Oleh sebab itu penulis
mengangkat topik penelitian mengenai Manajemen Pelatihan di Bagian Pendidikan
dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta.
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


5

1.2 Rumusan Masalah

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan rumah sakit pusat rujukan
di wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya serta berfungsi sebagai rumah sakit
pendidikan (Depkes RI, 1984). Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sangat
berperan penting dalam proses pendidikan, penelitian-pengembangan, dan pelatihan
profesi kedokteran, di samping tugas dan fungsi pokok dalam pelayanan kesehatan
komprehensif kepada perorangan dan masyarakat.

Dalam menyelenggarakan kegiatan pelatihan sering terjadi kendala dalam


pengelolaannya. Proses pengelolaan pelatihan bukan hal yang terlalu diperhatikan.
Pedahal keberhasilan suatu pelatihan harus didukung dengan pengelolaan pelatihan
yang baik mulai dari tahap identifikasi kebutuhan pelatihan hingga evaluasi pelatihan
(Sudjana, 2007).

Berdasarkan kondisi di lapangan, laporan evaluasi Bagian Diklit semester 1


menyatakan bahwa tahap perencanaan pelatihan, pengembangan materi pelatihan,
dan evaluasi pelatihan belum berjalan dengan optimal. Berdasarkan kondisi di
lapangan yang ada, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran
yang lebih rinci mengenai pengelolaan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUP Fatmawati Jakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi pihak
manajemen untuk perbaikan dan pengembangan pelatihan RSUP Fatmawati Jakarta
di masa mendatang dalam penyelenggaraan pelatihan kepada karyawannya.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana gambaran pengelolaan pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2011 berdasarkan siklus
penyelenggaraan pelatihan?
2. Bagaimana koordinasi antar unit dalam pengelolaan pelatihan di Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2011
berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan?

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


6

3. Apa tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pelatihan di Bagian


Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2011
berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Umum

Menggambarkan pengelolaan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian


RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2011 secara rinci menurut siklus
penyelenggaraan pelatihan.

1.4.2 Khusus
1. Menganalisis tahap-tahap pengelolaan pelatihan secara rinci yang terdiri atas
identifikasi identifikasi kebutuhan pelatihan, perencanaan dan perancangan
pelatihan, pengembangan materi pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan
evaluasi pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati
Jakarta pada tahun 2011.
2. Memperoleh alur proses dan jalannya kordinasi antar unit dalam pengelolaan
pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta pada
tahun 2011.
3. Memperoleh informasi mengenai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta pada
tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Rumah Sakit
1. Memperoleh gambaran mengenai kendala-kendala serta penyebabnya yang
terjadi di lapangan selama kegiatan pelatihan dilaksanakan.
2. Memperoleh gambaran mengenai pencapaian dalam pengelolaan pelatihan
yang diselenggarakan berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


7

3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menentukan langkah


strategis dalam upaya perbaikan dan pengembangan pelatihan di RSUP
Fatmawati Jakarta di masa mendatang.

1.5.2 Bagi Peneliti


1. Sebagai bahan pembelajaran yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai manajemen pelatihan di rumah sakit.
2. Sebagai syarat kelulusan untuk program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Peminatan Manajemen Rumah Sakit Universitas Indonesia.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian mengenai manajemen pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta
dilaksanakan selama bulan Juni hingga Desember 2011. Bulan Juni hingga Agustus
2011 digunakan untuk menelaah data dan menggali informasi mengenai pelaksanaan
pelatihan yang telah berjalan di tahun 2011 semester 1. Bulan November dan
Desember 2011 digunakan untuk menelaah data dan menggali informasi mengenai
pelaksanaan pelatihan yang sedang berjalan (Juni-Desember tahun 2011). Penelitian
ini dilakukan untuk melihat gambaran manajemen pelatihan di RSUP Fatmawati
Jakarta sehingga diketahui pencapaian pelatihan pada periode Juni hingga Desember
2011. Penelitian ini melibatkan pegawai-pegawai di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati yang dilakukan dengan wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan SDM


2.1.1 Pengertian Pengembangan SDM
Pengembangan SDM secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas
atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan
bangsa. Sedangkan pengembangan SDM secara mikro adalah suatu proses
perencanaan pendidikan, pelatihandan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk
mencapai suatu hasil optimal. Dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan SDM
adalah suatu “conditio sine qua non”, yang harus ada dan terjadi di suatu organisasi
(Notoatmodjo, 2009).
Sedangkan Atmodiwirio (2005) menyatakan bahwa pengembangan SDM
adalah aktivitas belajar yang terorganisasi yang diatur dalam suatu organisasi agar
meningkatkan kinerja/pertumbuhan untuk maksud perubahan kerja
individu/organisasi.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SDM


Dalam pelaksanaan pengembangan SDM perlu mempertimbangkan berbagai
faktor, baik dati dalam diri organisasi itu sendiri maupun dari luar organisasi yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2009).
1. Faktor Internal
Faktor internal di sini mencakup keseluruhan kehidupan organisasi yang dapat
dikendalikan baik oleh pimpinan maupun oleh anggota organisasi yang
bersangkutan. Faktor eksternal antara lain:
a. Visi
Visi adalah impian atau cita-cita, atau harapan yang ingin dicapai oleh
organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan petunjuk
kemana organisasi tersebut akan diarahkan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


9

b. Misi
Misi adalah upaya-upaya untuk mewujudkan visi atau impian organisasi
tersebut. Upaya-upaya organisasi dalam mencapai cita-cita organisasinya
sangat tergantung dari SDM dari organisasi yang bersangkutan.
c. Tujuan
Tujuan adalah apa yang ingin dicapai setiap upaya atau program organisasi.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik, serta
implementasi perencanaan tersebut secara tepat.
d. Strategi pencapaian tujuan
Misi dan tujuan suatu organisasi mungkin mempunyai persamaan dengan
organisasi lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut
berbeda. Oleh sebab itu setiap organisasi mempunyai strategi yang tertentu.
Untuk itu diperlukan kemampuan karyawannya dalam memperkirakan dan
mengantisipasi keadaan diluar yang dapat mempunyai dampak terhadap
organisasinya.
e. Sifat dan jenis kegiatan
Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting pengaruhnya terhadap
pengembangan SDM dalam organisasi yang bersangkutan.
f. Jenis teknologi yang digunakan
Hal ini perlu diperhitungkan dalam program pengembangan SDM dalam
organisasi tersebut. Pengembangan SDM disini sangat diperlukan, baik untuk
mempersiapkan tenaga guna menangani atau mengoperasikan teknologi itu,
atau mungkin terjadinya otomatisasi kegiatan-kegiatan yang semula dilakukan
oleh manusia.

2. Faktor Eksternal
Suatu organisasi berada di lingkungan tertentu, dan tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan dimana organisasi itu berada. Agar organisasi itu dapat melaksanakan
visi, misi, dan tujuannya, maka ia harus memperhitungkan faktor-faktor
lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisasi tersebut. Faktor-faktor eksternal
tersebut antara lain:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


10

a. Kebijaksanaan pemerintah
Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, baik yang dikeluarkan melalui
perundang-undangan, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri, dan
sebagainya dapat mempengaruhi program-program pengembangan SDM
dalam organisasi yang bersangkutan
b. Sosio Budaya Masyarakat
Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat diabaikan suatu organisasi. Hal
ini karena suatu organisasi apapun didirikan untuk kepentingan masyarakat
yang mempunyai belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Sehingga dalam
menyelenggarakan program-program pengembangan SDM harus
mempertimbangkan sosio budaya.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini
telah sedemikian pesatnya. Untuk itu maka organisasi harus mampu untuk
memilih teknologi yang tepat untuk organisasinya dan kemampuan karyawan
organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut.

2.1.3 Pelatihan sebagai Upaya Pengembangan SDM


Pelatihan dalam suatu organisasi sebagai upaya untuk pengembangan SDM
adalah suatu siklus yang harus terjadi terus menerus. Hal ini terjadi karena organisasi
itu harus berkembang untuk mengantisipasi perubahan-perubahan di luar organisasi
tersebut. Untuk itu maka kemampuan SDM itu harus terus menerus ditingkatkan
seirama dengan kemajuan dan perkembangan organisasi (Notoatmodjo, 2009).

2.2 Pelatihan
2.2.1 Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja
yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang
brtujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


11

tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi


(Hamalik, 2007),.
Sedangkan Kaswan (2011) mengemukakan bahwa pelatihan adalah proses
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan mungkin juga
meliputi pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih
efektif. Pelatihan dapat dilakukan pada semua tingkat dalam organisasi.

2.2.2 Tujuan Pelatihan


Secara khusus dalam kaitannya dengan pekerjaan, Simamora dalam Kamil
(2010) mengelompokkan tujuan pelatihan ke dalam lima bidang, yaitu:
a. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi.
b. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam
pekerjaan
c. Membantu memecahkan permasalahan operasional
d. Mempersiapkan karyawan untuk promosi
e. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

2.2.3 Prinsip Pelatihan


Pelatihan merupakan proses pembelajaran maka prinsip-prinsip pelatihanpun
dikembangkan dari prinsip-prinsip pembelajaran (Kamil, 2010). Beberapa prinsip
umum agar pelatihan berhasil adalah sebagai berikut:
a. Prinsip perbedaan individu
Perbedaan-perbedaan individu dalam latar belakang sosial, pendidikan,
pengalaman, minat, bakat, dan kepribadian harus diperhatikan dalam
menyelenggarakan pelatihan
b. Prinsip motivasi
Agar peserta pelatihan belajar dengan giat perlu ada motivasi. Motivasi dapat
berupa pekerjaan atau kesempatan berusaha, penghasilan, kenaikan pangkat
atau jabatan, dan peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup. Dengan
begitu, pelatihan berasa bermakna oleh peserta pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


12

c. Prinsip pemilihan dan pelatihan para pelatih


Efektivitas program pelatihan antara lain bergantung pada para pelatih yang
mempunyai minat dan kemampuan melatih. Pemilihan dan pelatihan para
pelatih dapat menjadi motivasi tambahan bagi para peserta pelatihan.
d. Prinsip belajar
Belajar harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit, atau dari
yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui.
e. Prinsip Kerjasama
Pelatihan dapat berhasil dengan baik melalui kerjasama yang apik antar
semua komponen yang terlibat dalam pelatihan.
f. Prinsip metode pelatihan
Terdapat berbagai metode pelatihan, dari tidak ada satupun metode pelatihan
yang dapat digunakan untuk semua jenis pelatihan. Untuk itu perlu dicarikan
metode pelatihan yang cocok untuk suatu pelatihan.
g. Prinsip hubungan pelatihan dengan pekerjaan atau dengan kehidupan nyata
Pekerjaan, jabatan, atau kehidupan nyata dalam organisasi atau dalam
masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan, sehingga perlu diselenggarakan
pelatihan

2.2.4 Metode Pelatihan


Metode pelatihan merupakan pendekatan terhadap cara penyelenggaraan dan
pelaksanaan pelatihan (Sastrohadiwiryo, 2005),. Metode pelatihan yang biasa dianut
manajemen meliputi:
a. Pelatihan di tempat kerja
b. Kuliah dan Konferensi
c. Studi kasus
d. Permainan peran
e. Seminar dan lokakarya
f. Simposium
g. Kursus korespodensi

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


13

h. Diskusi kelompok
i. Permainan manajemen
j. Kombinasi.

2.2.5 Jenis-jenis Pelatihan


Dengan melihat dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi
pelatihan dapat dibedakan (J.C Denyer dalam Kamil, 2010). Pelatihan dibedakan atas
beberapa macam, yaitu:
a. Pelatihan induksi, yaitu pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada
pegawai baru dengan tidak memandang tingkatannya.
b. Pelatihan kerja, yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai dengan
maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas
tertentu.
c. Pelatihan supervisor, yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisor atau
pimpinan tingkat bawah.
d. Pelatihan manajemen, yaitu pelatihan yang diberikan kepada manajemen atau
untuk pemegang jabatan manajemen.
e. Pengembangan eksekutif, yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan pejabat-pejabat pimpinan.

2.2.6 Kemungkinan Hambatan Pelatihan


Hambatan pelatihan dapat berasal dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal program pelatihan. Lingkungan internal adalah kekurangcocokan sistem
pelatihan, program pelatihan, sumber daya manusia dan manajemen pelatihan
(Sudjana, 2007).
a. Sistem Pelatihan
Sistem pelatihan yang tidak lengkap yaitu tidak memuat komponen, proses
dan tujuan secara menyeluruh, cemderung akan menghambat tercapainya
dampak pelatihan sebagaimana diharapkan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


14

b. Program pelatihan
Program pelatihan akan menjadi hambatan apabila disusun tanpa
menjabarkan sistem pelatihan, tidak mempertimbangkan ketersediaan waktu
calon peserta latihan, tidak memperhatikan cara dan gaya belajar masyarakat
dari mana peserta pelatihan berasal, dan ketersediaan sarana, prasarana, dan
dana yang diperlukan dalam pelatihan.
c. Manajemen pelatihan
Manajemen pelatihan mungkin menjadi hambatan apabila pelatihan tidak
disusun berdasarkan fungsi –fungsi manajemen secara runtut antara lain yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan
pengembangan atau fungsi manajemen yang dipersingkat yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.

2.3 Manajemen Pelatihan


2.3.1 Model Siklus Pelatihan
Penyelenggaraan pelatihan dapat dihgambarkan dalam bentuk sebuah siklus
(Pusdiklat Depdagri dalam Siregar, 2010). Bentuk siklus penyelenggaran pelatihan
sebagai berikut:

Perencanaan
Pelatihan

Evaluasi Pelaksanaan
Pelatihan Pelatihan

Sumber: Siregar (2010)

Gambar 2.1 Siklus Pelatihan Menurut Depdagri

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


15

Sedangkan Tom W. Goad dalam Krisno (2011), menggambarkan siklus


pelatihan sebagai berikut:

Identifikasi
Kebutuhan
Pelatihan

Evaluasi Perencanaan dan


Pelatihan Perancangan Pelatihan

Pelaksanaan Pengembangan
Pelatihan Materi Pelatihan

Sumber: Krisno (2011)

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Menurut Tom W. Goad

2.3.2 Manfaat Siklus Pelatihan


Siklus pelatihan sangat bermanfaat bagi manajemen maupun bagi peserta
(Krisno, 2011). Manfaat siklus pelatihan antara lain:
a. Bagi Manajemen
1. Agar manajemen lebih serius dalam menetapkan tolok ukur keberhasilan
pelatihan serta dalam memperhatikan tahap-tahap pelatihan secara
keseluruhan sebagai faktor-faktor penting guna lebih mnjamin efektifitas
pelatihan, khususnya pada tahap persiapan pelatihan, pelaksanaan materi
maupun tahap evaluasi pelatihan.
2. Agar manajemen juga lebih banyak mengalokasikan waktu, perhatian,
maupun biaya pada tahap-tahap tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


16

3. Penyelenggaraan pelatihan tidak hanya lebih efektif (sesuai dengan


sasaran manajemen) namun juga akan lebih efisien.
4. Manajemen juga akan lebih fokus terhadap setiap penyelenggaraan
pelatihan, khususnya didalam mencermati setiap tahapan pelatihan serta
efektifitas dan efisiensi setiap tahapan pelatihan.
b. Bagi Peserta
1. Peserta akan lebih paham akan manfaat pelatihan serta tujuan manajemen
menyelenggarakan pelatihan.
2. Peserta akan semakin serius setiap mengikuti pelatihan karena dari awal
penyelenggaraan sampai dengan hasil pelatihan akan selalu diklarifikasi
dan konfirmasi oleh stakeholder pelatihan.
3. Manfaat pelatihan akan semakin dirasakan tidak hanya saat pelatihan
namun juga setelah kembali ke tempat kerja.

2.4 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


2.4.1 Tingkat Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Tujuan keseluruhan identifikasi kebutuhan pelatihan adalah untuk
menentukan apakan pelatihan dibutuhkan, dan jika dibutuhkan, memberi informasi
yang dibutuhkan untuk merancang program pelatihan. Identifikasi kebutuhan
pelatihan terdiri dari tiga tingkat yaitu analisis organisasi, analisis individu, dan
analisis tugas/ pekerjaan (Kaswan, 2011).
a. Analisis Organisasi
Analisis organisasi memeriksa faktor-faktor utama seperti budaya, misi
organisasi, sasaran jangka pendek, dan jangka panjang, dan struktur
organisasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi baik kebutuhan
organisasi secara menyeluruh dan tingkat dukungan untuk pelatihan.
b. Analisis Individu
Analisis individu menentukan karyawan yang mana yang membutuhkan
pelatihan dengan memeriksa sejauh mana kearyawan itu melaksanakan tugas-
tugas yang membentuk kerjanya. Pelatihan sering dibutuhkan ketika ada
kesenjangan antara kinerja karyawan dengan ekspektasi atau standar

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


17

organisasi. Sering analisis individu melibatkan penilaian peringkat kinerja


karyawan dan selanjutnya mengidentifikasi karyawan yang kurang dalam
keterampilan tertentu.
c. Analisis Tugas/Pekerjaan
Analisis pekerjaan adalah pemeriksaan terhadap tugas/pekerjaan yang
dijalankan, berfokus pada kewajiban dan tugas di seluruh organisasi itu untuk
menentukan pekerjaan yang mana yang membutuhkan pelatihan. Kewajiban
dan tugas ini digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan karakteristik lain yang dituntut untuk melaksanakan
pekerjaan dengan memadai.

2.4.2 Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


Identifikasi kebutuhan pelatihan terdiri dari langkah-langkah (Atmodiwirio,
2005). Langkah-langkah dalam identifikasi kebutuhan pelatihan adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi dan menggambarkan kesenjangan pelaksanaan kerja.
b. Menentukan sebab-sebab kesenjangan.
c. Mengidentifikasi kesenjangan pelaksanaan kerja tersebut yang didasarkan
kepada kurangnya pengetahuan, dan keterampilan.
d. Menentukan apakah pelatihan adalah solusi yang mungkin.
e. Rekomendasi solusi.
f. Menggambarkan tentang peran atau pelaksanaan tugas.

2.5 Perencanaan dan Perancangan Pelatihan


2.5.1 Perumusan Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan merupakan dasar bagi penentuan langkah-langkah kegiatan
dalam mengembangkan komponen dan proses pelatihan. Tujuan merupakan inti
dalam sistem pelatihan. Tujuan pelatihan yang dirumuskan dengan baik akan
memberikan arah untuk menetapkan cara-cara praktis dan objektif dalam
menentukan fakta, prinsip, konsep, dan kemampuan khusus sebagai bahan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


18

pembelajaran dalam pelatihan, termasuk penentuan jenis dan jumlah bahan


pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan (Sudjana, 2007).
Tujuan itupun dapat dijadikan dasar dalam menguraikan persyaratan
pekerjaan, memilih metode, media dan sistem organisasi, mengidentifikasi
kebutuhan belajar peserta pelatihan pada saat pelatihan berakhir, menumbuhkan
motivasi peserta pelatihan untuk terus belajar yang lebih efekti dan efisien,
menyusun standar lat evaluasi hasil belajar yang valid dan dapat dipercaya
(Atmodiwirio, 2005).

2.5.2 Penyusunan Anggaran Pelatihan


Dalam peyusunan anggaran pelatihan diperlukan manajemen anggaran yang
baik. Proses penganggaran menggunakan estimasi perkiraan ini menyangkut berapa
banyak sumber daya keuangan yang diperlukan untuk menutup biaya yang
dikeluarkan selama periode anggaran. Jadi, keterampilan yang dibutuhkan adalah
kemampuan membuat prediksi yang handal mengenai berapa besar uang yang akan
dikeluarkan (Krisno, 2011).

2.5.3 Penyusunan Pedoman Pelatihan


Pedoman pelatihan merupakan suatu pegangan bagi penyelenggara pelatihan
yang berisi tentang garis besar dalam pelaksanaan pelatihan. Pedoman pelatihan
berfungsi agar penyelenggara pelatihan dapat menyelenggarakan pelatihan sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan di awal.. Pedoman pelatihan akan
mempermudah penyelenggara dalam menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan
prosedut yang telah ditetapkan. Pedoman pelatihan bersifat baku untuk pelatihan
tertentu (Krisno, 2011).

2.6 Pengembangan Materi


2.6.1 Pemilihan Instruktur
Instruktur pelatihan memiliki peran umum dalam penyelenggaraan pelatihan
(Sudjana, 2007). Peran umum seorang instruktur pelatihan antara lain:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


19

a. Instruktur harus bertaggung jawab dalam merencanakan dan memastikan


kebutuhan peserta
b. Instruktur harus paham tentang pengembangan keterampilan, pengetahuan
dan tingkatan yang diharapkan.
c. Berdasarkan pemahaman tersebut instruktur wajib menyusun serangkaian
sasaran yang akan membantu dalam merancang pelatihan.

Penyelenggara pelatihan biasanya mempunyai kriteria-kriteria tertentu dalam


melakukan pemilihan instruktur (Krisno, 2011). Kriteria yang harus dipenuhi dalam
pemilihan instruktur yang sesuai adalah sebagai berikut:
a. Paham tentang materi yang akan dibahas (baik dari konsep maupun praktik)
b. Paham tentang proses pembelajaran yang efektif
c. Dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap efektifitas pembelajaran
d. Paham dan terampil dalam perannya sebagai instruktur
e. Sesuaikan kebutuhan pelatihan dengan kompetensinya (dengan mengecek
CV-nya)

Menurut Krisno(2011), keahlian instruktur dalam pembelajaran antara lain:


a. Konsultan g. Pencipta
b. Pengajar h. Penemu
c. Pelatih i. Penggerak
d. Pendengar j. Penjual
e. Pemimpin k. Teknisi
f. Penilai l. Administrator

2.6.2 Penyusunan Modul Pelatihan


Modul pelatihan sebaiknya sudah dimiliki sebelum dimulainya pelathan
sehingga jauh sebelumnya sudah dapat membaca dan mempelajari materi yang akan
diberikan. Penyediaan modul pelatihan disesuaikan dengan jumlah jumlah topik
pelatihan yang direncanakan (Atmodiwirio, 2005).

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


20

Modul pelatihan digunakan oleh peserta pelatihan sendiri tanpa bantuan


keberadaan instruktur (Atmodiwirio, 2005). Modul pelatihan mempunyai empat ciri,
yaitu:
a. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri, uraiannya jelas tidak
perlu adanya penjelasan tambahan
b. Dapat dipelajari oleh peserta sesuai kecepatan belajar masing-masing peserta;
di dalam modul tersebut ada petunjuk kapan peserta boleh melanjutkan ke
bagian berikutnya dan kapan harus engulang bahan pelajaran yang sama
c. Dapat dipelajari oleh peserta menurut waktu dan tempat yang dipilihnya
d. Mampu membuat peserta aktif melakukan sesuatu pada saat belajar.

Menurut Atmodiwirio (2005), langkah-langkah pengadaan modul pelatihan


antara lain:
a. Memilih dan mengumpulkan bahan pelajaran yang tersedia di lapangan dan
relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi pembelajaran.
b. Mengadaptasi bahan pelajaran ke dalam bentuk bahan belajar dengan
mengikuti strategi pembelajaran yang telah disusun sebelumnya
c. Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar dengan strategi pembelajaran
d. Meneliti kualitas teknis bahan tersebut yang meliputi:
- Bahasa yang sederhana dan relevan
- Bahasa yang komunikatif
- Desain fisik (berbentuk media cetak, menarik, diketik dengan jelas, dll)

2.6.3 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruangan Pelatihan


Tujuan dasar alat bantu pelatihan adalah membantu instruktur agar presentasi
verbal mereka dapat dipahami dan diterima sehingga menghasilkan proses belajar
yang maksimal (Krisno, 2011). Alat bantu pelatihan yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Over Head Projector (OHP)
b. Pembuatan transparansi
c. Flipchart

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


21

d. Handouts
e. Visual Aids

Sesuai dengan jenis atau metode yang dipergunakan oleh setiap pengaturan
ruang dapat diatur sesuai kebutuhan (Atmodiwirio, 2005). Ada beberapa macam
bentuk/formasi yang dikenal, yaitu:
a. Bentuk lingkaran tanpa meja
Dalam bentuk ini disediakan tempat bagi seorang pemimpin, jarak antara
peserta dengan pimpinan sedemikian rupa sehingga tampak adanya seorang
peserta yang dominan sebagai pemimpin.
b. Bentuk lingkaran memakai meja
Dalam bentuk lingkaran ini dipakai meja, menjadikan ruang menjadi terbatas.
c. Bentuk segi empat
Meja dan kursi disusun sedemikian rupa sehingga di tengah membentuk
ruang kosong. Ini tergantung kepada dimana papan tulis atau instruktur
berada.
d. Bentuk persegi panjang
Penataan ruang kelas dapat dibuat persegi panjang. Meja dan kursi
memanjang disusun saling berhimpit sehingga tidak ada ruang yang tersedia.
e. Bentuk huruf U
Dengan bentuk huruf U ruang gerak instruktur lebih besar dan lebih mudah
untuk mengadakan komunikasi dengan peserta.

2.7 Pelaksanaan Pelatihan


2.7.1 Pelaksanaan Test Awal dan Akhir Peserta Pelatihan
Test awal dan test akhir peserta pelatihan merupakan evaluasi pembelajaran
dalam pelatihan. Alat evaluasi awal dan evaluasi akhir digunakan untuk mengukur
perbedaan tingkat kemampuan peserta pelatihan pada saat sebelum memasuki
program pelatihan dan setelah mengikuti program pelatihan. Alat evaluasi awal dan
akhir kemampuan peserta pelatihan dapat berbentuk tes (essay, objektif,
performansi), lembaran pendapat, dan sebagainya. Pertanyaan/penyataan yang

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


22

dimuat dalam instrumen awal dapat bersamaan atau hampir sama dengan yang
dimuat dalam instrumen evaluasi akhir sehingga hasilnya dapat diukur dengan
menggunakan pengkuran yang valid dan dapat dipercaya (Sudjana, 2007).

2.7.2 Proses pembelajaran


Pelaksanaan pelatihan merupakan proses pembelajaran di berikan oleh
instruktur terhadap peserta pelatihan (Sudjana, 2011). Langkah-langkah dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan Keakraban
Pembinaan keakraban adalah kegiatan saling mengenal antara peserta
pelatihan, antara peserta pelatihan dengan instruktur, dan antar instruktur.
Tujuannya adalah untuk mengkondisikan agar mereka siap melakukan
kegiatan pelatihan secara akrab dan menyenangkan.
b. Identifikasi kebutuhan
Identifikasi kebutuhan belajar, aspirasi dan potensi peserta pelatihan. Pada
tahap ini instruktur melibatkan peserta pelatihan dalam mengenali,
menyatakan dan menyusun kebutuhan belajar, harapan dan potensi yang
dimiliki peserta pelatihan.
c. Penetapan kontrak pembelajaran
Kontrak pembelajaran merupakan perjanjian tertulis yang dibuat oleh peserta
pelatihan untuk mengikuti pembelajaran dalam pelatihan. Format kontrak
pembelajaran biasanya telah disiapkan dan disediakan untuk setiap peserta
pelatihan oleh pengelola program pelatihan.

2.8 Evaluasi Pelatihan


2.8.1 Tingkatan Evaluasi Pelatihan
Studi yang paling populer menurut Kirtpatrick (1996) adalah
mengidentifikasi empat bidang atau menggunakan model empat tingkatan dalam
proses langkah perencanaan dan pelaksanaan pelatihan (Krisno, 2011). Keempat
tingkatan itu didefinisikan sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


23

a. Level 1: Reaksi
b. Level 2: Pembelajaran
c. Level 3: Perilaku
d. Level 4: Hasil

Dua level yang pertama terjadi pada saat pelatihan, sedangkan dua level yang
terakhir terjadi di tempat kerja setelah mengikuti pelatihan.
a. Level 1 – Reaksi
- Level evaluasi ini memberikan informasi mengenai kualitas pengalaman
peserta.
- Informasi ini cenderung jangka pendek dan bersifat subjektif serta
membeerikan indikasi bagian dari pelatihan yang perlu mendapat perhatihan
khusus dari peserta.
- Evaluasi reaksi ini juga berisi umpan balik untuk instruktur mengenai metode
pembelajaran, efisiensi, dan sebagainya.
- Evaluasi rekasi sangat populer, namun nilainya menjadi kecil apabila menjadi
satu-satunya pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi pelatihan.
- Pada intinya penyelenggara berupaya unutuk mendapat pandangan peserta
mengenai dampak pelatihan tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagai umpan
balik untuk instruktur.

b. Level 2 – Pembelajaran
- Mengevaluasi pembelajaran memberikan informasi mengenai banyaknya
pelajaran yang dapat dipetik oleh peserta selama mengikuti pelatihan.
- Evaluasi ini akan memberi umpan balik bagi penyelenggaraan pelatihan
maupun instruktur dan peserta untuk membentunya mengikuti siklus
pembelajaran.
- Evaluasi ini juga memberi umpan balik bagi instruktur mengenai efektivitas
metode yang digunakan.
- Sasaran merupakan patokan mengenai apa yang harus dapat dilakukan oleh
peserta berdasarkan standar tertentu dalam kondisi tertentu.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


24

c. Level 3 – Perilaku
- Evaluasi pada level ini adalah untuk menilai apakah peserta telah menerapkan
pembelajarannya dalam bentuk perubahan perilaku di tempat kerja.
- Evaluasi difokuskan pada peningkatan hasil atau kinerja. Mengevaluasi
perilaku kerja juga merupakan peluan umpan balik bagi instruktur mengenai
metodi dan strategi pembelajaran.
- Evaluasi ini juga membantu menentukan relevansi sasaran pembelajaran yang
telah ditetapkan dengan kebutuhan pelatihan yang sesungguhnya.

d. Level 4 – Hasil
- Evaluasi ini meneliti dampak jangka panjang pelatihan
- Peserta mungkin dapat mendemonstrasikan keterampilan baru yang
diperolehnya dan juga untuk mengukur apakah terdapat perubahan efisiensi
dan profitabilitas pada unit kerja tempat peserta bekerja.
- Ini merupakan upaya untuk mengukur kinerja organisasi dan
membandingkannya dengan biaya pelatihan yang telah dikeluarkan.

2.8.2 Laporan Hasil Penyelenggaraan Pelatihan


Penilai pelatihan dan manajer pelatihan mungkin diminta untuk memberikan
laporan stakeholder, pihak yang berkepentingan atau kelompok manajemen senior
(Krisno, 2011). Banyak cara untuk membuat laporan yang bentuknya sering
ditentukan berdasarkan budaya organisasi, tapi beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Usahakan pendek dan sederhana
- Ini akan membantu para pembaca untuk membaca laporan yang ringkas tapi
komprehensif serta merujuk pada bukti-bukti pendukung bila mereka merasa
memerlukannya.
b. Bila memungkinkan, gunakan gambar, grafik, diagram dan bukan kata atau angka
yang panjang
- Jenis bahan yang akan dimasukkan dalam laporan biasanya menentukan
bentuk grafik atau imaji-imaji lain yang digunakan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


25

- Laporan-laporan evaluasi pada umumnya meliputi tabel-tabel dan


representatif grafik yang digunakan seperti grafik garis, diagram pie, diagram
batang, dan sebagainya.
c. Identifikasi pihak-pihak yang berkepentingan yang utama dan temukan apa
permintaannya
- Hal utama ketiga dalam membuat laporan evaluasi yang baik adalah
memastikan bahwa laporan yang telah dibuat menggunakan forma yang
dikehendaki.
d. Format Laporan
- Laporan-laporan evaluasi mungkin perlu diformat seperti yang dikehendaki
budaya organisasi, dan isinya perlu disesuaikan dengan ukuran-ukuran
validasi dan evaluasi pelatihan.
- Salah satu dari standar-standar ini adalah:
a) Isi
b) Deskripsi singkap mengenai pokok laporan
c) Alasan pentingnya pembuatan pokok laporan
d) Rangkuman hasil dan rekomendasi
e) Deskripsi metode yang digunakan untuk pengumpulan
f) Naskah utama
g) Kesimpulan, termasuk mengingatkan rekomendasi-rekomendasi
h) Lampiran

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 3
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Teori


Menurut Tom W. Goad dalam Krisno (2011) mengatakan bahwa tahapan
pokok dalam penyelenggaraan pelatihan antara lain:
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan
2. Perencanaan dan perancangan pelatihan
3. Pengembangan materi pelatihan
4. Pelaksanaan pelatihan
5. Evaluasi pelatihan

Identifikasi
Kebutuhan
Pelatihan

Perencanaan dan
Evaluasi
Perancangan
Pelatihan
Pelatihan

Pelaksanaan Pengembangan
Pelatihan Materi

Sumber: Krisno (2011)

Gambar 3.1 Kerangka Teori

26

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


27

Setiap tahap pengelolaan pelatihan mempunyai komponen, seperti dijelaskan


oleh sudjana (2007).
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan
Tahap ini terdiri atas proses identifikasi kebutuhan pelatihan.
2. Perencanaan dan perancangan pelatihan
Tahap ini terdiri atas perumusan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran
pelatihan, dan penyusunan pedoman pelatihan.
3. Pengembangan materi pelatihan
Tahap ini terdiri atas pemilihan instruktur pelatihan, penyusunan modul
pelatihan, dan ketersediaan alat bantu dan ruang pelatihan.
4. Pelaksanaan pelatihan
Tahap ini terdiri atas pelaksanaan tes peserta pelatihan, proses pembelajaran.
5. Evaluasi pelatihan
Tahap ini terdiri atas evaluasi pelatihan tingkat reaksi, pembelajaran,
perilaku, dan hasil.

3.2 Kerangka Pikir


Kerangka pikir penelitian ini mengadopsi dari teori siklus pelatihan yang
telah dikembangkan oleh Tom, W. Good dalam Krisno (2011) dan Sudjana (2007).
Dari masing-masing tahap kemudian diturunkan ke dalam beberapa variabel.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran manajemen pelatihan di Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta berdasarkan siklus
penyelenggaraan pelatihan.
Analisis pengelolaan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati dilakukan dengan strategi manajemen pelatihan, tergambar dalam bagan
kerangka konsep sebagai berikut.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


28

Identifikasi Kebutuhan
Pelatihan

 Proses identifikasi
kebutuhan pelatihan
Evaluasi Pelatihan Perencanaan dan
Perancangan Pelatihan
 Evaluasi terhadap
fasilitator  Perumusan tujuan
 Evaluasi terhadap pelatihan
penyelenggaraan  Penyusunan
 Evaluasi efektivitas anggaran pelatihan
di unit kerja  Penyusunan
pedoman pelatihan

Pengembangan Materi
Pelaksanaan
Pelatihan
 Pemilihan
Instruktur
 Pelaksanaan
Test Peserta  Penyusunan
modul pelatihan
 Proses
 Ketersediaan Alat
Pembelajaran
Bantu dan Ruang
Pelatihan

Gambar 3.2 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar diatas, tahap-tahap dalam penyelenggaraan pelatihan.


Penyelenggaraan pelatihan dimulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan hingga
evaluasi pelatihan. Penulis akan menelusuri setiap tahap dalam siklus
penyelengaraan pelatihan agar dapat mengidentifikasi penyebab masalah dan upaya
perbaikan yang dilakukan oleh pihak Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati Jakarta. Hasil akhir penelitian akan bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan untuk mengupayakan pengembangan di masa mendatang

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


26

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan Pelatihan di
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2011 merupakan
metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana peneliti terjun langsung ke
lapangan untuk menggali data atau informasi secara mendalam mengenai topik yang
akan dilakukan penelitian. Disamping itu penulis juga melakukan observasi dan
telaah dokumen.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati Jakarta. Waktu penelitian adalah dilaksanakan selama bulan Juni hingga
Desember 2011. Bulan Juni hingga Agustus 2011 digunakan untuk menelaah data
dan menggali informasi mengenai pelaksanaan pelatihan yang telah berjalan di tahun
2011 semester 1. Bulan November dan Desember 2011 digunakan untuk menelaah
data dan menggali informasi mengenai pelaksanaan pelatihan yang sedang berjalan
(Juni-Desember tahun 2011).

4.3 Informan Penelitian


Peneliti menentukan kriteria untuk informan berdasarkan prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy).
a. Kesesuaian (appropriateness) adalah informan yang dipilih adalah orang-orang
yang berkaitan dengan topik penelitian
b. Kecukupan (adequacy) adalah jumlah informan yang dipilih sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh peneliti.

31

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


32

Informan penelitian yang dipilih sesuai dengan prinsip Kesesuaian


(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) adalah:
1. Kepala Sub Bagian SDM RSUP Fatmawati
2. Kepala Unit Kerja RSUP Fatmawati
3. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan Diklit RSUP Fatmawati
4. Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi Diklit RSUP Fatmawati
5. Kepala Urusan Pelatihan Bagian Diklit RSUP Fatmawati
6. Fasilitator Pelatihan di RSUP Fatmawati

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik.
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan
observasi.
a. Wawancara mendalam dilakukan dengan 6 orang informan, yaitu: Kepala
Bagian SDM, Kepala Unit Kerja, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan
Pengembangan Diklit, Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi Diklit,
Kepala Urusan Pelatihan Bagian Diklit, Staf Urusan Pelatihan Bagian Diklit,
dan Instruktur Pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta
b. Observasi terhadap kelengkapan sarana dan prasarana kegiatan pelatihan
yaitu alat bantu pelatihan, ruang pelatihan, dan pelaksanaan pelatihan.

2. Data sekunder: diperoleh dengan melakukan telaah dokumen dan data-data yang
berhubungan dengan Manajemen Pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUP Fatmawati Jakarta seperti laporan kegiatan pelatihan, laporan evaluasi
pelatihan, SOP, kerangka acuan pelatihan, modul pelatihan, soal tes awal dan
akhir peserta pelatihan dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


33

4.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, lembar check
list, dan pedoman telaah dokumen. Ketiga instrumen tersebut dibuat sendiri oleh
penulis berdasarkan kerangka konsep dan definisi operasional penelitian.
a. Pedoman wawancara dibuat berurutan untuk semua variabel, mulai dari
perencanaan hingga evaluasi.
b. Lembar check list dibuat untuk variabel sarana dan prasarana pelatihan yang
digunakan untuk mengamati modul pelatihan, pedoman pelatihan, alat bantu
pelatihan dan ruangan pelatihan, pelaksanaan pelatihan.
c. Pedoman telaah dokumen yang dibuat berhubungan dengan tahap-tahap
penyelenggaraan pelatihan dan hasil evaluasi kegiatan pelatian.

4.6 Upaya Menjaga Validitas Data


Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian ini, maka penulis
akan melakukan triangulasi, yakni:
a. Triangulasi Sumber
Melakukan pemeriksaan (cross check) hasil wawancara mendalam dengan
informan yang berbeda, yakni: Kepala Bagian SDM, Kepala Unit Kerja,
Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan Diklit, Kepala Sub Bagian
Monitoring dan Evaluasi Diklit, Kepala Urusan Pelatihan Bagian Diklit, Staf
Urusan Pelatihan Bagian Diklit dan Fasilitator Pelatihan di RSUP Fatmawati
Jakarta.
b. Triangulasi Metode
Melakukan observasi terhadap variabel sarana prasarana pelatihan dan
pelaksanaan pelatihan. Selain itu juga membandingkan antara data hasil
wawancara dengan dokumen (data sekunder) yang ada.
c. Triangulasi Data
Meminta umpan balik kepada informan. Triangulasi ini bertujuan agar dapat
meningkatkan kualitas data yang didapatkan karena informan akan memberikan
saran dan informasi tambahan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


34

4.7 Pengolahan Data


Pengolahan data yang didapatkan di lapangan dilakukan melalui langkah-
langkah berikut ini:
a. Data yang didapatkan, berupa data primer yang berasal dari wawancara
mendalam, dalam bentuk rekaman suara, dicatat dengan membuat
transkrip.
b. Data dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
c. Data yang telah ditranskrip kemudian ditelaah lagi, untuk menentukan
data-data yang tidak berhubungan dengan topik.
d. Membuat matriks wawancara berdasarkan transkrip.
e. Matriks wawancara kemudian di triangulasi.
f. Transkrip dan matriks wawancara dijadikan sebagai pedoman untuk
membuat hasil penelitian.
g. Data-data yang diperoleh melalui observasi dan telaah dokumen juga
dimasukkan ke dalam hasil dan pembahasan/analisis penelitian.

4.8 Analisis Data


Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap isi (content analysis). Setiap
variabel penelitian dianalisis secara berurutan sesuai dengan urutan dalam kerangka
konsep dan definisi operasional, yaitu komponen siklus penyelenggaraan pelatihan.
Analisis isi dilakukan dengan membandingkan antara data yang didapat dengan teori
yang ada serta penelitian terkait yang sebelumnya pernah ada.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 5
GAMBARAN RSUP FATMAWATI JAKARTA

5.1 Gambaran Umum RSUP Fatmawati Jakarta


5.1.1 Sejarah Singkat RSUP Fatmawati Jakarta
RSUP Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno
sebagai RS yang mengkhususkan penderita TBC anak dan Rehabilitasinya. Pada
tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS Fatmawati diserahkan
kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi
RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai
Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B
Pendidikan.
Dalam perkembangannya RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana
pada tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat,
pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah
sakit mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan sebagai
RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000 tentang
Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11 Agustus
2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005
RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi RS, tahun 1997 RS Fatmawati memperoleh
Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati
memperoleh status Akreditasi Penuh tingkat lanjut untuk 12 pelayanan. Kemudian
pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16 pelayanan dan pada tahun 2007
memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan. RSUP
Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI
sebagai Rumah Sakit Umum dengan Pelayanan Unggulan Orthopaedi dan
Rehabilitasi Medik dengan SK Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008.

35

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


36

Dan pada tanggal 8 April 2010 RSUP Fatmawati ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Kelas A Pendidikan berdasarkan Kepmenkes RI No. 472/Menkes/SK/IV/2010. Pada
tahun 2011, RSUP Fatmawati berada di usia emas yaitu 50 tahun.

5.1.2 Profil RSUP Fatmawati Jakarta


Nama Institusi : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Alamat : Jl. RS. Fatmawati, Cilandak – Jakarta Selatan 1230
Telp / Fax : (021) 7660552 / Fax: (021) 7690123
Email : rsupf@cbn.net.id dan pffatmaw@indosat.net.id
Website : www.rsupfatmawati.com
Tahun Berdiri : 1961
Tipe RS : Rumah Sakit Umum Tipe A Pendidikan

5.1.3 Tugas dan Fungsi RSUP Fatmawati Jakarta


A. Tugas RSUP Fatmawati Jakarta
RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan
penelitian.

B. Fungsi RSUP Fatmawati Jakarta


RSUP Fatmawati menyelenggarakan fungsi:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
e. Pelayanan rujukan
f. Pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan
g. Penelitian dan pengembangan
h. Administrasi umum dan keuangan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


37

5.1.4 Visi, Misi, dan Logo RSUP Fatmawati Jakarta


A. Visi RSUP Fatmawati Jakarta
“TERDEPAN, PARIPURNA DAN TERPERCAYA DI INDONESIA”

B. Misi RSUP Fatmawati Jakarta


Untuk mencapai visi maka ditempuh dengan misi sebagai berikut:
1. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan
rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen risiko klinis;
2. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;
3. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel serta
berdaya saing tinggi;
4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini;
5. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya
manusia.

C. Logo RSUP Fatmawati Jakarta

Sumber: Profil RSUP Fatmawati 2011

Gambar 5.1 Logo RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


38

5.1.5 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati Jakarta

Sumber: Profil RSUP Fatmawati 2011

Gambar 5.2 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

5.1.6 Ketenagaan di RSUP Fatmawati Jakarta

Tabel 5.1 Jumlah Karyawan RSUP Fatmawati per April 2011


No Jenis tenaga Pns Non pns Ptt / kontrak Jumlah
1 Medis 247 1 34 282
2 Keperawatan 695 187 882
3 Non keperawatan 268 1 39 308
4 Non medis /admin 559 2 206 767
Total 1769 4 466 2239
Sumber: Profil RSUP Fatmawati Juni 2011

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


39

5.1.7 Fasilitas dan Pelayanan di RSUP Fatmawati Jakarta


a. Gawat Darurat
b. Rawat Jalan
c. Rawat Inap (NICU-PICU, ICU,ICCU,Unit Stroke dan IRNA/Rawat
Eksekutif)
d. Instalasi Rawat Intensif (NICU-PICU, ICU,ICCU, Cath Lab)
e. Instalasi Rawat Inap A (IRNA A)
f. Instalasi Rawat Inap B (IRNA B)
g. Instalasi Rawat Inap C (IRNA C)
h. Instalasi Pavilliun Anggrek
i. Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif Griya Husada

5.2 Gambaran Umum Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati


Jakarta

5.2.1 Profil Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta


Sebagai rumah sakit kelas A pendidikan, RSUP Fatmawati mempunyai fungsi
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, dan juga pendidikan dan
penelitian. Sejalan dengan visi RS terbaru ”Paripurna, Terdepan dan Terpercaya”
serta salah satu misinya yaitu memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan
bidang orthopaedi dan rehabilitasi medis, yang memenuhi kaidah manajemen risiko
klinis, maka pengelolaan pendidikan, pelatihan dan penelitian dilaksanakan secara
efektif, efisien dan optimal agar dapat menunjang kinerja rumah sakit secara umum
dan tujuan tertib administrasi dalam pengelolaan pendidikan, pelatihan dan penelitian
tercapai.

5.2.2 Visi dan Misi Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta


Dalam medukung visi, misi dan tujuan RSUP Fatmawati di atas, maka
Bagian Pendidikan dan Penelitian (DIKLIT) menetapkan visi, misi dan tujuan
Bagian DIKLIT, yaitu:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


40

A. Visi Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta


Menjadi satuan kerja pengelola jasa pelayanan pendidikan, penelitian dan
pelatihan, menunjang pelayanan unggulan rumah sakit yaitu Orthopedi dan
Rehabilitasi Medik yang melampaui harapan pelanggan.

B. Misi Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta


1. Memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan unggulan
pelayanan Orthopedi dan Rehabilitasi Medik
2. Memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian untuk
pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan.
3. Menyelenggarakan administrasi penatakelolaan rumah sakit yang efisien
dan efektif serta akuntabel.
4. Melaksanakan pengelolaan keuangan yang fleksibel berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
5. Mengutamakan keselamatan pasien dan lingkungan yang sehat.
6. Meningkatkan semangat persatuan dan kesejahteraan sumber daya manusia
RS.

5.2.3 Tujuan, dan Fungsi Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta


A. Tujuan Bagian Diklit RSUP Fatmawati Jakarta
Umum: Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendidikan,
pelatihan dan penelitian di RSUP Fatmawati
Khusus:
a. Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui penyediaan wahana
pembelajaran klinik dalam rangka memenuhi sebagian atau keseluruhan
modul pendidikan
b. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM dalam pelayanan
kesehatan melalui pelatihan medis dan non medis di RSUP Fatmawati
c. Memfasilitasi kegiatan penelitian yang memenuhi kaidah manajemen risiko
klinis dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


41

B. Fungsi Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta


Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) sebagai unit kerja struktural
dibawah Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan mempunyai fungsi melaksanakan
pengelolaan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian.
a. Pelayanan pendidikan yang diberikan adalah pelayanan kegiatan praktik
klinik, PKL dan magang bagi peserta didik kedokteran dan non kedokteran,
baik dari sekolah menengah, program diploma, sarjana sampai pasca
sarjana/spesialis.
b. Pelayanan pelatihan yang diberikan meliputi pelayanan pelatihan untuk
peserta eksternal RS dan internal RS (in house training).
c. Pelayanan penelitian meliputi penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau
mahasiswa program sarjana dan pasca sarjana dari luar RS maupun internal
(karyawan RS).

5.2.4 Ketenagaan Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta

Tabel 5.2 Ketenagaan Bagian Diklit RSUP Fatmawati


No Gol Jabatan Pendidikan
1 IV B Plt. Kepala Bagian S-2 Magister Kesehatan
2 III D Ka. Sub. Bag Renbang S-2 Magister Manajemen
3 III C Ka. Sub. Bag Monev Dokter
4 III B Urusan Pendidikan Dokter Dokter
5 III A Urusan Administrasi SMA
6 III A Urusan Pendidikan Non D-1 Gizi
Medik
7 III B Urusan Pelatihan & S1-Kesehatan
Penelitian Masyarakat
8 II A Staf Bagian Diklit S-1 Ekonomi
9 Non- Staf Bagian Diklit Sarjana Pendidikan
PNS
10 III A Staf Bagian Diklit SMA
12 Non- Staf Bagian Diklit Sarjana Perpustakaan
PNS
13 Non- Staf Bagian Diklit Sarjana Perpustakaan
PNS
Sumber: Profil Diklit 2011

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


42

5.2.5 Struktur Organisasi Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati


Jakarta
Struktur organisasi Bagian Diklit terdiri dari 1 orang Kepala Bagian, 2 orang
Kepala Sub Bagian, 4 orang Kepala Urusan dan Staf.

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR UMUM, SDM DAN


PENDIDIKAN

KEPALA BAGIAN
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN

KA SUB BAG KA SUB BAG


PERENCANAAN DAN MONITORING DAN
PENGEMBANGAN EVALUASI

KA UR KA. UR KA UR KA. UR
PENDIDIKAN PENDIDIKAN PELATIHAN DAN ADMINISTRASI
DOKTER NON DOKTER PENELITIAN

STAF

Sumber: Profil Diklit 2011

Gambar 5.3 Struktur Organisasi Bagian Diklit RSUP Fatmawati

5.2.6 Fasilitas Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta


Dalam rangka menunjang peningkatan pelayanan pendidikan untuk peserta
luar / eksternal yaitu peserta didik khususnya mahasiswa yang sedang melakukan
praktek kerja lapangan, magang ataupun pelatihan di RSUP Fatmawati maupun
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


43

peserta dalam / internal / pegawai RSUP Fatmawati, maka diperlukan fasilitas


penunjang yaitu laptop, LCD, Flipchart, ATK, Pointers, dan lain-lain.

5.2.7 Kegiatan Pelatihan Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati


Jakarta
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan merupakan kegiatan pelatihan untuk
peserta dari dalam RS (staf RSUPF) dan peserta dari luar RS.
Kegiatan Pelatihan yang dilaksanakan di RSUP Fatmawati pada tahun 2010:

Tabel 5.3 Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit

REALISASI
No KEGIATAN Realisasi Jmlh Sasaran
Fisik Pst
1 Balakar 17,18 Mar 150 M, NM,Pwt
2 Pasien Safety 19,26 Mar 51 M, NM,Pwt

Managing Service M, NM,Pwt


3 29,30 Mar 30
Excellent

4 Service Excellent 26,30 Apr 60 M, NM,Pwt


ICU + Mulok
3 Mei s/d
5 Kardiologi Dasar 23 Pwt
30 Juli
(mahir)
Finansial Non
6 21,23 Juli 30 Manajer
Keuangan
Workshop Perawat 7 Juni &
7 111 Pwt
terampil pain service 31 Juli
5,6,12,13
8 F- One Gelombang 1 30 Pwt
Juli
19,20,21,2
9 F- One Gelombang 2 30 Pwt
2 Juli
Pelatihan Pemantauan
10 19,26 Juli 45 M
Indikator Klinis
Apr s/d
11 CNE 211 Pwt
Sept
Penyegaran Ilmiah Mei s/d
12 406 M
Dokter Umum Okt
Panduan
Mei s/d
13 Penyelenggaraan Dik- 125 Manajemen
Okt
Lat – Lit

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


44

REALISASI
No KEGIATAN Realisasi Jmlh Sasaran
Fisik Pst
14 Workshop KPI 10,11 Mei 70 Manajemen
15 K3 RS 26,27 Juli 42 M, NM
4,5,6,7
16 F- One Gelombang 3 32 Pwt
Ags
17 ESQ 27 Ags 174 M, NM
18 PONEK 18-23 Okt 21 M, Pwt,Bdn
19 Disaster Plan IGD 2,3,4 Nov 113 M, NM
Hand Hygiene untuk 5
20 8-12 Nov 323 M,NM,Pwt
Instalasi
Hand Hygiene untuk
21 13-Nop 42 M,NM,Pwt
IBS
Manajemen Mutu
22 9-11 Nov 20 Pwt
Asuhan Keperawatan
Keterampilan untuk 30 Nov,
23 105 NM
satpam 1&2 Des
29,30Nov
24 Clinical Instructure 20 Pwt
& 1,3 Des
1,2,8,9
25 Gizi Kuliner 30 NM
Des
TOTAL 2294
Sumber: Profil Diklit 2011

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


45

5.2.8 Alur Penyelenggaraan Kegiatan Pelatihan Bagian Pendidikan dan


Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta

Mulai

Permohonan Pelatihan dari Satker Lain/SDM

Penyusunan / Revisi Proposal Pelatihan dan


Anggaran

Tidak Ya
Persetujuan
Direksi

Perencanaan Ulang Pengajuan Kas Bon

Penelaahan Anggaran Pencairan Uang

Pembuatan Surat
Tugas

Pelaksanaan Monev,
Laporan Kegiatan

Selesai

Sumber: SOP Bagian Diklit 2011

Gambar 5.4 Alur Penyelenggaraan Kegiatan Pelatihan Bagian Diklit

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan mengenai gambaran manajemen pelatihan berdasarkan siklus
penyelenggaraan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2011. Sebelum membahas lebih lanjut, perlu penulis kemukakan
beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Terdapat beberapa jawaban pada salah seorang informan yang tidak terekam
pada menit-menit terakhir pada proses wawancara mendalam. Padahal
kemungkinan kesalahan teknis seperti ini sudah diantisipasi dengan
membawa alat perekam cadangan. Tetapi, rangkuman sudah dicatat oleh
peneliti, sehingga dapat mengurangi tantangan tersebut.
2. Penelitian ini tidak dilakukan terhadap peserta pelatihan. Peneliti tidak
memasukkan peserta pelatihan sebagai informan penelitian. Padahal
informasi dari peserta pelatihan dianggap penting dalam penelitian ini.
3. Observasi hanya dilakukan pada salah satu pelatihan yang sedang diadakan
pada saat penulis melakukan penelitian tidak untuk pelatihan secara
keseluruhan.
4. Penelitian ini terhambat disebabkan karena kesibukan informan penelitian.
Peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur jadwal wawancara dengan
setiap informan.

46

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


47

6.2 Karakteristik Informan Penelitian


Informan penelitian yang diwawancarai mengenai Manajemen Pelatihan di
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta ini terdiri dari 6 orang,
yaitu Kepala Bagian SDM, Kepala Unit Kerja, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan
Pengembangan, Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi, Kepala Urusan
pelatihan, dan Instruktur Pelatihan. Berikut ini tabel mengenai karakteristik masing-
masing informan yang diwawancarai:

Tabel 6.1 Karakteristik Informan Penelitian


No Jabatan Jenis Usia Pendidikan Masa Masa
Kelamin Terakhir Kerja di Jabatan
Fatmawati
1. Kasubag Lk 49 th S1 20 th 2 th
Pengembangan SDM
2. Kepala Unit Kerja Lk 49 th S1 11 th 3 bln
3. Kasubag Renbang Pr 50 th S2 22 th 6 th
Bag. Diklit
4. Kasubag Monev Pr 40 th S1 2,5 th 2 th
Bag. Diklit
5. Staf Urusan Lk 27 th S1 3 th 3 th
Pelatihan Bag. Diklit
6. Instruktur Pelatihan Pr 43 th S2 17 th 3 th
Sumber: pengisian biodata pada saat wawancara mendalam (8,9,12 Des 2011)

Keseluruhan informan penelitian memiliki total masa jabatan antara 3 tahun


hingga 22 tahun di lingkungan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Pada saat ini,
informan yang bekerja di bagian Pendidikan dan Penelitian sangat berperan dalam
penyelenggaraan kegiatan pelatihan, dimana Bagian Pendidikan dan Penelitian
sebagai penyelenggara kegiatan pelatihan RSUP Fatmawati Jakarta.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


48

6.3 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


Pada bagian ini, peneliti menyajikan komponen identifikasi kebutuhan
pelatihan yaitu proses identifikasi kebutuhan pelatihan sesuai dengan tahapan
manajemen pelatihan.

6.3.1 Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


Proses identifikasi kebutuhan pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta dilakukan
dengan melihat kesenjangan antara standar kompetensi dengan kondisi di lapangan.
Kepala unit kerja melakukan analisis kompetensi yaitu melihat kesenjangan antara
standar kompetensi dengan kompetensi yang dimiliki oleh staf. Kepala unit kerja
merumuskan kebutuhan pelatihan selama 1 tahun ke bagian SDM untuk
ditindaklanjuti.
“Proses identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan di unit kerja masing-
masing. Dimana dilakukan analisis kompetensi dengan melihat standar
kompetensi dan kompetensi yang dimiliki pegawai lalu dirumuskan
kebutuhan pelatihan selama 1 tahun ke bagian SDM untuk ditindaklanjuti”
(Staf Ur. Pelatihan)

Pendekatan analisis kompetensi ini dimulai dengan menghimpun


data/informasi tentang kompetensi/kemampuan apa yang harus dimiliki oleh staf
dalam jabatan atau pekerjaan tertentu. Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai apa yang harus dimiliki oleh staf
untuk dapat menunjukkan kemampuan tersebut. Pendekatan ini tidak mempersoalkan
kinerja staf pada saat sekarang melainkan kinerja mereka setelah mengikuti pelatihan
(Sudjana, 2007).
Proses identifikasi kebutuhan pelatihan merupakan sepenuhnya tanggung
jawab bagian SDM, tetapi bagian Diklit terlibat sebagai penyelenggara pelatihan.
“Yang bertanggungjawab sepenuhnya adalah saya sebagai kepala
pengembangan SDM.” (Kasubag Pengembangan SDM)

“Yang terlibat itu bagian SDM. Bagian Diklit sebagai penyeleggara”


(Kasubag Renbang)

“Yang bertanggungjawab itu bagian SDM. Bagian Diklit sebagai instruktur


penyelenggaraan pelatihan” (Kasubag Monev)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


49

Koordinasi Antar Unit dalam Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Koordinasi Bagian Diklit dengan Bagian SDM berjalan dengan baik dalam
identifikasi kebutuhan pelatihan. Bagian Diklit berkoordinasi dengan bagian SDM
dalam bentuk rapat yang membahas mengenai penyelenggaraan pelatihan.

“Baik ya, bagian Diklit dan SDM berkoordinasi pada saat rapat pembahasan
penyelenggaraan pelatihan” (Kasubag Monev)

“Sejauh ini, baik-baik saja. Namanya juga 1 rumah sakit harus bisa saling
berkoordinasi biar kegiatannya terselenggara”
(Kasubag Pengembangan SDM)

“Saya rasa berjalan baik sampai sekarang. Namanya juga sudah


tanggungjawab jadi koordinasi itu penting agar dapat berjalan dengan baik”
(Kasubag Renbang)

Bagian SDM dengan unit kerja saling berkoordinasi dalam identifikasi


kebutuhan pelatihan. Bagian SDM bekerja sama dengan unit kerja masing-masing.
Unit kerja bertugas melakukan analisis kompetensi terhadap pegawainya dan
mengajukan kebutuhan pelatihan dalam 1 tahun. Unit kerja melakukan survei
langsung ke lapangan untuk melihat pelatihan apa yang dibutuhkan pegawai dalam
melaksanakan tugasnya.
“Kepala unit kerja yang bertugas analisis kebutuhan pelatihan dengan turun
langsung ke lapangan untuk melihat pelatihan yang dibutuhkan oleh pegawai
untuk menunjang dalam melakukan tugasnya” (KepalaUnit Kerja)

“Bagian SDM dan unit kerja saling kerja sama. Sama-sama mempunyai
tanggung jawab. Usulan kebutuhan pelatihan ada di unit kerja dan bagian
SDM yang akan menindaklanjuti usulan tersebut”
(Kasubag Pengembangan SDM)

Bagian Diklit dengan unit kerja juga saling berkoordinasi dalam identifikasi
kebutuhan pelatihan. Bagian Diklit menetapkan nama peserta pelatihan dari masing-
masing unit kerja. Masing-masing unit kerja memberikan list nama peserta peserta
yang akan ikut.
“Diklit dan unit kerja saling berkoordinasi dalam penetapan nama peserta
pelatihan” (KepalaUnit Kerja)

“Bagian Diklit meminta daftar nama peserta pelatihan ke masing-masing


unit kerja” (Staf Urusan Pelatihan)
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


50

Alur Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


Peneliti dapat menggambarkan proses perumusan tujuan pelatihan di Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Unit Kerja SDM Man RS Diklit Keterangan

= Garis Proses
a
2 1 = Garis Koordinasi
b
Kegiatan : Dokumen :
3 4
1 Penyebaran Kuesioner a : Kuesioner Kebutuhan
Pelatihan dari Bagian
SDM
5 5 5 2 Penentuan Kebutuhan
3 Pengembalian Kuesioner b : Kuesioner yang
telah diisi oleh
4 Rapat Pembahasan Unit Kerja
6 5 Hasil Keputusan

6 Penetapam Peserta
Pelatihan

Gambar 6.1 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Tantangan dalam Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


Identifikasi kebutuhan pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta berasal dari hasil
analisis kompetensi pegawai dan program rumah sakit. Dari hasil identifikasi
kebutuhan pelatihan akan ditetapkan pelatihan apa yang cocok dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh pegawai sesuai dengan jabatan dan menjadi prioritas rumah
sakit.
“Identifikasi kebutuhan pelatihan dilihat dari kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang pegawai pada saat dia memegang jabatan tertentu”
(Kasubag Monev)

“Di unit kerja dilakukan analisis kompetensi serta tergantung juga dengan
program rumah sakit menuju JCI”
(Staf Ur. Pelatihan)

Hasil analisis kompetensi dilihat berdasarkan adanya kesenjangan antara


standar kompetensi dengan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai.
“Ya, kepala unit kerja melihat dari kesenjangan antara standar kompetensi
dengan kompetensi yang dimiliki stafnya, setelah itu baru mengajukan
pelatihan” (Kasubag Pengembangan SDM)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


51

Dapat disimpulkan bahwa kepala unit kerja yang mengetahui kebutuhan


pelatihan di unit kerjanya. Kepala unit kerja menentukan pelatihan apa yang
dibutuhkan dengan melakukan analisis kompetensi terhadap pegawai dan
memprioritaskan berdasarkan program rumah sakit yang sedang berjalan.

“Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan oleh kepala unit kerja. Kepala


unit kerja yang menentukan pelatihan apa saja yang dibutuhkan pegawai dan
menjadi program rumah sakit” (Staf Ur. Pelatihan)

Atmodiwirio (2005) mengemukakan bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan


terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menggambarkan kesenjangan pelaksanaan kerja.
b. Menentukan sebab-sebab kesenjangan.
c. Mengidentifikasi kesenjangan pelaksanaan kerja tersebut yang didasarkan
kepada kurangnya pengetahuan, dan keterampilan.
d. Menentukan apakah pelatihan adalah solusi yang mungkin.
e. Rekomendasi solusi.
f. Menggambarkan tentang peran atau pelaksanaan tugas.

Kepala unit kerja memiliki tantangan dalam melakukan identifikasi


kebutuhan pada saat melihat kesenjangan standar kompetensi dengan kondisi di
lapangan. Kepala unit kerja melakukan survei langsung ke lapangan dan berdiskusi.
Hasil diskusi tersebut akan menghasilkan masukan-masukan mengenai kebutuhan
pelatihan.
“Saya langsung turun ke lapangan dengan melihat kesenjangan standar
kompetensi yang terjadi. Lalu berdiskusi dan pada akhirnya ada masukan-
masukan tentang kebutuhan pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

Bagian SDM memiliki tantangan dalam mensosialisasikan ke unit kerja untuk


mengajukan usulan kebutuhan pelatihan pada tiap akhir tahun. Bagian SDM selalu
mengingatkan unit kerja untuk mengumpulkan kuesioner usulan kebutuhan
pelatihan. Terkadang unit kerja sering terlambat mengumpulkan kuesioner usulan
kebutuhan pelatihan ke bagian SDM.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


52

“Kami harus sering mengingatkan unit kerja untuk mengumpulkan kuesioner


usulan ke bagian SDM karena banyak unit kerja yang sering telat
mengumpulkan” (Kasubag Pengembangan SDM)

“Unit kerja sering terlambat mengumpulkan kuesioner kebutuhan pelatihan


sehingga bagian SDM harus mengingatkan kembali”
(Kepala Unit Kerja)

Tantangan lain yang dihadapi dalam identifikasi kebutuhan pelatihan adalah


terkait waktu dan biaya pelatihan.
“Kegiatan melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan sangat memakan
waktu. Terbentur dengan rutinitas sehari-hari” (Kasubag Monev)

“Kalau saya menilai sepertinya belum, karena kekurangan biaya dan banyak
usulan pelatihan yang mendadak” (Staf Ur. Pelatihan)

Identifikasi kebutuhan pelatihan belum berjalan dengan baik mungkin karena


merupakan proses yang sulit dan memakan waktu serta kurangnya dukungan untuk
melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan. Akan tetapi identifikasi kebutuhan
pelatihan merupakan hal yang sangat diperlukan untuk usaha bagian SDM yang
efektif (Werner dan DeSimone dalam Kaswan, 2011).
Upaya yang dilakukan terhadap tantangan yang terjadi dalam identifikasi
kebutuhan pelatihan belum ada. Hal ini terlihat dari masih banyak pelatihan yang
diselenggarakan berulang-ulang pada tiap tahunnya.
“Belum ada upaya yang dilakukan oleh bagian SDM. Mudah-mudahan bisa
lebih baik lagi” (Kasubag Renbang)

“Pelatihan yang ada sering berulang-ulang tiap tahunnya”


(Kasubag Monev)

Hanya saja untuk masalah anggaran dan usulan pelatihan mendadak dapat
ditangani dengan cara menambahkan anggaran pelatihan di tahun depan dan
menunda pelatihan yang sudah direncanakan di awal.
“Untuk biaya yang kurang, bagian Diklit menambah anggaran untuk tahun
sebelumnya. Kemudian untuk pelatihan yang mendadak, mau ga mau
pelatihan yang udah direncanakan tadinya jadi ditunda dan dialihkan ke
pelatihan yang mendadak” (Staf Ur. Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


53

Proses identifikasi kebutuhan pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta memang


belum berjalan sesuai dengan konsep TNIA (Training Need Identification Analysis).
Identifikasi kebutuhan pelatihan harus melewati beberapa tahap, yaitu analisis
organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu. Lalu kegiatan identifikasi
kebutuhan pelatihan juga harus mendapat dukungan dari berbagai pihak agar dapat
berjalan dengan baik.

6.4 Perencanaan dan Perancangan Pelatihan


Pada bagian ini, peneliti menyajikan komponen perencanaan dan
perancangan pelatihan yang terdiri atas perumusan tujuan pelatihan, penyusunan
anggaran pelatihan dan penyusunan pedoman pelatihan sesuai dengan tahapan
manajemen pelatihan.

6.4.1 Perumusan Tujuan Pelatihan


Perumusan tujuan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati Jakarta dituangkan ke dalam kerangka acuan pelatihan yang disusun oleh
unit kerja terkait. Bagian Diklit menyempurnakan kerangka acuan kasar yang telah
dibuat oleh unit kerja. Hasil temuan ini didapat dari wawancara mendalam dan telaah
data sekunder.
Perumusan tujuan pelatihan dapat memberikan acuan bagi semua komponen
pelatihan seperti peserta, instruktur, dan penyelenggara pelatihan itu sendiri. Tujuan
pelatihan harus disesuaikan dengan jenis dan metode pelatihan yang akan digunakan.
Bagi instruktur, tujuan pelatihan dijadikan sebagai pedoman dalam menyampaikan
materi agar tujuan pelatihan dapat tercapai.
“Tujuan pelatihan dapat dijadikan sebagai media komunikasi bagi
instruktur. Tujuan pelatihan dirumuskan dari jenis pelatihan yang akan
diselenggarakan berserta metode dan media pelatihannya juga”
(Kepala Unit Kerja)

“Saya sebagai instruktur menjadikan tujuan pelatihan sebagai pedoman


dalam menyampaikan materi pelatihan. Tujuan pelatihan juga akan menjadi
indikator keberhasilan pelatihan yang ingin dicapai”
(Instruktur Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


54

Tujuan pelatihan merupakan dasar bagi penentuan langkah-langkah kegiatan


dalam mengembangkan komponen dan proses pelatihan. Tujuan pelatihan dapat
dirancang menjadi beberapa beberapa sub sistem yang saling mempengaruhi dan
terpadu yaitu penyelenggara, pelatih, dan peserta pelatihan; unsur material yaitu
fasilitas dan peralatan pelatihan, naskah, handouts, dan sebagainya; serta unsur
organisasi dan strategi yaitu metode, teknik, instrumen evaluasi, serta
pengorganisasian pelatih dan peserta pelatihan. Unsur-unsur tersebut harus sesuai
dengan tujuan pelatihan (Sudjana, 2007).
Kegiatan perumusan tujuan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUP Fatmawati Jakarta sudah sesuai dengan teori yang ada. Kegiatan perumusan
tujuan pelatihan merupakan tolok ukur penilaian keberhasilan pelatihan, dalam arti
bahwa pelatihan dinilai berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Perumusan tujuan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati adalah menjadi tanggung jawab bagian Diklit dan unit kerja. Tujuan
pelatihan terdapat dalam kerangka acuan pelatihan. Dalam peyusunan kerangka
acuan pelatihan bagian Diklit bekerja sama dengan unit kerja. Pada awalnya, unit
kerja membuat kerangka acuan kasar lalu disempurnakan oleh bagian Diklit.

“Tujuan pelatihan itu ada di kerangka acuan pelatihan. Yang buat unit kerja
awalnya lalu diserahkan ke bagian Diklit untuk disempurnakan”
(Kepala Unit Kerja)
“Kerangka acuan itu yang buat unit kerja. Bagian Diklit hanya
menyempurnakannya” (Staf Urusan Pelatihan)

Koordinasi Antar Unit dalam Perumusan Tujuan Pelatihan

Koordinasi bagian Diklit dengan unit kerja terjalin dengan baik. Bagian Diklit
mengadakan rapat koordinasi dengan unit kerja terkait. Bagian Diklit juga membuat
kepanitiaan pelatihan yang terdiri atas pihak Diklit dan unit kerja.

“Berjalan dengan baik. Bagian Diklit mengundang unit kerja terkait ke rapat
koordinasi. Di sana akan dibahas semuanya” (Kasubag Renbang)

“Koordinasi terjalin dengan baik antara bagian Diklit dengan unit kerja
terkait. Ada rapat koordinasi dan pembentukan panitia” (Kasubag Monev)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


55

“Hubungan Diklit dengan unit kerja terkait sampai sekarang terjalin baik.
Bagian Diklit bertemu dengan unit kerja dalam rapat koordinasi”
(Staf Ur. Pelatihan)

Alur Proses Perumusan Tujuan Pelatihan

Peneliti dapat menggambarkan proses perumusan tujuan pelatihan di Bagian


Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Unit Kerja Diklit Keterangan

= Garis Proses
a
1 2 = Garis Koordinasi
Kegiatan : Dokumen :
b 1 Pembuatan kerangka a : Kerangka Acuan kasar
acuan kasar b : Kerangka Acuan yang
3 3 2 Penyempurnaan telah disempurnakan
kerangka acuan kasar
3 Hasil kerangka acuan

Gambar 6.2 Perumusan Tujuan Pelatihan

Tantangan dalam Perumusan Tujuan Pelatihan

Perumusan tujuan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP


Fatmawati sudah berjalan cukup baik. Unit kerja sudah mampu merumuskan tujuan
pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan disesuaikan dengan dengan jenis dan metode
pelatihan. Instruktur menjadikan tujuan pelatihan dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menyampaikan materi pelatihan. Unit kerja dan instruktur sudah dapat
menggunakan tujuan pelatihan sebagai indikator keberhasilan pelatihan.

“Menurut saya, perumusan tujuan pelatihan sudah berjalan dengan baik.


Kami merumuskannya dengan sebaik mungkin agar penyelenggaraan
pelatihannya nanti dapat berhasil sesuai dengan yang ingin dicapai”
(Kepala Unit Kerja)

“Saya dapat menjadikan tujuan pelatihan yang sudah disusun oleh unit kerja
sebagai pedoman saya dalam menyampaikan materi. Jika tidak saya tidak
tahu tujuan saya menyampaikan materi ini apa”
(Instruktur Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


56

“Kami bagian Diklit hanya menyempurnakan. Unit kerja sudah mampu


merumuskan tujuan pelatihannya sendiri”
(Staf urusan Pelatihan)

Kegiatan perumusan tujuan pelatihan berjalan dengan baik sesuai dengan


kaidah yang ada. Tujuan pelatihan akan menjadi tolok ukur penilaian keberhasilan
pelatihan yang diselenggarakan dan pedoman bagi instruktur dalam menyampaikan
materi pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari hasil wawancara mendalam.

6.4.2 Penyusunan Anggaran Pelatihan


Berdasarkan hasil telaah data sekunder, penyusunan anggaran pelatihan di
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta dilakukan berdasarkan
kebutuhan untuk penyelenggaraan pelatihan. Rencana biaya pelatihan dilihat dari
beberapa aspek yaitu materi, jumlah peserta, instruktur, dan metode pelatihan.
Proses penganggaran menggunakan estimasi (perkiraan). Perkiraan ini
menyangkut banyak sumber daya keuangan yang diperlukan untuk menutup biaya
yang dikeluarkan selama periode anggaran. Jadi, keterampilan yang dibutuhkan
adalah kemampuan membuat prediksi yang andal mengenai berapa besar uang yang
akan dikeluarkan (Krisno, 2011).
Bagian Diklit membantu unit kerja dalam penyusunan anggaran pelatihan.
Bagian Diklit dapat memperkirakan anggaran pelatihan yang akan dikeluarkan untuk
penyelenggaraan pelatihan seperti untuk jumlah peserta, materi, instruktur, dan
metode pelatihan berdasarkan standar bagian keuangan.
“Bagian Diklit membantu unit kerja dalam menyusun anggaran pelatihan.
(Kepala Unit Kerja)

“Bagian Diklit dapat memperkirakan berapa anggaran pelatihan yang


disesuaikan dengan standar bagian keuangan”
(Staf Ur. Pelatihan)

Pihak yang bertanggungjawab dalam penyusunan anggaran pelatihan adalah


unit kerja dan bagian Diklit. Unit kerja mengalokasikan anggaran berdasarkan
materi, jumlah peserta, instruktur, dan metode pelatihan seperti yang ada pada
rencana biaya pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


57

“Unit kerja membuat rincian kebutuhan yang diperlukan untuk pelatihan di


dalam kerangka acuan lalu bagian Diklit akan menindaklanjuti”
(Kepala Unit Kerja)

“Unit kerja membuat alokasi anggaran pelatihan berdasarkan materi,


jumlah peserta, instruktur, dan metode pelatihan”
(Staf Ur. Pelatihan)

Bagian Diklit memprediksi berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk


kebutuhan pelatihan tersebut berdasarkan standar bagian keuangan. Bagian Diklit
yang mengajukan anggaran ke Bagian Keuangan. Bagian Diklit akan mengusahakan
pencairan anggaran oleh Bagian keuangan sehingga pelatihan dapat diselenggarakan.
“Bagian Diklit mengajukan anggaran pelatihan ke bagian keuangan lalu
mengusahakan pencairan anggarannya agar pelatihan terselenggara”
(Kepala Unit Kerja)

“Bagian Diklit yang memperkirakan anggarannya berapa setelah unit kerja


membuat kerangka acuan kasar yang berisi rincian kebutuhan
penyelenggaraan pelatihan dan mengurusi hingga pencairan anggaran”
(Kasubag Monev)

Koordinasi Antar Unit dalam Penyusunan Anggaran Pelatihan

Bagian Diklit dan unit kerja berkoordinasi dengan baik. Bagian Diklit
mengadakan rapat koordinasi dengan unit kerja terkait. Bagian Diklit juga membuat
kepanitiaan pelatihan yang terdiri atas pihak Diklit dan unit kerja.

“Bagian Diklit mengundang unit kerja terkait ke rapat koordinasi. Disana


akan dibahas semuanya” (Kasubag Renbang)

“Koordinasi terjalin dengan baik antara bagian Diklit dengan unit kerja
terkait. Ada rapat koordinasi dan pembentukan panitia” (Kasubag Monev)

“Hubungan Diklit dengan unit kerja terkait sampai sekarang terjalin baik.
Bagian Diklit bertemu dengan unit kerja dalam rapat koordinasi”
(Staf Ur. Pelatihan)

Hasil dari rapat koordinasi tersebut adalah penentuan besar anggaran yang
akan diajukan ke bagian Keuangan.
“Koordinasinya terjalin pada saat rapat koordinasi. Disana akan dibahas
mengenai anggaran pelatihan. Bagian Diklit akan membicarakan anggaran
pelatihan yang akan diajukan ke bagian Keuangan” (Kepala Unit Kerja)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


58

Bagian Diklit berkoordinasi dengan bagian keuangan pada saat pengajuan


rencana biaya pelatihan. Bagian Diklit mengurusi pencairan anggaran pelatihan dari
bagian keuangan untuk penyelenggaraan pelatihan yang telah direncanakan.
“Dari hasil rapat koordinasi, bagian Diklit mengajukan rencana biaya
pelatihan ke bagian keuangan” (Kasubag Renbang)

Alur Proses Penyusunan Anggaran Pelatihan


Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, peneliti dapat
menggambarkan proses penyusunan anggaran pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Unit Kerja Diklit Keuangan Keterangan

= Garis Proses

a = Garis Koordinasi
1 2
Kegiatan : Dokumen :

1 Rencana biaya pelatihan kasar a : Rencana biaya


pelatihan kasar
b
3 3 4 2
Penyempurnaan rencana
b : Rencana biaya
biaya pelatihan
pelatihan yang telah
3 Rencana biaya pelatihan disempurnakan
berdasarkan standar bagian
keuangan

4 Pengajuan rencana biaya


pelatihan

Gambar 6.3 Penyusunan Anggaran Pelatihan

Tantangan dalam Penyusunan Anggaran Pelatihan


Dalam penyusunan anggaran pelatihan di Bagian pendidikan dan Penelitian
RSUP Fatmawati, tantangan yang dihadapi adalah adanya perubahan kebijakan
pimpinan terkait prioritas penyelenggaraan pelatihan. Sehingga menyebabkan
anggaran untuk pelatihan yang sudah diajukan akan dialihkan ke pelatihan yang lebih
diprioritaskan. Pelatihan yang menjadi prioritas adalah pelatihan yang dapat
mendukung program rumah sakit.
“Menjadi tantangan apabila tiba-tiba ada perubahan kebijakan pimpinan
seperti sekarang lagi sibuk JCI yang mengharuskan ada pelatihan-pelatihan
tertentu. Maka pelatihan tsb harus jadi prioritas. Dan pada akhirnya
anggaran pelatihan yang udah diajukan di awal tahun berubah”
(Kasubag Monev)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


59

“Tantangannya seperti perubahan program rumah sakit dimana pimpinan


mengubah kebijakan dalam penyelenggaraan pelatihan. Pelatihan yang
diprioritaskan adalah pelatihan yang mendukung program rumah sakit”
(Staf Urusan Pelatihan)

Upaya yang dilakukan oleh Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP


Fatmawati untuk menghadapi tantangan tersebut adalah mengalihkan anggaran
pelatihan yang sudah pernah diajukan ke pelatihan yang mendadak diselenggarakan
tersebut.
“Untuk pelatihan yang mendadak diselenggarakan, kita mengalihkan
anggaran pelatihan yang udah direncanakan di awal ke pelatihan tersebut”
(Staf Ur. Pelatihan)

Tahap penyusunan anggaran pelatihan di RSUP Fatmawati sudah baik. Hanya


saja terdapat tantangan ketika ada perubahan kebijakan pimpinan rumah sakit yang
mempengaruhi anggaran pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari wawancara
mendalam dan telaah data sekunder

6.4.3 Penyusunan Pedoman Pelatihan


Penyusunan pedoman pelatihan belum pernah dilakukan oleh bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta. Bagian Diklit baru mempunyai
pedoman pelatihan untuk pihak ketiga yang ingin menggunakan RSUP Fatmawati
sebagai sarana pelatihan.
“Sampai detik ini, kami belum ada pedoman pelatihan untuk pelatihan K3.
Untuk membuat pedoman itu dibutuhkan ahli K3 umum. Menurut saya
pedoman pelatihan itu sangat penting” (Kepala Unit Kerja)

“Penyusunan pedoman pelatihan masih dalam proses”(Kasubag Renbang)

“Jujur saja, pedoman pelatihan untuk penyelenggaraan pelatihan di bagian


Diklit belum ada, baru ada pedoman untuk institusi luar yang ingin memakai
RS.Fatmawati sebagai sarana pelatihannya. Itupun hanya sebatas
prosedurnya” (Kasubag Monev)

Pedoman pelatihan merupakan suatu pegangan bagi penyelenggara pelatihan


yang berisi tentang garis besar dalam pelaksanaan pelatihan. Pedoman pelatihan
berfungsi agar penyelenggara pelatihan dapat menyelenggarakan pelatihan sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan di awal. Pedoman pelatihan akan
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


60

mempermudah penyelenggara dalam menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan


prosedut yang telah ditetapkan. Pedoman pelatihan bersifat baku untuk pelatihan
tertentu (Krisno, 2011).
Pedoman menjadi tugas penting untuk bagian Diklit sebagi penyelenggara
pelatihan. Pedoman pelatihan dapat membantu penyelenggaraan pelatihan menjadi
lebih baik. Pelatihan akan menjadi lebih terarah jika ada buku pedoman pelatihan.
Bagian Diklit dapat bekerja sama dengan unit kerja terkait dalam menyusun
pedoman pelatihan untuk pelatihan tertentu.
Pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman pelatihan di Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati yaitu bagian Diklit dan unit kerja.
Bagian Diklit merupakan penyelenggara pelatihan, maka bagian Diklit bertugas
untuk menyusun pedoman pelatihan secara umum. Untuk pelatihan tertentu,
pedoman pelatihan disusun oleh unit kerja terkait.

“Pedoman pelatihan adalah tugas Diklit dan unit kerja” (Kasubag Renbang)

“Pedoman pelatihan secara umum itu tanggungjawabnya bagian Diklit dan


pedoman pelatihan tertentu tanggungjawabnya unit kerja terkait”
(Kepala Unit Kerja)

“Kalo untuk penyelenggaraan pelatihan secara umum itu Diklit, kalo untuk
khusus suatu pelatihan Diklit dibantu oleh unit kerja terkait”
(Kasubag Monev)

Koordinasi Antar Unit dalam Penyusunan Pedoman Pelatihan

Penyusunan pedoman pelatihan belum dilakukan di bagian Pendidikan dan


Penelitian RSUP Fatmawati maka belum terdapat koordinasi antara bagian Diklit
dengan unit kerja. Bagian Diklit masih merencanakan pembuatan pedoman pelatihan
yang nanti akan bekerja sama dengan unit kerja terkait.

“Pedoman pelatihan belum dibuat, jadi belum terjalin koordinasi dengan


unit kerja terkait” (Kepala Unit Kerja)

“Koordinasi dalam menyusun pedoman pelatihan belum ada. Mungkin nanti


setelah pedomannya ada bagian Diklit akan berkoordinasi dengan unit
kerja” (Staf Ur. Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


61

Tantangan dalam Penyusunan Pedoman Pelatihan

Tantangan dalam penyusunan pedoman pelatihan di Bagian Pendidikan dan


Penelitian RSUP Fatmawati adalah kesibukan pegawai bagian Diklit dalam
menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari. Pedoman pelatihan tidak bisa dibuat jika
dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan rutinitas pekerjaan. Selain itu, unit
kerja mengalami keterbatasan SDM dan waktu untuk menyusun pedoman pelatihan.
unit kerja lebih fokus ke arah teknis pelatihan tanpa adanya pedoman pelatihan.

“Pedoman pelatihan belum ada karena kesibukan kami. Kami sibuk dengan
tugas rutin” (Kasubag Renbang)

“Belum adanya pedoman pelatihan karena kekurangan SDM yaitu ahli K3


Umum. Kami lebih fokus kepada teknis pelatihan”
(Kepala Unit Kerja)

“Pedoman pelatihan akan direncanakan untuk ada. Bagian Diklit belum


fokus ke sana. Karena keterbatasan waktu dan SDM di bagian Diklit”
(Staf Ur. Pelatihan)

Upaya yang akan dilakukan oleh Bagian Diklit dan unit kerja untuk
menangani tantangan tersebut adalah menambah SDM yang bertugas khusus untuk
menyusun pedoman pelatihan dan menyediakan waktu khusus di luar rutinitas
pekerjaan untuk melakukan penyusunan pedoman pelatihan.

“Penyusunan pedoman pelatihan dapat dilakukan oleh bagian Diklit dan unit
kerja mungkin dengan menambah SDM khusus untuk menyusun pedoman
pelatihan dan menyediakan waktu khusus yang digunakan hanya untuk
menyusun buku pedoman pelatihan di luar rutinitas pekerjaan”
(Kasubag Monev)

Tahap penyusunan pedoman pelatihan belum dilakukan oleh Bagian


Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati. Pedoman pelatihan dianggap sangat
penting dalam penyelenggaraan pelatihan tetapi banyak tantangan yang dihadapi
sehingga pedoman pelatihan belum ada. Tantangan yang dihadapi adalah
keterbatasan SDM dan waktu pegawai untuk menyusun pedoman pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


62

Pengembangan Materi Pelatihan


Pada bagian ini, peneliti menyajikan komponen pengembangan materi
pelatihan yang terdiri atas pemilihan instruktur, penyusunan modul pelatihan,
ketersediaan alat bantu dan ruang pelatihan sesuai dengan tahapan manajemen
pelatihan.

6.4.4 Pemilihan Instruktur Pelatihan


Pemilihan instruktur pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian
berdasarkan kompetensi di bidangnya, rekomendasi, sertifikasi dan ketersediaan
waktu. Bagian Diklit bekerja sama dengan unit kerja untuk menentukan instruktur
yang akan menyampaikan materi pada saat pelatihan. Instruktur pelatihan yang
dipilih biasanya instruktur yang sudah mempunyai sertifikasi sebagai pengajar.

“Instruktur yang kami pilih adalah orang yang ahli di bidangnya,


mempunyai pengetahuan lebih terhadap pelatihan. Biasanya dari unit kita
sendiri” (Kepala Unit Kerja)

“Kriteria instruktur adalah yang berpengalaman di bidangnya, rekomendasi


dari unit kerja, yang udah di sertifikasi, yang pastinya yang bisa
menyampaikan materi dengan baik” (Kasubag Renbang)

“Pemilihan instruktur itu dilihat dari kompetensi yang dimiliki, lalu


ketersediaan waktu untuk mengisi pelatihan” (Kasubag Monev)

Krisno (2011) menyatakan bahwa kriteria yang harus dipenuhi dalam


memilih instruktur yang sesuai, antara lain:
1. Paham tentang materi yang akan dibahas (baik dari konsep maupun praktik)
2. Paham tentang proses pembelajaran yang efektif
3. Dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap efektivitas pembelajaran
4. Paham dan terampil dalam perannya sebagai instruktur
5. Sesuaikan kebutuhan pelatihan dengan kompetensinya (cek juga ke CV
instruktur)

Pemilihan instruktur pelatihan Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP


Fatmawati sudah mempunyai kriteria yang tepat. Instruktur yang dipilih adalah

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


63

instruktur yang memiliki kompetensi di bidangnya, memahami tentang materi


pelatihan, mempunyai dedikasi dalam menyampaikan materi, dan berasal dari
rekomendasi dari pihak lain.

Koordinasi dalam Pemilihan Instruktur Pelatihan

Pihak yang terlibat dalam pemilihan instruktur pelatihan di Bagian


Pendidikan dan penelitian RSUP Fatmawati adalah bagian Diklit dan unit kerja.

“Yang bertanggungjawab untuk memilih instruktur itu Diklit. Diklit dibantu


oleh unit kerja terkait”
(Kasubag Monev)

“Unit kerja bertanggungjawab dalam pemilihan instruktur dengan


memberikan rekomendasi instruktur yang cocok untuk memberikan materi
pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

Bagian Diklit berkoordinasi dengan unit kerja terkait dalam memilih


instruktur pelatihan. Jika bagian Diklit mengalami kesulitan dalam memilih
instruktur maka bagian Diklit meminta rekomendasi dari unit kerja. Sejauh ini,
koordinasi bagian Diklit dengan unit kerja terjalin dengan baik.

“Bagian Diklit saling berkoordinasi dengan unit kerja dalam pemilihan


instruktur. Kalau Bagian Diklit kesulitan mencari instruktur, unit kerja yang
merekomendasikan siapa instrukturnya”
(Staf Ur. Pelatihan)

“Koordinasi bagian Diklit dengan unit kerja sampai sekarang terjalin


dengan baik dalam pemilihan instruktur”
(Kepala Unit Kerja)

Alur Proses Pemilihan Instruktur Pelatihan

Berdasarkan pernyataan informan, peneliti dapat menggambarkan proses


pemilihan instruktur pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati
sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


64

Unit Kerja Diklit Instruktur Keterangan

= Garis Proses

= Garis Koordinasi
1 2
Kegiatan : Dokumen : Dokumen yang harus
ada :
1 Rekomendasi a : Form Kesediaan
instruktur pelatihan menjadi instruktur a : SK Instruktur
a a pelatihan
3 3 4 2 Penentuan instruktur
pelatihan

3 Keputusan instruktur
yang terpilih
4 Kesediaan menjadi
instruktur pelatihan

Gambar 6.4 Pemilihan Instruktur Pelatihan

Tantangan dalam Pemilihan Instruktur Pelatihan

Proses pemilihan instruktur memiliki tantangan seperti instruktur yang sudah


terpilih kurang mampu menyampaikan materi dengan baik. Tantangan tersebut
diketahui dari keluhan yang disampaikan oleh peserta pelatihan. Tindak lanjut yang
dilakukan oleh Bagian Diklit adalah dengan mengganti instruktur yang lebih
kompeten dengan materi pelatihan yaitu atas rekomendasi dari unit kerja terkait.

“Tantangannya didapatkan keluhan dari peserta pelatihan bahwa instruktur


kurang mampu menyampaikan materi pelatihan dengan baik. Peserta
pelatihan kurang mengerti dengan materi yang disampaikannya”
(Staf Ur. Pelatihan)

“Kami berusaha untuk mengganti instruktur yang lebih mampu


menyampaikan materi dengan baik berdasarkan rekomendasi dari unit kerja
terkait” (Staf Ur. Pelatihan)

Tantangan lain yang dihadapi adalah instruktur yang direkomendasikan tidak


memiliki ketersediaan waktu untuk memberikan materi pelatihan. Sehingga hal
tersebut dapat menghambat pelaksanaan pelatihan nantinya. Tindak lanjut yang
ditempuh oleh Bagian Diklit adalah menyediakan instruktur cadangan untuk mengisi
pelatihan bisa dari panitia pelatihan dari unit kerja terkait.

“Instruktur sering membatalkan untuk mengisi pelatihan mendadak karena


ga ada waktu dan mempunyai keperluan lain” (Kasubag Monev)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


65

“Yang dilakukan untuk menangani tantangan tersebut adalah dengan


menyediakan instruktur cadangan unruk mengantisipasi kalo sewaktu-waktu
ada instruktur yang mendadak membatalkan untuk mengisi materi pelatihan”
(Kasubag Monev)

Tahap pemilihan instruktur pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian


sudah sesuai dengan kriteria yang sebagaimana mestinya. Walaupun menghadapi
tantangan terkait dengan kompetensi instruktur dan ketersediaan instruktur. Namun
tantangan tersebut dapat dihadapi oleh Bagian Diklit.

6.4.5 Penyusunan Modul Pelatihan


Penyusunan modul pelatihan belum dilakukan oleh Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati. Modul pelatihan dianggap penting oleh peserta
pelatihan. Modul pelatihan menjadi keluhan bagi peserta pelatihan kepada panitia
pelatihan. Modul pelatihan dapat membantu peserta untuk lebih mengerti dan
memahami materi yang disampaikan. Dibandingkan dengan hanya di berikan
handouts.

“Modul pelatihan belum ada. Hanya ada handouts presentasi dari instruktur.
Materi diberikan sebelum peserta masuk ke ruang” (Kepala Unit Kerja)

“Ini menjadi keluhan peserta pelatihan kepada panitia. Tapi belum bisa
disediakan” (Staf Ur. Pelatihan)

“Modul pelatihan belum ada. Saya sebagai instruktur hanya memberikan


slide ke panitia” (Instruktur Pelatihan)

Terdapat informan yang mengatakan bahwa modul pelatihan ada. Tetapi


hanya untuk pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak ketiga (pelatihan yang
dijual).

“Modul peltihan hanya ada untuk pelatihan yang dijual. Pelatihan yang
memakai pihak ketiga” (Kasubag Monev)

Modul pelatihan adalah bahan belajar mandiri yang akan digunakan oleh
peserta pelatihan tanpa bantuan keberadaan instruktur (Atmodiwirio, 2005). Modul
pelatihan mempunyai empat ciri, yaitu:
1. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri; uraiannya jelas tidak
perlu adanya penjelasan tambahan;
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


66

2. Dapat dipelajari oleh peserta sesuai kecepatan belajar masing-masing peserta;


di dalam bahan tersebut ada petunjuk kapan peserta boleh melanjutkan ke
bagian berikutnya dan kapan harus mengulang bahan pelajaran yang sama;
3. Dapat dipelajari oleh peserta menurut waktu dan tempat yang dipilihnya;
4. Mampu membuat peserta aktif melakukan sesuatu pada saat belajar (praktik).

Bagian pendidikan dan penelitian RSUP Fatmawati dengan instruktur


pelatihan harus bekerja sama dalam menyusun modul pelatihan. Modul pelatihan
akan membantu kelancaran peserta pelatihan dalam mengikuti pelatihan. Modul
pelatihan juga dapat meningkatkan pengetahuan peserta terhadap materi pelatihan.
Pihak yang terlibat dalam penyusunan modul pelatihan di Bagian Pendidikan
dan Penelitian RSUP Fatmawati yaitu bagian Diklit. Bagian Diklit yang bertugas
untuk menyediakan modul pelatihan kepada peserta pelatihan.
“Bagian Diklit yang harus menyusun modul pelatihan. Peserta pelatihan
sangat membutuhkan modul pelatihan dalam mempelajari materi pelatihan”
(Kasubag Renbang)

“Modul pelatihan itu tanggung jawab orang Diklit. Tapi sampai sekarang
Diklit belum menyusunnya”
(Staf Ur. Pelatihan)

Namun bagian Diklit tidak bisa bekerja sendiri untuk menyusun modul
pelatihan. Bagian Diklit harus bekerja sama dengan unit kerja terkait yang
mengetahui tentang materi pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan. Ini
juga disadari oleh bagian monev dan unit kerja.
“Diklit membutuhkan unit kerja terkait untuk menyusun modul pelatihan.
instruktur yang lebih mengerti materi pelatihan. Modul pelatihan sebagian
besar berisi materi pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan”
(Kasubag Monev)

“Unit kerja sebaiknya harus menyusun sebuah modul pelatihan. Setelah itu
bagian Diklit menyempurnakannya” (Kepala Unit Kerja)

Koordinasi Antar Unit dalam Penyusunan Modul Pelatihan

Penyusunan modul pelatihan di bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP


Fatmawati belum dilakukan, sehingga belum terdapat koordinasi antara bagian Diklit

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


67

dengan unit kerja. Bagian Diklit masih merencanakan pembuatan modul pelatihan
yang nanti akan bekerja sama dengan unit kerja terkait.

“Modul pelatihan belum ada. Jadi belum terjalin koordinasi dengan unit
kerja terkait” (Kepala Unit Kerja)

“Koordinasi dalam menyusun modul pelatihan belum ada. Bagian Diklit


baru hanya berencana untuk menyusun modul pelatihan. Apabila sudah akan
disusun maka bagian Diklit akan bekerja sama dengan unit kerja”
(Staf Ur. Pelatihan)

Tantangan dalam Penyusunan Modul Pelatihan

Tantangan dalam penyusunan modul pelatihan di Bagian Pendidikan dan


Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta adalah kesibukan pegawai bagian Diklit dalam
menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari. Modul pelatihan tidak bisa dibuat jika
dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan rutinitas pekerjaan. Selain itu, unit
kerja mengalami keterbatasan SDM, kemampuan, dan waktu untuk menyusun
pelatihan. unit kerja lebih fokus ke arah teknis pelatihan tanpa adanya modul
pelatihan.

“Modul pelatihan belum ada karena kesibukan kami. Kami sibuk dengan
tugas rutin” (Kasubag Renbang)

“Tantangan yang dihadapi dalam penyusunan modul pelatihan adalah


kekurangan SDM yaitu ahli K3 Umum. Kami lebih fokus kepada teknis
pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

“Modul pelatihan baru direncanakan untuk ada. Bagian Diklit belum fokus
ke sana. Karena keterbatasan waktu dan SDM di bagian Diklit”
(Staf Ur. Pelatihan)

“Keterbatasan kemampuan dan waktu yang membuat saya belum bisa


menyusun modul pelatihan” (Instruktur Pelatihan)

Langkah yang akan dilakukan oleh Bagian Diklit dan unit kerja untuk
menghadapi tantangan tersebut adalah menambah SDM yang bertugas khusus untuk
menyusun pedoman pelatihan dan menyediakan waktu khusus di luar rutinitas
pekerjaan untuk melakukan penyusunan modul pelatihan.

“Penyusunan modul pelatihan dapat dilakukan oleh bagian Diklit dan unit
kerja mungkin dengan menambah SDM khusus untuk menyusun modul

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


68

pelatihan dan menyediakan waktu khusus yang digunakan hanya untuk


menyusun modul pelatihan di luar rutinitas pekerjaan”
(Kasubag Monev)

Tahap penyusunan modul pelatihan belum dilakukan oleh Bagian Pendidikan


dan Penelitian RSUP Fatmawati. Modul pelatihan dianggap sangat penting dalam
penyelenggaraan pelatihan tetapi banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan yang
dihadapi adalah keterbatasan waktu, SDM, dan kemampuan pegawai untuk
menyusun modul pelatihan.

6.4.6 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan


Ketersediaan alat bantu dan ruang pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati sudah lengkap dan dapat berfungsi dengan baik. Bagian
Diklit dan unit kerja menyediakan fasilitas pelatihan seperti laptop, LCD, pointer,
flipchart, alat peraga pelatihan dan ruang pelatihan. Alat bantu pelatihan yang
disediakan dapat berfungsi dengan baik.
Tujuan dasar alat bantu pelatihan adalah membantu instruktur agar presentasi
verbal mereka dapat dipahami dan diterima sehingga menghasilkan proses belajar
yang maksimal (Krisno, 2011). Ketersediaan alat bantu pelatihan yang baik akan
menunjang proses belajar yang maksimal dalam kegiatan pelatihan di Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati.

Koordinasi Antar Unit dalam Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan

Bagian Diklit berkoordinasi dengan unit kerja terkait secara baik. bagian
Diklit mengadakan rapat koordinasi dengan unit kerja terkait untuk membahas
kebutuhan fasilitas pelatihan yang harus disiapkan pada saat pelatihan. Apabila
bagian Diklit tidak bisa menyediakan maka unit kerja terkait yang akan
mengusahakan sendiri.

“Bagian Diklit selalu mengkomunikasikan fasilitas apa yang harus


disediakan pada saat pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

“Bagian Diklit dan unit kerja berkoordinasi dengan baik, saling membantu
dalam menyediakan alat bantu dan ruang pelatihan” (Instruktur Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


69

“Koordinasi bagian Diklit dan unit kerja sejauh ini baik dan lancar. Jika
Diklit tidak bisa menyediakan, unit kerja yang mengusahakannya”
(Staf Ur. Pelatihan)

“Alat bantu dan ruang pelatihan selalu dibahas pada saat rapat koordinasi”
(Kasubag Renbang)

Alur Proses Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan

Peneliti dapat menggambarkan proses ketersediaan alat bantu dan ruang


pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Unit Kerja Diklit Pihak Ke-3 Keterangan

= Garis Proses
a
1 2 = Garis Koordinasi

Kegiatan : Dokumen : Dokumen yang harus


Ada Tidak ada :
3 3 4 1 Pengajuan Kebutuhan

a 2 Penentuan Kebutuhan a : Kerangka Acuan a : Surat Peminjaman


Pelatihan
Ada 3 Rapat Koordinasi

5 4 Pencarian Kebutuhan
yang tidak ada

5 Ketersediaan Alat dan


Ruangan Pelatihan

Gambar 6.5 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruangan Pelatihan

Tantangan dalam Ketersediaan Alat Bantu dan Ruang Pelatihan

Tantangan yang dihadapi dalam ketersediaan alat bantu pelatihan adalah


ketika alat bantu pelatihan yang dibutuhkan tidak tersedia. Tindak lanjut yang
dilakukan yaitu dengan menyewa alat tersebut ke pihak lain. Bagian Diklit dan unit
kerja terkait mengusahakan alat bantu pelatihan selalau tersedia dan berfungsi
dengan baik.
“Tantangannya ketika alat yang dibutuhkan tidak ada, Diklit harus menyewa
alat tersebut dengan pihak luar rumah sakit” (Staf Ur. Pelatihan)

“Jika bagian unit kerja juga tidak punya, langkah yang dilakukan adalah
dengan menyewa. Bagian Diklit berusaha agar alat tsb tetap tersedia”
(Kasubag Renbang)

Jika dilihat dari aspek K3, ruang pelatihan juga tidak memenuhi aspek
keselamatan. Ruang pelatihan hanya memiliki satu pintu dan tidak memiliki pintu
darurat. Upaya tindak lanjut yang bisa dilakukan yaitu memperbaiki tata ruang ruang
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


70

pelatihan sesuai dengan aspek K3. Hasil temuan ini didapat dari observasi dan
wawancara mendalam.

“Jika dilihat dari aspek K3, ruang pelatihan tidak memenuhi aspek
keselamatan dimana hanya memiliki satu pintu dan tidak ada pintu darurat”
(Instruktur Pelatihan)

“Dengan cara memperbaiki tata ruang pelatihan sesuai dengan aspek K3”
(Instruktur Pelatihan)

Ketersediaan alat bantu dan ruang pelatihan di Bagian pendidikan dan


Penelitian RSUP Fatmawati sudah cukup lengkap. Tantangan yang dihadapi yaitu
ketika alat bantu pelatihan tidak tersedia dengan lengkap dan ruang pelatihan ada
belum memenuhi aspek K3. Bagian Diklit dan unit kerja mempunyai tindak lanjut
untuk menghadapi tantangan tersebut.

6.5 Pelaksanaan Pelatihan


Pada bagian ini, peneliti menyajikan komponen pelaksanaan pelatihan yang
terdiri atas pelaksanaan test awal dan akhir peserta pelatihan dan proses
pembelajaran pelatihan sesuai dengan tahapan manajemen pelatihan.

6.5.1 Pelaksanaan Test Awal dan Akhir Peserta Pelatihan


Pelaksanaan test awal dan akhir peserta pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati dilakukan sebelum dan sesudah instruktur
menyampaikan materi pelatihan. Tes awal dan akhir peserta pelatihan digunakan
untuk melihat peningkatan pengetahuan peserta pelatihan terhadap materi pelatihan.
“Pre dan post test dilakukan sebelum dan sesudah instruktur memberikan
materi pelatihan. Bertujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan peserta
pelatihan terhadap materi yang disampaikan oleh instruktur”
(Kepala Unit Kerja)

“Peserta pelatihan diuji pengetahuannya terhadap materi pelatihan dengan


adanya pre dan post test selama pelatihan berlangsung”
(Staf Ur. Pelatihan)

Soal tes awal dan akhir peserta pelatihan dibuat sama. Tujuannya agar bisa
menilai sejauh mana kepahaman peserta pelatihan terhadap apa yang disampaikan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


71

oleh instruktur pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari telaah data sekunder dan
wawancara mendalam.
“Instruktur dapat melihat tingkat pengetahuan peserta pelatihan sejauh
mana dari hasil pre dan post test. Biasanya soal pre dan post test dibuat
sama” (Instruktur Pelatihan)

Alat evaluasi awal dan evaluasi akhir digunakan untuk mengukur perbedaan
tingkat kemampuan peserta pelatihan pada saat sebelum memasuki program
pelatihan dan setelah mengikuti program pelatihan. Pertanyaan/penyataan yang
dimuat dalam instrumen evaluasi awal dapat bersamaan atau hampir sama dengan
yang dimuat dalam instrumen evaluasi akhir sehingga hasilnya dapat diukur dengan
menggunakan pengkuran yang valid dan dapat dipercaya (Sudjana, 2007).
Tahap pelaksanaan tes awal dan akhir peserta pelatihan di Bagian Pendidikan
dan penelitian RSUP Fatmawati sudah sesuai dengan teori yang ada. Test awal dan
akhir peserta pelatihan bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta
pelatihan pada saat pelatihan. Pertanyaan test awal dan akhir dibuat sama agar
hasilnya dapat terukur dengan valid dan reliable.

Koordinasi Antar Unit dalam Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta
Pelatihan
Bagian Diklit dan unit kerja terkait berkoordinasi dengan baik dalam
pelaksanaan tes awal dan akhir peserta pelatihan. Bagian Diklit berbagi tugas dengan
unit kerja terkait. Bagian Diklit membantu pelaksanaan test awal dan akhir peserta
pelatihan pada saat pelatihan berlangsung. Di dalam unit kerja, beberapa instruktur
saling berkoordinasi dalam pembuatan soal tes awal dan akhir peserta pelatihan.

“Kami saling berkoordinasi dengan baik. Saling berbagi tugas satu sama
lain. Pelaksanaan pre dan post test terlaksana dengan baik berkat kerja sama
yang solid” (Kepala Unit Kerja)

“Beberapa instruktur dari unit kerja terkait saling berkordinasi untuk


membuat soal setalah itu berkoordinasi dengan bagian Diklit untuk
pelaksanaannya” (Instruktur pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


72

Alur Proses Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta Pelatihan


Berdasarkan informasi dari informan, peneliti dapat menggambarkan proses
pelaksanaan tes awal dan akhir peserta pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Diklit Unit Kerja Peserta Keterangan

= Garis Proses

a a = Garis Koordinasi
1 2 3
b Kegiatan : Dokumen :
1 a : Lembar Soal
b Pembuatan Soal
6 5 4
2 Penggandaan Soal b : Lembar Jawaban
b c : Rekapitulasi Hasil
3 Pembagian Soal
Tes
c
6 4 Pelaksanaan Tes
5 Penyerahan Lembar
c Jawaban
6 Pemeriksaan Hasil
7 Tes
7 Pembuatan
Rekapitulasi Hasil
Tes

Gambar 6.6 Pelaksanaan Tes Peserta Pelatihan

Tantangan dalam Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta Pelatihan

Dalam pelaksanaan tes awal dan akhir peserta pelatihan, tantangan yang
dihadapi adalah tes awal dan akhir peserta pelatihan adalah terdapat peserta pelatihan
yang tidak menuliskan nama di lembar jawaban tes awal dan akhir peserta pelatihan.
Sehingga bagian Diklit dan unit kerja terkait mengalami kesulitan dalam pendataan
hasil tes awal dan akhir peserta pelatihan.

“Pada pelaksanaan pre dan post test, terdapat peserta yang tidak
mencantumkan nama di lembar jawaban. Sehingga Kami terkendala dalam
melakukan pendataan nilai” (Kepala Unit Kerja)

“Banyak peserta yang ga nulis nama di lembar jawaban pre dan post
sehingga kesulitan pada saat membuat rekapitulasi penilaian”
(Staf Ur. Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


73

Sedangkan berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, ditemukan peserta


pelatihan banyak yang ngobrol pada saat mengerjakan tes awal dan akhir. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta pelatihan kurang serius dalam mengikuti tes awal dan
akhir peserta pelatihan.
Tindak lanjut yang dilakukan yang dilakukan adalah melakukan pengecekan
terhadap absensi peserta pelatihan dengan melihat nama-nama yang belum ada
lembar tesnya dengan daftar absensi peserta pelatihan. Bagian Diklit dan Unit kerja
dituntut untuk teliti dalam menilai tes awal dan akhir peserta pelatihan.

“Kami melakukan cross-check nama-nama yang belum ada lembar


jawabannya dengan daftar absensi peserta pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

“Bagian Diklit bersama unit kerja mencari tahu nama peserta yang tidak
menuliskan nama di lembar jawaban lewat absensi peserta pelatihan”
(Kasubag Renbang)

Pelaksanaan tes awal dan akhir peserta pelatihan secara umum sudah
berjalan dengan baik. Mulai dari penyusunan instrumen hingga pelaksanaan tes awal
dan akhir peserta pelatihan. Hanya saja terdapat sedikit tantangan dalam pendataan
hasil tes peserta pelatihan karena peserta tidak menuliskan nama di lembar jawaban.
Bagian Diklit dan unit kerja terkait harus mengecek absensi peserta pelatihan untuk
mendapatkan nama yang tidak ada tersebut.

6.5.2 Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati dilakukan dengan 2 metode yaitu penyampaian materi pelatihan oleh
instruktur pelatihan di kelas dan praktek di lapangan. Hasil temuan ini didapat dari
observasi.
Proses pembelajaran di dalam kelas dilakukan oleh instruktur. Instruktur
membina keakraban dengan peserta pelatihan dan menarik perhatian peserta agar
antusias dalam mengikuti pelatihan. Sedangkan untuk praktek di lapangan,
dibutuhkan alat peraga pelatihan guna membantu proses pembelajaran.
“Instruktur harus bisa membina keakraban dengan peserta pelatihan agar
materi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh peserta pelatihan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


74

sedangkan pada saat praktek di lapangan harus disediakan alat peraga


pelatihan” (Kasubag Monev)

“Dalam proses pembelajaran, seorang instruktur harus mempu menarik


perhatian peserta pelatihan agar antusias mengikuti pelatihan hingga
selesai” (Instruktur Pelatihan)

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah pembinaan keakraban,


identifikasi kebutuhan, dan penetapan kontrak pembelajaran (Sudjana, 2007).
Proses pembelajaran dalam pelatihan di Bagian Pendidikan dan penelitian
RSUP Fatmawati belum sesuai dengan teori yang ada. Langkah-langkah dalam
proses pembelajaran yang baru dilakukan adalah menjalin keakraban sesama peserta
pelatihan, antara peserta pelatihan dengan instruktur dan sesama instruktur. Dalam
proses pembelajaran, instruktur pelatihan belum melakukan identifikasi kebutuhan
dan kontrak pembelajaran.

Koordinasi Antar Unit dalam Proses Pembelajaran

Bagian Diklit berkoordinasi dengan unit kerja terkait melalui instruktur


pelatihan dalam proses pembelajaran. Bagian Diklit mengontrol jalannya proses
pembelajaran dengan mengirim 1 orang pegawai yang standby tetapi itu tidak rutin
dilakukan. Hasil temuan ini didapat dari pengamatan peneliti selama melakukan
observasi ke lapangan.

Alur Proses Pembelajaran

Berdasarkan informasi yang diperoleh, peneliti dapat menggambarkan proses


pembelajaran di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


75

Instruktur Diklit Peserta Keterangan

= Garis Proses

= Garis Koordinasi
a a
1 2 3 Kegiatan : Dokumen : Dokumen yang
a 1
harus ada :
Pembuatan Slide
Materi Pelatihan a : Handouts a : Kontrak
Pelatihan Pembelajaran
a 2 Penggandaan
4 4 Handouts Pelatihan
3 Pembagian Handouts
5 Pelatihan
4 Proses Pembelajaran

5 Monitoring Proses
Pembelajaran

Gambar 6.7 Proses Pembelajaran

Tantangan dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dalam pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian


RSUP Fatmawati belum berjalan dengan baik. Tantangan yang dihadapai pada saat
proses pembelajaran adalah keaktifan perserta pelatihan yang kurang dalam
mengikuti pelatihan. Sehingga peserta pelatihan kurang antusias dalam mengikuti
pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari observasi dan wawancara mendalam.
“Sangat sulit untuk memicu keaktifan peserta pelatihan dalam proses
pembelajaran. Banyak ditemukan peserta tidak antusias ikut pelatihan.
Terlihat banyak yang ngantuk, sibuk dengan HP-nya, dll”
(Instruktur Pelatihan)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, usaha yang dilakukan oleh


instruktur untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan mengadakan sesi
diskusi kelompok kepada peserta pelatihan. Upaya tersebut dianggap dapat
menghidupkan suasana kelas dan menarik perhatian peserta pelatihan.
“Biasanya saya melakukan sesi diskusi kelompok jika peserta tidak
memberikan perhatian kepada materi yang disampaikan. Dengan adanya
diskusi kelompok, peserta pelatihan menjadi semangat dan aktif dalam proses
pembelajaran” (Instruktur Pelatihan)

Proses pembelajaran adalah sepenuhnya tanggung jawab instruktur pelatihan


tetapi bekerja sama dengan tim unit kerja terkait dan bagian Diklit. Instruktur

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


76

pelatihan yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Instruktur


pelatihan harus menguasai kelas dan memandu peserta pelatihan dengan baik pada
saat praktek di lapangan.

6.6 Evaluasi Pelatihan


Pada bagian ini, peneliti menyajikan komponen evaluasi pelatihan yang
terdiri atas evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi instruktur pelatihan dan
evaluasi efektivitas pelatihan di unit kerja sesuai dengan tahapan manajemen
pelatihan.

6.6.1 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan


Evaluasi penyelenggaraan pelatihan merupakan salah satu kegiatan evaluasi
pelatihan di Bagian Pendidikan Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati.
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan dengan cara membagikan form evaluasi
penyelenggaraan kepada peserta pelatihan pada akhir penyelenggaraan pelatihan.
Evaluasi penyelenggaraan bertujuan untuk melihat penilaian peserta pelatihan
terhadap penyelenggara pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari hasil observasi dan
telaah data sekunder.
Evaluasi program pelatihan adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan mengenai program pelatihan. tujuan evaluasi program pelatihan adalah
untuk memperoleh data sebagai masukan dalam pengambilan keputusan tentang
perencanaan program pelatihan; upaya menghentikan; melanjutkan, atau memperluas
program pelatihan; memodifikasi program pelatihan (Sudjana, 2007).
Menurut peneliti, evaluasi penyelenggaraan pelatihan di Bagian Pendidikan
dan Penelitian RSUP Fatmawati dijadikan sebagai masukan bagi Bagian Diklit
tentang perencanaan program pelatihan selanjutnya. Peserta pelatihan memberikan
masukan ke bagian Diklit terkait penyelenggaraan pelatihan.

Koordinasi Antar Unit dalam Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Hasil rekapitulasi evaluasi penyelenggaraan pelatihan dimasukkan ke dalam


laporan kegiatan pelatihan sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian Diklit atas
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


77

penyelenggaraan pelatihan. Laporan kegiatan pelatihan tersebut akan diberikan


kepada Bagian SDM dan unit kerja terkait dan tidak ada rapat evaluasi dengan unit
kerja terkait setelah pelatihan diselenggarakan.
“Tidak ada rapat evaluasi setelah pelatihan selesai diselenggarakan”
(Kepala Unit Kerja)

“Hasil evaluasi penyelenggaraan tsb di rekap dan dimasukkan ke laporan


kegiatan pelatihan. Ini bentuk pertanggungjawaban bagian Diklit untuk
penyelenggaraan pelatihan. Laporan tsb dikasih ke SDM dan unit kerja
terkait” (Kasubag Monev)

“Evaluasi penyelenggaraan pelatihan dicantumkan ke dalam laporan


kegiatan pelatihan dan diberikan ke bagian SDM dan unit kerja terkait”
(Staf Ur. Pelatihan)

Alur Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Berdasarkan informasi dari informan, peneliti dapat menggambarkan proses


evaluasi penyelenggaraan pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati sebagai berikut:

SDM Diklit Unit Kerja Peserta Keterangan

= Garis Proses

= Garis Koordinasi
a a
1 2 3 Dokumen yang harus
Kegiatan : Dokumen :
ada :
1 Pembuatan dan a : Form Evaluasi
a : Laporan
b b Penggandaan Form Penyelenggaraan
5 4 3 Pelatihan yang
Evaluasi
2 Pembagian Form Penyelenggaraan
kosong
c Pelatihan
3 Pengisian Form b : Form Evaluasi
6 4 Penyerahan Form
Penyelenggaraan
Pelatihan yang
a 5 Penginputan Hasil telah diisi oleh
Evaluasi peserta
d
7 7 7 6 Pembuatan c : Rekapitulasi Hasil
Rekapitulasi Hasil Evaluasi
Evaluasi Penyelenggaraan
7 Pembuatan Pelatihan
Laporan Kegiatan d : Laporan Kegiatan
Pelatihan Pelatihan

Gambar 6.8 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Tantangan dalam Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Dalam evaluasi penyelenggaraan pelatihan, bagian Diklit mempunyai


tantangan dalam pembuatan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan belum
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


78

dijadikan sebagai laporan evaluasi penyelenggaraan masih bergabung dengan


laporan kegiatan pelatihan. Hasil temuan ini didapat dari telaah data sekunder.
Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan harus menjadi laporan tersendiri,
yaitu laporan evaluasi penyelenggaraan pelatihan. Laporan evaluasi penyelenggaraan
membahas secara mendalam masing-masing komponen evaluasi penyelenggaraan
pelatihan. Hal ini dirasakan akan lebih bermanfaat untuk perencanaan pelatihan
selanjutnya agar penyelenggaraan pelatihan dapat menjadi lebih baik.

6.6.2 Evaluasi Instruktur Pelatihan


Evaluasi instruktur pelatihan merupakan kegiatan evaluasi pelatihan di
Bagian Pendidikan Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati. Evaluasi instruktur
pelatihan sama halnya dengan evaluasi penyelenggaraan pelatihan. Evaluasi
instruktur dilakukan dengan cara membagikan form evaluasi instruktur kepada
peserta pelatihan setelah pelatihan selesai. Evaluasi instruktur bertujuan untuk
melihat penilaian peserta pelatihan terhadap instruktur pelatihan dalam
menyampaikan materi salah satunya yaitu metode penyampaian materi. Temuan ini
didapat dari hasil telaah data sekunder.
Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan mengevaluasi pembelajaran
memberikan informasi mengenai banyaknya pelajaran yang dapat dipetik oleh
peserta selama mengikuti pelatihan. Evaluasi ini akan memberi umpan balik bagi
penyelenggaraan pelatihan maupun instruktur dan peserta untuk membantunya
mengikuti siklus pembelajaran. Evaluasi ini juga memberi umpan balik bagi
instruktur mengenai efektivitas metode yang digunakan (Krisno, 2011).

Jika dikaitkan dengan teori yang ada bahwa evaluasi instruktur pelatihan di
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati merupakan evaluasi
pembelajaran. Evaluasi instruktur pelatihan akan membantu siklus proses
pembelajaran agar menjadi lebih baik dan akan menjadi umpan balik bagi instruktur
pelatihan mengenai efektifitas metode yang digunakan.

Koordinasi Antar Unit dalam Evaluasi Instruktur Pelatihan

Hasil rekapitulasi evaluasi instruktur pelatihan dimasukkan ke dalam laporan


kegiatan pelatihan. Laporan kegiatan pelatihan tersebut akan diberikan kepada
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


79

Bagian SDM dan unit kerja terkait. Tidak ada rapat evaluasi dengan instruktur
pelatihan setelah pelatihan diselenggarakan.
”Tidak ada rapat evaluasi setelah pelatihan dengan instruktur pelatihan”
(Instruktur Pelatihan)

“Hasil evaluasi instruktur tsb dibuat rekapnya dan dimasukkan ke laporan


kegiatan pelatihan. Laporan tsb dikasih ke SDM dan unit kerja terkait.”
(Kasubag Monev)

“Evaluasi instruktur pelatihan dicantumkan ke dalam laporan kegiatan


pelatihan dan diberikan ke bagian SDM dan unit kerja terkait”
(Staf Ur. Pelatihan)

Alur Proses Evaluasi Instruktur Pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, peneliti dapat menggambarkan


proses evaluasi instrukur pelatihan di Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP
Fatmawati sebagai berikut:

SDM Diklit Instruktur Peserta Keterangan

= Garis Proses

= Garis Koordinasi
a a
1 2 3 Dokumen yang harus
Kegiatan : Dokumen :
ada :
1 Pembuatan dan a : Form Evaluasi
a : Laporan
b b Penggandaan Form Instruktur
5 4 3 Pelatihan yang
Evaluasi
2 Pembagian Form Instruktur
kosong
c Pelatihan
3 Pengisian Form b : Form Evaluasi
6 4 Penyerahan Form
Instruktur
Pelatihan yang
a 5 Penginputan Hasil telah diisi oleh
Evaluasi peserta
d
7 7 7 6 Pembuatan c : Rekapitulasi Hasil
Rekapitulasi Hasil Evaluasi
Evaluasi Instruktur
7 Pembuatan Pelatihan
Laporan Kegiatan d : Laporan Kegiatan
Pelatihan Pelatihan

Gambar 6.9 Evaluasi Instruktur Pelatihan

Tantangan dalam Evaluasi Instruktur Pelatihan

Tantangan yang dihadapi dalam evaluasi instruktur pelatihan adalah banyak


peserta pelatihan yang tidak mengembalikan form evaluasi instruktur pelatihan ke

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


80

panitia pelatihan. Sehingga hasil rekapitulasi evaluasi instruktur pelatihan tidak


berdasarkan penilaian seluruh peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan tsb.

“Peserta pelatihan banyak yang tidak mengumpulkan form evaluasi


instruktur pelatihan ke panitia pelatihan. Hasil rekapannya jadi bersifat
representatif dari keseluruhan peserta pelatihan saja” (Kasubag Monev)

“Peserta pelatihan banyak yang tidak mengumpulkan evaluasi instruktur


pelatihan. Jadi hasil rekapitulasinya ga semua peserta hanya mewakilkan
saja” (Staf Ur. Pelatihan)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam, tindak lanjut yang


dilakukan mencoba mengingatkan kembali peserta pelatihan untuk mengumpulkan
form evaluasi instruktur pelatihan.
“Panitia pelatihan mencoba mengingatkan kembali peserta pelatihan”
(Kasubag Monev)

“Kami mengingatkan kembali peserta untuk mengumpulkan form evaluasi


instruktur pelatihan” (Staf Ur. Pelatihan)

Instruktur pelatihan yang bersangkutan tidak mendapat feedback dari pihak


Diklit atas hasil rekapitulasi evaluasi instruktur pelatihan. hasil rekapitulasi tersebut
hanya sebagai laporan kegiatan pelatihan.
“Saya sebagai instruktur, tidak mendapat feedback dari Diklit bagaiman
hasil evaluasi instruktur pelatihan” (Instruktur Pelatihan)

Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah sebaiknya hasil evaluasi instruktur
pelatihan diinformasikan kepada instruktur yang bersangkutan. Hasil rekapitulasi
evaluasi instruktur pelatihan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi instruktur
dalam proses pembelajaran yang selanjutnya. Instruktur pelatihan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan materi pelatihan.

6.6.3 Evaluasi Efektifitas Pelatihan


Evaluasi efektifitas pelatihan merupakan kegiatan evaluasi pelatihan di
Bagian Pendidikan Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati. Evaluasi efektivitas
pelatihan baru dilakukan oleh bagian SDM sejak tahun 2010 lalu. Evaluasi
efektivitas pelatihan dilakukan dengan cara menyebarkan form ke masing-masing
unit kerja yang penah mengirimkan pegawainya mengikuti pelatihan tertentu.
Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


81

“Evaluasi efektivitas pelatihan baru ada tahun 2010 oleh SDM. Formnya
dibagikan ke masing-masing unit yang pernah mengirimkan pegawainya
mengikuti pelatihan” (Kasubag Pengembangan SDM)

“Evaluasi efektivitas pelatihan baru ada sejak tahun kemarin. Dilakukan di


masing-masing unit yang pernah mengirimkan stafnya ikut pelatihan”
(Staf Ur. Pelatihan)

Evaluasi perilaku merupakan kegiatan mengevaluasi untuk menilai apakah


peserta telah menerapkan pembelajarannya dalam bentuk perubahan perilaku di
tempat kerja. Evaluasi difokuskan pada peningkatan hasil atau kinerja. Mengevaluasi
perilaku kerja juga merupakan peluang umpan balik bagi instruktur mengenai
metode dan strategi pembelajaran. Evaluasi ini juga membantu menentukan relevansi
sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan dengan kebutuhan pelatihan yang
sesungguhnya (Krisno, 2011).
Berdasarkan teori yang ada evaluasi efektivitas pelatihan di RSUP Fatmawati
merupakan evaluasi tingkat perilaku. Dalam melakukan evaluasi efektivitas
pelatihan, kepala unit kerja menilai peningkatan kinerja stafnya setelah dikirim
mengikuti pelatihan. Evaluasi efektivitas pelatihan dapat membantu menentukan
relevansi sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan dengan kebutuhan pelatihan
yang sebenarnya.

Koordinasi Antar Unit dalam Evaluasi Efektivitas Pelatihan


Koordinasi antar unit dalam evaluasi efektivitas pelatihan adalah antara
bagian SDM dan masing-masing unit kerja. Bagian SDM bekerja sama dengan
masing-masing unit kerja untuk menilai efektivitas pelatihan yang telah
diselenggarakan.
“Bagian SDM berkoordinasi dengan masing-masing unit kerja untuk menilai
efektivitas pelatihan yang telah diselenggarakan”
(Kasubag Pengembangan SDM)

“Koordinasi dengan unit kerja untuk menilai efektivitas pelatihan yang sudah
pernah ada” (Staf Ur. Pelatihan)

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


82

Alur Proses Evaluasi Efektivitas Pelatihan

Berdasarkan informasi dari beberapa informan, peneliti dapat


menggambarkan proses evaluasi efektivitas pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati sebagai berikut:

Direksi SDM Unit Kerja Peserta Keterangan

= Garis Proses

= Garis Koordinasi

Kegiatan : Dokumen : Dokumen yang harus


ada :
a a a Pembuatan Form a : Form Evaluasi
1 2 3 1
Efektivitas a : Form Evaluasi
2 Penyebaran Form Pelatihan yang Efektivitas
kosong Pelatihan
b b 3 Monitoring Perilaku
5 4 3 dan Sikap Peserta b : Form Evaluasi
tertentu yang
Efektivitas sudah berisi
dalam Bekerja
c Pelatihan yang indikator
4 Penilaian telah diisi oleh penilaiannya
6 Peningkatan peserta
Kinerja
c : Rekapitulasi Hasil
5 Pengisian dan
Evaluasi
d Penyerahan Form
7 7 Efektivitas
6 Pembuatan Pelatihan
Rekapitulasi Hasil
Evaluasi d : Laporan
Efektivitas
7 Pembuatan Pelatihan
Laporan
Efektivitas
Pelatihan

Gambar 6.10 Evaluasi Efektivitas Pelatihan

Tantangan dalam Evaluasi Efektivitas Pelatihan

Dalam melakukan evaluasi efektivitas pelatihan, tantangan yang dihadapi


adalah kepala unit kerja tidak mengetahui aspek-aspek yang akan dinilai terhadap
stafnya setelah mengikuti pelatihan tertentu.

“Kepala unit kerja tidak tahu apa yang akan dinilai. Karena bukan
bidangnya. Misal kepala unit keuangan menilai efektivitas pelatihan
kebakaran. Beliau tidak tahu aspek-aspek penilaian kinerja stafnya”
(Kepala unit Kerja)

Tantangan lain yang dihadapi adalah evaluasi efektivitas pelatihan tidak


dilakukan dalam jangka waktu tertentu seperti 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun.
Evaluasi efektivitas pelatihan hanya dilakukan pada waktu tertentu. Dalam menilai
efektivitas pelatihan, kepala unit kerja membutuhkan waktu lama untuk melihat
peningkatan kinerja pegawainya setelah mengikuti pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


83

“Kami tidak melakukan efektiftivitas dalam jangka waktu tertentu seperti 3


bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Hanya pada waktu tertentu”
(Kasubag Pengembangan SDM)

“Evaluasi efektivitas pelatihan tidak dilakukan dalam jangka waktu tertentu.


Seharusnya Kepala Unit Kerja membutuhkan waktu lama untuk melihat
peningkatan kinerja stafnya setelah ikut pelatihan” (Kepala Unit Kerja)

Tahap evaluasi efektivitas pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta belum


berjalan dengan optimal. Unit kerja masing-masing membutuhkan format evaluasi
efektivitas pelatihan yang sesuai dengan pelatihan-pelatihan tertentu yang pernah
diikuti oleh stafnya. Dalam melakukan evaluasi efektivitas pelatihan membutuhkan
waktu yang panjang untuk menlihat peningkatan sikap dan perilaku pegawai dalam
bekerja sebagaimana yang diharapkan oleh penyelenggara pelatihan.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya dalam skripsi “Analisis Pengelolaan Pelatihan di Bagian Pendidikan dan
Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2011” ini, secara umum dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan pelatihan berdasarkan siklus penyelenggaraan
pelatihan yang diterapkan RSUP Fatmawati Jakarta masih belum optimal pada
identifikasi kebutuhan pelatihan yaitu seringnya pelatihan dan peserta yang sama
berulang-ulang pada tiap tahunnya, penyusunan pedoman pelatihan, penyusunan
modul pelatihan, dan evaluasi pelatihan sehigga penyelenggaraan pelatihan menjadi
tidak optimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor
kekurangan SDM, waktu, kemampuan pegawai dalam melakukan manajemen
pelatihan berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan, perubahan kebijakan
pimpinan rumah sakit terkait penyelenggaraan pelatihan.

7.1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan


7.1.1.1 Proses Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
a. Masih sering terjadinya pelatihan yang berulang-ulang pada tiap tahun.
b. Unit kerja mengirimkan kembali peserta pelatihan yang sudah pernah
mengikuti pelatihan yang sama dalam waktu yang berdekatan.
c. Proses identifikasi kebutuhan pelatihan belum sesuai dengan konsep
TNIA (Training Need Identification Analysis).

7.1.2 Perencanaan dan Perancangan Pelatihan


7.1.2.1 Perumusan Tujuan Pelatihan
a. Bagian Diklit dan unit kerja sudah mampu merumuskan tujuan pelatihan
yang disesuaikan dengan jenis dan metode pelatihan.

84

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


85

b. Koordinasi antara Bagian Diklit dan unit kerja berjalan dengan baik
dalam perumusan tujuan pelatihan yang dituliskan dalam kerangka acuan
pelatihan.
c. Perumusan tujuan berjalan dengan baik sesuai dengan kaidah yang ada.
d. Tujuan pelatihan akan menjadi tolok ukur penilaian keberhasilan
pelatihan yang diselenggarakan dan pedoman bagi instruktur dalam
menyampaikan materi pelatihan.

7.1.2.2 Penyusunan Anggaran Pelatihan


a. Penyusunan anggaran pelatihan dilakukan berdasarkan standar dari
bagian keuangan.
b. Penyusunan anggaran pelatihan disusun dalam rencana biaya pelatihan
yang dicantumkan ke dalam kerangka acuan pelatihan.
c. Unit Kerja terkait berkoordinasi dengan Bagian Diklit dengan baik dalam
penyusunan anggaran pelatihan hingga pencairan anggaran pelatihan.
d. Perubahan kebijakan pimpinan rumah sakit menjadi tantangan bagi unit
kerja terkait dan Bagian Diklit dalam penyusunan anggaran pelatihan
yang sudah ada.

7.1.2.3 Penyusunan Pedoman Pelatihan


a. Penyusunan pedoman pelatihan belum dilakukan oleh bagian Diklit dan
unit kerja terkait.
b. Bagian Diklit bertugas menyusun pedoman penyelenggaraan pelatihan
secara umum sedangkan unit kerja menyusun pedoman untuk pelatihan
tertentu.
c. Pedoman pelatihan dianggap penting bagi penyelenggara pelatihan yang
dapat membantu penyelenggaraan pelatihan menjadi llebih terarah.
d. Tantangan yang dihadapi oleh bagian Diklit dan unit kerja yang
menyebabkan belum adanya pedoman pelatihan yaitu keterbatasan SDM,
waktu, dan kemampuan pegawai.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


86

7.1.3 Pengembangan Pelatihan


7.1.3.1 Pemilihan Instruktur Pelatihan
a. Instruktur pelatihan dipilih berdasarkan kompetensi yang dimiliki, ahli di
bidangnya, jenjang karier, sertifikasi, rekomendasi dari unit kerja terkait
dan ketersediaan waktu untuk menyampaika materi.
b. Bagian Diklit berkoordinasi baik dengan unit kerja terkait.
c. Tantangan yang dihadapi oleh Bagian Diklit seperti pembatalan mengisi
pelatihan oleh instruktur yang sudah dipilih khususnya tenaga medis
disebabkan karena bersamaan dengan jam pelayanan.
d. Tindak lanjut yang dilakukan bagian Diklit adalah bekerja sama dengan
unit kerja terkait untuk mencari instruktur pelatihan lain yang sesuai
dengan kriteria dan terkadang panitia dari unit kerja terkait yang
langsung turun untuk menyampaikan materi.

7.1.3.2 Penyusunan Modul Pelatihan


a. Penyusunan modul pelatihan belum dilakukan oleh bagian Diklit dan unit
kerja terkait.
b. Modul pelatihan menjadi keluhan bagi peserta pelatihan karena dianggap
penting dalam membantu peserta pelatihan mempelajari materi pelatihan
yang diberikan instruktur pelatihan.
c. Tantangan yang dihadapi oleh bagian Diklit dan unit kerja yang
menyebabkan belum adanya pedoman pelatihan yaitu keterbatasan SDM,
waktu, dan kemampuan pegawai.

7.1.3.3 Ketersediaan Alat Bantu dan Ruangan Pelatihan


a. Secara umum, alat bantu dan ruangan pelatihan tersedia dengan lengkap
dan dapat berfungsi dengan baik.
b. Unit kerja terkait bekerja sama dengan bagian Diklit terkait untuk
menyediakan alat bantu dan ruangan pelatihan.
c. Unit kerja terkait menyediakan alat peraga pelatihan dimana di bagian
Diklit tidak tersedia.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


87

d. Tantangan yang dihadapi dalam ketersediaan alat bantu dan ruangan


pelatihan adalah ketika alat bantu pelatihan yang dibutuhkan tidak
tersedia dan ruangan pelatihan yang mengalami kebocoran serta tidak
memenuhi aspek K3 tetapi tantangan tsersebut dapat dihadapi.

7.1.4 Pelaksanaan Pelatihan


7.1.4.1 Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Peserta Pelatihan
a. Pertanyaan tes awal dan akhir dibuat oleh instruktur dari unit kerja
terkait.
b. Soal tes awal dan akhir peserta pelatihan dibuat sama.
c. Sejauh ini, hasil tes awal dan akhir menunjukkan peningkatan
pengetahuan peserta pelatihan.
d. Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tes awal dan akhir peserta
pelatihan adalah banyak peserta yang tidak menuliskan namanya di
lembar jawaban.

7.1.4.2 Proses Pembelajaran


a. Pihak Diklit dan unit kerja terkait membantu instruktur pelatihan dalam
menyampaikan materi pelatihan.
b. Dalam proses pembelajaran, instruktur baru hanya membina keakraban,
belum melakukan identifikasi kebutuhan dan kontak pembelajaran.
c. Tantangan yang dihadapai adalah instruktur pelatihan mengalami
kesulitan dalam menciptakan antusiasme dan ketertarikan peserta
pelatihan dalam mengikuti pelatihan.
d. Langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh instruktur pelatihan adalah
mengadakan sesi diskusi kelompok agar peserta pelatihan aktif dalam
proses pembelajaran.

7.1.5 Evaluasi Pelatihan


7.1.5.1 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
a. Evaluasi penyelenggaraan pelatihan dilakukan oleh Bagian Diklit.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


88

b. Form evaluasi penyelenggaraan pelatihan dibagikan setelah pelatihan


selesai terselenggara.
c. Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan belum dijadikan sebagai laporan
evaluasi pelatihan tetapi dimasukkan ke dalam laporan kegiatan pelatihan.
d. Tidak ada rapat evaluasi setelah penyelenggaraan pelatihan dengan unit
kerja terkait.

7.1.5.2 Evaluasi Instruktur Pelatihan


a. Evaluasi instruktur pelatihan dilakukan oleh Bagian Diklit.
b. Form evaluasi instruktur pelatihan dibagikan setelah pelatihan selesai.
c. Hasil instruktur pelatihan belum dijadikan sebagai laporan evaluasi
pelatihan tetapi dimasukkan ke dalam laporan kegiatan pelatihan.
d. Instruktur pelatihan tidak mendapat feedback dan evaluasi dari bagian
Diklit atas hasil evaluasi instruktur pelatihan.

7.1.5.3 Evaluasi Efektivitas Pelatihan


a. Evaluasi efektivitas pelatihan dilakukan oleh bagian SDM sejak tahun
2010 yang lalu.
b. Form efektivitas pelatihan dibagikan ke masing-masing unit kerja tempat
peserta pelatihan bekerja.
c. Kepala unit kerja melihat perubahan sikap dan perilaku pegawainya saat
berkerja dan melakukan penilaian kinerja pegawai pasca mengikuti
pelatihan.
d. Bagian SDM membuat rekapitulasi hasil evaluasi efektivitas pelatihan dan
membuat laporan yang akan diserahkan ke direktur.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


89

7.2 Saran
Sesuai dengan hal-hal yang terkait dengan belum optimalnya penerapan
manajemen pelatihan di RSUP Fatmawati Jakarta, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:

7.2.1 Bagi RSUP Fatmawati Jakarta


a. Pihak rumah sakit perlu menerapkan manajemen pelatihan agar lebih
efektif dan efisien dalam mengelola penyelenggaraan pelatihan in house
training.
b. Pihak rumah sakit menambah jumlah sumber daya manusia (SDM)
rumah sakit, khususnya bagian Diklit.
c. Pihak manajemen dapat beradaptasi dengan perubahan kebijakan rumah
sakit yang sering terjadi.
d. Pihak manajemen dapat bertindak secara cepat dan reaktif terkait
identifikasi kebutuhan pelatihan agar pelatihan yang diselenggarakan
adalah pelatihan yang dapat meningkatkan citra rumah sakit.

7.2.2 Bagi Bagian Diklit


a. Meningkatkan koordinasi dengan unit kerja terkait dan instruktur
pelatihan
b. Melakukan penyusunan pedoman dan modul pelatihan dengan cara
mengupayakan SDM yang ada dengan baik dan menyediakan waktu
khusus di luar rutinitas pekerjaan sehari-hari
c. Hasil evaluasi penyelenggaraan dan instruktur pelatihan sebaiknya
dibuatkan laporan tersendiri
d. Diadakan rapat evaluasi setelah penyelenggaraan pelatihan bersama unit
kerja terkait
e. Memberikan feedback kepada instruktur pelatihan dan melakukan tindak
lanjut dari hasil evaluasi tersebut
f. Menyediakan Alat Pelindung Diri di ruang pelatihan untuk
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


90

7.2.3 Bagi Bagian SDM


a. Meningkatkan koordinasi dengan unit kerja masing-masing
b. Membuat SK untuk setiap instruktur pelatihan
c. Form evaluasi efektivitas pelatihan sebaiknya sudah berisi indikator
penilaian
d. Evaluasi efektivitas pelatihan dilakukan dalam jangka waktu tertentu
seperti 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun dan dianggarkan dalam
pelaksanaannya

7.2.4 Bagi Unit Kerja Terkait


a. Sebaiknya unit kerja melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan
berdasarkan analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu
b. Memilih instruktur pelatihan yang benar-benar berkompeten di
bidangnya

7.2.5 Bagi Instruktur Pelatihan


a. Kemampuan instrukur pelatihan dalam penyampaian materi pelatihan
perlu ditingkatkan lagi
b. Instruktur pelatihan sebaiknya melakukan identifikasi kebutuhan dan
kontrak pembelajaran terhadap peserta pelatihan

7.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Peneliti berharap agar penelitian selanjutnya dapat melengkapi penelitian
ini, diantaranya dengan melakukan penelitian secara mendalam mengenai
manajemen pelatihan berdasarkan siklus penyelenggaraan pelatihan pada
perusahaan, asuransi dan dari sisi manajemen rumah sakit.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirio, Soebagio. 2005. Manajemen Pelatihan. Jakarta : PT. Ardadiya Jaya.

Azhary, M. Emil. 2009. Potret Bisnis Rumah Sakit Indonesia. Economic Review

Nomor 218.

http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/Rumah%2

0sakit%20(net).pdf

Bachtiar, Adang. 2007. Modul Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok : FKM

UI.

Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta. 2011. Memory

Jabatan Diklit 2011. Jakarta : RSUP Fatmawati Jakarta.

Diah, Elvina. 2010. Gambaran Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Rumah

Sakit Ibu dan Anak Hermina Depok Tahun 2010. Depok : FKM UI.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Harijati. 1999. Studi Analisis Manajemen Diklat di Instalasi Diklit RSUP

Fatmawati Jakarta. Depok : FKM UI.

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).

Bandung : Alfabeta.

Universitas Indonesia
Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
Kaswan. 2011. Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM.

Bandung : Alfabeta.

Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor : 628/SK/R/UI/2008 tentang

Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas

Indonesia”. 16 Juni 2008. www.ui.ac.id/download/files/Pedoman-TA-

UI%20-SK-Rektor-2008.pdf

Modul Pelatihan RSUP Fatmawati Jakarta. Effective Training Bagi

Penyelenggara Pelatihan RS. Fatmawati 2011. Jakarta : RSUP Fatmawati

Jakarta.

Noe, Ramond A. 2001. Employee Training and Development (2nd ed). New York

: McGraw-Hill Higher Education

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Edisi

Revisi). Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Rae, Leslie. 2005. The Art of Training and Development : Effective Planning

(Perencanaan Efektif). Jakarta : Gramedia.

Reni, Nidia. 2007. Gambaran Manajemen Pelatihan di Bagian Pendidikan dan

Penelitian RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2007. Depok : FKM UI.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja di Indonesia :

pendekatan administratif dan operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Universitas Indonesia
Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
Stoner, James A, dkk. 1996. Manajemen Jilid I Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :

PT. Prenhallindo.

Sudjana, D. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan : teori dan aplikasi. Bandung :

Falah Production. Bandung : Alfabeta.

Verawati, Bertha Rosanica. 2009. Gambaran Manajemen Pelatihan Tenaga

Perawat di Bidang Keperawatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2008.

Depok : FKM UI.

Widajat, Rochmanadji. 2009. Being Great and Sustainable Hospital. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

“870 Rumah Sakit Belum Terakreditasi”. 2011. http://www.dinkes-dki.go.id/.

(diakses pada Sabtu, 24 September 2011 pukul 12:15:01 WIB)

Universitas Indonesia
Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012
MATRIKS RANGKUMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan :
1. Kepala Sub Bagian Pengembangan SDM I1
2. Kepala Unit Kerja  I2
3. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan  I3
4. Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi  I4
5. Staf Urusan Pelatihan  I5
6. Fasilitator  I6

NO Pertanyaan I1 I2 I3
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Bagaimana gambaran Sumber : Sumber :
tahap identifikasi dilihat dari standar kompetensi pegawai Bagian Diklit mendapat order pelatihan
kebutuhan pelatihan yang di unit kerja dengan melihat yang harus diadakan dari bagian SDM
pernah dilakukan? kesenjangan kompetensi pegawai yang sebelumnya telah dilakukan
(Sumber identifikasi dengan standar kompetensi yang telah analisis kompetensi di unit kerja.
kebutuhan pelatihan dan ditentukan.. Proses :
proses identifikasi Proses : - SDM mendata kebutuhan pelatihan
kebutuhan pelatihan)
- SDM membagikan form kebutuhan
- di tiap unit kerja setiap tahunnya
pelatihan ke unit kerja - SDM menentukan pelatihan apa saja
- Kepala unit kerja melakukan analisis yang akan diadakan selama satu
kompetensi pegawai lalu tahun berdasarkan skala prioritas.
mengajukan pelatihan yag - SDM menginformasikan ke bagian
dibutuhkan selama satu 1 tahun. Diklit untuk menyelenggarakan
- Form dikembalikan ke bagian SDM pelatihan-pelatihan tsb.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Bagaimana gambaran - Bagian SDM merekap, melaporkan - Diklit akan menghubungi peserta
tahap identifikasi dan membahas kebutuhan pelatihan pelatihan yang telah ditetapkan oleh
kebutuhan pelatihan yang pada saat rapat di bagian dan direksi unit kerja masing-masing.
di awal tahun
pernah dilakukan?
- Direksi memutuskan pelatihan yang
harus diadakan selama 1 tahun.
Siapa yang bertanggung
jawab dalam identifikasi SDM SDM SDM
kebutuhan pelatihan?
Bagaimana koordinasi Baik dengan mengadakan rapat dengan Baik, bagian Diklit menghadiri rapat
Bagian Diklit dengan bagian Diklit sebagai penyelenggara koordinasi yang diadakan oleh bagian
Bagian SDM terkait pelatihan - SDM untuk membahas tentang rencana
dengan identifikasi penyelenggaraan pelatihan
kebutuhan pelatihan?
Bagaimana koordinasi Tidak ada koordinasi Tidak ada koordinasi
Bagian Diklit dengan
Bagian unit kerja terkait -
dalam identifikasi
kebutuhan pelatihan?
Apakah proses identifikasi Proses identifikasi kebutuhan pelatihan Proses identifikasi kebutuhan belum
kebutuhan pelatihan sudah sudah berjalan dengan baik sesuai berjalan sebagaimana mestinya
berjalan dengan baik? dengan prosedur yang berlaku. Penyebab : masih ada peserta yang
sudah pernah ikut, diikutkan kembali.
Probing : jika belum, apa -
penyebabnya?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Apakah terdapat kendala Tidak ada kendala yang berarti. Adanya kesibukan lain yang dialami
dalam melakukan oleh kepala unit kerja sehingga
identifikasi kebutuhan mengalami kesulitan dalam perumusan
- peserta pelatihan.
pelatihan?
Tindak Lanjut : belum ada
Probing : Jika ada, apa
tindak lanjut dalam
mengatasi kendala tsb?
2. Perencanaan dan Perancangan Pelatihan
Bagaimana gambaran Perumusan Tujuan Pelatihan : Perumusan Tujuan Pelatihan :
tahap perencanaan dan Unit kerja menetapkan tujuan pelatihan Bagian Diklit menyempurnakan
perancangan pelatihan berdasarkan jenis pelatihan yang akan kerangka acuan yang telah dibuat oleh
yang pernah dilakukan? diselenggarakan dan dicantumkan ke unit kerja yang didalamnya berisi tujuan
(merumuskan tujuan dalam kerangka acuan lalu diserahkan pelatihan. Tujuan pelatihan harus sesuai
pelatihan, penyusunan ke Bagian Diklit yang nanti akan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
anggaran dan jadwal dibicarakan. rumah sakit.
pelatihan, penyusunan Penyusunan Anggaran : Penyusunan Anggaran :
pedoman pelatihan) - Anggaran disusun berdasarkan Bagian Diklit menentukan badget
kebutuhan pelatihan dan prediksi anggaran untuk pelatihan dan
anggaran pelatihan tahun lalu. dicantumkan ke dalam kerangka acuan
Penyusunan Pedoman Pelatihan : pelatihan yang akan diajukan kepada
Belum ada pedoman pelatihan bagian keuangan.
Penyusunan Pedoman Pelatihan :
Belum ada buku pedoman pelatihan
hanya mengacu kepada PPSDM
Kementerian Kesehatan RI.
Siapa yang bertanggung
- Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja
jawab?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Perencanaan dan Perancangan Pelatihan
Bagaimana koordinasi Baik, bagian Diklit sudah Baik, bagian Diklit mengadakan rapat
antara bagian Diklit menginformasikan dengan baik koordinasi dengan unit kerja yang akan
dengan unit kerja dalam - mengenai penyelenggaraan pelatihan mengadakan pelatihan lalu membuat
tahap perencanaan kepada unit kerja melalui rapat kepanitiaan yang memiliki tugas-tugas
pelatihan? koordinasi. tertentu.
Apakah proses Proses perencanaan dan perancangan Proses perencanaan dan perancangan
perencanaan dan pelatihan belum berjalan dengan baik belum cukup baik karena pihak Diklit
perancangan pelatihan karena belum adanya buku pedoman belum mempunyai buku pedoman
sudah berjalan dengan pelatihan yang dianggap sangat penting. penyelenggaraan pelatihan.
-
baik? Penyebab : karena keterbatasan SDM Penyebab : Karena kegiatan rutin
Probing : jika belum, apa dan waktu. Unit kerja juga mempunyai pegawai Diklit yang sangat padat.
penyebabnya? rutinitas kegiatan lain selain pelatihan Selain itu juga lebih mengurusi ke arah
pelaksanaan teknis pelatihan
Apakah terdapat kendala Terkendala dalam belum adanya buku Bagian Diklit belum mempunyai
dalam tahap perencanaan pedoman pelatihan. pedoman penyelenggaraan pelatihan
dan perancangan Tindak Lanjut : diusahakan akan yang baku.
pelatihan? - dibuat buku pedoman oleh ahlinya yaitu Tindak Lanjut : belum ada
Probing : jika ada, apa ahli K3 Umum.
tindak lanjut dalam
mengatasi kendala tersebut
3. Pengembangan Materi Pelatihan
Bagaimana gambaran Pemilihan Fasilitator : Pemilihan Fasilitator :
tahap pengembangan Dipilih berdasarkan kompetensi dan Dipilih berdasarkan rekomendasi dan
materi? sertifikasi yang dimiliki kriteria. Rekomendasi berasal dari unit
(pemilihan fasilitator, - Penyusunan Modul Pelatihan : kerja terkait. Kriterianya yaitu
penyusunan modul Belum ada modul pelatihan hanya mempunyai pengalaman di bidang tsb,
pelatihan, ketersediaan alat sebatas handout materi dan terkadang jenjang karier, dan sertifikasi yang
bantu dan ruang pelatihan) dalam bentuk makalah. dimiliki.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Pengembangan Materi Pelatihan
Bagaimana gambaran Ketersediaan alat bantu dan ruangan Penyusunan Modul Pelatihan :
tahap pengembangan pelatihan : Ketersediaan modul pelatihan masih
materi? unit kerja menyediakan alat peraga dalam proses.
(pemilihan fasilitator, pelatihan serta diklit menyediakan alat Ketersediaan alat bantu dan ruangan
penyusunan modul bantu dan ruangan pelatihan. pelatihan :
pelatihan, ketersediaan alat Bagian Diklit harus menyediakan alat
bantu dan ruang pelatihan) sarana prasarana pelatihan dan alat
peraga seperti laptop, LCD, manikin
dan ruangan pelatihan yang cukup.
Siapa yang bertanggung
- Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja
jawab?
Apakah alat bantu dan Alat bantu dan ruangan yang disediakan Beberapa alat peraga pelatihan seperti
ruangan pelatihan yang Bagian Diklit berfungsi dengan baik manikin untuk pelatihan keperawatan
-
disediakan dapat berfungsi belum cukup.
dengan baik?
Bagaimana koordinasi Baik, diklit bekerja sama dengan unit Baik, bagian Diklit saling bekerja sama
antara bagian Diklit kerja dalam mempersiapkan materi dengan unit kerja terkait dalam
dengan unit kerja dalam pelatihan pengembangan materi.
-
tahap pengembangan
materi pelatihan?

Bagaimana koordinasi Terdapat sedikit kendala dengan


antara bagian Diklit fasilitator seperti fasilitator terlambat
dengan fasilitator pelatihan memberikan materi pelatihan sehingga
dalam tahap - - terburu-buru dalam memperbanyak
pengembangan materi handouts yang akan diberikan kepada
pelatihan? peserta pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Pengembangan Materi Pelatihan
Apakah tahap Kegiatan pengembangan materi yang Terdapat kekurangan dalam kegiatan
pengembangan materi dilakukan oleh unit kerja belum berjalan pengembangan yaitu belum adanya
pelatihan sudah berjalan dengan baik dimana belum adanya modul pelatihan.
dengan baik? modul pelatihan. Penyebab : karena keterbatasan
-
Probing : jika belum, apa Penyebab : Disebabkan oleh kemampuan Bagian Diklit dan unit
penyebabnya? keterbatasan SDM dan hanya berfokus kerja dalam menyusun modul pelatihan
kepada teknis pelatihan. yang sesuai dengan aturan yang
ditentukan oleh Pusat.
Apakah terdapat kendala Terdapat kendala dalam ketersediaan Belum adanya modul pelatihan yang
dalam tahap modul pelatihan. merupakan komponen penting dalam
pengembangan materi Tindak lanjut : pelatihan selanjutnya penyelenggaraan pelatihan.
pelatihan? - akan diusahakan untuk menyediakan Tindak lanjut : bagian Diklit masih
Probing : jika ada, apa modul pelatihan. dalam proses penyusunan modul
tindak lanjut dalam pelatihan.
mengatasi kendala tsb?
4. Pelaksanaan Pelatihan
Bagaimana gambaran Pelaksanaan Test Awal dan Akhir : Pelaksanaan Test Awal dan Akhir :
tahap pelaksanaan Unit kerja menyiapkan pre-test peserta Soal pre dan post test dibuat oleh tim
pelatihan? pelatihan yang dilakukan di sesi awal keilmiahan. Tim keilmiahan terdiri dari
(pelaksanaan test awal dan pelatihan. Soal pre dan post test pihak diklit dan pihak unit kerja terkait.
akhir peserta, proses biasanya dibuat sama. Soal pre dan post test dibuat sama.
pembelajaran) - Proses Pembelajaran : Proses Pembelajaran :
Proses pembelajaran yang dilakukan Pembelajaran diberikan oleh fasilitator.
dengan 2 metode yaitu penyampaian Fasilitator membina keakraban dengan
materi oleh fasilitator dan praktek di peserta pelatihan dan menarik perhatian
lapangan. peserta agar antusias dalam mengikuti
pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Pelaksanaan Pelatihan
Siapa yang bertanggung
- Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja
jawab?
Bagaimana hasil test awal Hasil pre dan post test peserta pelatihan Hasil pre dan post test sejauh ini
dan test akhir peserta sudah menunjukkan peningkatan menunjukkan peningkatan walaupun itu
pelatihan pada umumnya? pengetahuan peserta pelatihan hanya sebatas pada pengetahuan peserta
Probing : apakah - belum implementasi di unit kerjanya.
menunjukkan peningkatan
pengetahuan peserta
pelatihan?
Bagaimana koordinasi Baik, bagian diklit mengirimkan 1 Kurang terjalin koordinasi yang baik
antara bagian Diklit orang pegawai yang standby untuk karena pada saat pelaksanaan pelatihan
dengan unit kerja dalam memantau pelaksanaan pelatihan. pihak bagian Diklit sepenuhnya
-
tahap pelaksanaan menyerahkan kepada unit kerja terkait
pelatihan? jika ada hambatan baru diinformasikan
kepada bagian Diklit.
Bagaimana koordinasi Kurang baik, karena fasilitator sering
antara bagian Diklit datang terlambat untuk menyampaikan
dengan fasilitator pelatihan - - materi.
dalam tahap pelaksanaan
pelatihan?
Apakah tahap pelaksanaan Pelaksanaan pelatihan sering terhambat Pelaksanaan pelatihan belum berjalan
pelatihan sudah berjalan Penyebab : kesalahan teknis seperti dengan baik.
dengan baik? - microphone, laptop, dll. Penyebab : pelatihan yang dimulai
Probing : jika belum, apa tidak tepat waktu sesuai jadwal karena
penyebabnya? banyak hal.
Apakah terdapat kendala Sering terkendala saat pelaksanaan Sering terkendala saat sebelum
dalam tahap pelaksanaan pelatihan dimana terjadi kesalahan pelaksanaan pelatihan dimana fasilitator
-
pelatihan? teknis seperti microphone yang tidak dan peserta pelatihan sering datang
nyala. terlambat.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


NO Pertanyaan I1 I2 I3
4. Pelaksanaan Pelatihan
Apakah terdapat kendala Tindak Lanjut : menghubungi pihak Tindak Lanjut : menelepon fasilitator
dalam tahap pelaksanaan bagian Diklit untuk menanggulangi dan peserta pelatihan untuk
pelatihan? kejadian tsb. mengingatkan segera datang ke ruang
Probing : jika ada, apa pelatihan
tindak lanjut dalam
mengatasi kendala
tersebut?
5. Evaluasi Pelatihan
Bagaimana gambaran Evaluasi Penyelenggaraan : Evaluasi Penyelenggaraan :
tahap evaluasi pelatihan? Merupakan tanggung jawab bagian Bagian Diklit menyusun form evaluasi
(evaluasi penyelenggaraan Diklit. Bagian SDM hanya mendapat penyelenggaraan pelatihan yang
pelatihan, evaluasi laporan kegiatan pelatihan. dibagikan kepada setiap peserta
fasilitator pelatihan, Evaluasi Fasilitator : pelatihan saat setelah mengikuti
evauasi efektifitas Merupakan tanggung jawab bagian pelatihan. Belum ada laporan khusus.
pelatihan di unit kerja) Diklit. Bagian SDM hanya mendapat Evaluasi Fasilitator :
laporan kegiatan pelatihan. Bagian Diklit meyusun form penilaian
-
Evaluasi Efektifitas Pelatihan : fasilitator dalam penyampaian materi
SDM melakukan evaluasi efektifitas kepada peserta pelatihaa setelah
pelatihan di unit kerja dengan pelatihan selesai. Belum ada laporan
membagikan form efektifitas pelatihan khusus.
lalu unit kerja yang menilai pegawai Evaluasi Efektifitas Pelatihan:
setelah mengikuti pelatihan. Ada Merupakan tanggung jawab bagian
laporan khusus efektifitas pelatihan. SDM. Hanya unit kerja dan SDM yang
mengetahui hasilnya.
Siapa yang bertanggung SDM dan Diklit SDM dan Diklit SDM dan Diklit
jawab?
SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di
unit kerja unit kerja unit kerja

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Evaluasi Pelatihan
Siapa yang bertanggung Diklit : evaluasi penyelengaraan dan Diklit : evaluasi penyelengaraan dan
jawab? evaluasi fasilitator. evaluasi fasilitator.
(evaluasi penyelenggaraan
Diklit : evaluasi penyelengaraan dan
pelatihan, evaluasi
evaluasi fasilitator.
fasilitator pelatihan,
evaluasi pasca pelatihan di
unit kerja)
Bagaimana hasil evaluasi Berdasarkan rekapitulasi form Berdasarkan rekapitulasi form
pelatihan pada tahun ini? efektifitas pelatihan, sejauh ini bagus- - penyelenggaraan dan fasilitator, sejauh
bagus saja. ini bagus-bagus saja.
Apakah ada laporan Ada laporan tersendiri untuk setiap Laporan evaluasi belum ada hanya ada
evaluasi pelatihan tiap pelatihan. laporan kegiatan pelatihan yang
tahun? - didalamnya terdapat rekapitulasi
evaluasi penyelenggaraan dan
fasilitator.
Bagaimana koordinasi Tidak ada koordinasi Diklit dengan
antara bagian Diklit fasilitator dalam kegiatan evaluasi.
- -
dengan fasilitator dalam
tahap evaluasi pelatihan?
Apakah fasilitator Diklit hanya mencantumkan
mendapat feedback atas rekapitulasi evaluasi fasilitator ke dalam
- -
hasil evaluasi dari diklit laporan kegiatan dan tidak
pasca pelatihan? diinformasikan kepada fasilitator.
Bagaimana koordinasi Baik, bagian SDM mendapat laporan Baik, bagian Diklit menyerahkan
antara bagian Diklit kegiatan pelatihan yang laporan kegiatan pelatihan kepada
dengan SDM dalam tahap diselenggarakan dari Bagian Diklit. - Bagian SDM.
evaluasi pelatihan?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I1 I2 I3
Evaluasi Pelatihan
Bagaimana koordinasi Baik, unit kerja mendapat laporan Baik, bagian Diklit menyerahkan
antara bagian Diklit kegiatan pelatihan yang laporan kegiatan pelatihan kepada unit
-
dengan unit kerja dalam diselenggarakan dari Bagian Diklit. kerja.
tahap evaluasi pelatihan?
Apakah tahap evaluasi Evaluasi efektifitas pelatihan di unit Evaluasi pelatihan belum berjalan Evaluasi penyelenggaraan pelatihan
pelatihan sudah berjalan kerja belum berjalan dengan baik. dengan baik. yang dilakukan oleh Bagian Diklit
dengan baik? Penyebab : evaluasinya tidak dilakukan Penyebab : karena Bagian Diklit tidak belum optimal.
Probing : jika belum, apa dalam jangka waktu tertentu misal 3 pernah mengadakan rapat evaluasi Penyebab : hanya berfokus kepada
penyebabnya? bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. setelah pelatihan di adakan. penyelenggaraan pelatihan lalu tidak di
evaluasi guna perbaikan untuk pelatihan
yang berikutnya.
Apakah terdapat kendala Belum semua pelatihan yang pernah ada Unit kerja tidak mendapat feedback dari Evaluasi penyelenggaraan pelatihan
dalam tahap evaluasi dilakukan evaluasi efektifitas pelatihan penyelenggaraan pelatihan oleh bagian hanya sekadar laporan dan itu digabung
pelatihan? dan tidak dalam jangka panjang. Diklit. dengan laporan kegiatan. Tidak ada
Probing : jika ada, apa Tindak Lanjut : belum ada Tindak Lanjut : sebaiknya ada rapat laporan khusus penyelenggaraan
tindak lanjut dalam evaluasi yang dihadiri oleh seluruh pelatihan.
mengatasi kendala tsb? panitia pelatihan tepat setelah pelatihan. Tindak Lanjut : belum ada

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


MATRIKS RANGKUMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan :
7. Kepala Sub Bagian Pengembangan SDM I1
8. Kepala Unit Kerja  I2
9. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan  I3
10. Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi  I4
11. Staf Urusan Pelatihan  I5
12. Fasilitator  I6

NO Pertanyaan I4 I5 I6
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Bagaimana gambaran Sumber : Sumber :
tahap identifikasi Berdasarkan standar kompetensi. Unit Perserta pelatihan dipilih berdasarkan
kebutuhan pelatihan yang kerja hanya melakukan analisis standar kompetensi yang harus dipenuhi
untuk jabatan tertentu. Serta seiring
pernah dilakukan? kompetensi individu.
dengan keperluan akreditasi RS
(Sumber identifikasi Proses : sehingga diperlukan adanya pelatihan-
kebutuhan pelatihan dan - Di unit kerja dilakukan analisis pelatihan tertentu.
proses identifikasi kompetensi lalu merumuskan Proses :
kebutuhan pelatihan) pelatihan yang cocok untuk -
- Bagian SDM membagikan surat
kompetensi tsb. edaran dan form kebutuhan pelatihan
- Unit kerja melaporkan ke bagian yang harus diisi oleh masing-masing
SDM. unit kerja.
- SDM dan diklit mengadakan rapat - Unit kerja mengembalikan form tsb
tersendiri untuk membahas ke bagian SDM untuk ditindak
pelatihan-pelatihan apa yang akan lanjuti.
diselenggarakan selama 1 tahun.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Bagaimana gambaran - - SDM mengadakan rapat di bagian -
tahap identifikasi dan direksi untuk memutuskan
kebutuhan pelatihan yang pelatihan apa saja yang harus
pernah dilakukan? diselenggarakan selama 1 tahun.
Siapa yang bertanggung
jawab dalam identifikasi SDM SDM -
kebutuhan pelatihan?
Bagaimana koordinasi Baik, bagian Diklit berkoordinasi Baik, bagian Diklit berkoordinasi
Bagian Diklit dengan dengan bagian SDM pada saat dengan bagian SDM pada saat raker di
Bagian SDM terkait pembahasan penyelenggaraan pelatihan awal tahun.
-
dengan identifikasi selama 1 tahun.
kebutuhan pelatihan?

Bagaimana koordinasi Bagian Diklit tidak melakukan Tidak ada koordinasi antara bagian
Bagian Diklit dengan koordinasi dengan unit kerja untuk Diklit dengan unit kerja terkait dengan
Bagian unit kerja terkait identifikasi kebutuhan pelatihan. identifikasi kebutuhan pelatihan.
-
dalam identifikasi
kebutuhan pelatihan?

Apakah proses identifikasi Proses identifikasi kebutuhan pelatihan Proses identifikasi kebutuhan pelatihan
kebutuhan pelatihan sudah belum berjalan dengan baik. kurang berjalan dengan baik.
berjalan dengan baik? Penyebab : Penyebab :
Karena bagian SDM kekurangan SDM Realisasi biaya pelatihan kurang
Probing : jika belum, apa -
untuk melakukan identifikasi kebutuhan mencukupi.
penyebabnya? pelatihan serta belum ada konsep yang
jelas.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Apakah terdapat kendala Banyak pelatihan yang berulang setiap Kekurangan biaya untuk kegiatan
dalam melakukan tahunnya. pelatihan serta banyak usulan pelatihan
identifikasi kebutuhan Tindak Lanjut : Belum ada yang mendadak.
Tindak Lanjut : penambahan anggaran
pelatihan? -
pelatihan pada tahun depan serta
Probing : Jika ada, apa pelatihan yang sudah direncanakan di
tindak lanjut dalam awal ditunda pelaksanaannya.
mengatasi kendala tsb?
2. Perencanaan dan Perancangan Pelatihan
Bagaimana gambaran Perumusan Tujuan Pelatihan : Perumusan Tujuan Pelatihan :
tahap perencanaan dan tujuan pelatihan di tulis ke dalam Unit kerja terkait merumuskan tujuan
perancangan pelatihan kerangka acuan pelatihan. Kerangka pelatihan yang akan diadakan. Tujuan
yang pernah dilakukan? acuan kasar dibuat oleh unit kerja pelatihan berisi tentang hal-hal apa saja
(merumuskan tujuan terkait lalu disempurakan oleh bagian yang akan dicapai dengan adanya
pelatihan, penyusunan Diklit. pelatihan tsb. Dituliskan ke dalam
anggaran dan jadwal Penyusunan Anggaran : kerangka acuan.
pelatihan, penyusunan Diklit sebagai pemegang anggaran Penyusunan Anggaran :
pedoman pelatihan) pelatihan menentukan detail anggaran Unit kerja membuat kerangka acuan
-
berdasarkan kerangka acun kasar yang kasar yang didalamnya ada alokasi
telah dibuat oleh unit kerja. Sedangkan anggaran dengan memperhatikan
untuk perkiraan anggaran kasar, Diklit beberapa aspek seperti materi, jumlah
melihat dari anggaraan tahun peserta, fasilitator, dan metode
sebelumnya. pelatihan, lalu di bahas pada saat rapat
Penyusunan Pedoman Pelatihan : koordinasi
Belum ada buku pedoman Penyusunan Pedoman Pelatihan :
penyelenggaraan di Bagian Diklit. Belum ada pedoman yang baku untuk
penyelenggaraan pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Perencanaan dan Perancangan Pelatihan
Siapa yang bertanggung
Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja -
jawab?
Bagaimana koordinasi Baik, bagian Diklit berkoordinasi Baik, bagian Diklit mengadakan rapat
antara bagian Diklit dengan unit kerja terkait pada saat rapat koordinasi dengan unit kerja untuk
dengan unit kerja dalam koordianasi. membicarakan perencanaan dan -
tahap perencanaan perancangan pelatihan yang akan
pelatihan? diselenggarakan.
Apakah proses Proses perencanaan dan perancangan Proses perencanaan dan perancangan
perencanaan dan pelatihan berjalan belum optimal. pelatihan belum berjalan dengan baik.
perancangan pelatihan Penyebab : ada perubahan kebijakan Penyebab : kesulitan dalam pengaturan
sudah berjalan dengan pimpinan sehingga ada beberapa jadwal fasilitator.
-
baik? pelatihan yang diundur pelaksanaannya
Probing : jika belum, apa serta persoalan jadwal yang tergantung
penyebabnya? kepada ketersediaan fasilitator dan
belum ada buku pedoman pelatihan.
Apakah terdapat kendala Pelatihan yang ada sering tidak tepat Terkendala dalam ketersediaan
dalam tahap perencanaan waktu sesuai dengan perencanaan di fasilitator. Banyak fasilitator yang tiba-
dan perancangan awal dan belum adanya buku pedoman tiba tidak bisa pada saat hari H
pelatihan? pelatihan. penyampaian materi.
Probing : jika ada, apa Tindak Lanjut : Bagian Diklit Tindak Lanjut : pihak Diklit dibantu
tindak lanjut dalam mengadakan revisi di pertengahan tahun oleh unit kerja terkait untuk mencari
mengatasi kendala untuk pelatihan yang tidak dilaksanakan fasilitator lain yang bisa menggantikan. -
tersebut? sesuai dengan perencanaan di awal
tahun. Bagian Diklit dan unit kerja
membutuhkan waktu khusus yang
digunakan hanya untuk menyusun buku
pedoman pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


NO Pertanyaan I4 I5 I6
3. Pengembangan Materi Pelatihan
Bagaimana gambaran Pemilihan Fasilitator : Pemilihan Fasilitator : Pemilihan Fasilitator :
tahap pengembangan Kriteria yang harus dipenuhi adalah Fasilitator yang dipilih adalah orang- Dipilih berdasarkan kesesuaian
materi? harus kompeten di bidangnya, punya orang yang sesuai dengan background kompetensi.
(pemilihan fasilitator, ketersediaan waktu. pendidikan dan pekerjaan. Penyusunan Modul Pelatihan :
penyusunan modul Penyusunan Modul Pelatihan : Penyusunan Modul Pelatihan : Belum ada modul pelatihan
pelatihan, ketersediaan alat Belum ada modul pelatihan Belum ada modul pelatihan Ketersediaan alat bantu dan ruangan
bantu dan ruangan Ketersediaan alat bantu dan ruangan Ketersediaan alat bantu dan ruangan pelatihan :
pelatihan) pelatihan : pelatihan : Alat bantu dan ruangan pelatihan
Diklit dan unit kerja menyediakan Alat bantu dan ruangan pelatihan disediakan selengkap mungkin demi
fasilitas pelatihan seperti laptop, LCD, dirasakan sudah lengkap. kelancaran pelaksanaan pelatihan.
pointer, flipchart, serta alat peraga
pelatihan dan ruangan pelatihan.
Siapa yang bertanggung
Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja
jawab?
Apakah alat bantu dan Sebagian besar, alat bantu dan ruangan Alat bantu dan ruangan pelatihan Alat bantu pelatihan udah lengkap, akan
ruangan pelatihan yang pelatihan sudah berfungsi dengan baik. berfungsi dengan baik. tetapi ruangan pelatihan belum
disediakan dapat berfungsi memenuhi aspek K3.
dengan baik?
Bagaimana koordinasi Baik, bagian Diklit berkoordinasi Baik, Diklit dan unit kerja saling
antara bagian Diklit dengan unit kerja terkait dalam membantu dalam pengembangan
dengan unit kerja dalam pemilihan fasilitator, ketersediaan alat materi. -
tahap pengembangan peraga pelatihan.
materi pelatihan?
Bagaimana koordinasi Baik, bagian Diklit berkoordinasi Baik tetapi terkendala dalam Baik, Diklit mengadakan rapat dengan
antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam pengaturan berkoordinasi dengan dokter dan tenaga fasilitator lalu menelepon fasilitator
dengan fasilitator pelatihan jadwal penyampaian materi. medis. untu tindak lanjut dan menanyakan
dalam tahap kebutuhan fasilitator yang kurang.
pengembangan materi
pelatihan?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Pengembangan Materi Pelatihan
Apakah tahap Proses pengembangan materi belum Proses pengembangan materi kurang Proses pengembangan materi sudah
pengembangan materi berjalan dengan baik. berjalan dengan baik. berjalan dengan baik untuk pelatihan
pelatihan sudah berjalan Penyebab : karena kesibukan pihak Penyebab : kurangnya ketersediaan yang sudah rutin ada tiap tahun.
dengan baik? Diklit dan fasilitator yang tidak bisa fasilitator untuk mngkomunikasikan Sedangkan untuk pelatihan yang baru
Probing : jika belum, apa menyusun modul pelatihan terlebih dahulu materi yang akan belum berjalan dengan baik.
penyebabnya? disampaikan, serta tidak waktu dalam Penyebab : keterbatasan ilmu fasilitator
penyusunan modul pelatihan. dan keterbatasan waktu dalam mencari
referensi baru karena tidak
meninggalkan pekerjaan rutin.
Apakah terdapat kendala Bagian Diklit belum bisa fokus untuk Terkendala dalam berkoordinasi dengan Terdapat kendala dalam meng-update
dalam tahap pengembangan materi. unit kerja dan fasilitator dalam materi pelatihan.
pengembangan materi Tindak Lanjut : dengan membentuk pengembangan materi. Tindak Lanjut :
pelatihan? tim khusus untuk pengembangan Tindak Lanjut : mengadakan rapat Fasilitator lebih sering membaca dan
Probing : jika ada, apa materi. Yang berfungsi mengontrol persiapan sebelum pelatihan akan menggunakan fasilitas internet untuk
tindak lanjut dalam materi pelatihan yang akan dimulai. memperoleh bahan materi yang lebih
mengatasi kendala tsb? diselenggarakan serta membuat modul update lagi.
pelatihan.
4. Pelaksanaan Pelatihan
Bagaimana gambaran Pelaksanaan Test Awal dan Akhir : Pelaksanaan Test Awal dan Akhir : Pelaksanaan Test Awal dan Akhir :
tahap pelaksanaan Bagian Diklit menyerahkan kepada Pihak unit kerja terkait yang membuat Beberapa fasilitator bekerja sama dalam
pelatihan? fasilitator untuk membuat soal pre dan soal pre dan post test. Soal pre test membuat soal pre dan post test dengan
(pelaksanaan test awal dan post test. berbeda dengan post test. membagi tugas. Pre dan post test
akhir peserta, proses Proses Pembelajaran : Pelaksanaannya diawasi oleh unit kerja soalnya sama.
pembelajaran) Proses pembelajaran yang dilakukan terkait. Proses Pembelajaran :
dengan 2 metode yaitu penyampaian Proses Pembelajaran : - Fasilitator memberikan variasi
materi oleh fasilitator dan praktek di Proses pembelajaran dilaksanakan di metode pelatihan
lapangan. kelas dan di luar ruangan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Pelaksanaan Pelatihan
Siapa yang bertanggung
Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja Diklit dan Unit Kerja
jawab?
Bagaimana hasil test awal Hasil pre test dan post test rata-rata Hasil pre dan post test peserta pelatihan Hasil pre dan post test sudah
dan test akhir peserta menunjukkan peningkatan pengetahuan pada umumnya menunjukkan menunjukkan peningkatan berkisar 30-
pelatihan pada umumnya? peningkatan pengetahuan peserta 50
Probing : apakah pelatihan
menunjukkan peningkatan
pengetahuan peserta
pelatihan?

Bagaimana koordinasi Bagian Diklit mengalami kesulitan Baik, pada saat pelatihan dimulai ada
antara bagian Diklit dalam memonitor pelaksanaan pelatihan pihak Diklit yang menemani unit kerja
dengan unit kerja dalam karena kekurangan SDM sehingga berada di ruang pelatihan minimal
-
tahap pelaksanaan kurang bisa berkoordinasi dengan unit sampai fasilitator mulai mengajar.
pelatihan? kerja terkait.

Bagaimana koordinasi Baik, walaupun sering terjadi perubahan Baik, tetapi sering terjadi kendala Baik, bagian Diklit turut membantu
antara bagian Diklit jadwal. jadwal fasilitator. fasilitator dalam pelaksanaan dengan
dengan fasilitator pelatihan mengirim 1 orang yang standby.
dalam tahap pelaksanaan
pelatihan?

Apakah tahap pelaksanaan Proses pelaksanaan kurang berjalan Pelaksanaan pelatihan sering terlambat Pelaksanaan pelatihan belum berjalan
pelatihan sudah berjalan dengan baik. Penyebab : fasilitator sering dengan baik.
dengan baik? Penyebab : jadwal yang tidak sesuai, membatalkan untuk mengisi pelatihan Penyebab : materi yang disampaikan
Probing : jika belum, apa materi yang tidak diberikan tepat waktu pada hari H. oleh fasilitator tidak menarik perhatian
penyebabnya? serta sering terjadi kesalahan teknis. peserta pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


NO Pertanyaan I4 I5 I6
4. Pelaksanaan Pelatihan
Apakah terdapat kendala Terkendala dalam keterlambatan Terdapat kendala dalam mencari Peserta pelatihan tidak antusias dan
dalam tahap pelaksanaan fasilitator, materi pelatihan dan pengganti fasilitator yang batal semangat dalam mengikuti pelatiha
pelatihan? kesalahan teknis : menyampaikan materi. seperti banyak yang tidur dan tidak
Probing : jika ada, apa Tindak Lanjut : bagian Diklit Tindak Lanjut : unit kerja terkait memperhatikan fasilitator.
tindak lanjut dalam mengingatkan kembali fasilitator untuk mencarikan pengganti fasilitator atau Tindak Lanjut : fasiitator mengadakan
mengatasi kendala menyerahkan materi pelatihan dan saat salah satu dari pihak unit kerja terkait tanya jawab dengan peserta pelatihan
tersebut? sebelum pelatihan dimulai, bagian yang turun langsung sebagai fasilitator. dan dengan mengadakan diskusi
Diklit cepat tanggap untuk langsung kelompok.
menangani kesalahan teknis yang terjadi
5. Evaluasi Pelatihan
Bagaimana gambaran Evaluasi Penyelenggaraan : Evaluasi Penyelenggaraan :
tahap evaluasi pelatihan? Bagian Diklit membagikan form Bagian Diklit merancang form evaluasi
(evaluasi penyelenggaraan evaluasi penyelenggaraan pelatihan penyelenggaraan pelatihan yang
pelatihan, evaluasi kepada setiap peserta pelatihan lalu dijadikan sebagai alat evaluasi
fasilitator pelatihan, merekap, mengevaluasi dan penyelenggaraan pelatihan.
evauasi efektifitas memberikan rekomendasi atas hasil Evaluasi Fasilitator :
pelatihan di unit kerja) evaluasi penyelenggaraan pelatihan. Bagian Diklit merancang form evaluasi
Evaluasi Fasilitator : fasilitator pelatihan yang dijadikan
Bagian Diklit membagikan form sebagai alat evaluasi fasilitator
-
evaluasi fasilitator kepada setiap peserta pelatihan.
pelatihan lalu merekap, mengevaluasi Evaluasi Efektifitas Pelatihan :
dan memberikan rekomendasi atas hasil Evaluasi efektifitas pelatihan bukan
evaluasi fasilitator pelatihan. wewenang bagian Diklit. Bagian Diklit
Evaluasi Efektifitas Pelatihan : hanya sebatas dalam hal
Bagian Diklit tidak bertanggung jawab penyelenggaraan.
terhadap evaluasi efektifitas pelatihan di
unit kerja. Itu merupakan tugas bagian
SDM.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Evaluasi Pelatihan
Siapa yang bertanggung SDM dan Diklit SDM dan Diklit SDM dan Diklit
jawab?
(evaluasi penyelenggaraan SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di SDM : evaluasi efektifitas pelatihan di
pelatihan, evaluasi unit kerja unit kerja unit kerja
fasilitator pelatihan, Diklit : evaluasi penyelengaraan dan Diklit : evaluasi penyelengaraan dan Diklit : evaluasi penyelengaraan dan
evaluasi pasca pelatihan di evaluasi fasilitator. evaluasi fasilitator. evaluasi fasilitator.
unit kerja)
Bagaimana hasil evaluasi 1. Fasilitator : fasilitator kurang bisa Adanya penambahan pengetahuan
pelatihan pada tahun ini? menyampaikan materi dengan baik. peserta pelatihan tentang hal-hal yang
2. Waktu : antara materi dan waktu baru khususnya untuk perawat.
yang diberikan kurang memadai.
3. Materi : materi baru diberikan pada
hari H ke bagian Diklit -
4. Waktu penyelenggaraan tidak tepat
waktu.
5. Alat bantu pelatihan bermasalah
6. Ruangan yang kurang nyaman
7. Kurang pelatihan di Unit kerja
Apakah ada laporan Laporan evaluasi belum selesai karena Tidak ada laporan khusus evaluasi
evaluasi pelatihan tiap belum akhir tahun. pelatihan tiap tahun. Hanya ada laporan
tahun? kegiatan tiap pelatihan yang didalamnya -
ada hasil evaluasi penyelenggaraan dan
fasilitator.
Bagaimana koordinasi Tidak ada koordinasi bagian Diklit Tidak adanya rapat evaluasi pelatihan Bagian Diklit tidak mengadakan
antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam hal evaluasi dengan fasilitator setelah pelatihan pertemuan kembali pasca pelatihan
dengan fasilitator dalam pelatihan. diadakan. untuk membicarakan hasil evaluasi
tahap evaluasi pelatihan? yang didapat dari peserta pelatihan.

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


Pertanyaan I4 I5 I6
Evaluasi Pelatihan
Apakah fasilitator Fasilitator tidak mendapat feedback dari Fasilitator tidak mendapat feedback. Bagian Diklit tidak menginformasikan
mendapat feedback atas bagian Diklit hanya saja bisa dilihat dari Evaluasi fasilitator hanya untuk kepada fasilitator hasil evaluasi
hasil evaluasi dari diklit laporan kegiatan pelatihan yang telah dilaporkan ke dalam laporan kegiatan. fasilitator.
pasca pelatihan? diberikan kepada unit kerja terkait.

Bagaimana koordinasi Belum ada koordinasi antara bagian Ada jika ada pelatihan yang dijual yaitu
antara bagian Diklit Diklit dengan Bagian SDM dalam pelatihan yang bekerja sama dengan
dengan SDM dalam tahap evaluasi pelatihan. pihak ketiga. -
evaluasi pelatihan?

Bagaimana koordinasi Belum ada koordinasi antara bagian Unit Diklit tidak berkoordinasi dengan
antara bagian Diklit Diklit dengan unit kerja dalam evaluasi unit kerja dalam evaluasi pelatihan.
dengan unit kerja dalam pelatihan. -
tahap evaluasi pelatihan?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


HASIL OBSERVASI

KEGIATAN PELATIHAN DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN RSUP FATMAWATI

REALISASI
TAHAP
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN KETERANGAN
OBSERVASI YA TIDAK
PELATIHAN
1. Pengembangan Ketersediaan Alat APAR √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik
Materi Peraga Pelatihan (1 Kg, 2 Kg, 3.5 Kg)
Masker √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Sarung Tangan √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Line Safety √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Kantong Plastik K3 √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Tutup Kepala √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Tutup Mata √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Bahan B3 √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik

Ketersediaan Laptop √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik


Media Pelatihan
LCD √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik
Flipchart √ Tersedia lengkap dan berfungsi dengan baik
Ponters √ Kurang lengkap dan sering rusak
Sound System √ Lengkap tetapi sering mati

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP REALISASI
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN
OBSERVASI
PELATIHAN
3. Pengembangan Ketersediaan Ruangan Ruang kuliah √ Baik, siap pakai
Materi Pelatihan Kapasitas 60 orang
Ruang kuliah √ Baik, siap pakai
kapasitas 40 orang
Ruang kuliah √ Baik, siap pakai
kapasitas 30 orang
Ruang kuliah √ Baik, siap pakai
kapasitas 20 orang
4. Pelaksanaan Pelaksanaan Pre dan Keseriusan peserta √ Peserta pelatihan kelihatan sering ngobrol
Pelatihan Post Test dalam menjawab pada saat tes
Metode Pelatihan Pelatihan di tempat √ Pelatihan disertai dengan praktek di
kerja lapangan
Kuliah dan √ Penyampaian materi pelatihan oleh
Diskusi instruktur pelatihan dan diskusi kelompok
di ruang kelas
Studi kasus √ Instruktur menyampaikan materi disertai
dengan kasus-kasus yang ada
Proses Pembelajaran Menjalin Keakraban √ Peserta pelatihan akrab dengan sesamanya
dan instruktur pelatihan, seseama
instruktur juga akrab.
Identifikasi √ Instruktur pelatihan tidak mengidentifikasi
Kebutuhan kebutuhan peserta pada awal sesi pelatihan
Kontrak √ Instruktur tidak memberikan kontrak
Pembelajaran pembelajaran kepada pesera pelatihan
sebelum menyampaikan materi pelatihan.
Keaktifan Peserta √ Peserta pelatihan kurang aktif dalam proses
Pelatihan pembelajaran, terlihat sibuk dengan HP

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP REALISASI
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN
OBSERVASI
PELATIHAN
4. Pelaksanaan Pengisian Form Keikutsertaan √ Peserta pelatihan bersedia mengisi form
Pelatihan Evaluasi Peserta Pelatihan evaluasi penyelenggaraan pelatihan
penyelenggaraan
Pelatihan
Pengisian Form Keikutsertaan √ Peserta pelatihan bersedia mengisi form
Evaluasi Instruktur Peserta Pelatihan evaluasi instruktur pelatihan
Pelatihan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


HASIL TELAAH DATA SEKUNDER

KEGIATAN PELATIHAN DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN RSUP FATMAWATI

NO TAHAP REALISASI
MANAJEMEN JENIS DOKUMEN YA TIDAK KETERANGAN
PELATIHAN
1. Manajemen Pelatihan SOP Kegiatan Pelatihan √ Isinya tentang prosedur dan alur penyelenggaraan
pelatihan
2. Identifikasi Kebutuhan Form Kebutuhan Pelatihan √ Isinya tentang nama pelatihan, jumlah peserta, nama
Pelatihan peserta, penyelenggara, dan perkiraan biaya yang
dibutuhkan oleh unit kerja dalam 1 tahun
3. Perencanaan dan Kerangka Acuan Pelatihan √ Isinya antara tujuan dan anggaran pelatihan
Perancangan Pelatihan
Pedoman Pelatihan √ Belum ada, akan diusahakan
4. Pengembangan Materi Modul Pelatihan √ Belum ada, akan diusahakan
Handouts √ Materi pelatihan yang akan disampaikan oleh instruktur
pelatihan di dalam kelas
5. Pelaksanaan Pelatihan Pertanyaan Pre dan Post Test √ Pertanyaan Pre dan Post Test dibuat sama
Jawaban Pre dan Post Test Ditemukan banyak peserta pelatihan yang tidak
menuliskan nama
Laporan Kegiatan Pelatihan √ Di dalamnya terkandung semua mengenai laporan
pelaksanaan pelatihan
Laporan Monev Pelatihan √ Belum ada, baru ada laporan kegiatan pelatihan
6. Evaluasi Pelatihan Form Evaluasi √ Isinya tentang konsumsi, fasilitas, akomodasi pelatihan
Penyelengaraan Pelatihan
Form Evaluasi Instruktur √ Isinya tentang cara/metode, intonasi, instruktur dalam
Pelatihan menyampaikan materi

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


NO TAHAP REALISASI
MANAJEMEN JENIS DOKUMEN KETERANGAN
PELATIHAN YA TIDAK
6. Evaluasi Pelatihan Form Efektivitas Pelatihan √ Isinya tentang parameter, penilaian sebelum dan
seseudah pelatihan, serta tindak lanjut yang akan
dilakukan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 1 : KEPALA BAGIAN SDM

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 1 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap identifikasi kebutuhan pelatihan yang pernah dilakukan?
(sumber identifikasi kebutuhan pelatihan dan proses identifikasi kebutuhan pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab dalam identifikasi kebutuhan pelatihan?
3. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan Bagian SDM terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi Bagian SDM dengan unit kerja terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
5. Apakah proses identifikasi kebutuhan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan?
Probing : Jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tsb?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN
1. Bagaimana gambaran tahap evaluasi pelatihan? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi fasilitator pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi fasilitator
pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
3. Bagaimana hasil evaluasi pelatihan pada tahun ini?
4. Apakah ada laporan evaluasi pelatihan tiap tahun?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam tahap evaluasi
pelatihan?
6. Apakah fasilitator mendapat feedback atas hasil evaluasi dari diklit pasca pelatihan?
7. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan SDM dalam tahap evaluasi pelatihan?
8. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan unit kerja dalam tahap evaluasi
pelatihan?
9. Mengapa belum dilaksanakannya evaluasi pasca pelatihan di unit kerja?
10. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
11. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 2 : KEPALA UNIT KERJA

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 1 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap identifikasi kebutuhan pelatihan yang pernah dilakukan?
(sumber identifikasi kebutuhan pelatihan dan proses identifikasi kebutuhan pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab dalam identifikasi kebutuhan pelatihan?
3. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan unit kerja terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
4. Apakah proses identifikasi kebutuhan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
5. Apakah terdapat kendala dalam tahap identifikasi kebutuhan pelatihan?
Probing : Jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tsb?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN
1. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan unit kerja dalam tahap evaluasi
pelatihan?
2. Mengapa belum dilaksanakannya evaluasi pasca pelatihan di unit kerja?
3. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
4. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 3 : KA. SUB BAG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 1 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap identifikasi kebutuhan pelatihan yang pernah dilakukan?
(sumber identifikasi kebutuhan pelatihan dan proses identifikasi kebutuhan pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab dalam identifikasi kebutuhan pelatihan?
3. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan Bagian SDM terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan unit kerja terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
5. Apakah proses identifikasi kebutuhan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan?
Probing : Jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tsb?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 2 : PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PELATIHAN
1. Bagaimana gambaran tahap perencanaan dan perancangan pelatihan yang pernah
dilakukan? (perumusan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran pelatihan, penyusunan
pedoman pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (merumuskan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran
dan jadwal pelatihan, penyusunan pedoman pelatihan)
3. Mengapa buku pedoman pelatihan belum ada?
4. Apakah pelatihan yang sudah pernah diadakan selama ini sesuai dengan perencanaan di
awal?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan bagian SDM dalam tahap
perencanaan pelatihan?
6. Apakah proses perencanaan dan perancangan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap perencanaan dan perancangan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 3 : PENGEMBANGAN MATERI


1. Bagaimana gambaran tahap pengembangan materi? (pemilihan fasilitator, ketersediaan
modul pelatihan, pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pemilihan fasilitator, ketersediaan modul pelatihan,
pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
3. Mengapa modul pelatihan belum ada?
4. Apakah alat bantu pelatihan yang disediakan dapat berfungsi dengan baik?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pengembangan materi pelatihan?
6. Apakah tahap pengembangan materi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap pengembangan materi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 4 : PELAKSANAAN PELATIHAN

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


1. Bagaimana gambaran tahap pelaksanaan pelatihan? (pelaksanaan test awal dan akhir
peserta, proses pembelajaran)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pelaksanaan test awal dan akhir peserta, proses
pembelajaran)
3. Bagaimana hasil test awal dan test akhir peserta pelatihan pada umumnya? Probing :
apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pelaksanaan pelatihan?
5. Apakah tahap pelaksanaan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam tahap pelaksanaan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap evaluasi pelatihan? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi fasilitator pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi fasilitator
pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
3. Bagaimana hasil evaluasi pelatihan pada tahun ini?
4. Apakah ada laporan evaluasi pelatihan tiap tahun?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam tahap evaluasi
pelatihan?
6. Apakah fasilitator mendapat feedback atas hasil evaluasi dari diklit pasca pelatihan?
7. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan SDM dalam tahap evaluasi pelatihan?
8. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan unit kerja dalam tahap evaluasi
pelatihan?
9. Mengapa belum dilaksanakannya evaluasi pasca pelatihan di unit kerja?
10. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
11. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 4 : KA. SUB BAG MONITORING DAN EVALUASI

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 1 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap identifikasi kebutuhan pelatihan yang pernah dilakukan?
(sumber identifikasi kebutuhan pelatihan dan proses identifikasi kebutuhan pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab dalam identifikasi kebutuhan pelatihan?
3. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan Bagian SDM terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan unit kerja terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
5. Apakah proses identifikasi kebutuhan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
6. Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan?
Probing : Jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tsb?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 2 : PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PELATIHAN
1. Bagaimana gambaran tahap perencanaan dan perancangan pelatihan yang pernah
dilakukan? (perumusan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran pelatihan, penyusunan
pedoman pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (merumuskan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran
dan jadwal pelatihan, penyusunan pedoman pelatihan)
3. Mengapa buku pedoman pelatihan belum ada?
4. Apakah pelatihan yang sudah pernah diadakan selama ini sesuai dengan perencanaan di
awal?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan bagian SDM dalam tahap
perencanaan pelatihan?
6. Apakah proses perencanaan dan perancangan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap perencanaan dan perancangan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 3 : PENGEMBANGAN MATERI


1. Bagaimana gambaran tahap pengembangan materi? (pemilihan fasilitator, ketersediaan
modul pelatihan, pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pemilihan fasilitator, ketersediaan modul pelatihan,
pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
3. Mengapa modul pelatihan belum ada?
4. Apakah alat bantu pelatihan yang disediakan dapat berfungsi dengan baik?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pengembangan materi pelatihan?
6. Apakah tahap pengembangan materi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap pengembangan materi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 4 : PELAKSANAAN PELATIHAN

1. Bagaimana gambaran tahap pelaksanaan pelatihan? (pelaksanaan test awal dan akhir
peserta, proses pembelajaran)

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


2. Siapa yang bertanggung jawab? (pelaksanaan test awal dan akhir peserta, proses
pembelajaran)
3. Bagaimana hasil test awal dan test akhir peserta pelatihan pada umumnya? Probing :
apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pelaksanaan pelatihan?
5. Apakah tahap pelaksanaan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam tahap pelaksanaan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap evaluasi pelatihan? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi fasilitator pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi fasilitator
pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
3. Bagaimana hasil evaluasi pelatihan pada tahun ini?
4. Apakah ada laporan evaluasi pelatihan tiap tahun?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam tahap evaluasi
pelatihan?
6. Apakah fasilitator mendapat feedback atas hasil evaluasi dari diklit pasca pelatihan?
7. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan SDM dalam tahap evaluasi pelatihan?
8. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan unit kerja dalam tahap evaluasi
pelatihan?
9. Mengapa belum dilaksanakannya evaluasi pasca pelatihan di unit kerja?
10. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
11. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 5 : KEPALA URUSAN PELATIHAN

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 1 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap identifikasi kebutuhan pelatihan yang pernah dilakukan?
(sumber identifikasi kebutuhan pelatihan dan proses identifikasi kebutuhan pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab dalam identifikasi kebutuhan pelatihan?
3. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan Bagian SDM terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi Bagian Diklit dengan unit kerja terkait dengan identifikasi
kebutuhan pelatihan?
5. Apakah proses identifikasi kebutuhan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan?
Probing : Jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tsb?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 2 : PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PELATIHAN
1. Bagaimana gambaran tahap perencanaan dan perancangan pelatihan yang pernah
dilakukan? (perumusan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran pelatihan, penyusunan
pedoman pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (merumuskan tujuan pelatihan, penyusunan anggaran
dan jadwal pelatihan, penyusunan pedoman pelatihan)
3. Mengapa buku pedoman pelatihan belum ada?
4. Apakah pelatihan yang sudah pernah diadakan selama ini sesuai dengan perencanaan di
awal?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan bagian SDM dalam tahap
perencanaan pelatihan?
6. Apakah proses perencanaan dan perancangan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap perencanaan dan perancangan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 3 : PENGEMBANGAN MATERI


1. Bagaimana gambaran tahap pengembangan materi? (pemilihan fasilitator, ketersediaan
modul pelatihan, pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pemilihan fasilitator, ketersediaan modul pelatihan,
pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
3. Mengapa modul pelatihan belum ada?
4. Apakah alat bantu pelatihan yang disediakan dapat berfungsi dengan baik?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pengembangan materi pelatihan?
6. Apakah tahap pengembangan materi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap pengembangan materi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 4 : PELAKSANAAN PELATIHAN

1. Bagaimana gambaran tahap pelaksanaan pelatihan? (pelaksanaan test awal dan akhir
peserta, proses pembelajaran)

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


2. Siapa yang bertanggung jawab? (pelaksanaan test awal dan akhir peserta, proses
pembelajaran)
3. Bagaimana hasil test awal dan test akhir peserta pelatihan pada umumnya? Probing :
apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pelaksanaan pelatihan?
5. Apakah tahap pelaksanaan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam tahap pelaksanaan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN


1. Bagaimana gambaran tahap evaluasi pelatihan? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi fasilitator pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi fasilitator
pelatihan, evaluasi pasca pelatihan di unit kerja)
3. Bagaimana hasil evaluasi pelatihan pada tahun ini?
4. Apakah ada laporan evaluasi pelatihan tiap tahun?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam tahap evaluasi
pelatihan?
6. Apakah fasilitator mendapat feedback atas hasil evaluasi dari diklit pasca pelatihan?
7. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan SDM dalam tahap evaluasi pelatihan?
8. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan unit kerja dalam tahap evaluasi
pelatihan?
9. Mengapa belum dilaksanakannya evaluasi pasca pelatihan di unit kerja?
10. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
11. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN
DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2011

INFORMAN 6 : INSTRUKTUR PELATIHAN

KETERANGAN WAWANCARA

Hari/tanggal/jam :

Tempat :

IDENTITAS SUBJEK

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

No. HP :

TAHAP 3 : PENGEMBANGAN MATERI


1. Bagaimana gambaran tahap pengembangan materi? (pemilihan fasilitator, ketersediaan
modul pelatihan, pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pemilihan fasilitator, ketersediaan modul pelatihan,
pengaturan ruangan dan kelengkapan media pelatihan)
3. Mengapa modul pelatihan belum ada?
4. Apakah alat bantu pelatihan yang disediakan dapat berfungsi dengan baik?
5. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pengembangan materi pelatihan?
6. Apakah tahap pengembangan materi pelatihan sudah berjalan dengan baik? Probing :
jika belum, apa penyebabnya?
7. Apakah terdapat kendala dalam tahap pengembangan materi pelatihan? Probing : jika
ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP 4 : PELAKSANAAN PELATIHAN

1. Bagaimana gambaran tahap pelaksanaan pelatihan? (pelaksanaan test awal dan akhir
peserta, proses pembelajaran)
2. Siapa yang bertanggung jawab? (pelaksanaan test awal dan akhir peserta, proses
pembelajaran)
3. Bagaimana hasil test awal dan test akhir peserta pelatihan pada umumnya? Probing :
apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta pelatihan?
4. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator pelatihan dalam tahap
pelaksanaan pelatihan?
5. Apakah tahap pelaksanaan pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
6. Apakah terdapat kendala dalam tahap pelaksanaan pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

TAHAP 5 : EVALUASI PELATIHAN


1. Bagaimana koordinasi antara bagian Diklit dengan fasilitator dalam tahap evaluasi
pelatihan?
2. Apakah fasilitator mendapat feedback atas hasil evaluasi dari diklit pasca pelatihan?
3. Apakah tahap evaluasi pelatihan sudah berjalan dengan baik?
Probing : jika belum, apa penyebabnya?
4. Apakah terdapat kendala dalam tahap evaluasi pelatihan?
Probing : jika ada, apa tindak lanjut dalam mengatasi kendala tersebut?

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


LEMBAR CHECK LIST

KEGIATAN PELATIHAN DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN RSUP FATMAWATI

REALISASI
TAHAP
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN KETERANGAN
OBSERVASI YA TIDAK
PELATIHAN
1. Pengembangan Ketersediaan Alat APAR
Materi Peraga Pelatihan (1 Kg, 2 Kg, 3.5 Kg)
Masker

Sarung Tangan

Line Safety

Kantong Plastik K3

Tutup Kepala

Tutup Mata

Bahan B3

Ketersediaan Laptop
Media Pelatihan
LCD
Flipchart
Ponters
Sound System

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP REALISASI
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN
OBSERVASI
PELATIHAN
3. Pengembangan Ketersediaan Ruangan Ruang kuliah
Materi Pelatihan Kapasitas 60 orang

Ruang kuliah
kapasitas 40 orang

Ruang kuliah
kapasitas 30 orang

Ruang kuliah
kapasitas 20 orang

4. Pelaksanaan Pelaksanaan Pre dan Keseriusan peserta


Pelatihan Post Test dalam menjawab
Metode Pelatihan Pelatihan di tempat
kerja
Kuliah dan
Diskusi
Studi kasus
Proses Pembelajaran Menjalin Keakraban
Identifikasi
Kebutuhan
Kontrak
Pembelajaran
Keaktifan Peserta
Pelatihan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


TAHAP REALISASI
OBJEK
NO MANAJEMEN KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN
OBSERVASI
PELATIHAN
4. Pelaksanaan Pengisian Form Keikutsertaan
Pelatihan Evaluasi Peserta Pelatihan
penyelenggaraan
Pelatihan
Pengisian Form Keikutsertaan
Evaluasi Instruktur Peserta Pelatihan
Pelatihan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


PEDOMAN DATA SEKUNDER

KEGIATAN PELATIHAN DI BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN RSUP FATMAWATI

NO TAHAP REALISASI
MANAJEMEN JENIS DOKUMEN YA TIDAK KETERANGAN
PELATIHAN
1. Manajemen Pelatihan SOP Kegiatan Pelatihan
2. Identifikasi Kebutuhan Form Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan
3. Perencanaan dan Kerangka Acuan Pelatihan
Perancangan Pelatihan
Pedoman Pelatihan
4. Pengembangan Materi Modul Pelatihan
Handouts
5. Pelaksanaan Pelatihan Pertanyaan Pre dan Post Test
Jawaban Pre dan Post Test
Laporan Kegiatan Pelatihan
Laporan Monev Pelatihan
6. Evaluasi Pelatihan Form Evaluasi
Penyelengaraan Pelatihan

Form Evaluasi Instruktur


Pelatihan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012


NO TAHAP JENIS DOKUMEN REALISASI
MANAJEMEN KETERANGAN
PELATIHAN YA TIDAK
6. Evaluasi Pelatihan Form Efektivitas Pelatihan

Analisis pengelolaan..., Putri Permatasari, FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai