PPD Cabe
PPD Cabe
USIA MENENGAH
DISUSUN OLEH
NIM : 4153341055
JURUSAN BIOLOGI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan sosial anak usia menengah
2. Mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak usia menengah
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sosial anak usia menengah
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui pengertian perkembangan sosial anak usia
menengah
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak usia
menengah
3. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sosial anak usia
menengah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Orang tua (lingkungan sosial) yang membatasi kesempatan bagi remaja
untuk mengambil keputusan sendiri, maka tindakan orang tua seperti ini
tidak memberi kesempatan pada remajanya untuk mandiri.
b. Orang tua tidak dapat dijadikan model untuk memperoleh kemandirian
sosial, karena orang tua ini memiliki sifat tergantung. Orang tua yang tidak
mandiri cenderung tidak memberikan kesempatan mandiri bagi anak-
anaknya dalam bertingkah laku sosial.
Biasanya pertentangan antara orang tua dan remaja tidak akan berlangsung lama
dan akhirnya menjadi hubungan yang harmonis. Jika terjadi hubungan yang
harmonis kembali dengan orang tua, maka remaja dapat memperkenalkan nilai-
nilai baru kepada orang tuanya, sehingga orang tua dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman.
Para ahli social learning seperti Bandura (1980), Gewirz (1969) menyatakan bahwa
nilai-nilai yang dianut oleh orang tua diadopsi oleh anak dengan cara meniru. Jika
mereka remaja maka nilai-nilai itu mempengaruhi tingkah laku social remaja.
Berikut ini dikemukakan berbagai tipe pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua
dan bentuk tingkah laku sosial yang akan dimiliki remaja.
a. Tipe pemeliharaan menunjukkan cinta yang tulus dan sepenuh hati atau
cinta tanpa syarat terhadap anak dan remajanya, maka anak dan remajanya
memperlihatkan hubungan sosial yang baik dengan orang lain, cenderung
memperlihatkan penilaian yang positif terhadap orang lain karena ia
memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri.
b. Tipe pemeliharaan yang hangat, dalam memberikan batasan-batasan dan
disiplin terhadap anak dan remaja maka dalam bersosialisasi menampakkan
tingkah laku yang sopan santun, mudah bekerja sama, kurang agresif,
mandiri dan memiliki sifat bersaing yang sehat dengan teman sebaya.
c. Tipe pemeliharaan yang hangat tetapi terlalu bebas dibandingkan dengan tingkat
perkembangan mereka, anak-anak dan remaja mereka cenderung bertingkah laku
sosial yang tegas. Mereka cenderung agresif dan kurang mampu bekerja sama.
d. Tipe pemeliharaan yang menolak atau memusuhi, mengakibatkan remaja
bertingkah laku sosial yang buruk sehingga cenderung menampilkan hubungan
sosial yang buruk dengan teman sebaya, maupun dengan orang dewasa akan
bertingkah laku nakal. Disamping itu, mereka menjadi berprestasi rendah
dibandingkan kemampuan kognitif yang mereka miliki.
e. Tipe pemeliharaan yang terlalu membatasi tingkah laku anak dan remajanya,
menimbulkan tingkah laku sosial yang salah suai karena anak memiliki perasaan
yang tidak puas tentang dirinya. Anak yang dibesarkan dengan pemeliharaan seperti
ini mempunyai dorongan keingintahuan yang rendah, kurang kreatif dan fleksibel
dalam menghadapi masalah.
Status orang tua mempengaruhi hubungan sosial remaja. Status orang tua yang
dimaksud adalah status pernikahan tanpa suami atau tanpa istri. Jika remaja wanita
hanya dibesarkan oleh ibu saja maka hubungan sosialnya dengan pria kurang lancar
karena memiliki perasaan malu yang berlebihan, merasa tidak nyaman kalau
berhadapan dengan pria dan bahkan ada yang bersikap keras terhadap pria. Remaja
pria yang dibesarkan tanpa ayah kurang menampakkan sikap yang tegas dalam
berhubungan sosial dengan teman sebaya, terutama lawan jenis.
3
2. Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak. Oleh karena itu
remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur 4 tahun.
Dengan demikian, sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja khususnya tingkah
laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak dilakukan kegiatan kelompok
untuk mengembangkan tingkah laku sosial seperti kerjasama, saling membantu,
saling menghormati dan menghargai misalnya kelompok belajar, kelompok
pengembangan bakat khusus seperti kelompok menyanyi, menari, olahraga dan
keterampilan khusus lainnya.
Fungsi sekolah lainnya dalam mengembangkan tingkah laku sosial adalah
menyiapkan model-model bertingkah laku sosial baik itu guru, petugas administrasi
maupun siswa-siswa lainnya.
4
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
6