Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam pekerjaan teknik sipil dikenal 2 jenis pekerjaan konstruksi yaitu konstruksi
berat dan konstruksi ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak lepas dari kebutuhan akan
material atau bahan-bahan tertentu. Dalam pelaksanaannya, sehingga suatu konstruksi
bangunan yang kuat dan utuh sesuai dengan yang diharapkan.

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan
bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai
konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya.
Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti
dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut,
dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton
tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya
analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil
dapat diperoleh dengan baik.

Setelah analisis bahan di lakukan untuk lebih memahami tentang beton perlu di
lakukan perencanaan pembuatan beton dengan kekuatan tertentu.Bahan-bahan material
pembetuk beton dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dimasukkan ke dalam
suatu cetakan/begesting. Setelah dua jam beton segar ini akan mulai mengeras, makin lama
semakin keras dan semakin besar kuat tekannya. Kualitas beton dapat dievaluasi dari kuat
tekannya, dan ini sangat tergantung dari kualitas bahan pembentuknya, serta perbandingan
dari komposisi bahan tersebut . Tentang rancang campur beton ini telah diatur dalam SK
SNI T 15-1990-03 .

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat di rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1.2.1. Bagaimana pemeriksaan uji bahan material beton terhadap agregat halus dan
agregat kasar?

1.2.1.Bagaimana cara merancang dan merencanakan pembuatan beton dengan


kekuatan tertentu?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka dapat di simpulkan bahwa tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1.3.1.Untuk mengetahui hasil pemeriksaan agregat halus dan kasar melalui


saringan agregat
1.3.2. Untuk mengetahui kadar air agregat halus dan agregat kasar
1.3.3. Untuk mengetahui berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar
1.3.4. Untuk mengetahui kadar lumpur pada agregat
1.3.5. Untuk mengetahui bobot isi agregat
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang dan merencanakan pembuatan
beton dengan kekuatan tertentu.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan agar Mahasiswa mengerti dan memahami prosedur uji bahan
material penyusun beton agregat halus dan agregat kasar dan merancang juga
merencanakan pembuatan beton dengan kekuatan tertentu.

2
BAB II
UJI BAHAN AGREGAT

2.1.PEMERIKSAAN AGREGAT ANALISA SARINGAN AGREGAT


MAKSUD
1. Mesin pengguncang saringan
2. Saringan 3”,1”,3/4”,No.4,No.8,No.16,No.30,No.50,No.100,No.200
3. Pan dan cover̊
4. Timbangan
5. Oven
6. Sample Spliter
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil agregat secukupnya,gunakan sample spliter untuk pembagian butir secara
merata
2. Timbangan contoh agregat yang akan di gunakan,kemudian di oven pada suhu 100̊
C selama 24 jam atau sampai berat agregatnya tetap.
3. Timbang masing-masing saringan.
4. Susun saringan pada mesin pengguncang,yang paling bawah adalah pan kemudian
saringan lubang terkecil dan seterusnya sampai saringan yang terbesar.
5. Masukan agregat pada saringan teratas kemudian tutup.Jepit susunan saringan
tersebut,lalu hidupkan motor mesin pengguncang selama 10 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut lalu timbang berat masing-masing saringan berikut isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Lanjutkan perhitungan sesuai tercantum pada lembar kerja.

3
4
2.1.2.ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Jenis Material : Pasir

a.Tabel Hasil Pengujian Saringan Agregat Halus

Berat Contoh Kering :


Nomor Berat B.Saringan+ Berat Σ Berat Presentasi
Saringan Saringan Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan Lolos
(Gr) (Gr) (Gr) (%) (%)
‘1.5” (38,1 mm ) 525 525 0 0 0% 100%
‘3/4” (19.1 mm) 470 470 0 0 0% 100%
‘3/8” (9.52 mm) 450 480 30 30 3% 97%
No.4 (4.75 mm) 425 475 50 80 8% 92%
No.8 (2.36 mm) 415 470 55 135 13,5% 86,5%
No.16 (1.18 mm) 405 505 100 235 23,5% 76,5%
No.30 (0.60 mm) 395 530 135 370 37% 63%
No.50 (0.30 mm) 385 395 10 380 38% 62%
No.100 (0.15 mm) 375 430 55 435 43,5% 56,5%
No.200(0.075mm) 380 400 20 455 45,5% 54,5%
PAN 240 245 5 460 46% 54%

b.Grafik Gradasi Agregat Halus

120

100
Kumulatif Lolos(%)

80

60 Agregat Halus
Batas Bawah
40 Batas Atas

20

0
0.075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,52 19,1 38,1
Diameter Ayakan(mm)

5
2.1.2.ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

Jenis Material : Batu Split

a.Tabel Hasil Pengujian Saringan Agregat Halus

Berat Contoh Kering :


Nomor Berat B.Saringan+ Berat Σ Berat Presentasi
Saringan Saringan Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan Lolos
(Gr) (Gr) (Gr) (%) (%)
‘1.5” (38,1 mm ) 525 525 0 0 0% 100%
‘3/4” (19.1 mm) 470 520 50 50 5% 95%
‘3/8” (9.52 mm) 450 760 310 360 36% 64%
No.4 (4.75 mm) 425 530 105 465 46,5% 53,5%
No.8 (2.36 mm) 415 415 0 465 46,5% 53,5%
No.16 (1.18 mm) 405 405 0 465 46,5% 53,5%
No.30 (0.60 mm) 395 390 5 470 47% 53%
No.50 (0.30 mm) 385 395 10 480 48% 52%
No.100 (0.15 mm) 375 380 5 485 48,5% 51,5%
No.200(0.075mm) 380 385 5 490 49% 51%
PAN 240 245 5 495 49,5% 50,5%

b.Grafik Gradasi Agregat Kasar

120

100
Kumulatif Lolos(%)

80

60 Agregat Kasar
Batas Atas
40 Batas Bawah

20

0
4.75 9.52 19.1 38.1
Diameter Ayakan(mm)

6
2.2.KADAR AIR AGREGAT

MAKSUD

Test ini di maksudkan untuk menenukan kadar air yang terkndung dalam agregat.

PERALATAN

1. Cawan kedap air /pan alumunium


2. Timbang ketelitian 0, 01 gram
3. O v e n.
4. Sample spliter

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Gunakan sample spliter untuk pembagian benda uji agar merata


2. Timbang cawan yang akan di pakai lalu beri nomor dengan spidol
3. Masukan benda uji yang akan di periksa dalam cawan± 100 gram
4. Timbang cawan yang telah berisi benda uji tersebut.
5. Masukan kedalam oven dengan suhu 100℃
6. Setelah di keringkan dalam oven, masukan cawan tersebut kedalam desikator.
7. Setelah dingin, timbangcawan yang berisi agregat tersebut.

7
2.2.1.PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

Nomor Contoh I II Rata-rata


Nomor Cawan
Berat Contoh Basah +Cawan [B] (Gr) 575 gr 575 gr
Berat Contoh Kering+Cawan[C] (Gr) 525 gr 520 gr
Berat Cawan[D] (Gr) 75 gr 75 gr
Berat Air[E]=[B-C] (Gr) 50 gr 55 gr
Berat Contoh Kering[F]=[C-D] (Gr) 450 gr 345 gr
Kadar Air[G]=[E/F*100%] (%) 11 % 16 %
Rata-rata

2.2.2.DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

Nomor Contoh I II Rata-rata


Nomor Cawan
Berat Contoh Basah +Cawan [B] (Gr) 570 gr 570 gr 1072,5
Berat Contoh Kering+Cawan[C] (Gr) 550 gr 555 gr 1055
Berat Cawan[D] (Gr) 70 gr 70 gr 72,5
Berat Air[E]=[B-C] (Gr) 20 gr 15 gr 17,5
Berat Contoh Kering[F]=[C-D] (Gr) 480 gr 480gr 982,5
Kadar Air[G]=[E/F*100%] (%) 1.52% 2,04% 0,0178
Rata-rata 533,33

8
2.3.BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT

2.3.1.BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT

HALUS

MAKSUD

Untuk menemukan peralatan berat jenis agregat halus dan penyerapan agregat halus

PRRALATAN

1. Timbangan ketelitian 0,1 gram


2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penimbuk.
5. Talam.
6. Sendok pengaduk.
7. Oven.
8. Alat pemisah (sampel spliter)
9. Saringan No.4.
10. Vacum pump.

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil benda uji coba yang lolos saringan No.4 sebanyak, sekitar 1000 gram.
2. Buat perempat bagian agar contoh dapat mewaliki, atau gunakan alat pemisah (sampel
spliter).
3. Masukan kedalam alat pemisah sehingga benda uji tersebut terbagi menjadi dua bagian.
4. Keringkan dalam oven pada suhu 100̊ selama 24 jam lalu didinginkan.
5. Rendam selama kurang lebih 24 jam.
6. Tebarkan conth diatas talam lalu aduk di udara terbuka dengan panas matahari,
sehingga terjadi proses pengeringan yang merata, atau dengan cara dipanaskan di atas
kompor.
7. Apabila suhu contoh sudah sama dengan suhu ruang, masukan kedalam kerucut
kuningan dibagi dengan tiga bagian, pertama didapatka dengan penumbuk sebanyak 8
kali, lapis kedua didapatkan sebanyak 8 kali kemudian pada lapisan ke tiga ditumbuk
sebanyak 9 kali, sehingga jumlah keseluruhan tumbukan sebanyak 25 kali dengan
tinggi jatuh penumbuk 5 mm di atas permukaan contoh secara merata dan jatuh bebas.
8. Bersihkan daerah di sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
9. Angkat kerucut tersebut dalam arah vertikal perlahan-lahan.
10. Amati contoh pada saat dibuka, apabila masih terletak rapih, maka contoh masih basah,
keringkan kembali contoh tersebut dan apabila contoh jatuh lepas keseluruhan, maka
contoh terlalu kering.

9
Ulangi dengan contoh yang baru tanpa adanya penambahan air, kemudian lakukan
percobaan seperti pada langkah 7, angkat kerucut (cone) apabila contoh berbentuk
kerucut maka contog tersebut dinyatakan dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry)
11. Masukan dalam pan & cover untuk menghindari penguapan.
12. Amati benda uji yang tercetak tersebut, bila masih terdapat lapisan air dipermukaan,
percobaan diulangi lagi setelah dilakukan pengerngan secukupnya. Bila tidak terdapat
lapisan air dipermukaannya dan terjadi penurunan pada permukaan benda uji, berarti
sudah mencapai kondisi kering permukaan.
13. Isi labu ukuran dengan air suling setengahnya lalu masukan uji tadi sebayak 500 gram,
jangan sampai ada butiran yang tertinggal. Tambahkan air suling sampai 90% lalu
kapasitas labu ukur.
14. Gunakan pompa vacum untuk mengeluarkan gelembun-gelembung udara di dalamnya.
15. Rendam dalam air sehingga suhunya encapai 25℃ lalu tambahkan air suling sampai
tanda batas.
16. Timbang dengan ketelitian 0,1 gram (C).
17. Cari berat kering benda uji dengan memanaskannya dalam oven selama 24 jam pada
suhu 100 ℃ (A)
18. Isi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu timbang dengan ketelitian
0,1 gram (B)
19. Hitung :

𝐀
Bulk specifie gravity = 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂

𝐀
Bulk specifie gravity (SSD)= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂

𝐀
Apparent spesifie grtavity= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂

𝐀
Absorption (penyerapan)= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂

10
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Nomor Contoh I II
A Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan(SSD)(500) 155 165 460
B Berat Contoh Kering 135 155 422,75
C Berat Labu+Temperatur 28̊C 140 140 405
D Berat Labu+Contoh SSD Temperatur 25̊C 175 175 680
E Berat Jenis(Bulk Spesipic Gravity)=B/[C+A-D] 1,125 1,192 2,37
F Berat Jenis Permukaan(Saturated Sirface Dry)=A/[C+A-D] 1,292 1,269 2,474
G Berat Jenis Semu(Apparent Spesific Gravity)=B/[C+B-D] 1,35 1,291 5,096
H Penyerapan(Absorption)=[A-B]/B*100% 69,3% -33 0,1815
Rata-rata 247,23

11
2.3.2.BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT KASAR

MAKSUD

Untuk mengetahui berat jenis agregat kasar dan kemampuannya menyerap air.

PERALATAN

1. Dunagan test set


2. Saringan No.4
3. Oven
4. Pan

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Siapkan benda uji yang tertahan saringan No.4 kurang lebih 5 Kg.
2. Cuci benda uji tersebut lalu keringkan dalan oven selama 24 jam pada suhu 110°C.
3. Dinginkan dalam ruangan selama 2 jam lalu rendam dalam air minima selama 15
jam atau 24 jam.
4. Buang air rendamannya lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap air, agregat
yang besar dikeringkan masing- masing dengan lap untuk memperoleh kering
permukaan (SSD). Lakukkan hal ini diruang tertutup sehingga penguap yang terjadi
bisa diabaikan.
5. Timbang agregat yang telah kering permukaannya itu (A).
6. Segera masukkan kedalam keranjang dunagan kemudian celupkan kedalam
container berisi air. Goyang-goyangkan keranjang tersebut dalam air untuk
mengeluarkan gelembung- gelembung udara yang tertangkap.
7. Timbang berat agregat dalam air (B).
8. Keringkan agregat dalam oven selama 24 jam pada suhu 110°C, setelah
didinginkan timbang berat keringnya (C).
9. Hitung :

𝑪
Bulk spesific gravity =
𝑨−𝑩

𝑨
Bulk spesific gravity (SSD) =
𝑨−𝑩

𝑪
Appreat spesific gravity =
𝑪−𝑩

12
𝑨−𝑪
Absroption/penyerapan = ₓ 100%
𝑪

DATA HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


AGREGAT KASAR

Nomor Contoh Rata-rata


A Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan(SSD)(500) 448 480 982,5
B Berat Contoh Kering 470 485 1040
C Berat Contoh Dalam Air (Gr) 458 476 1027,5
D Berat Jenis(Bulk Spesipic Gravity)=A/[B-C] 37,33 53,33 -3,94
E Berat Jenis Permukaan(Saturated Sirface Dry)=B/[B-C] 39,16 53,89 -7,015
F Berat Jenis Semu(Apparent Spesific Gravity)=A/[A-C] 448 120 -63
G Penyerapan(Absorption)=[B-A]/A*100% 2,5% 9,2 0,0585
Rata-rata 425,08

13
2.4.KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG AGREGAT

MAKSUD

Test ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan lempung atau lumpur dalam agregat

PERALATAN

1. Saringan No. 4 dan No. 50.


2. Timbangan
3. Cawan
4. Oven

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil benda uji dari lapangan dengan menggunakan cara seperempat atau gunakan
sample spliter untuk pembagian benda uji agar merata.
2. Masukan dalam oven dengan tempratur 100℃ selama 24 jam
3. Sering benda uji. Untuk agregat kasar diambil yang tertahan pada saringan No. 4 dan
untuk agregat halus di ambil yang tertahan dalam saringan no. 50
4. Timbang cawan kosong untuk masing-masing benda uji kering semula A.
5. Masukan masing-masing benda uji kedalam cawan, cuci benda uji kotor kering oven
tersebut, sehingga betul-betul bersih.
6. Keringkan dalam oven dengan temperatur 100℃ selama 24 jam
7. Masukan dalam desikator untuk mempercepat pendinginan
8. Timbang cawan + benda uji bersih kering akhir B.
9. Hitung kadar lumpur dan lempung.

𝐴−𝐵
× 100%
𝐴

14
2.4.1.DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG
AGREGAT HALUS

Nomor Contoh I II Rata-rata


Berat Agregat Kering(Awal)+Cawan (Gr) 525 520 987,5
Berat Agregat Kering(Akhir)+Cawan (Gr) 515 485 907,5
Berat Cawan (Gr) 75 75 72,5
Berat Agregat Kering(Awal) (Gr) 450 445 917,5
Berat Agregat Kering(Akhir) (Gr) 440 410 837,5
Kadar Lumpur dan Lempung= [A-B]/A*100% 7% 920 0,458
Rata-rata 75
935

2.4.2.DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG


AGREGAT KASAR

Nomor Contoh I II Rata-rata


Berat Agregat Kering(Awal)+Cawan (Gr) 550 555 1055
Berat Agregat Kering(Akhir)+Cawan (Gr) 520 520 1047,5
Berat Cawan (Gr) 70 70 72,5
Berat Agregat Kering(Awal) (Gr) 480 485 990
Berat Agregat Kering(Akhir) (Gr) 450 475 975
Kadar Lumpur dan Lempung= [A-B]/A*100% 0,947 0,476 0,7115
Rata-rata 690,12

15
2.5.BOBOT ISI AGREGAT

MAKSUD

Untuk menentukan berat isi atau bobot isi agregat kasar dan halus dalam kondisi lepas
danpadat.

PERALATAN

1. Timbangan 100 Kg
2. Batang pemadat
3. Container pengukur volume
4. Meja getar
5. Mistar perata

PROSEDUR PERCOBAAN

A. BERAT ISI LEPAS

1. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V).


2. Masukkan campuran agregat kasar dengan hati-hati.
3. Ratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. ͢Timbang berat container+isi → (C)
5. Hitung :

𝑪−𝑨
Berat isi =
𝑽

BERAT ISI PADAT

1. Ambil container isi (V=5 liter)


2. Timbang container g (A)
3. Masukan campuran agregat kasar kedalam container tersebut ± ⅓ bagian lalu tusuk-
tusuk dengan batang pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi hal yang sama untuk lapisan kedua.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat kasar sehingga melebihi
permukaan atas container (sampai meluap)
6. Letakan diatas meja penggetar lalu pasang penjepitnya.
7. Hidupkan motor penggerak selama 5 menit hingga tercapai kepadatan.
8. Ratakan permukaan campuran agregat dengan alat perata.

16
9. Untuk agregat yang besar, ambil kelebihan agregat atur sedemikian rupa sehingga
volume agregat yang berada diatas batas container kurang lebih sama dengan volume
rongga di permukaan.

10. Timbang container berikut isinya (C)

11. Hitung :
𝑪−𝑨
Berat isi =
𝑽

17
2.5.1.DATA HASIL PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT HALUS

Lepas
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 gr 8555 8555
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.220 14225 14230
C Berat Agregat =[B-A] 5.580 5585 5588,5
D Volume Isi Agregat(Cm3) 2.121,7 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,38 1,37 2,75
Rata-rata 6487,72

Padat
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8555 8555 8555
B Berat Container+Agregat(Gr) 15.445 14.895 15170
C Berat Agregat =[B-A] 6890 6.340 6615
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,69 1,51 1,6
Rata-rata 6880,8

18
2.5.2.DATA HASIL PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT KASAR

Lepas
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 8640 8640
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.252 14.225 14238,5
C Berat Agregat =[B-A] 5.612 5595 5603,5
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,38 1,38 1,38
Rata-rata 6509,056

Padat
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 8640 8640
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.885 14.785 14835
C Berat Agregat =[B-A] 6.245 6.145 6195
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,54 1,51 1,525
Rata-rata 6746,785

19
BAB III

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

3.1.PROSEDUR PERENCANAAN BETON K-250

Dalam perencanaan adukan beton harus mengacu pada ketentuan umum yang berlaku
dalam SK SNI T-15-1990-03 yang menyatakan suatu cara perencanaan yang
memperhatikan nilai ekonomis, kemudahan pekerjaan, keawetan serta kekuatan yang
diinginkan. Urutan langkah perencanaan menurut SK SNI T-15-1990-03 adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung kuat tekan berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan dan nilai margin yang
tergantung pada tingkat pengawasan mutunya. Nilai margin adalah m = k . sd,
sedangkan sd adalah nilai deviasi standar yang diambil dari tabel deviasi standar. Kuat
tekan rata-rata dihitung dari kuat tekan yang disyaratkan ditambah nilai margin.
fl cr = fc + m

Keterangan : fl cr = Kuat tekan rata-rata (MPa)

fc = Kuat tekan rencana (MPa)

m = Nilai margin

2. Menetapkan faktor air semen (fas) berdasarkan kuat tekan rata-rata pada umur yang
dikehendaki seperti terlihat pada tabel 3.6.1, keawetannya berdasarkan jenis struktur
dan kondisi lingkungan. Dari dua hasil yang diperoleh dipilih faktor air semen yang
paling rendah.

Tabel 3.1. Hubungan fas dengan kuat tekan beton kubus umur 28 hari

Faktor air semen Perkiraan kuat tekan (MPa)

0,35 42

0,44 35

0,53 28

20
0,62 22,4

0,71 17,5

0,80 14

Sumber : Tjokrodimulyo, 1996

Tabel 3.2.Jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum

Jumlah semen Nilai faktor air


minimum / m3 semen maksimum
Jenis pembetonan beton

Beton di dalam ruang bangunan

a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60


b. Keadaan keliling disebabkan uap
325 0,52
korosif
Beton di luar ruang bangunan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60


matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275 0,60

Beton yang masuk ke dalam tanah

a. Mengalami keadaan basah dan 325 0,55


kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali
dari tanah 375 0,52

Beton kontinyu berhubungan

a. Air tawar 275 0,57


b. Air laut
375 0,52

Sumber : SK SNI T-15-1990-03

21
Berdasarkan jenis strukturnya ketetapan nilai slump dan ukuran maksimum agregat
dapat dilihat dalam Tabel 3.3 dan Tabel.3.4
Tabel 3.3 Nilai Slump (mm)

Pemakaian beton maksimum Minimum

 Dinding plat pondasi telapak 12,5 5,0


bertulang
 Pondasi telapak tidak bertulang,
koison dan struktur di bawah 9,0 2,5
tanah
 Plat balok, kolom dan dinding
 Pengerasan jalan
 Pembebanan masal
15,0 7,5

7,5 5,0

7,5 2,5

Sumber : Tjokrodimulyo, 1996

Tabel 3.4 Ukuran maksimum agregat (mm)

Dimensi minimum Balok/Kolom Plat

62,5 12,5 20

150 40 40

300 40 80

750 80 80

Sumber : Tjokrodimulyo, 1996

22
3. Menentukan jumlah air yang diperlukan pada adukan berdasarkan ukuran
maksimum agregat dan nilai slump yang diinginkan (lihat tabel 3.6.5)
4. Perhitungan semen yang diperlukan dalam adukan beton berdasarkan hasil pada
langkah 2 dan 3.
5. Menetapkan volume agregat kasar yang diperlukan persatuan beton berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan nilai modulus halus butiran dari agregat halusnya
(lihat Tabel 3.6.6).
6. Menetapkan volume agregat yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah air dalam
adukan dengan perhitungan volume absolut.
Tabel 3.5 Perkiraan kebutuhan agregat kasar per m3 beton berdasarkan nilai slump dan
ukuran maksimum agregat

Slump (mm) Ukuran maksimum agregat (mm)

10 20 30

25 – 50 206 182 162

75 – 100 226 203 177

150 – 175 240 212 188

Udara terperangkap 3% 2% 1%

Sumber : Tjokrodimulyo, 1996

Tabel 3.6 Perkiraan kebutuhan agregat kasar per m3 beton berdasarkan nilai slump,
ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasir

Ukuran maksimum agregat Modulus halus pasir

2,4 2,6 2,8 3,0

10 0,46 0,44 0,42 0,40

20 0,56 0,63 0,61 0,59

40 0,76 0,74 0,72 0,70

23
80 0,84 0,72 0,80 0,78

150 0,90 0,88 0,86 0,84

Sumber : Tjokrodimulyo, 1996

7. Jika agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan, maka harus dilakukan
koreksi proporsi campuran masing-masing bahan dengan rumus Air = B – (Ck –
Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D/100

Agregat Halus = C + (Ck – Ca) x C/100

Agregat kasar = D + (Dk – Da) x D/100

Keterangan : B = Jumlah air (kg/m3)

C = Jumlah agregat halus (kg/m3)

D = Jumlah agregat kasar (kg/m3)

Ca = Penyerapan air pada agregat halus (%)

Da = Penyerapan air pada agregat kasar (%)

Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%)

Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)

24
3.2.DAFTAR ISIAN(FORMULIR)PERENCANAAN CAMPURAN BETON K-250

URAIAN TABEL/GRAFIK/ NILAI


PERHITUNGAN
1. Kuat tekan yang di Ditetapkan 25 N/mm2 pada 28 hari
isyaratkan bagia tak memenuhi syarat 5
persen
2.Deviasi standar Diketahui 7 N/mm2 atau tanpa data
N/mm2
3.Nilai tambah(margin) (K=1,64)1,64x7=11,5
N/mm2
4.Kekuatan rata-rata yang di 1+3 25+11,5=36,5 N/mm2
targetkan
5.Jenis Semen Ditetapkan Semen portland Tipe I
6.Jenis Agregat =Kasar Ditetapkan Batu Pecah
Jenis Agregat =Halus Ditetapkan Alami
7.Faktor air semen bebas Tabel 2,Grafik I 0,58(ambil nilai yang
terendah.
8.Faktor air semen Ditetapkan ayat 3.3.3 0,58
maksimum
9.Nilai Slump Ditetapkan ayat 3.3.3 30-60 mm
10.Ukura agregat Ditetapkan ayat 3.3.4 30 mm
maksimum
11.Kadar air bebas Tabel ayat 3.3.5 190 kg/m3
12.Jumlah Semen 11:8 atau 7 190:0,58=327,58
13.Kadar Semen Maksimum Ditetapkan 190:0,58=327,58
14.Kadar Semen Minimum Ditetapkan 275
15.Faktor air semen yang di
sesuaikan
16.Susunan besar butir Grafik 3 sd 6 Daerah gradasi susunan
agregat halus butir 2
17.Persen Agregat Halus Grafik 10 sd 12 44%
18.Berat Jenis relatif 2,88 gr/cm3
agregat(kering permukaan)
19.Berat Jenis Beton Grafik 13 2575 gr/cm3
20.Kadar agregat gabugan 19-(12+11) 2575-(327,58+190)
=2052,42
21.Kadar agregat halus 17x20 0,44x2057,42=905,26
22.Kadar agregat kasar 20-21 2052,42-905,26=1147,16

25
3.3.KOREKSI PERENCANAAN CAMPURAN BETON K-250

a) Jumlah Semen Maksimum = 327,58


b) Jumlah Air = 190 kg/m3
c) Agregat Halus = 905,26 kg
d) Agregat Kasar = 1147,16 kg

Bekisting yang di gunakan adalah kubus maka

Dimensi Kubus :

 Volume = s×s×s=0,15×0,15×0,15= 0,003375


 Karena kelompok beton k-250 akan merancang 3 benda uji maka:
Volume×3=0,003375×3=0,010125

Perhitungan :

Untuk memenuhi kebutuhan perancangan 3 benda uji beton K-250 maka di butuhkan
bahan :

a) Jumlah Air = 190×0,010125=1,92375+15%=2,2123125


b) Jumlah Semen=327,58×0,010125=3,316747+15%=3,81425963
c) Agregat Halus=905,26×0,010125=10,536913+15%=11,5698909
d) Agregat Kasar=1147,16×0,010125=13,3572443+15%=14,352994

26
3.4.PROSEDUR CAMPURAN BETON
Pelaksanaan campuran beton (trial mix) bertujuan untuk menyederhanakan variasi
komposisi campuran yang dilakukan dalam percobaan nanti dan menentukan penggunaan
kebutuhan air pencampur sehingga mudah untuk dikerjakan. Setelah ditetapkan komposisi
campuran berdasarkan hasil mix design, selanjutnya adalah pelaksanaan pencampuran
unsur-unsur beton.
Adapun langkah-langkah trial mix dan pengujian slump adalah sebagai berikut :
a. Peralatan
1. Cetakan kubus, 15 x 15 x 15 cm3
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3. Bak pengaduk beton kedap air.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
5. Palu karet, sekop, sendok perata, talam, mistar perata dan alat lainnya.
6. Satu set alat uji slump yaitu :
- Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bawah 20 cm, bagian atas
10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
- Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung
dibulatkan, sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
- Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
- Sendok cekung.
- Mistar perata.
b. Benda Uji
Contoh beton muda sebanyak-banyaknya sama dengan kapasitas takaran cetakan dan
alat slump.
c. Tahapan Pelaksanaan
1. Masukkan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk, kemudian aduk dengan
sekop sampai rata dan homogen.
2. Campurkan agregat kasar ke dalam adukan semen dan agregat halus, aduk sampai
rata dan homogen.
3. Masukkan air sedikit demi sedikit kedalam campuran beton sambil diaduk. Dalam
penuangan air dilakukan secara bertahap yaitu 1/3 dari total air yang dibutuhkan

27
sampai adukan terlihat konsisten, kemudian tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam
adukan sampai adukan terlihat konsisten.
4. Sebelum sisa air dimasukkan, ambil sebagian adukan lalu lakukan pengujian slump.
Jika dari hasil uji slump belum dicapai hasil yang direncanakan maka tambahkan
sisa air dan lakukan pengadukan kembali.
Adapun tahapan pengujian slump sebagai berikut :
- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
- Letakkan cetakan diatas pelat.
- Isikan cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis; tiap lapis berisi
+ 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25
x tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai
lapisan bawah tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukkan bagian tepi
tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
- Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat;
tunggu selama ½ menit, dan dalam jangka waktu itu semua benda uji yang jatuh
disekitar cetakan harus disingkirkan.
- Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
- Simpan cetakan disamping benda uji.
- Ukurlah penurunan benda uji yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi
rata-rata benda uji.
5. Setelah campuran beton memenuhi syarat uji slump yang telah ditetapkan,
kemudian campuran beton tersebut dituangkan ke dalam cetakan.
6. Isilah takaran dengan benda uji dalam 3 lapis.
7. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali tusukan
secara merata pada pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar
takaran pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai
kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.
8. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan dengan
menggunakan palu karet sampai tidak tampak gelembung-galembung udara pada
permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup.
9. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.

28
10. Untuk perbandingan buat beberapa buah benda uji agar dapat diketahui
perbandingan yang paling sesuai untuk pengujian kuat tekan beton pada umur 7, 14
dan 28 hari.
11. Diamkan adukan yang telah dicetak selama 24 jam.
3.5.PROSEDUR PERAWATAN BETON
Proses pelaksanaan perawatan benda uji dilakukan setelah benda uji dibongkar dari
cetakannya setelah 24 jam + 8 jam. Perawatan pada benda uji perlu dilakukan agar hidrasi
yang terjadi dapat berlangsung dengan baik. Adapun proses perawatan benda uji dengan
menggunakan metode perendaman dimana benda uji direndam didalam bak yang telah
diisi dengan air. Air yang digunakan untuk perawatan benda uji harus bersih dari
kandungan besi dan organik dan juga bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak beton
setelah mengeras.
3.6. PROSEDUR PENGUJIAN KUAT TEKAN
Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui sejauh mana beton tersebut
mampu menerima beban maksimum sampai beton tersebut hancur. Pengujian kuat tekan
beton dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) dengan kapasitas 100
ton, seadangkan pengujian dilakukan dengan mengikuti spesifikasi SK. SNI. M – 10 –
1991 – 03. Adapun proses pelaksanaan uji tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Benda uji yang telah direndam diangkat dari bak perendam kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel pada benda uji dengan kain lembab kemudian disimpan di
tempat terbuka dan kering.
2. Benda uji yang telah kering diletakkan pada alas mesin uji tekan, usahakan bagian
permukaan benda uji bersentuhan langsung dengan piston penekan adalah yang paling
rata dan tegak lurus terhadap alas pada mesin uji tekan. Kemiringan benda uji tidak
boleh melebihi 0,5o terhadap sumbu vertical.
3. Tekan benda uji secara perlahan-lahan denga memberikan beban aksial pada benda uji
tersebut sampai runtuh atau hancur. Penekanan beban dilakukan dengan konstan
berkisar antara 2 s/d 4 kg/cm2 per detik. Nilai beban maksimum saat awal benda uji
hancur adalah merupakan batas harga minimum yang paling aman dan harga tersebut
merupakan nilai target kuat tekan.

29
Kekuatan tekan benda uji ditentukan dengan persamaan :
P
 
A
Dimana : σ = Kuat tekan beton, (kg/cm2)
P = Beban aksial, (kg)
A = Luas penampang benda uji, (cm2)

3.7. HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON K-250

Benda Uji K-250 Umur Beban(kN) Luas(cm2)


Benda Uji I 28 Hari 290 225
Benda Uji II 28 Hari 280 225
Benda Uji III 28 Hari 290 225
Perhitungan :
P
 
A

Dimana : σ = Kuat tekan beton, (kg/cm2)


P = Beban aksial, (kg)
A = Luas penampang benda uji, (cm2)

 Kuat Tekan
1) Kuat Tekan Benda Uji Beton I

29571,76
. 
225

= 131,43 kg/cm2

2) Kuat Tekan Benda Uji Beton II

28552.05

225

= 126,898 Kg/cm2

3) Kuat Tekan Benda Uji Beton III

29571,76

225

= 131,43 kg/cm

30
𝑛
σb
 Rata-rata (∑ )
𝑖 n

𝑛
σb
∑ =
𝑖 n

= 131,43+126,898+131,43
3

=389,758
3
=129,92 kg/cm2

 Selisih Penyimpangan Kuat Tekan dari masing-masing benda Uji (X1-Xrt)

1.Benda Uji 1 : (X1-Xrt) = 131,43- 129,92=1,52

2.Benda Uji 2 : (X2-Xrt)= 126,898-129,92=-3,024

3.Benda Uji 3 : (X3-Xrt)= 131,43- 129,92 = 1,52

 Hitung Nilai Σ (Xi-Xrt)2 :

1.Benda Uji 1 : (X1-Xrt)2 = (1,52)2 =2,3104


2.Benda Uji 2 : (X2-Xrt) = (3,024)2=9,15
3.Benda Uji 3 : (X3-Xrt) = (1,52)2=2,3104 +
13,7708
 Standar Deviasi( SD)

√Σ(Xi−Xrt)2
Standar Deviasi (SD) = n−1

√13,7708
=
2
=2,624
 Hitung Nilai Kuat Tekan yang di pakai atau berlaku (X)

(X)= Xrt-(1,645×SD)
= 129,92-(1,645×2,624)
=125,577 Kg/cm2

31
BAB IV

PENUTUP

4.1.SIMPULAN

Pada praktikum Teknologi Beton yang sudah kami laksanakan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:

1 Langkah-langkah sebelum membuat campuran beton meliputi :

 Analisa bahan-bahan campuran beton, terutama untuk agregat, baik agregat


kasar mapun agregat halus.
 Perhitungan komposisi rencana campuran beton sesuai dengan kualitas/ mutu
beton yang diinginkan. Pada praktikum ini, kami menghitung komposisi
campuran beton kualitas K-250.

2. Dalam pembuatan beton harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

 Tngkat kekentalan campuran beton, yang ditunjukkan oleh nilai slump


campuran.
 Cara perawatan beton untuk setiap umurnya. Perawatan beton yang baik akan
mempengaruhi nilai kekuatan beton itu sendiri.

4. 2 SARAN

Beberapa saran kami untuk perbaikan dalam praktikum Teknologi Beton ini adalah:

1. Analisa bahan-bahan penyusun campuran beton seperti agregat halus, agregat


kasar, harus dilaksanakan dengan seksama, cermat, dan teliti agar didapat hasil
analisis yang akurat sehinga beton yang akan dihasilkan sesuai dengan keinginan
dan mutu yang disyaratkan.

2. Perawatan beton merupakan salah satu pekerjaan yang penting, karena


perawatan beton yang baik akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
Sehingga perawatan beton harus dilakuakan dengan sebaik mungkin.

3. Sebelum pelaksanaan pembuatan campuran beton, sebaiknya praktikan mengetahui


terlebih dahulu garis besar cara pembuatannya, sehingga akan mempermudah
pelaksanaan praktikum.

32

Anda mungkin juga menyukai