PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam pekerjaan teknik sipil dikenal 2 jenis pekerjaan konstruksi yaitu konstruksi
berat dan konstruksi ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak lepas dari kebutuhan akan
material atau bahan-bahan tertentu. Dalam pelaksanaannya, sehingga suatu konstruksi
bangunan yang kuat dan utuh sesuai dengan yang diharapkan.
Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan
bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai
konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya.
Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti
dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut,
dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton
tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya
analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil
dapat diperoleh dengan baik.
Setelah analisis bahan di lakukan untuk lebih memahami tentang beton perlu di
lakukan perencanaan pembuatan beton dengan kekuatan tertentu.Bahan-bahan material
pembetuk beton dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dimasukkan ke dalam
suatu cetakan/begesting. Setelah dua jam beton segar ini akan mulai mengeras, makin lama
semakin keras dan semakin besar kuat tekannya. Kualitas beton dapat dievaluasi dari kuat
tekannya, dan ini sangat tergantung dari kualitas bahan pembentuknya, serta perbandingan
dari komposisi bahan tersebut . Tentang rancang campur beton ini telah diatur dalam SK
SNI T 15-1990-03 .
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.2.1. Bagaimana pemeriksaan uji bahan material beton terhadap agregat halus dan
agregat kasar?
Dari rumusan masalah di atas maka dapat di simpulkan bahwa tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Penelitian diharapkan agar Mahasiswa mengerti dan memahami prosedur uji bahan
material penyusun beton agregat halus dan agregat kasar dan merancang juga
merencanakan pembuatan beton dengan kekuatan tertentu.
2
BAB II
UJI BAHAN AGREGAT
3
4
2.1.2.ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
120
100
Kumulatif Lolos(%)
80
60 Agregat Halus
Batas Bawah
40 Batas Atas
20
0
0.075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,52 19,1 38,1
Diameter Ayakan(mm)
5
2.1.2.ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
120
100
Kumulatif Lolos(%)
80
60 Agregat Kasar
Batas Atas
40 Batas Bawah
20
0
4.75 9.52 19.1 38.1
Diameter Ayakan(mm)
6
2.2.KADAR AIR AGREGAT
MAKSUD
Test ini di maksudkan untuk menenukan kadar air yang terkndung dalam agregat.
PERALATAN
PROSEDUR PERCOBAAN
7
2.2.1.PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
8
2.3.BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT
HALUS
MAKSUD
Untuk menemukan peralatan berat jenis agregat halus dan penyerapan agregat halus
PRRALATAN
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji coba yang lolos saringan No.4 sebanyak, sekitar 1000 gram.
2. Buat perempat bagian agar contoh dapat mewaliki, atau gunakan alat pemisah (sampel
spliter).
3. Masukan kedalam alat pemisah sehingga benda uji tersebut terbagi menjadi dua bagian.
4. Keringkan dalam oven pada suhu 100̊ selama 24 jam lalu didinginkan.
5. Rendam selama kurang lebih 24 jam.
6. Tebarkan conth diatas talam lalu aduk di udara terbuka dengan panas matahari,
sehingga terjadi proses pengeringan yang merata, atau dengan cara dipanaskan di atas
kompor.
7. Apabila suhu contoh sudah sama dengan suhu ruang, masukan kedalam kerucut
kuningan dibagi dengan tiga bagian, pertama didapatka dengan penumbuk sebanyak 8
kali, lapis kedua didapatkan sebanyak 8 kali kemudian pada lapisan ke tiga ditumbuk
sebanyak 9 kali, sehingga jumlah keseluruhan tumbukan sebanyak 25 kali dengan
tinggi jatuh penumbuk 5 mm di atas permukaan contoh secara merata dan jatuh bebas.
8. Bersihkan daerah di sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
9. Angkat kerucut tersebut dalam arah vertikal perlahan-lahan.
10. Amati contoh pada saat dibuka, apabila masih terletak rapih, maka contoh masih basah,
keringkan kembali contoh tersebut dan apabila contoh jatuh lepas keseluruhan, maka
contoh terlalu kering.
9
Ulangi dengan contoh yang baru tanpa adanya penambahan air, kemudian lakukan
percobaan seperti pada langkah 7, angkat kerucut (cone) apabila contoh berbentuk
kerucut maka contog tersebut dinyatakan dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry)
11. Masukan dalam pan & cover untuk menghindari penguapan.
12. Amati benda uji yang tercetak tersebut, bila masih terdapat lapisan air dipermukaan,
percobaan diulangi lagi setelah dilakukan pengerngan secukupnya. Bila tidak terdapat
lapisan air dipermukaannya dan terjadi penurunan pada permukaan benda uji, berarti
sudah mencapai kondisi kering permukaan.
13. Isi labu ukuran dengan air suling setengahnya lalu masukan uji tadi sebayak 500 gram,
jangan sampai ada butiran yang tertinggal. Tambahkan air suling sampai 90% lalu
kapasitas labu ukur.
14. Gunakan pompa vacum untuk mengeluarkan gelembun-gelembung udara di dalamnya.
15. Rendam dalam air sehingga suhunya encapai 25℃ lalu tambahkan air suling sampai
tanda batas.
16. Timbang dengan ketelitian 0,1 gram (C).
17. Cari berat kering benda uji dengan memanaskannya dalam oven selama 24 jam pada
suhu 100 ℃ (A)
18. Isi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu timbang dengan ketelitian
0,1 gram (B)
19. Hitung :
𝐀
Bulk specifie gravity = 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂
𝐀
Bulk specifie gravity (SSD)= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂
𝐀
Apparent spesifie grtavity= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂
𝐀
Absorption (penyerapan)= 𝐁+𝟓𝟎𝟎−𝐂
10
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Nomor Contoh I II
A Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan(SSD)(500) 155 165 460
B Berat Contoh Kering 135 155 422,75
C Berat Labu+Temperatur 28̊C 140 140 405
D Berat Labu+Contoh SSD Temperatur 25̊C 175 175 680
E Berat Jenis(Bulk Spesipic Gravity)=B/[C+A-D] 1,125 1,192 2,37
F Berat Jenis Permukaan(Saturated Sirface Dry)=A/[C+A-D] 1,292 1,269 2,474
G Berat Jenis Semu(Apparent Spesific Gravity)=B/[C+B-D] 1,35 1,291 5,096
H Penyerapan(Absorption)=[A-B]/B*100% 69,3% -33 0,1815
Rata-rata 247,23
11
2.3.2.BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT KASAR
MAKSUD
Untuk mengetahui berat jenis agregat kasar dan kemampuannya menyerap air.
PERALATAN
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan benda uji yang tertahan saringan No.4 kurang lebih 5 Kg.
2. Cuci benda uji tersebut lalu keringkan dalan oven selama 24 jam pada suhu 110°C.
3. Dinginkan dalam ruangan selama 2 jam lalu rendam dalam air minima selama 15
jam atau 24 jam.
4. Buang air rendamannya lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap air, agregat
yang besar dikeringkan masing- masing dengan lap untuk memperoleh kering
permukaan (SSD). Lakukkan hal ini diruang tertutup sehingga penguap yang terjadi
bisa diabaikan.
5. Timbang agregat yang telah kering permukaannya itu (A).
6. Segera masukkan kedalam keranjang dunagan kemudian celupkan kedalam
container berisi air. Goyang-goyangkan keranjang tersebut dalam air untuk
mengeluarkan gelembung- gelembung udara yang tertangkap.
7. Timbang berat agregat dalam air (B).
8. Keringkan agregat dalam oven selama 24 jam pada suhu 110°C, setelah
didinginkan timbang berat keringnya (C).
9. Hitung :
𝑪
Bulk spesific gravity =
𝑨−𝑩
𝑨
Bulk spesific gravity (SSD) =
𝑨−𝑩
𝑪
Appreat spesific gravity =
𝑪−𝑩
12
𝑨−𝑪
Absroption/penyerapan = ₓ 100%
𝑪
13
2.4.KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG AGREGAT
MAKSUD
Test ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan lempung atau lumpur dalam agregat
PERALATAN
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji dari lapangan dengan menggunakan cara seperempat atau gunakan
sample spliter untuk pembagian benda uji agar merata.
2. Masukan dalam oven dengan tempratur 100℃ selama 24 jam
3. Sering benda uji. Untuk agregat kasar diambil yang tertahan pada saringan No. 4 dan
untuk agregat halus di ambil yang tertahan dalam saringan no. 50
4. Timbang cawan kosong untuk masing-masing benda uji kering semula A.
5. Masukan masing-masing benda uji kedalam cawan, cuci benda uji kotor kering oven
tersebut, sehingga betul-betul bersih.
6. Keringkan dalam oven dengan temperatur 100℃ selama 24 jam
7. Masukan dalam desikator untuk mempercepat pendinginan
8. Timbang cawan + benda uji bersih kering akhir B.
9. Hitung kadar lumpur dan lempung.
𝐴−𝐵
× 100%
𝐴
14
2.4.1.DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG
AGREGAT HALUS
15
2.5.BOBOT ISI AGREGAT
MAKSUD
Untuk menentukan berat isi atau bobot isi agregat kasar dan halus dalam kondisi lepas
danpadat.
PERALATAN
1. Timbangan 100 Kg
2. Batang pemadat
3. Container pengukur volume
4. Meja getar
5. Mistar perata
PROSEDUR PERCOBAAN
𝑪−𝑨
Berat isi =
𝑽
16
9. Untuk agregat yang besar, ambil kelebihan agregat atur sedemikian rupa sehingga
volume agregat yang berada diatas batas container kurang lebih sama dengan volume
rongga di permukaan.
11. Hitung :
𝑪−𝑨
Berat isi =
𝑽
17
2.5.1.DATA HASIL PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT HALUS
Lepas
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 gr 8555 8555
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.220 14225 14230
C Berat Agregat =[B-A] 5.580 5585 5588,5
D Volume Isi Agregat(Cm3) 2.121,7 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,38 1,37 2,75
Rata-rata 6487,72
Padat
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8555 8555 8555
B Berat Container+Agregat(Gr) 15.445 14.895 15170
C Berat Agregat =[B-A] 6890 6.340 6615
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,69 1,51 1,6
Rata-rata 6880,8
18
2.5.2.DATA HASIL PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT KASAR
Lepas
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 8640 8640
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.252 14.225 14238,5
C Berat Agregat =[B-A] 5.612 5595 5603,5
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,38 1,38 1,38
Rata-rata 6509,056
Padat
Nomor Contoh I II Rata-rata
A Berat Container (Gr) 8640 8640 8640
B Berat Container+Agregat(Gr) 14.885 14.785 14835
C Berat Agregat =[B-A] 6.245 6.145 6195
D Volume Isi Agregat(Cm3) 4062,4 4062,4 4062,4
E Berat Isi Agregat = C/D 1,54 1,51 1,525
Rata-rata 6746,785
19
BAB III
Dalam perencanaan adukan beton harus mengacu pada ketentuan umum yang berlaku
dalam SK SNI T-15-1990-03 yang menyatakan suatu cara perencanaan yang
memperhatikan nilai ekonomis, kemudahan pekerjaan, keawetan serta kekuatan yang
diinginkan. Urutan langkah perencanaan menurut SK SNI T-15-1990-03 adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung kuat tekan berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan dan nilai margin yang
tergantung pada tingkat pengawasan mutunya. Nilai margin adalah m = k . sd,
sedangkan sd adalah nilai deviasi standar yang diambil dari tabel deviasi standar. Kuat
tekan rata-rata dihitung dari kuat tekan yang disyaratkan ditambah nilai margin.
fl cr = fc + m
m = Nilai margin
2. Menetapkan faktor air semen (fas) berdasarkan kuat tekan rata-rata pada umur yang
dikehendaki seperti terlihat pada tabel 3.6.1, keawetannya berdasarkan jenis struktur
dan kondisi lingkungan. Dari dua hasil yang diperoleh dipilih faktor air semen yang
paling rendah.
Tabel 3.1. Hubungan fas dengan kuat tekan beton kubus umur 28 hari
0,35 42
0,44 35
0,53 28
20
0,62 22,4
0,71 17,5
0,80 14
21
Berdasarkan jenis strukturnya ketetapan nilai slump dan ukuran maksimum agregat
dapat dilihat dalam Tabel 3.3 dan Tabel.3.4
Tabel 3.3 Nilai Slump (mm)
7,5 5,0
7,5 2,5
62,5 12,5 20
150 40 40
300 40 80
750 80 80
22
3. Menentukan jumlah air yang diperlukan pada adukan berdasarkan ukuran
maksimum agregat dan nilai slump yang diinginkan (lihat tabel 3.6.5)
4. Perhitungan semen yang diperlukan dalam adukan beton berdasarkan hasil pada
langkah 2 dan 3.
5. Menetapkan volume agregat kasar yang diperlukan persatuan beton berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan nilai modulus halus butiran dari agregat halusnya
(lihat Tabel 3.6.6).
6. Menetapkan volume agregat yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah air dalam
adukan dengan perhitungan volume absolut.
Tabel 3.5 Perkiraan kebutuhan agregat kasar per m3 beton berdasarkan nilai slump dan
ukuran maksimum agregat
10 20 30
Udara terperangkap 3% 2% 1%
Tabel 3.6 Perkiraan kebutuhan agregat kasar per m3 beton berdasarkan nilai slump,
ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasir
23
80 0,84 0,72 0,80 0,78
7. Jika agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan, maka harus dilakukan
koreksi proporsi campuran masing-masing bahan dengan rumus Air = B – (Ck –
Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D/100
24
3.2.DAFTAR ISIAN(FORMULIR)PERENCANAAN CAMPURAN BETON K-250
25
3.3.KOREKSI PERENCANAAN CAMPURAN BETON K-250
Dimensi Kubus :
Perhitungan :
Untuk memenuhi kebutuhan perancangan 3 benda uji beton K-250 maka di butuhkan
bahan :
26
3.4.PROSEDUR CAMPURAN BETON
Pelaksanaan campuran beton (trial mix) bertujuan untuk menyederhanakan variasi
komposisi campuran yang dilakukan dalam percobaan nanti dan menentukan penggunaan
kebutuhan air pencampur sehingga mudah untuk dikerjakan. Setelah ditetapkan komposisi
campuran berdasarkan hasil mix design, selanjutnya adalah pelaksanaan pencampuran
unsur-unsur beton.
Adapun langkah-langkah trial mix dan pengujian slump adalah sebagai berikut :
a. Peralatan
1. Cetakan kubus, 15 x 15 x 15 cm3
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3. Bak pengaduk beton kedap air.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
5. Palu karet, sekop, sendok perata, talam, mistar perata dan alat lainnya.
6. Satu set alat uji slump yaitu :
- Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bawah 20 cm, bagian atas
10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
- Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung
dibulatkan, sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
- Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
- Sendok cekung.
- Mistar perata.
b. Benda Uji
Contoh beton muda sebanyak-banyaknya sama dengan kapasitas takaran cetakan dan
alat slump.
c. Tahapan Pelaksanaan
1. Masukkan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk, kemudian aduk dengan
sekop sampai rata dan homogen.
2. Campurkan agregat kasar ke dalam adukan semen dan agregat halus, aduk sampai
rata dan homogen.
3. Masukkan air sedikit demi sedikit kedalam campuran beton sambil diaduk. Dalam
penuangan air dilakukan secara bertahap yaitu 1/3 dari total air yang dibutuhkan
27
sampai adukan terlihat konsisten, kemudian tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam
adukan sampai adukan terlihat konsisten.
4. Sebelum sisa air dimasukkan, ambil sebagian adukan lalu lakukan pengujian slump.
Jika dari hasil uji slump belum dicapai hasil yang direncanakan maka tambahkan
sisa air dan lakukan pengadukan kembali.
Adapun tahapan pengujian slump sebagai berikut :
- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
- Letakkan cetakan diatas pelat.
- Isikan cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis; tiap lapis berisi
+ 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25
x tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai
lapisan bawah tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukkan bagian tepi
tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
- Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat;
tunggu selama ½ menit, dan dalam jangka waktu itu semua benda uji yang jatuh
disekitar cetakan harus disingkirkan.
- Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
- Simpan cetakan disamping benda uji.
- Ukurlah penurunan benda uji yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi
rata-rata benda uji.
5. Setelah campuran beton memenuhi syarat uji slump yang telah ditetapkan,
kemudian campuran beton tersebut dituangkan ke dalam cetakan.
6. Isilah takaran dengan benda uji dalam 3 lapis.
7. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali tusukan
secara merata pada pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar
takaran pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai
kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.
8. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan dengan
menggunakan palu karet sampai tidak tampak gelembung-galembung udara pada
permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup.
9. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.
28
10. Untuk perbandingan buat beberapa buah benda uji agar dapat diketahui
perbandingan yang paling sesuai untuk pengujian kuat tekan beton pada umur 7, 14
dan 28 hari.
11. Diamkan adukan yang telah dicetak selama 24 jam.
3.5.PROSEDUR PERAWATAN BETON
Proses pelaksanaan perawatan benda uji dilakukan setelah benda uji dibongkar dari
cetakannya setelah 24 jam + 8 jam. Perawatan pada benda uji perlu dilakukan agar hidrasi
yang terjadi dapat berlangsung dengan baik. Adapun proses perawatan benda uji dengan
menggunakan metode perendaman dimana benda uji direndam didalam bak yang telah
diisi dengan air. Air yang digunakan untuk perawatan benda uji harus bersih dari
kandungan besi dan organik dan juga bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak beton
setelah mengeras.
3.6. PROSEDUR PENGUJIAN KUAT TEKAN
Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui sejauh mana beton tersebut
mampu menerima beban maksimum sampai beton tersebut hancur. Pengujian kuat tekan
beton dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) dengan kapasitas 100
ton, seadangkan pengujian dilakukan dengan mengikuti spesifikasi SK. SNI. M – 10 –
1991 – 03. Adapun proses pelaksanaan uji tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Benda uji yang telah direndam diangkat dari bak perendam kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel pada benda uji dengan kain lembab kemudian disimpan di
tempat terbuka dan kering.
2. Benda uji yang telah kering diletakkan pada alas mesin uji tekan, usahakan bagian
permukaan benda uji bersentuhan langsung dengan piston penekan adalah yang paling
rata dan tegak lurus terhadap alas pada mesin uji tekan. Kemiringan benda uji tidak
boleh melebihi 0,5o terhadap sumbu vertical.
3. Tekan benda uji secara perlahan-lahan denga memberikan beban aksial pada benda uji
tersebut sampai runtuh atau hancur. Penekanan beban dilakukan dengan konstan
berkisar antara 2 s/d 4 kg/cm2 per detik. Nilai beban maksimum saat awal benda uji
hancur adalah merupakan batas harga minimum yang paling aman dan harga tersebut
merupakan nilai target kuat tekan.
29
Kekuatan tekan benda uji ditentukan dengan persamaan :
P
A
Dimana : σ = Kuat tekan beton, (kg/cm2)
P = Beban aksial, (kg)
A = Luas penampang benda uji, (cm2)
Kuat Tekan
1) Kuat Tekan Benda Uji Beton I
29571,76
.
225
= 131,43 kg/cm2
28552.05
225
= 126,898 Kg/cm2
29571,76
225
= 131,43 kg/cm
30
𝑛
σb
Rata-rata (∑ )
𝑖 n
𝑛
σb
∑ =
𝑖 n
= 131,43+126,898+131,43
3
=389,758
3
=129,92 kg/cm2
√Σ(Xi−Xrt)2
Standar Deviasi (SD) = n−1
√13,7708
=
2
=2,624
Hitung Nilai Kuat Tekan yang di pakai atau berlaku (X)
(X)= Xrt-(1,645×SD)
= 129,92-(1,645×2,624)
=125,577 Kg/cm2
31
BAB IV
PENUTUP
4.1.SIMPULAN
Pada praktikum Teknologi Beton yang sudah kami laksanakan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
4. 2 SARAN
Beberapa saran kami untuk perbaikan dalam praktikum Teknologi Beton ini adalah:
32