Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN PERILAKU

SEKSUAL PRANIKAH PELAJAR

DI SUSUN OLEH:

MOH FAJRI

161211258

S1 KEPERAWATAN

STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

HIV (Human Immunodefisiensi Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan berbagai jenis penyakit.AIDS
(Aquired immune defisiensi syndrome),sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi merupakan
kumpulan dari gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam organism
serta keganasan lain yaitu turunya daya turun tubuh penderita.HIV menyerang dan merusak sel-
sel limfosit T yang mempunyai peran penting dalam system kekebalan seluler.
(KemenkesRI,2014).

Human Immunodefisiensi Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam family
lentivirus.HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya
(Kurniawati,2007).Aquired Immune Defisiensi Syndrome(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV.AIDS diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi HIV.(Smeltzer,2001).

HIV (Human Immunodefisiensi Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia yang kemudian berdampak pada penurunan pada system kekebalan tubuh sehingga
menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS.HIV menyerang sel-sel darah putih yang dimana
sel-sel darah putih itu merupakan bagian dari system kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi
tubuh dari serangan penyakit.(Departemen Kesehatan,2014).

Berdasarkan data dari UNAIDS,terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai Negara hidup bersama
HIV dan AIDS pada 2017.Dari total penderita yang ada,1,8 juta di antaranya adalah anak-anak
berusia di bawah 15 tahun.selebihnya adalah orang dewasa,sejumlah 35,1 juta penderita.Masih
bersumber dari data tersebut,penderita HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh kaum wanita,yakni
sebanyak 18,2 juta penderita.sementara laki-laki sebanyak 16,9 juta penderita.sayangnya,25
persen di antaranya,sekitar 9,9 juta penderita,tidak mengetahui bahwa mereka terserang HIV atau
bahkan mengindap AIDS.(UNAIDS,2017)

Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV /AIDS pada umur > 15 tahun di Indonesia pada
tahun 2017 adalah sebanyak 628,492 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 46,357 orang
dan kematian sebanyak 40,468 orang.(Estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun
2015-2020,kemenkes RI).

Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ketahun cenderung meningkat dan
pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 48.300 kasus.Sedangkan jumlah kasus AIDS terlihat
adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai tahun 2013 yang kemudian
cenderung menurun pada tahun-tahun berikutnya. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena
jumlah pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Pada tahun 2017 kasus AIDS yang
dilaporkan menurun dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 9.280. Secara kumulatif, kasus
AIDS sampai dengan tahun 2017 sebesar 102.667 kasus. Menurut jenis kelamin,persentase
kasus baru HIV positif dan AIDS tahun 2017 pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan
Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 63,6% dan pada perempuan sebesar 36,4%.
Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki sebesar 68,0% dan pada perempuan sebesar
31,9%.(Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018).

Pada tahun 2005-2015, kejadian kasus HIVsemakin meningkat, pada 10 tahun terakhir
ditemukan ada 184.929 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI
Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat
(17.075 kasus), dan Jawa Tengah (12.267 kasus), sedangkan di wilayah Riau menduduki urutan
ke 14 dari 34 provinsi di Indonesia (Kepmenkes, 2016).

Perkembangan kasus HIV/AIDS menjadi tantangan besar untuk daerahdaerah yang sedang
berkembang. Terlihat dengan tren peningkatan kasus HIV/AIDS di Riau. Data terakhir yang
dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau terdata 1.821 kasus yang tersebar
di seluruh daerah di Riau. Dari 12 Kabupaten/Kota se-Riau, Ibukota Provinsi Riau yaitu
Pekanbaru memiliki angka tertinggi dengan angka 399 untuk kasus HIV dan 469 untuk kasus
AIDS dan angka terendah ditemukan di kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 4 kasus (Dinkes
Riau, 2016).
Berdasarkan hasil observasi dengan 15 siswa-siswi di SMA Negeri 1 Rengat, 10 diantaranya
mengatakan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan prilaku
seksual pranikah, tidak paham dengan bahaya dan resiko HIV/AIDS dan jika melakukan
hubungan seksual pranikah. Mereka juga tidak tahu bagaimana cara atau sikap yang harus
dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS dan prilaku seksual pranikah.

B. Penetapan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditetapkan masalah penelitian yaitu bagaimana
hubungan tingkat pengetahuan tentang hiv/aids dengan perilaku seksual pranikah pelajar.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan prilaku
seksual pranikah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi masyarakat khususnya bagi remaja sebagai
bahan pertimbangan dalam tindakan pencegahan penyebaran HIV dan AIDS.

2. Bagi Instansi Pemerintah

Bahan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengembangan
kebijakan kesehatan tentang permasalahan HIV dan AIDS khususnya IRT.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya terutama upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di negara berkembang
(Coovadia & Hadingham, 2005), termasuk Indonesia. HIV dapat menyebabkan masyarakat
kehilangan harapan mereka (Akol, 2000). Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia ini memungkinkan munculnya berbagai jenis infeksi oportunistik.AIDS dimulai dari
tubuh terinfeksi oleh Human Immunodeficiency Virus HIV, kemudian HIV menyerang sel-sel
tertentu dari sistem kekebalan tubuh dan menghacurkan sistem kekebalan tubuh setelah
menginfeksi host manusia (Guindo et al., 2014). Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan kematian di dunia. Menurut
UNAIDS (United Nations Programme on HIV and AIDS) dan WHO (World Health
Organization), AIDS telah mengakibatkan kematian lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali
diakui tahun 1981(Kent et al., 2010).Pada tahun 2005-2015, kejadian kasus HIVsemakin
meningkat, pada 10 tahun terakhir ditemukan ada 184.929 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.
Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104
kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat (17.075 kasus), dan Jawa Tengah (12.267 kasus),
sedangkan di wilayah Riau menduduki urutan ke 14 dari 34 provinsi di Indonesia (Kepmenkes,
2016).

Perkembangan kasus HIV/AIDS menjadi tantangan besar untuk daerahdaerah yang sedang
berkembang. Terlihat dengan tren peningkatan kasus HIV/AIDS di Riau. Data terakhir yang
dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau terdata 1.821 kasus yang tersebar
di seluruh daerah di Riau. Dari 12 Kabupaten/Kota se-Riau, Ibukota Provinsi Riau yaitu
Pekanbaru memiliki angka tertinggi dengan angka 399 untuk kasus HIV dan 469 untuk kasus
AIDS dan angka terendah ditemukan di kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 4 kasus (Dinkes
Riau, 2016).
2.Remaja

Usia remaja merupakan usia yang sangat rentang untuk terinfeksi HIV. Lebih dari setengah
infeksi baru HIV didunia ditemukan pada usia 15-19 tahun, dan mayoritas remaja terinfeksi
karena hubungan seksual (Guindo et al., 2014). Dalam beberapa tahun terakhir, karena
perkembangan ekonomi dan pengaruh media masa mempengaruhi sikap dan persepsi remaja
akan seks pranikah.

Remaja adalah periode perkembangan di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa (Potter & Perry, 2005). Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja
adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa serta berkisar
antara 12-21 tahun yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan tahap di mana
anak sedang menuju kedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan dalam berbagai aspek.

Menurut Hockenberry (2005) remaja dibagi menjadi 3 fase yakni remaja awal (usia 11-14
tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan remaja akhir (usia 18-20 tahun). Remaja
mengalami masa formal-operasional sesuai dengan teori kognitif Piaget. Teori Piaget
mengatakan bahwa dalam tahap perkembangan ini remaja telah mampu membayangkan
rangkaian kejadian yang akan terjadi misalnya konsekuensi dari tindakan yang dilakukan
(Hockenberry, 2005). Remaja juga telah mampu membayangkan opini orang lain terhadap
dirinya. Remaja mulai menyadari bahwa masyarakat memiliki norma dan standar yang berbeda
sehingga akan bertindak hati-hati dalam mengambil sikap.

3. Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja

Pemahaman tentang perilaku seksual pranikah pada remaja merupakan salah satu pemahaman
yang penting diketahui sebab masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-
anak menjadi perilaku seksual dewasa. Remaja dengan pengetahuan yang kurang memadai
tentang perilaku seksual berisiko akan mudah terjebak dalam hubungan seks yang berisiko
seperti hubungan seks dengan berganti pasangan atau hubungan seks tanpa perlindungan.
Perilaku seksual merupakan suatu perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual, baik
dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Lestari, 2009). Sarwono (2001)
berpendapat bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.

Menurut Imran (2000) dan Irawati (2002) perilaku seksual yang sering ditemukan pada remaja
antara lain: berfantasi yakni membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual untuk
menimbulkan perasaan erotisme; berpegangan tangan merupakan bentuk pernyataan afeksi atas
perasaan sayang berupa sentuhan; cium kering yakni aktivitas seksual berupa sentuhan pipi
dengan pipi (touching), pipi dengan bibir, atau bibir dengan leher (necking); cium basah yakni
aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir dengan bibir atau biasa disebut kissing; meraba
yaitu kegiatan meraba bagian-bagian sensitif rangsang seksual (erogen) seperti payudara, leher,
paha atas, vagina, penis, dan pantat; berpelukan; masturbasi yakni perilaku merangsang organ
kelamin dengan tangan atau tanpa melakukan hubungan intim; oral sex yakni perilaku
memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis yang dapat terjadi pada kaum
heteroseksual maupun homoseksual (gay dan lesbian); petting merupakan keseluruhan aktivitas
non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin; hubungan seksual (sexual intercourse) yakni
aktivitas memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan pada kaum
heteroseksual dan memasukkan alat kelamin laki- laki ke dalam anus laki-laki pada kaum
homoseksual (gay) (Lastrarini, 2009 dan Darmasih, 2009). Perilaku seksual pranikah pada
remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan penularan berbagai PMS sampai dengan
HIV/AIDS.
BAB III

KERANGKA TEORI

1.KERANGKA TEORI

Berdasarkan kerangka teori diatas,maka kerangka yang disusun adalah sebagai berikut:

Variabel independen

Anda mungkin juga menyukai