Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DEBIT LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR PADA


TANAH DENGAN VARIASI KEPADATAN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hujan yang jatuh ke tanah membentuk limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke
laut. Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah
(perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air
tanah. Air dalam tanah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk sungai atau
kadang-kadang langsung ke laut. infiltrasi didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah melalui
permukaan tanah ke dalam profil tanah. Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan
melampaui laju infiltrasi dan penguapan. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi
cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir
dengan bebas di permukaan tanah.
Faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
elemen meteorologi dan elemen sifat fisik atau karakteristik daerah pengaliran (Sosrodarsono,
1978). Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan sangat tergantung pada laju
infiltrasi, maka akan terjadi limpasan permukaan sejalan dengan peningkatan intensitas curah
hujan. Hubungan antara resapan dengan variasi kepadatan adalah berbanding terbalik, Resapan
akan meningkat jika tingkat kepadatannya menurun ( Pratama, 2012 ).

1.2. Identifikasi Masalah


Debit limpasan permukaan terjadi jika air hujan yang jatuh lebih besar dari kapasitas
infiltrasi pada tanah. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya: intensitas
curah hujan, karakteristik lahan, karakteristik tanah,
kemiringan lahan dan kepadatan tanah. Karakteristik tanah yang mempengaruhi porositas
tanah, kerapatan massa tanah, kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan
organik tanah, dan keadaan vegetasi permukaan tanah. Hubungan debit limpasan permukaan
terhadap kemiringan lahan adalah debit limpasan permukaan akan besar jika kemiringan lahan
semakin tinggi. Apabila tanah mengalami kepadatan tinggi akan berpengaruh terhadap debit
limpasan permukaan yang semakin tinggi. Semakin kecil intensitas hujan maka debit limpasan
akan semakin kecil.
Berdasarkan uraian diatas, skripsi ini mencoba untuk meneliti pengaruh kepadatan
tanah terhadap debit limpasan pada alat Rainfall Simulator.

1.3 Batasan Masalah


Terdapat beberapa batasan-batasan
dalam pembahasan skipsi ini, yaitu:
1. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan peta sebaran tanah di Kota
Malang.
2. Pengambilan sampel tanah di Kelurahan Tlogomas sudah mewakili kondisi sebaran
tanah di kota malang.
3. Pengukuran debit limpasan permukaan hanya dipengaruhi oleh variasi kepadatan
tanah dan intensitas hujan 2 liter/menit.
4. Penelitian dilakukan pada kondisi sifat fisik tanah, yaitu berdasarkan besar kecilnya
butiran tanah.

1.4 Rumusan Masalah


Penelitian ini didasarkan untuk
mengetahui pengaruh kepadatan tanah terhadap debit limpasan permukaan pada intensitas
hujan 2 liter/menit?
1.5 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui debit limpasan permukaan dengan pengaruh perubahan kepadatan tanah pada
intensitas hujan 2 liter/menit pada alat Rainfall Simulator.
Adapun manfaat dari kajian ini adalah sebagai pengembangan ilmu berkaitan dengan
tata guna lahan perkotaan yang berwawasan lingkungan (eco drainage), dimana air hujan
yang jatuh di permukaan tanah tidak langsung dialirkan ke saluran drainase menuju ke sungai,
namun air hujan tersebut sebagian dikendalikan agar meresap ke dalam tanah sebagai imbuhan
air tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Limpasan permukaan
Limpasan permukaan terjadi ketika kapasitas infiltrasi tanah tidak dapat
menyeimbangkan intensitas curah hujan di permukaan tanah. Pada umumnya limpasan
permukaan tidak terjadi segera setelah hujan jatuh di permukaan tanah, tetapi perlu waktu
untuk memenuhi kapasitas infiltrasi. Waktu dari permulaan sampai mulai terjadi limpasan
permukaan disebut ponding time.
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam menyerap (menginfiltrasikan) air
yang terdapat di permukaan atau aliran air permukaan tanah. Semakin besar kapasitas
infiltrasi maka aliran air di permukaan tanah makin berkurang

2.2. Alat Rainfall Simulator


Alat yang digunakan untuk
membuat simulasi pada penelitian ini yaitu menggunakan Rainfall Simulator. Rainfall
Simulator merupakan alat yang memungkinkan kita melihat siklus hidrologi dalam skala
kecil, tetapi ada faktor yang tidak di masukkan dalam alat ini yaitu faktor evaprotranspirasi dan
evaporasi yang kedua hal tersebut di sebabkan oleh matahari dan tanaman.
Peralatan ini memiliki tangki uji dengan ukuran 2 x 1.2 x 0.3 meter. Pada

bagian atasnya tangki ini memiliki nozzle yang bisa mengatur besarnya butiran hujan yang
jatuh. Tangki uji ini juga memiliki dua buah pipa berpori bagian dasar, yang kemudian ke
dua tangki pengukuran aliran. Tangki ini juga memiliki dua saluran air yang
terhubung ke tangki lain yaitu tangki pengukur arus, dimana setiap saluran dapat diukur
masing-masing. Di bawah tangki terdapat tabung pisometrik uji, yang memungkinkan melihat
level air setiap saat.
Gambar 1 Alat Rainfall Simulator

2.3. Intensitas hujan


Intensitas hujan adalah jumlah
hujan persatuan waktu (mm/jam, mm/min, mm/det). Lama waktu hujan adalah lama waktu
berlangsungnya hujan, Durasi hujan adalah lamanya curah hujan dalam menit atau jam. Dalam
hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang disingkat dengan curah hujan
yang relatif seragam ( Asdak, 1995). Intensitas hujan diartikan sebagai pengukuran curah hujan
dilakukan untuk mengetahui jumlah dan lama curah hujan ( Utomo, 1993).

2.4. Kepadatan Tanah


Peristiwa bertambahnya berat

volume kering oleh beban dinamis disebut pemadatan. Maksud dari pemadatan tanah adalah
merupakan usaha secara mekanik agar butir-butir tanah merapat. Volume pori berkurang
namun volume butir tidak berubah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggilas atau
menumbuk. Jika disiram air akan menjadi lunak dan lebih mudah dipadatkan, tapi makin besar
kadar air tanah makin membatasi kepadatan yang dapat dicapai. Yang dapat berkurang
hanya udara, jika volume air lebih besar maka kepadatan maksimum berkurang. Berat volume
kering (ɣd), adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Studi
Kota Malang terletak ditengah-tengah
wilayah Kabupaten Malang. Secara geografis wilayah Kota Malang berada diantara 112,06°–
112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan, dengan luas wilayah 11.005,66 ha

(110,06 km2). Batas wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:


Batas Utara : Kecamatan Singosari dan Karangploso, Kabupaten Malang
Batas Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji, Kabupaten Malang
Batas Timur : Kecamatan Pakis dan
Tumpang, Kabupaten Malang
Batas Barat : Kecamatan Wagir dan
Dau, Kabupaten Malang
Secara administrasi, Kota Malang terbagi atas 5 kecamatan dengan 57 kelurahan. Pengambilan
sampel tanah pada penelitian ini akan dilaksanakan pada Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Penentuan lokasi ini berdasarkan pembagian peta sifat fisik tanah di Kota Malang.

Gambar 2 Peta Kota Malang.


3.2. Kemiringan Tanah
Pada penelitian ini kemiringan
tanah 2%. Kemiringan mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Pada
dasarnya semakin curam suatu lereng, prosentase kemiringan semakin tinggi, semakin cepat
pula laju limpasan permukaan. Sebagai akibatnya, semakin singkat waktu untuk infiltrasi
karena volume limpasan permukaan juga semakin besar (dapat dilihat pada gambar
3). Penelitian ini dengan menetapkan hujan 2 liter/menit.

Gambar 3 Proses Pengaturan Kemiringan


Tanah pada Alat Rainfall Simulator

3.3. Penentuan Kepadatan Tanah


Setelah pengambilan sampel tanah
pada lokasi, tanah tersebut terlebih dahulu dikeringkan dan dijemur pada sinar matahari,
setelah tanah dalam keadaan kering kemudian tanah tersebut disaring dengan ayakan no 10
agar mendapatkan kondisi tanah yang bagus untuk dilakukan penelitian pada alat Rainfall
Simulator, setelah tanah dalam keadaan lolos saringan
10, tanah tersebut ditambah air 20% Direncanakan sebanyak 3 variasi
kepadatan :

1. Kepadatan 1 : ɣd = 0,83 gr/cm3


Tanah dengan berat kering 120 kg
dengan penambahan air 20% di padatkan dengan penumbuk seberat 2,9 kg. Tanah dipadatkan
dengan 3 lapisan masing- masing lapisan ditumbuk sebanyak 2 putaran ( dapat dilipat pada
gambar 4 ). Tinggi tanah setelah di padatkan 13,4 cm. Didapat ɣd dari kepadatan 2

putaran adalah 0,83 gr/cm3


2. Kepadatan 2 : ɣd = 0,96 gr/cm3
Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak
4 putaran. Tinggi tanah setelah di padatkan

11,5 cm. Di dapat ɣd dari kepadatan 4 putaran adalah 0,96 gr/cm3

3. Kepadatan 3 : ɣd = 1,09 gr/cm3


Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak
6 putaran. Tinggi tanah setelah di padatkan

10,2 cm. Didapat ɣd dari kepadatan 6 putaran adalah 1,09 gr/cm3

Gambar 4 Proses Penentuan


Kepadatan Tanah

Anda mungkin juga menyukai