Anda di halaman 1dari 17

SAINS MASA DEPAN

Biosensor Kanker Payudara

Oleh :
Kadek Dedi Santa Putra

PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa), karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Biosensor Kanker Payudara” tepat pada
waktunya.
Dalam menyesaikan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan, salah
satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman serta pengetahuan. Namun
berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu, meskipun masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dosen Pengampu yang membantu memberikan pengarahan dan
bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman yang turut memberikan dukungan baik dalam bentuk
materil maupun non materil.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna dan dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Singaraja, 18 Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..
2.1 Pengertian Biosensor .................................................................................... 3
2.3 Pengertian Kanker Payudara ........................................................................ 5
2.3 Biosensor dalam Bidang Medis Khususnya Kanker Payudara .................. ..8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman yang sangat pesat menghasilkan teknologi yang
semakin tinggi pula dan para ahli fisika, biologi, kimia dan lainnya berlomba-
lomba untuk menciptakan teknologi yang semakin tinggi, tepat guna dan bebas
polusi. Dengan ditemukannya teknologi nano tanpa disadari kita sudah berada
didepan revolusi iptek yang akan membawa dampak yang sangat berpengaruh
dalam segala aspek kehidupan manusia.
Hal tersebut juga berpengaruh pada bidang kesehatan. Salah satu penyakit
berbahaya adalah kanker payudara. Kanker payudara merupakan tumor ganas
yang berasal dari sel-sel yangterdapat pada payudara. Payudara terdiri dari
lobulus-lobulus, duktus-duktus,lemak dan jaringan konektif, pembuluh darah dan
limfe. Pada umumnya kankerberasal dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa
diantaranya berasal darilobulus dan jaringan lainnya.
Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga
dari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Kanker payudara juga
merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim pada wanita
serta menempati insiden tertinggi dari seluruh keganasan. Setiap tahun, lebih dari
satu juta kasus baru kanker payudara didiagnosa di seluruh dunia dan hampir
400.000 orang akan meninggal akibat penyakit tersebut. Sampai tahun 2003,
Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 di Indonesia
dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat; seperti
halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat
92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau
18% dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Di Indonesia berdasarkan “Pathological Based Registration“ kanker
payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan kenyataan
bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Banyak sekali
faktor resiko yang dapat menyebabkan berkembangnya kanker payudara. Secara

1
statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada nullipara, menarche
dini, menopause terlambat dan pada wanita yang mengalami kehamilan anak
pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kanker payudara terjadi
pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden meningkat
cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun. Sedangkan penderita
kanker payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari1% dari seluruh kanker
payudara.
Kanker payudara dalam tubuh dapat diketahui melalui tes pemeriksaan
jaringan payudara. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam laboratorium.
Pemeriksaan akan menghasilkan data perkiraan kanker yang ada dalam jaringan
payudara. Hasil tes rutin yang dilakukan di laboratorium akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya dan tentu biaya juga tidak sedikit.
Maka dari itu, diperlukan suatu metode atau teknologi yang lebih efektif dalam
melakukan pemeriksaan keberadaan kanker pada jaringan payudara. Salah satu
teknologi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan biosensor untuk
mendeteksi sel kanker.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan biosensor ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan kanker payudara?
1.2.3 Bagaimana cara kerja biosensor dalam bidang medis khususnya dalam
mendeteksi sel kanker pada payudara?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penyusunan makalah adalah
sebagai berikut :
1.3.1 Dapat memahami Biosensor.
1.3.2 Dapat memahami kanker payudara.
1.3.3 Dapat memahami biosensor dalam bidang medis khususnya dalam
mendeteksi sel kanker payudara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Biosensor


Biosensor sendiri didefinisikan sebagai suatu perangkat sensor yang
menggabungkan senyawa biologi dengan suatu tranduser. Dalam proses kerjanya
senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan molekul yang akan dideteksi yang
disebut molekul sasaran. Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas,
arus listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh transduser. Besaran
tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat
dimengerti. Biosensor yang pertama kali dibuat adalah sensor yang menggunakan
transduser elektrokimia yaitu elektroda enzim untuk menentukan kadar glukosa
dengan metode amperometri. Sejauh ini, biosensor dalam perkembangannya
mempunyai tiga generasi yaitu generasi pertama; dimana biosensor berbasis
oksigen, generasi kedua; biosensor menjadi lebih spesifik yang melibatkan
“mediator” diantara reaksi dan transduser, dan terakhir generasi ketiga; dimana
biosensor berbasis enzyme coupling.
Untuk produk-produk komersial dari teknologi biosensor, sekarang ini telah
banyak diperjualbelikan. Biosensor eksternal/internal dalam bentuk chip bahkan
telah diproduksi oleh perusahaan Amerika i-Stat, MicroChips, Digital Angel,
VeriChip yang dapat ditanam dalam tubuh manusia. Beberapa Perusahaan Jepang
pun turut berpartisipasi, seperti Matsushita Electric Industrial Co dengan
teknologi biosensornya yang mampu menetapkan secara cepat dan mudah
pengukuran kolesterol darah. Tokyo Medical and Dental University dengan
biosensor nafasnya yang memanfaatkan enzim monoamine oksidase A (MAO A)
dan lain sebagainya. Tetapi secara umum untuk penguna biosensor, hampir 60%
pengunanya berasal dari health-care industri.
2.1.1 Prinsip Kerja Biosensor
Pada dasarnya biosensor terdiri dari tiga unsur yaitu unsur biologi (reseptor
biologi), transduser, dan sistem elektronik pemroses sinyal. Unsur biologi yang
umumnya digunakan dalam mendesain suatu biosensor dapat berupa enzim,
organel, jaringan, antibodi, bakteri, jasad renik, dan DNA. Unsur biologi ini

3
biasanya berada dalam bentuk terimmobilisasi pada suatu transduser.
Immobilisasi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan (1)
adsorpsi fisik, (2) dengan menggunakan membran atau perangkap matriks atau (3)
dengan membuat ikatan kovalen antara biomolekul dengan transduser.
Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam suatu biosensor adalah
transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal piezoelektronik, field effect
transistor dan temistor. Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa
calorimetric biosensor, potentiometric biosensor, amperometric, biosensor,
optical biosensor maupun piezo-electric biosensor. Sinyal yang keluar dari
transduser ini kemudian di proses dalam suatu sistem elektronik misalnya recorder
atau komputer.
Berikut adalah contoh skema umum dari biosensor :

Gambar 1. Skema Umum Biosensor


2.1.2 Aplikasi Biosensor
Aplikasi biosensor pada dasarnya meningkat seiring dengan berkembangnya
keperluan manusia dan kemajuan iptek. Tetapi secara umum tetap didominasi
untuk aplikasi dibidang medis dan lingkungan hidup. Beberapa bidang aplikasi
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:
No Bidang Aplikasi Kegunaan
1 Medis dan farmasi  Mengontrol pnyakit: hati,jantung,
diabetes, kolesterol
 Diagnosis untuk: obat,Mtabolit,
enzim, vitamin
 Penyakit infeksi, alergi

4
 Studi efisiensi obat
2 Lingkungan hidup  Control polusi
 Memonitoring senyawa-senyawa
toksin di air, udara dan tanah
 Penentuan BOD (Biologikal okzygen
demand)
3 Kimia  Mengontrol kualitas
makanan(mendeteksi kontaminasi
mikroba, menentukan kesegaran
analisis lemak, protein, karbohidrat
dalam makanan.
 Mendeteksi kebocoran, menentukan
lokasi deposit minyak
 Mengecek kualitas udara di ruangan
 Penentuan parameter kualitas pada
susu
4 Pertanian  Mengontrol kualitas tanah
 Mengontrol keberadaan pestisida
 Penentuan degradasi seperti
biodegradable pada pada kayu dan
tanah
5 Militer  Mendeteksi zat-zat kimia dan biologi
yang digunakan sebagai senjata
perang(senjata biologi/kimia)seprti
virus, bakteri, dan gas urat saraf.

2.2 Kanker Payudara


Kanker adalah suatu kondisi ketika sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga menjadi pertumbuhannya tidak normal. Kanker
payudara (Carcinoma Mammae) ini merupakan salah satu jenis tumor ganas yang
telah tumbuh dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Smart,

5
2010). Menurut Ramli (1994) Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu
pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini
tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat
keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja,
bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat
dan keras (Ramli,1994).
2.2.1 Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan, kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Meskipun belum ada penyebab
spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasikan
sekelompok faktor risiko. Hal yang harus selalu diingat adalah, bahwa hampir
60% wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor risiko yang
teridentifikasi kecuali hanya lingkungan hormonal mereka. Dengan demikian,
semua wanita dianggap berisiko untuk mengalami kanker payudara selama masa
kehidupan mereka. Faktor-faktor risiko kanker payudara mencakup : (Brunner &
Suddarth, 2002)
a. Genetik. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami
kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap
tahun.
b. Kelamin. Hanya 1% angka kejadian kanker payudara pada laki-laki
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita
yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
f. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.

6
g. Trauma. Penggunaan BH yang terbuat dari bahan kawat, akibat terjadi
benturan dari bahan tumpul, penggunaan zat karsinogenik
h. Obesitas. Risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai
angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan
diagnosis yang lambat.
i. Mangonsumsi alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam
sehari. Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga
kali sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang
minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada
tahun-tahun terakhirnya
2.2.2 Manifestasi Klinis
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas. Kanker payudara umum terjadi pada
payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras
dengan batas tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri
tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit
payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat
berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut (Brunner &
Suddarth, 2002).
Sedangkan menurut Smart (2010) untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda
kanker payudara, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
 Terdapat sebuah benjolan yang biasanya diarasakan berbeda dari jaringan
yang ada pada payudara dan sekitarnya. Benjolan ini tidak menimbulkan
rasa nyeri dan biasanya juga memiliki bentuk pinggiran yang tidak teratur.
 Pada penderita kanker payudara yang masih pada tahap awal, benjolan
yang ada bisa digerakan dan juga dapat didorong dengan jari tangan.
Namun, pada stadium lanjut, biasanya melekat pada dinding dada atau
pada kulit sekitarnya. Untuk stadium lanjut ini, benjolan yang ada bisa
membengkak dan juga terdapat borok pada kulit.

7
 Gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah adanya benjolan atau
massa di ketiak penderita, perubahan bentuk dan ukuran penderita, serta
keluarnya cairan yang abnormal dari puting susu (berdarah, atau berwarna
kuning, hijau atau mungkin bernanah).
 Perubahan pada tekstur dan warna pada kulit di sekitar payudara.
 Payudara tampak berwarna kemerahan.
 Kulit disekitar payudara bersisik.
 Puting susu tertarik kedalam dan terasa gatal.
 Nyeri pada payudara atau pembengkakkan pada salah satu payudara.
 Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri pada tulang, penderita mengalami
penurunan berat badan, dan pembengkakkan lengan, ulsurasi kulit.

2.3 Biosensor Dalam Bidang Medis Khususnya Dalam Mendeteksi Sel


Kanker Payudara
2.3.1 Nanorobots Pendeteksi dan Penghancur Sel Kanker

Gambar 2. nanorobots
Tubuh robot ini terdiri dari protein yang biasa disebut streptavidin. Yang
melekat padanya kaki tiga, seperti: 'enzimatik DNA' untai tunggal yang mengikat,
dan kaki keempatnya adalah untaian yang membawa laba-laba ke titik awal.
Setelah robot dilepaskan dari pemicu, maka ia akan mengikat kemudian
memotong untaian DNA," ujar Milan Stojanovic selaku ketuatim proyek. Setelah
untaian dipotong, kaki robot mulai meraih jalur dan mencocokan DNA. Dengan
ini, robot dipandu ke jalur yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk melihat robot ini
bergerak, para peneliti menggunakan mikroskop kekuatan atom. Hebatnya lagi,

8
Robot ini bisa mencatat tanda-tanda penyakit pada permukaan sel, menentukan
sel itu adalah kanker, menghancurkan sel kanker bahkan robot itu bisa
memberikan senyawa untuk membunuhnya. Nanorobots membawa sejumlah
double strainded small interfering ribonucleic acid (siRNAs). Melalui mekanisme
interferensi, siRNAs mematikan gen–gen kanker yang penting. Gen kanker
umumnya merupakan gen yang bisa bekerja jika telah berubah dari DNA
(dioxyribonucleic acid) menjadi RNA. Kemudian robot itu dimasukkan ke
pembuluh darah penderita kanker. Dalam uji klinis fase pertama, peneliti melihat
keamanan terapi yang dibuat melalui arahan dari computer, robot tersebut menuju
sel kanker. Setelah robot tersebut menemukannya, maka nanopartikel itu
dikeluarkan untuk membasmi gen-gen tersebut. Dan hasilnya mengejutkan, sel-sel
kanker tersebut mengerucut. Selain itu, ia bisa mendeteksi dan mengambil
gambar nanopartikel di dalam sel-sel kanker yang mati. Kesimpulannya semakin
banyak dosis nanopartikel, maka akan semakin banyak pula nano partikel yang
berada di salam sel kanker. Ini menunjukkan bahwa sel-sel kanker merespon dosis
nanopartikel. Kesimpulannya bahwa nanopartikel yang berisi siRNAs mampu
melakukan tugas mendegradasi RNA yang berperan dalam pembuatan protein
sel kanker. Terapi ini membuka pintu bagi masa depan terapi seperti game dalam
menyerang kanker dan beberapa penyakit lain di tingkat level gen. Para riset
menggunakan istilah nanobell. Nano ini terbuat dari jutaan atom yang
membentuk partikel silica berukuran sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata
telanjang. Tapi ukurannya lebih besar dari protein. Nanobell terdiri dari
inframerah dan serat optic untuk membawa energi laser. Ketika sampai di tumor,
partikel silica memancarkan sinar laser ketumor. Sinar laser inilah yang
mengonversi cahaya menjadi panas dan membunuh sel-sel kanker.

2.3.2 Seaweed-Au-NPs-enFET-Biosensor” Untuk Deteksi Kanker Payudara


Kanker merupakan penyakit berbahaya yang sedang dihadapi oleh
manusia saat ini. Kasus penyakit tersebut banyak menelan korban bahkan
mengakibatkan kematian. Salah satu jenis kanker yang paling umum adalah
kanker payudara, kanker ini banyak diderita oleh kaum perempuan. Kanker
payudara terjadi pada jaringan payudara. Terdapat beberapa jenis sel kanker yang

9
dapat terkultur pada kanker payudara, yaitu sel MCF-7, sel T-47D, sel MDA-MB-
231, sel MB-MDA-468, sel BT-20 dan sel BT-549. Sel kanker tersebut dapat
melepaskan H2O2. Biosensor adalah salah satu teknologi alat yang digunakan
sebagai sensor untuk deteksi biomolekul atau senyawa-senyawa yang berkaitan
dengan aktivitas biologi dan organisme hidup. Teknologi biosensor ini memiliki
aplikasi yang luas mencakup bidang medis. Biosensor pada bidang medis berbasis
prinsip elektrokimia yaitu dengan menggunakan field effect transistor (FET)
biosensor. Pada saat ini, FET biosensor telah mampu dikembangkan menjadi
teknologi sensor yang sangat sensitif sekaligus selektif. Sensitif dalam arti mampu
mendeteksi adanya senyawa penanda (biomarker) dalam jumlah atau konsentrasi
yang sangat kecil. Oleh karena itu, penelitian berfokus pada pengembangan
biosensor yang mampu mendeteksi secara dini adanya penyakit kanker, sebelum
berkembang atau tumbuh menjadi penyakit yang lebih ganas dan akut, melalui
deteksi H2O2.

Gambar 3. enFET Biosensor


Biosensor enFET dikembangkan untuk deteksi kanker payudara. enFET
terdiri atas p-type silika (p-substrat); n-type silika (n-substrat); FET source; FET
drain; dan FET gate. FET gate berupa enzim HRP diamobilisasikan pada
membran rumput laut yang sudah di impregnasi dengan Au nanopartikel. Enzim
HRP spesifik terhadap H2O2. Membran rumput laut merupakan membran
seluloasetat, dipilih sebagai material support karena beberapa karakter sebagai
berikut: memiliki mikropori; kapasitas transfer elektron sangat baik;
biocompatible; stabil; murah; dan ramah lingkungan. Impregnasi Au nanopartikel

10
bertujuan untuk memperluas area kontak enzim-substrat; meningkatkan
sensitivitas; dan menurunkan limit deteksi. Interaksi enzim HRP dan H2O2
membuat H2O2 teroksidasi menjadi O2 dan H2O. Pada saat cairan yang dianalisa
memiliki konsentrasi O2 tertentu, maka elektron pada permukaan semikonduktor
akan membentuk jalan konduksi antara FET source dan FET drain, “konduktansi”
inilah yang dapat diukur.

2.3.3 Biosensor Hibridisasi DNA Elektrokimia


Pendeteksian kanker payudara biasanya menggunakan biosensor DNA
yang ditanamkan pada sebuah biosensor. Kanker payudara biasanya dikaitkan
dengan pewarisan gen yang memungkinkan gen penerusnya juga akan berpotensi
memiliki penyakit tersebut. Pemilihan asam nukleat untuk preparasi suatu
biosensor berdasarkan DNA terutama bergantung pada apa yang akan di-
sense. Misalnya jika tujuan biosensor untuk mendeteksi urutan DNA, suatu
ssDNA, biasanya oligonukleotida pendek digunakan sebagai elemen biosensing.
Dendrimer dan analog DNA dapat digunakan juga untuk tujuan ini. Dua aspek
yang penting dalam pengembangan biosensor hibridisasi: sensitivitas untuk
mendeteksi konsentrasi DNA yang serendah mungkin, dan selektivitas untuk
dapat mendeteksi titik mutasi. Metode tradisional untuk mendeteksi terjadinya
hibridisasi adalah sangat lambat dan memerlukan preparasi khusus. Ini yang
menjadi alasan mengapa akhir-akhir ini pengembangan biosensor hibridisasi
secara elektrokimia menjadi sangat menarik.
Suatu biosensor hibridisasi DNA elektrokimia pada dasarnya terdiri dari
suatu elektrode yang dimodifikasi dengan ssDNA yang disebut probe.
Karena elektrode dimodifikasi dengan probe, maka akan menyebabkan
interaksi dengan sampel melalui pengenalan urutan komplementernya, di
antara yang lainnya, di bawah kondisi pH, kekuatan ion, dan temperatur
tertentu.
Tahap-tahap pembuatan biosensor hibridisasi elektrokimia meliputi:
Tahap-tahap pembuatan biosensor hibridisasi elektrokimia meliputi:
Amobilisasi probe, hibridisasi dan deteksi terjadinya hibridisasi. Dalam makalah
ini akan dikemukakan mengenai deteksi terjadinya hibridisasi dna antara probe

11
dengan target. DNA diamobilisasi agar basa-basa dapat mengalami
biopengenalan selanjutnya dengan urutan komplementernya. Dalam hal ini, sifat
elektrode memainkan peranan yang sangat penting. Bagaimana kompromi basa-
basa untuk berinteraksi dengan permukaan elektrode dan selanjutnya mereka
dapat membentuk double helix.

Gambar 4. Skema umum tahapan operasi suatu biosensor hibridisasi DNA secara
elektrokimia (Rivas et al. 2005).

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Biosensor adalah alat untuk mendeteksi suatu analit yang menggabungkan
komponen biologis dengan komponen detektor fisikokimia. Ini terdiri dari
3 bagian yaitu unsur biologis, transduser atau elemendetektor dan
elektronik.
2. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel payudara.
Kumpulan sel kanker membentuk tumor yang berkembang secara cepat di
jaringan payudara, dan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain.
3. Prinsip kerja biosensor kanker payudara yaitu dengan melihat gejala
kanker payudara kemudian di deteksi oleh biosensor menggunakan
susunan DNA. Ketika susunan (AAT GGA TTT ATC TGC TCT TCG)
DNA kanker dideteksi oleh biosensor, biosensor akan meneruskannnya ke
transduser dan menampilkan data ke monitor.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mashuni. 2012. “Pengembangan Biosensor Elektrokimia Berbasis Enzim


Asetilkolinesterase Untuk Analisis Residu Pestisida Pada Produk
Pertanian”. Jurnal Agroteknos, 2(2): 69-76. Tersedia pada
http://faperta.uho.ac.id/agroteknos/Daftar_Jurnal/2012/2012-2-07-
MASHUNI.pdf. (diakses 18 Desember 2017).
Yumpu. 2013. “Deteksi Hibridisasi Dalam Biosensor DNA Elektrokimia”.
(Artikel Online). Tersedia pada
https://www.yumpu.com/id/document/view/4927942/deteksi-hibridisasi-
dalam-biosensor-dna-elektrokimia/5 (diakses 18 Desember 2017).
Nurcahyadi. 2009. “DNA dan Biosensor Elektrokimia”. (Artikel Online). Tersedia
pada https://nurcahyadi7.wordpress.com/2009/01/20/3/#more-3 (diakses 18
Desember 2017).
Putra, E. 2013. “Biosensor dan Aplikasinya”. (Artikel Online). Tersedia pada
https://evanputra.wordpress.com/2013/01/04/biosensor-dan-aplikasinya/
(diakses 18 Desember 2017).
Mengenal FET Biosensor untuk Aplikasi Deteksi Dini Penyakit dalam Darah.
http://www.istecs.org/2013/10/24/mengenalfet-biosensor-untuk-aplikasi-deteksi-
dinipenyakit-dalam-darah. (diakses 18 Desember 2017).

14

Anda mungkin juga menyukai