Oleh :
Kadek Dedi Santa Putra
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa), karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Biosensor Kanker Payudara” tepat pada
waktunya.
Dalam menyesaikan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan, salah
satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman serta pengetahuan. Namun
berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu, meskipun masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dosen Pengampu yang membantu memberikan pengarahan dan
bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman yang turut memberikan dukungan baik dalam bentuk
materil maupun non materil.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna dan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..
2.1 Pengertian Biosensor .................................................................................... 3
2.3 Pengertian Kanker Payudara ........................................................................ 5
2.3 Biosensor dalam Bidang Medis Khususnya Kanker Payudara .................. ..8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada nullipara, menarche
dini, menopause terlambat dan pada wanita yang mengalami kehamilan anak
pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kanker payudara terjadi
pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden meningkat
cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun. Sedangkan penderita
kanker payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari1% dari seluruh kanker
payudara.
Kanker payudara dalam tubuh dapat diketahui melalui tes pemeriksaan
jaringan payudara. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam laboratorium.
Pemeriksaan akan menghasilkan data perkiraan kanker yang ada dalam jaringan
payudara. Hasil tes rutin yang dilakukan di laboratorium akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya dan tentu biaya juga tidak sedikit.
Maka dari itu, diperlukan suatu metode atau teknologi yang lebih efektif dalam
melakukan pemeriksaan keberadaan kanker pada jaringan payudara. Salah satu
teknologi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan biosensor untuk
mendeteksi sel kanker.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
biasanya berada dalam bentuk terimmobilisasi pada suatu transduser.
Immobilisasi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan (1)
adsorpsi fisik, (2) dengan menggunakan membran atau perangkap matriks atau (3)
dengan membuat ikatan kovalen antara biomolekul dengan transduser.
Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam suatu biosensor adalah
transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal piezoelektronik, field effect
transistor dan temistor. Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa
calorimetric biosensor, potentiometric biosensor, amperometric, biosensor,
optical biosensor maupun piezo-electric biosensor. Sinyal yang keluar dari
transduser ini kemudian di proses dalam suatu sistem elektronik misalnya recorder
atau komputer.
Berikut adalah contoh skema umum dari biosensor :
4
Studi efisiensi obat
2 Lingkungan hidup Control polusi
Memonitoring senyawa-senyawa
toksin di air, udara dan tanah
Penentuan BOD (Biologikal okzygen
demand)
3 Kimia Mengontrol kualitas
makanan(mendeteksi kontaminasi
mikroba, menentukan kesegaran
analisis lemak, protein, karbohidrat
dalam makanan.
Mendeteksi kebocoran, menentukan
lokasi deposit minyak
Mengecek kualitas udara di ruangan
Penentuan parameter kualitas pada
susu
4 Pertanian Mengontrol kualitas tanah
Mengontrol keberadaan pestisida
Penentuan degradasi seperti
biodegradable pada pada kayu dan
tanah
5 Militer Mendeteksi zat-zat kimia dan biologi
yang digunakan sebagai senjata
perang(senjata biologi/kimia)seprti
virus, bakteri, dan gas urat saraf.
5
2010). Menurut Ramli (1994) Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu
pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini
tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat
keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja,
bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat
dan keras (Ramli,1994).
2.2.1 Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan, kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Meskipun belum ada penyebab
spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasikan
sekelompok faktor risiko. Hal yang harus selalu diingat adalah, bahwa hampir
60% wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor risiko yang
teridentifikasi kecuali hanya lingkungan hormonal mereka. Dengan demikian,
semua wanita dianggap berisiko untuk mengalami kanker payudara selama masa
kehidupan mereka. Faktor-faktor risiko kanker payudara mencakup : (Brunner &
Suddarth, 2002)
a. Genetik. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami
kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap
tahun.
b. Kelamin. Hanya 1% angka kejadian kanker payudara pada laki-laki
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita
yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
f. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
6
g. Trauma. Penggunaan BH yang terbuat dari bahan kawat, akibat terjadi
benturan dari bahan tumpul, penggunaan zat karsinogenik
h. Obesitas. Risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai
angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan
diagnosis yang lambat.
i. Mangonsumsi alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam
sehari. Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga
kali sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang
minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada
tahun-tahun terakhirnya
2.2.2 Manifestasi Klinis
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas. Kanker payudara umum terjadi pada
payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras
dengan batas tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri
tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit
payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat
berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut (Brunner &
Suddarth, 2002).
Sedangkan menurut Smart (2010) untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda
kanker payudara, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
Terdapat sebuah benjolan yang biasanya diarasakan berbeda dari jaringan
yang ada pada payudara dan sekitarnya. Benjolan ini tidak menimbulkan
rasa nyeri dan biasanya juga memiliki bentuk pinggiran yang tidak teratur.
Pada penderita kanker payudara yang masih pada tahap awal, benjolan
yang ada bisa digerakan dan juga dapat didorong dengan jari tangan.
Namun, pada stadium lanjut, biasanya melekat pada dinding dada atau
pada kulit sekitarnya. Untuk stadium lanjut ini, benjolan yang ada bisa
membengkak dan juga terdapat borok pada kulit.
7
Gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah adanya benjolan atau
massa di ketiak penderita, perubahan bentuk dan ukuran penderita, serta
keluarnya cairan yang abnormal dari puting susu (berdarah, atau berwarna
kuning, hijau atau mungkin bernanah).
Perubahan pada tekstur dan warna pada kulit di sekitar payudara.
Payudara tampak berwarna kemerahan.
Kulit disekitar payudara bersisik.
Puting susu tertarik kedalam dan terasa gatal.
Nyeri pada payudara atau pembengkakkan pada salah satu payudara.
Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri pada tulang, penderita mengalami
penurunan berat badan, dan pembengkakkan lengan, ulsurasi kulit.
Gambar 2. nanorobots
Tubuh robot ini terdiri dari protein yang biasa disebut streptavidin. Yang
melekat padanya kaki tiga, seperti: 'enzimatik DNA' untai tunggal yang mengikat,
dan kaki keempatnya adalah untaian yang membawa laba-laba ke titik awal.
Setelah robot dilepaskan dari pemicu, maka ia akan mengikat kemudian
memotong untaian DNA," ujar Milan Stojanovic selaku ketuatim proyek. Setelah
untaian dipotong, kaki robot mulai meraih jalur dan mencocokan DNA. Dengan
ini, robot dipandu ke jalur yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk melihat robot ini
bergerak, para peneliti menggunakan mikroskop kekuatan atom. Hebatnya lagi,
8
Robot ini bisa mencatat tanda-tanda penyakit pada permukaan sel, menentukan
sel itu adalah kanker, menghancurkan sel kanker bahkan robot itu bisa
memberikan senyawa untuk membunuhnya. Nanorobots membawa sejumlah
double strainded small interfering ribonucleic acid (siRNAs). Melalui mekanisme
interferensi, siRNAs mematikan gen–gen kanker yang penting. Gen kanker
umumnya merupakan gen yang bisa bekerja jika telah berubah dari DNA
(dioxyribonucleic acid) menjadi RNA. Kemudian robot itu dimasukkan ke
pembuluh darah penderita kanker. Dalam uji klinis fase pertama, peneliti melihat
keamanan terapi yang dibuat melalui arahan dari computer, robot tersebut menuju
sel kanker. Setelah robot tersebut menemukannya, maka nanopartikel itu
dikeluarkan untuk membasmi gen-gen tersebut. Dan hasilnya mengejutkan, sel-sel
kanker tersebut mengerucut. Selain itu, ia bisa mendeteksi dan mengambil
gambar nanopartikel di dalam sel-sel kanker yang mati. Kesimpulannya semakin
banyak dosis nanopartikel, maka akan semakin banyak pula nano partikel yang
berada di salam sel kanker. Ini menunjukkan bahwa sel-sel kanker merespon dosis
nanopartikel. Kesimpulannya bahwa nanopartikel yang berisi siRNAs mampu
melakukan tugas mendegradasi RNA yang berperan dalam pembuatan protein
sel kanker. Terapi ini membuka pintu bagi masa depan terapi seperti game dalam
menyerang kanker dan beberapa penyakit lain di tingkat level gen. Para riset
menggunakan istilah nanobell. Nano ini terbuat dari jutaan atom yang
membentuk partikel silica berukuran sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata
telanjang. Tapi ukurannya lebih besar dari protein. Nanobell terdiri dari
inframerah dan serat optic untuk membawa energi laser. Ketika sampai di tumor,
partikel silica memancarkan sinar laser ketumor. Sinar laser inilah yang
mengonversi cahaya menjadi panas dan membunuh sel-sel kanker.
9
dapat terkultur pada kanker payudara, yaitu sel MCF-7, sel T-47D, sel MDA-MB-
231, sel MB-MDA-468, sel BT-20 dan sel BT-549. Sel kanker tersebut dapat
melepaskan H2O2. Biosensor adalah salah satu teknologi alat yang digunakan
sebagai sensor untuk deteksi biomolekul atau senyawa-senyawa yang berkaitan
dengan aktivitas biologi dan organisme hidup. Teknologi biosensor ini memiliki
aplikasi yang luas mencakup bidang medis. Biosensor pada bidang medis berbasis
prinsip elektrokimia yaitu dengan menggunakan field effect transistor (FET)
biosensor. Pada saat ini, FET biosensor telah mampu dikembangkan menjadi
teknologi sensor yang sangat sensitif sekaligus selektif. Sensitif dalam arti mampu
mendeteksi adanya senyawa penanda (biomarker) dalam jumlah atau konsentrasi
yang sangat kecil. Oleh karena itu, penelitian berfokus pada pengembangan
biosensor yang mampu mendeteksi secara dini adanya penyakit kanker, sebelum
berkembang atau tumbuh menjadi penyakit yang lebih ganas dan akut, melalui
deteksi H2O2.
10
bertujuan untuk memperluas area kontak enzim-substrat; meningkatkan
sensitivitas; dan menurunkan limit deteksi. Interaksi enzim HRP dan H2O2
membuat H2O2 teroksidasi menjadi O2 dan H2O. Pada saat cairan yang dianalisa
memiliki konsentrasi O2 tertentu, maka elektron pada permukaan semikonduktor
akan membentuk jalan konduksi antara FET source dan FET drain, “konduktansi”
inilah yang dapat diukur.
11
dengan target. DNA diamobilisasi agar basa-basa dapat mengalami
biopengenalan selanjutnya dengan urutan komplementernya. Dalam hal ini, sifat
elektrode memainkan peranan yang sangat penting. Bagaimana kompromi basa-
basa untuk berinteraksi dengan permukaan elektrode dan selanjutnya mereka
dapat membentuk double helix.
Gambar 4. Skema umum tahapan operasi suatu biosensor hibridisasi DNA secara
elektrokimia (Rivas et al. 2005).
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Biosensor adalah alat untuk mendeteksi suatu analit yang menggabungkan
komponen biologis dengan komponen detektor fisikokimia. Ini terdiri dari
3 bagian yaitu unsur biologis, transduser atau elemendetektor dan
elektronik.
2. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel payudara.
Kumpulan sel kanker membentuk tumor yang berkembang secara cepat di
jaringan payudara, dan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain.
3. Prinsip kerja biosensor kanker payudara yaitu dengan melihat gejala
kanker payudara kemudian di deteksi oleh biosensor menggunakan
susunan DNA. Ketika susunan (AAT GGA TTT ATC TGC TCT TCG)
DNA kanker dideteksi oleh biosensor, biosensor akan meneruskannnya ke
transduser dan menampilkan data ke monitor.
13
DAFTAR PUSTAKA
14