Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas generasi muda menjadi omset berharga untuk bangsa Indonesia.
Generasi muda yang berkualitas akan mampu menjadi pelopor pembangunan
Negara di masa mendatang. Perannya yang demikian penting mengharuskan
generasi muda terus berbenah memperbaiki kualitas diri untuk mampu menghadapi
tantangan masa depan. Apalagi tantangan eksternal terkait arus globalisasi dan
kemajuan teknologi informasi di tingkat internasional semakin pesat. Isu terakhir
yang perlu mendapat perhatian adalah adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asia).
Adanya MEA memungkinkan orang-orang Asia turut bersaing dalam dunia kerja
di kawasan Negara Indonesia. Hal ini menjadi tantangan besar bagi generasi muda
untuk mampu bersaing dalam skala internasional.
Kenyataannya belum banyak generasi muda yang memiliki kesadaran untuk
terus berupaya memperbaiki kualitas diri. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
banyaknya kasus-kasus kenakalan remaja di Negara ini. Kasus bentrokan antar
pelajar, penggunaan narkoba di kalangan pelajar, hingga kasus pelecehan seksual
menjadi isu yang kerap kali terdengar di era saat ini. Sungguh ironis memang
apabila masalah seperti itu terus bermunculan sementara tantangan global semakin
berat untuk ditaklukkan. Oleh karena itu dunia pendidikan harus menjadi fokus
utama dalam memperbaiki kualitas generasi muda. Pendidikan mempunyai posisi
sentral, karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
terutama generasi muda. Pendidikan merupakan persiapan untuk kehidupan
pendewasaan, memindahkan fokus ketertarikan siswa untuk menangkap ide-ide
tentang apa yang mungkin diharapkan untuk dapat dilaksanakan di masa depan.
Pendidikan dipandang sebagai proses yang sangat bermanfaat dalam kehidupan
untuk mengantispasi terjadinya suatu perubahan dari tiap zaman. Salah satu
pendidikan tersebut adalah pendidikan sains.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan antara lain dengan menyusun dan menyempurnakan kurikulum,
meningkatkan sarana dan prasarana belajar, loka karya, melaksanakan
penataran guru, memperbaiki berbagai metode pembelajaran dan memilih
pendekatan belajar serta menggunakan model pembelajaran sesuai dengan
konsep atau sub konsep yang disajikan. Salah satu upaya yang saat ini telah
gencar diterapkan terutama pada pembelajaran sains di SMP adalah Sains
terintegrasi. Yang dimaksud dengan Sains Terintegrasi adalah pembelajaran
sains dengan langkah awal memilih topik tertentu kemudian diintegrasikan ke
bidang sains yang lebih mengkhusus lagi. Pembelajaran seperti ini diyakini
dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran disekolah karena dari suatu topik
tertentu siswa dapat mempelajari beberapa bidang ilmu sekaligus.
Upaya tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga pendidik untuk
dapat mengintegrasikan suatu topik sehingga dapat mencakup bidang ilmu yang
lebih mengkusus. Tidak hanya sekedar mengintegrasikan namun tentunya perlu
menciptakan materi yang memang menarik sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa itu sendiri. Untuk menjawab tantangan tersebut pada
kesempatan ini penulis mencoba memaparkan suatu topik sederhana yang akan
diintegrasikan menjadi dua bidang ilmu yaitu Fisika dan Astronomi. Penulis
mengambil topik “Pergerakan Objek di Luar Angkasa”. Topik tersebut akan
dipaparkan secara merinci sehingga menemukan suatu keterkaitan antara
Hukum Newton tentang gerak dan gravitasi yang termasuk dalam bidang ilmu
fisika dengan kelakuan benda di bumi dan di luar angkasa yang termasuk dalam
bidang ilmu astronomi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana alur kelahiran astronomi modern?
2. Bagaimana penjelasan Hukum Newton tentang gerak?
3. Bagaimana penjelasan Hukum gravitasi universal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alur kelahiran astronomi modern
2. Untuk menjelaskan Hukum Newton tentang gerak
3. Untuk menjelaskan hukum gravitasi universal
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat membuka wawasan penulis terkait keterkaitan ilmu fisika dan
astronomi terutama dalam aspek Hukum Newton tentang gerak dan
gravitasi yang mampu memprediksi kelakuan objek di permukaan Bumi dan
di luar angkasa.
2. Bagi Pembaca
Pembaca diharapkan mampu memperoleh pengetahuan dalam
mengitegrasikan bidang ilmu fisika dan astronomi melalui keterkaitan
antara Hukum Newton tentang gerak dan gravitasi dengan kelakuan objek
di permukaan Bumi dan di luar angkasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelahiran Astronomi Modern


Perubahan langit, tidak pernah sama dari satu malam ke malam berikutnya.
Hidup dengan tampilan ini sepanjang waktu membuat nenek moyang kita melihat
suatu keteraturan dalam pergerakan bintang dan planet, sehingga mereka terus
berupaya menjalin pola-pola hampir di seluruh hidup mereka hingga masuk ke
dalam agama dan mitologi. Mereka belajar bahwa ketika matahari terbit di tempat
tertentu, itu adalah waktu untuk menanam tanaman karena musim semi akan segera
datang. Mereka juga belajar bahwa pada saat tertentu bulan purnama akan
menerangi daratan, yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan panen dan
berburu setelah matahari terbenam. Orang-orang ini, mengetahui bahwa perilaku
langit bukanlah permainan intelektual atau pendidikan, melainkan itu adalah bagian
penting dari kehidupan mereka. Dengan kondisi tersebut tidak mengherankan
bahwa kemudian astronomi dan studi tentang benda di langit adalah salah satu ilmu
pertama yang dikembangkan di dunia.
Mengandalkan pengamatan dan catatan dari keteraturan gerak bintang dan
planet, pengamat kuno langit kemungkinan merupakan manusia pertama yang
menerima banyak prinsip dasar dari ilmu. Salah satu buktinya adalah keberadaan
“Stonehenge”.

Gambar 2.1 Stonehenge yang Berada di Wilshire, Inggris

Stonehenge dibangun dalam jangka waktu yang panjang, dimulai pada


sekitar 2800 SM. Meskipun banyak legenda yang menyatakan asal mula
Stonehenge, arkeolog telah menunjukkan bahwa Stonehenge sesungguhnya
dibangun oleh sekelompok orang. Stonehenge, seperti banyak struktur serupa yang
tersebar di seluruh dunia, dibangun untuk menandai lorong waktu. Ini berfungsi
seperti kalender raksasa berdasarkan pergerakan benda di langit. Fungsi astronomi
yang paling terkenal dari Stonehenge adalah untuk menandai berlalunya musim.
Dalam masyarakat pertanian, harus tahu kapan saatnya untuk menanam tanaman
dan Stonehenge memberikan jawaban atas hal tersebut.
Membangun struktur seperti Stonehenge memerlukan akumulasi dari
banyak pengetahuan tentang langit, pengetahuan yang hanya bisa diperoleh melalui
pengamatan bertahun-tahun. Tanpa bahasa tertulis yang dimiliki saat itu, orang
harus menyampaikan informasi yang kompleks tentang gerakan matahari, bulan,
dan planet dari generasi ke generasi selanjutnya. Jika alam semesta tidak teratur dan
tidak dapat diprediksi, jika pengamatan berulang tidak dapat menunjukkan pola
yang terjadi secara berulang-uang, konsep seperti Stonehenge tidak mungkin ada.
Namun faktanya itu ada dan berdiri hampir 500 tahun, bukti kecerdikan manusia
untuk memprediksi prilaku alam semesta tempat kita hidup.
Berhadapan dengan monumen seperti Stonehenge, dengan ketepatan
orientasi dan proporsi yang apik, beberapa orang menolak untuk menerima gagasan
bahwa itu bisa dibangun dengan kecerdikan dan kerja keras masyarakat kuno.
Sebaliknya, mereka membangkitkan beberapa intervensi dari luar, sering dalam
bentuk pengunjung dari planet lain yang karyanya bertahan berupa monument
sampai hari ini. Banyak monumen kuno, termasuk piramida Mesir, kuil Maya di
Amerika Tengah, dan patung-patung raksasa Pulau Paskah, apakah ini berasal dari
alien misterius?
Dugaan tersebut tidak meyakinkan kecuali anda adalah orang pertama yang
menunjukkan bahwa pembangunan monumen di luar kemampuan masyarakat adat
terdahulu. Arkeolog menunjukkan bahwa Stonehenge adalah sesuatu yang mungkin
untuk dibuat. Secara matematis, batu terbesar Stonehenge sekitar 10 meter (lebih
dari 30 kaki) panjangnya, beratnya sekitar 50 metrik ton (50.000 kilogram, atau
sekitar 100.000 pound) dan harus dipindahkan melalui darat sekitar 30 kilometer
(20 mil) dari suatu tambang ke utara. Bisakah balok besar ini dipindahkan oleh
orang-orang primitif, hanya dilengkapi dengan kayu dan tali?
Ketika Stonehenge sedang dibangun, diperkirakan salju sering turun di
Inggris selatan, sehingga batu bisa saja ditarik bmenggunakan kereta luncur. Satu
orang dapat dengan mudah mengangkut 100 kilogram pada kereta luncur (pikirkan
menarik beberapa teman). Berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk
mengangkut batu 50.000 kilogram?
50.000 : 100 kg (yang mampu ditarik satu orang) = 500 orang
Mengorganisir 500 orang untuk pekerjaan itu akan menjadi penghaargaan sosial
yang utama, tapi tidak ada yang tidak mungkin secara fisik tentang hal itu.
Monument Stonehenge merupakan salah satu karya astronom kuno yang
mengandalkan metode observasi dalam menentukan pergerakan benda langit.
Metode observasi yang digunakan sejak dahulu merupakan cikal bakal
terbentuknya astronomi modern. Bahkan metode observasi tersebut masih
diterapkan dalam dunia asrtronomi saat ini.
Seiring dengan perubahan jaman manusia terus berupaya untuk
mengungkap misteri pergerakan benda langit. Dengan berlandaskan rasa
keingintahuan manusia terus berupaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di
bidang astronomi. Keingintahuan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu,
adanya ketidakpuasan dengan teori sebelumnya, adanya keionginan untuk
mengembangkan kualitas diri, tanggung jawab keilmuan, dan tanggung jawab
sosial. Kelahiran astronomi modern diawali dengan dua kerangka berpikir tentang
alam dari Ptolomeus dan Copernicus yang dikenal dengan sistem Geosentris dan
Heliosentris.
1. Geosentris
Claudius Ptolomeus (100-178 M) di Alexandria memperkenalkan
geocentric system yang menyatakan bahwa bumi sebagai pusat tata surya.
Geocentric system dari Ptolomeus dimana setiap planet bergerak dalam lingkaran
kecil atau episiklik dan pusat peredarannya adalah bumi. Beberapa abad
sebelumnya teori ini sudah dikemukakan namun Ptolomeus mampu menunjukkan
suatu perbaikan. Beliau mampu memperhatikan pergerakan planet-planet di langit
dengan jelas dan variasi jarak planet dari bumi
Gambar 2.2 Sistem Geosentris

2. Heliosentris
Nicolaus Copernicus (1473-1543), mempertanyakan asumsi dari
Ptolomeus, Copernicus menyatakan bahwa bumi dan anggota tata surya yang lain
beredar mengelilingi matahari, dan bumi berputar pada porosnya. Teori atau asumsi
Nicolaus Copernicus dituangkan dalam sebuah bukunya yang berjudul De
Revolutionibus Orbium Coelestium (mengenal revolusi orbit langit) pada tahun
1543. Teori yang beranggapan bahwa matahari sebagai pusat tata surya disebut
heliosentris. Helios berasal dari bahasa Yunani yang berarti matahari.

` Gambar 2.3 Sistem Heliosentris


Terinspirasi oleh teori Heliosentris dari Copernicus pada tahun 1609
Johannes Kepler menemukan rumusan gerak planet mengitari matahari dan
merangkumnya ke dalam hukum Kepler.
1. Hukum Kepler I
Hukum Kepler I menyatakan bahwa”Planet bergerak dalam bidang datar
berbentuk ellips dengan matahari berada pada salah satu titik fokus tersebut. Ini
menunjukkan bahwa kedudukan planet terhadap matahari jaraknya selalu berubah.
Titik terjauh dari matahari disebut aphelium dan titik terdekatnya disebut
perihelium.

Gambar 2.4 Gerak Planet Berbentuk Elips dalam Bidang Datar

2. Hukum Kepler II
Dalam selang waktu yang sama (  t ), vektor jari-jari ke matahari (R) menyapu
luas daerah yang sama (A). Karena vektor jejari r ini selalu berubah besarnya
sedangkan luasnya daerah A sama, berarti panjang busur s juga selalu berubah.
Ini berarti untuk selang waktu yang sama  t , panjang lintasan selalu berubah yang
berarti kecepatan dari planet tiap saat di setiap titik tidak sama. Planet mencapai
kecepatan terbesar saat di perihelium dan kecepatan terkecil saat di aphelium.

Gambar 2.5 Planet Menyapu Luas daerah yang Sama dalam Selang Waktu
Sama
3. Hukum Kepler III
“Bila waktu edar planet mengelilingi matahari T dan jarak setengah sumbu
T2
panjang elips R, maka : 3  C (konstan) ”. C adalah konstanta yang harganya
R
sama untuk semua planet. Terdapat keberaturan pada gerak planet mengelilingi
matahari, yaitu:
 Orbit planet eksentrisitanya ( kelengkungan orbitnya ) kecil, dan yang terbesar
pada planet Pluto dengan eksentrisitas e = 0,249.
 Orbit semua planet hampir terletak dalam satu bidang.
 Semua planet bergerak mengitari matahari dalam arah yang sama dari barat ke
timur.

2.2 Hukum Newton tentang Gerak


Sebelum membahas mengenai hukum gerak Newton, mari kita tinjau
terlebih dahulu alur perkembangan ilmu sehingga Newton berhasil mengemukakan
ketiga Hukum Newton. Perkembangan diawali oleh kelahiran mekanika klasik
yang bermulai dari teori Galileo Galilei. Sebagai seorang matematikawan, ayahnya
berharap Galileo menjadi seorang dokter gaji dokter sangat besar dibandingkan
dengan matematikawan. Mengikuti kehendak ayahnya, Galileo masuk jurusan
kedokteran, Universitas Pisa. Karena merasa bosan dengan ilmu kedokteran,
Galileo mempelajari matematika pada seorang guru di istana Tuscana, yakni Ostillo
Ricci. Ketika berusia 21 tahun, Galileo berhenti kuliah karena kekurangan biaya.
Ketika keluar, ia ditawarkan untuk mengajar matematika pada Universitas Pisa.
Selanjutnya, Galileo pindah ke Universitas Padua tahun 1592 untuk mengajar
astronomi, geometri dan mekanika sampai tahun 1960. Pada massa ini ia
menghasilkan beberapa penemuan penting.
Sumbangan penting Galileo berkaitan dengan bidang mekanika. Penemuan
Galileo lainnya adalah Hukum Kelembaman. Penemuan Galileo yang terkenal
lainnya adalah pada bidang astronomi. Galileo menyempurnakan teleskop dan
menjadi orang pertama yang mengamati langit menggunakan teleskop. Sekitar
tahun 1609, Galileo menyatakan bahwa gagasan Copernicus benar. Karena
mendukung gagasan Copernicus, maka pihak gereja katolik mengecam gagasan
Galileo mengenai pergerakan bumi dan melarangnya mendukung gagasan
copernicus.
Sumbangan yang sangat penting dari Galileo bagi perkembangan ilmu
pengetahuan adalah metodologi ilmu pengetahuan. Galileo menetapkan fenomena
dan melakukan pengamatan secara kuantitatif. Salah satu fenomena yang diamati
adalah terkait gerak benda jatuh. Galileo mampu merealisasikan fenomena tersebut
dalam bentuk kuantitatif sehingga menghasilkan perumusan universal. Penetapan
yang cermat terhadap perhitungan secara kuantitatif sejak saat itu menjadi dasar
penyelidikan ilmu pengetahuan hingga saat ini.
Untuk meletakkan dasar untuk memahami studi Galileo tentang benda
bergerak, kita harus mulai dengan tepat definisi dari kelajuan, kecepatan, dan
percepatan.

2.2.1 Laju, Kecepatan, dan Percepatan


Terlebih dahulu kita pahami perbedaan kelajuan dan kecepatan. Kelajuan
termasuk besaran skalar (besaran skalar = besaran yang hanya mempunyai besar
saja). Untuk menyatakan laju atau kecepatan suatu benda, kita tidak membutuhkan
arah. Sebaliknya, kecepatan termasuk besaran vektor (besaran vektor = besaran
yang mempunyai besar dan arah). Ketika menyatakan kecepatan, kita perlu
menyertakan besar dan arah.
Sebagai contoh, spidometer sebuah sepeda motor yang sedang bergerak dan
menyatakan bahwa sepeda motor sedang bergerak 40 km/jam, maka yang
dimaksudkan di situ adalah kelajuan sepeda motor tersebut. Sedangkan kecepatan
memiliki besar dan arah sehingga disebut besaran vektor. Misalkan sepeda motor
sedang bergerak 40 km/jam ke timur, maka yang dimaksudkan di situ adalah
kecepatan sepeda motor tersebut. Besarnya kecepatan sesaat = kelajuan sesaat pada
waktu sesaat. Dalam selang waktu relatif lama, dan arah gerakan mengalami
perubahan disini dikatakan bahwa kelajuan rata-rata berbeda dengan kecepatan
rata-rata. Jika gerakan hanya terjadi sepanjang garis lurus, maka besarnya
kecepatan sama dengan kelajuan.
Alat untuk mengukur kelajuan adalah spidometer. Alat untuk mengukur
kecepatan benda disebut velocimeter. Velocimeter merupakan spidometer jenis
linier yang memiliki skala bergerak dari angka negatif hingga positif.
Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan
total dengan selang waktu total selama terjadi perpindahan. Misalnya anda jalan-
jalan menggunakan sepeda motor kesayangan anda. Dari rumah, anda mengendarai
motor kea rah timur sejauh 20 km, lalu kembali lagi kea rah barat sejauh 10 km.
jika lama perjalanan = 1 jam, maka untuk membantu menentukan kecepatan rata-
rata alangkah baiknya jika perjalanan di atas digambarkan dalam sumbu koordinat
seperti di bawah ini.

Gambar 2.6 Pergerakan Sepeda Motor

Perpindahan termasuk besaran vektor, karenanya arah turut mempengaruhi nilai


perpindahan. Dalam sumbu koordinat, perpindahan bernilai positif jika arahnya
menuju sumbu x positif (arah timur) dan sumbu y positif (arah utara). Perpindahan
bernilai negatif jika arahnya menuji sumbu x negatif (arah barat) atau sumbu y
negatif (arah selatan).
Besar kecepatan rata-rata = besar perpindahan/ waktu tempuh
Besar kecepatan rata-rata = (20 km-10 km) / 1 jam = 10 km/1 jam = 10 km/jam
Karena kecepatan rata-rata merupakan besaran vektor mka arah dan kecepatan rata-
rata juga harus di jelaskan. Dalam gambar di atas, vektor kecepatan rata-rata
diwakili oleh garis berwarna biru. Arah kecepatan rata-rata = arah perpindahan,
yakni ke timur. Secara matematis kecepatan rata-rata dirumuskan sebagai berikut.
x x B  x A
v 
t tB  t A

Keterangan : v = kecepatan rata-rata (m/s)


Δx = besar perpindahan (m)
Δt = waktu tempuh (s)

Kecepatan Sesaat
Ketika menyebutkan kata kecepatan yang kita maksud sebenarnya adalah
kecepatan sesaat. Kecepatan Sesaat merupakan perbandingan yang sangat kecil
dalam selang waktu yang sangat singkat. Kecepatan sesaat pada waktu kapanpun
adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu sangat kecil. Dalam hal ini,
kecepatan sesaat sebagai kecepatan rata-rata pada limit Δt yang menjadi sangat
kecil, mendekati nol.
Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai berikut :

∆𝑥
𝑣 = lim ( )
∆𝑡→0 ∆𝑡

Kelajuan Rata-Rata
Kelajuan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara jarak total yang
ditempuh dengan selang waktu untuk menempuhnya.

s s B  s A
v 
t t B  t A

Keterangan : v = kecepatan rata-rata (m/s)


Δs = jarak total yang ditempuh (m)
Δt = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (s)

Kelajuan Sesaat
Ketika menyebutkan kelajuan yang kita maksud sebenarnya kelajuan sesaat.
Kelajuan atau kelajuan sesaat merupakan perbandingan antara jarak yang sangat
kecil dengan selang waktu yang sangat singkat. Dengan kata lain, kelajuan sesaat
merupakan jarak yang sangat kecil yang ditempuh selama selang waktu yang sangat
kecil.
∆𝑠
𝑣 = lim ( )
∆𝑡→0 ∆𝑡

Agar lebih memahami perbedaan antara kelajuan sesaat dan kelajuan rata-rata kita
ilustrasikan misalnya, anda berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor.
Antara rumah dan sekolah memiliki jarak 20 km. ketika mengendarai sepeda motor
dari rumah ke sekolah, anda membuuhkan waktu 1 jam. Untuk contoh ini, kelajuan
rata-rata sepeda motor adalah 20 km/1 jam = 20 km/jam. Ini berarti secara rata-rata
anda menempuh jarak 20 km setiap jam. Ini hanya kelajuan rata-rata saja. Tidak
mungkin dari rumah sampai sekolah kelajuan anda selalu 20 km/jam. Ketika
bertemu kendaraan lain di jalan pasti anda akan mempelambat sepeda motor, ketika
tiba lampu merah anda akan berhenti, ketika jalan sepi anda kebut-kebutan. Jadi 20
km/jam hanya kelajuan rata-rata saja. Lalu untuk kelajuan sesaat anda berapa? Itu
tergantung saatnya kapan. Lebih tepatnya bisa anda amati pada speedometer sepeda
motor anda. Speedometer mencatat kelajuan setiap saat. Kadang-kadang jarum
speedometer naik, kadang-kadang turun. Kelajuan sesaat anda selalu berubah setiap
saat.

Percepatan
Perubahan kecepatan yang terjadi selama selang waktu tertentu bersifat tetap.
Perubahan kecepatan persatuan waktu disebut percepatan. Dengan kata lain,
percepatan menyatakan seberapa cepat perubahan kecepatan sebuah benda.

v
a
t

Percepatan Rata-Rata
Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perubahan kecepatan
(v) dengan selang waktu (t) yang diperlukan untuk terjadinya perubahan
kecepatan tersebut.
v
a
t

Percepatan Sesaat
Percepatan Sesaat didefinisikan sebagai analogi terhadap kecepatan sesaat
dalam suatu saat atau waktu.

∆𝑣
𝑎 = lim ( )
∆𝑡→0 ∆𝑡

2.2.1 Hukum Newton


1. Hukum I Newton
Hukum I newton tentang gerak merupakan kesimpulan dari pengamatan-
pengamatan Sir Isaac Newton pada benda-benda yang mengalami gaya seimbang
atau resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Rumusan Hukum I Newton:
“Dalam kerangka inersial, setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan jika resultan gaya yang bekerja padanya adalah nol.”
Kerangka inersial adalah suatu kerangka acuan yang tidak dipercepat.
Kerangka inersial dapat berupa kerangka diam atau kerangka yang bergerak
beraturan dengan kecepatan tetap. Dari definisi di atas ternyata hukum-hukum
Newton tidak akan berlaku dalam kerangka yang tidak inersial. Sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya semula, yaitu diam atau bergerak lurus
beraturan, disebut sifat inersia. Jadi inersia adalah sifat benda yang menyatakan
hambatannya terhadap perubahan gerak. Kata inersia sering diterjemahkan sebagai
kelembaman, yaitu kecenderungan untuk tidak mudah berubah (gerak atau
kecepatannya).
2. Hukum II Newton
Hukum Kedua menyatakan sebuah benda dengan massa “m” mengalami
gaya resultan sebesar “F” akan mengalami percepatan “a” yang arahnya sama
dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap “F” dan berbanding
terbalik terhadap “m” atau “F = m.a”. Bisa juga diartikan resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda
tersebut terhadap waktu.
Bila suatu gaya total diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan
lajunya bertambah atau jika gaya total tersebut memiliki arah yang berlawanan
dengan gerak, gaya tesebut akan memperkecil benda tersebut akan memperkecil
laju bendaitu. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda
yang bergerak, maka arah kecepatanya akan berubah ( mungkin besarnya juga). Jadi
dapat kita katakana gaya total menyebabkan percepatan.
Dari permasalahan tersebut di tunjukan hasil eksperimen. Misalkan benda
yang pada permukaan yang licin,benda di letakan diatas lantai licin dan di kenai
gaya untuk mengetahui percepatannya. Pengaruh gaya F pada percepatan a untuk
massa m konstan adalah

Gambar 2.7 Ilustrasi Pengaruh Gaya (F) terhadap Benda dengan Massa (m)

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa gaya untuk tiap satuan massa adalah
sebanding dengan percepatan yang dihasilkannya. Ungkapan ini pertama kali
dinyatakan oleh Newton dalam hukumnya yang kedua, yang secara lengkap
menyatakan bahwa,
“percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda
besarnya berbanding lurus dengan gaya tersebut, searah dengan gaya tersebut,
dan berbanding terbalik dengan massanya.”
Jadi dapat dituliskan
F
 a atau F  Cma
m

dengan C adalah suatu tetapan. Jika tarikan yang dilakukan pada sebuah benda
yang massanya 1 kg dan menghasilkan percepatan 1 m/s, maka besarnya tarikan itu
disebut 1 kg m/s. Dalam hal ini C = 1, sehingga persamaan menjadi
F  ma

Satuan kg m/s adalah satuan turunan dalam sistem satuan dinamik MKS, satuan
turunan tersebut selanjutnya disebut newton (N). Dalam sistem satuan dinamik cgs,
gaya dinyatakan dalam satuan gr cm/s atau dyne. Tentunya terdapat kaitan 1N = 105
dyne. Jika pada suatu benda bekerja lebih dari satu gaya maka persamaan harus
ditulis dalam bentuk

 F =ma

dengan  F adalah jumlah vektor semua gaya luar yang bekerja pada benda.
Beberapa yang perlu dicatat kembali terhadap perumusan berlaku untuk massa
benda tetap, tidak bergantung waktu, dan merupakan persamaan vektor.

3. Hukum III Newton.


Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan sebagai akibat saling
tindak antara dua benda. Bila benda A dikenai gaya oleh B, maka benda B akan
dikenai gaya oleh benda A. Pasangan gaya ini dikenal dengan pasangan aksi-reaksi.
Menurut hukum III Newton:
”Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut aksi dan yang
lain disebut reaksi, sedemikian sehingga aksi =  reaksi”
Faksi =  Freaksi
Untuk memahami pengertian gaya aksi-reaksi, coba Anda perhatikan gambar
berikut ini.

.
Gambar 2.8 Ilustrasi Seorang Anak sedang Mendorong Tembok
Pada gambar tersebut, sesorang mendorong dinding dengan gaya F. Apa
yang dirasakan oleh seseorang? Seseorang merasa bahwa tangannya didorong oleh
dinding dengan gaya F1. Gaya F1 disebut gaya reaksi karena gaya ini timbul setelah
F dikerjakan pada tembok. Jadi F adalah gaya yang dikerjakan seseorang pada
tembok dan F1 adalah gaya yang dikerjakan tembok pada seseorang. Newton
menjelaskan peristiwa ini dengan pernyataan: Jika benda A mengerjakan gaya pada
benda B (gaya aksi FAB), maka benda B akan mengerjakan gaya pada benda A (gaya
reaksi, FBA) Ini disebut Hukum III Newton.
Rumusan matematis ini merupakan persamaan karena selama mendorong,
tembok tidak bergerak atau sistem diam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan syarat-syarat gaya aksi reaksi yaitu:
1. arahnya berlawanan.
2. Besarnya sama (karena sistem diam).
3. Bekerja pada benda yang berbeda. (FAB pada tembok dan FBA pada seseorang
yang mendorong)

2.2.2 Penerapan Hukum Newton


Hukum-hukum newton dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan hukum newton.
Penerapan pada Hukum I Newton
Pada saat anda berkendara di jalan raya dengan kecepatan tinggi dan tiba-
tiba seekor kucing melintas di depan anda, seketika itu juga anda akan mengerem
sehingga badan anda terdorong ke depan. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?
Saat kita mengerem mendadak badan kita terdorong ke depan. Hal ini
disebabkan karena kecendrungan tubuh kita yang tadinya diam ingin tetap diam.
Dimana pada saat itu tubuh kita mempertahankan posisi semula yang diam agar
tetap diam.
Penerapan pada Hukum II Newton
Pada suatu saat Anda terpaksa harus mendorong mobil. Apa yang terjadi
jika Anda mendorong sendirian? Bagaimana halnya jika yang mendorong menjadi
dua atau tiga orang? Adakah perbedaan mendorong mobil dalam keadaan penuh
muatan dengan mobil yang kosong?
Kita akan merasa kesulitan jika kita mendorong mobil sendirian
dibandingkan jika kita mendorong mobil dengan beramai-ramai. Begitu pula jika
kita mendorong mobil dengan muatan yang penuh akan lebih susah dibandingkan
dengan mendorong mobil yang muatannya sedikit. Hal ini terbukti dari bunyi
hukum II newton yaitu percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada
sebuah benda besarnya berbanding lurus dengan gaya tersebut, searah dengan
gaya tersebut, dan berbanding terbalik dengan massanya.
Penerapan pada Hukum III Newton
Mengapa buku yang diletakkan diatas meja tidak terjatuh?

N
Buku

Meja

W=mg W'

Gambar 2.9 Gaya yang Bekerja pada Buku yang Diletakkan di Atas Meja

Karena buku mempuyai massa, maka buku mengalami gaya berat W = mg.
karena gaya berat inilah buku memberikan gaya pada meja sebesar W'(titik tangkap
pada meja) yang besarnya sama dengan W. W' merupakan gaya aksi, karena
menurut Hukum III Newton meja akan memberikan gaya reaksi N (titik tangkap
pada benda) yang besarnya sama dengan W' dan arahnya berlawanan dengan buku.
Karena gaya aksi dan gaya reaksi membentuk keseimbangan pada buku sehingga
buku diatas meja tidak terjatuh.

2.2.2 Gravitasi Universal


Jika malam telah tiba,
perhatikanlah bulan di langit! Apakah
bulan dalam keadaan diam saja?
Apakah bulan jatuh ke bumi?
Mengapa? Perhatikan pula situasi
sebuah pohon di sekitar ? Apakah ada
daun pada pohon yang jatuh di bawah
Gambar 2.10 Bulan Terlihat dari
pohon ? Mengapa daun yang massanya Bumi
ringan dapat jatuh ke permukaan bumi, sedang bulan yang massanya jauh lebih
besar dibandingkan selembar daun tidak jatuh ke bumi ?

Permasalahan di atas telah dikaji oleh Sir


Isaac Newton pada abad 16 masehi. Newton
mengemukakan, bahwa ternyata ada suatu ”gaya pada
suatu jarak” yang memungkinkan dua benda atau
lebih untuk berinteraksi. Istilah tersebut oleh Michael
Faraday, pada abad 18 diubah menjadi istilah
”medan”. Adapun pengertian medan adalah tempat di
sekitar suatu besaran fisis yang masih dipengaruhi
Gambar 2.11 Sir Isaac
Newton oleh besaran tersebut dalam suatu entitas tertentu.
Sebagai contoh, gaya gravitasi akan bekerja pada massa suatu benda yang masih
berada dalam medan gravitasi suatu benda atau planet. Jika medan gravitasi sudah
dapat diabaikan, maka sebuah massa yang berada di sekitar besaran benda tersebut
tidak dapat dipengaruhi. Dengan demikian, dapatlah kamu pahami, mengapa daun
yang massanya lebih kecil dibanding bulan yang massanya jauh lebih besar dapat
ditarik bumi.
Dalam penelitiannya, Newton menyimpulkan, bahwa gaya gravitasi atau
gaya tarik-menarik dapat berlaku secara universal dan sebanding oleh massa
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda,
dan dirumuskan:

r
Gambar 2.12 Diagram
gravitasi antara dua buah
benda yang terpisah sejauh r

m1.m2
F=G
r2
F = gaya tarik-menarik antara kedua benda (N)
m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
r = jarak antara kedua pusat benda (m)
G = tetapan gravitasi universal
Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, Newton telah
melakukan perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan
bumi pada bulan sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-
benda di permukaan bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan
gravitasi di bumi adalah 9,8 m/s2. Jika gaya gravitasi bumi mempercepat benda di
bumi dengan percepatan 9,8 m/s2, berapakah percepatan di bulan ? karena bulan
bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan hampir beraturan), maka
percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal
Gerak melingkar beraturan.

Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar


384.000 km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran)
adalah 27,3 hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah

Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil
dibandingkan dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di
permukaan bumi. Bulan berjarak 384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi
ini sama dengan 60 kali jari-jari bumi (jari-jari bumi = 6380 km). Jika jarak bulan
dari bumi (60 kali jari-jari bumi) dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan 3600
(60 x 60 = 602 = 3600). Angka 3600 yang diperoleh dengan mengkuadratkan 60
hasilnya sama dengan Percepatan bulan terhadap bumi, sebagaimana hasil yang
diperoleh melalui perhitungan.
Berdasarkan perhitungan ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya
gravitasi yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap
kuadrat jaraknya (r) dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut
:

Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga
bergantung pada massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada
gaya aksi maka ada gaya reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya
gravitasi kepada benda lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang
sama besar tetapi berlawanan arah terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan
reaksi sama, maka besar gaya gravitasi juga harus sebanding dengan massa dua
benda yang berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, Newton menyatakan hubungan
antara massa dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sebagai berikut

MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat
bumi dan pusat benda lain.
Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya gravitasi
dengan massa dan jarak, Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan
gerakan planet yang selalu berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Newton
menyatakan bahwa jika planet-planet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada
gaya gravitasi yang bekerja antara matahari dan planet serta gaya gravitasi antara
planet, sehingga benda langit tersebut tetap berada pada orbitnya masing-masing.
Luar biasa pemikiran Newton ini. Tidak puas dengan penalarannya di atas, ia
menyatakan bahwa jika gaya gravitasi bekerja antara bumi dan benda-benda di
permukaan bumi, serta antara matahari dan planet-planet maka mengapa gaya
gravitasi tidak bekerja pada semua benda ?
Akhirnya, untuk menjawab hal tersebut Newton pun mencetuskan Hukum
Gravitasi Universal dan mengumumkannya pada tahun 1687, hukum yang sangat
terkenal dan berlaku baik di indonesia, amerika atau afrika bahkan di seluruh
penjuru alam semesta. Hukum gravitasi Universal itu berbunyi demikian :
Semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya
sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara benda-benda tersebut.
Secara matematis, besar gaya gravitasi antara partikel dapat ditulis

Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah massa
kedua partikel, r adalah jarak antara kedua partikel.
Gaya total yang dimaksud di sini tidak sama dengan gaya total pada Hukum
II Newton. Hukum gravitasi berbeda dengan Hukum II Newton. Hukum Gravitasi
menjelaskan gaya gravitasi dan besarnya yang selalu berbeda tergantung dari jarak
dan massa benda yang terlibat. Hukum II Newton menghubungkan gaya total yang
bekerja pada sebuah benda dengan massa dan percepatan benda tersebut.

Gambar 2.13 Neraca Cavendish

Saat itu Newton belum dapat mendefinisikan besar dari G. Nilai G tidak dapat
diperoleh dari teori, namun harus melalui eksperimen. Orang yang pertama kali
melakukan eksperimen untuk menentukan nilai G adalah Henry Cavendish, dengan
menggunakan neraca torsi. Neraca seperti ini kemudian disebut neraca Cavendish.
Bola dengan massa yang berbeda, yaitu m dan M yang dapat bergerak bebas pada
poros, akan tarik menarik, sehingga akan memuntir serat kuarsa, sehingga cahaya
yang memantul pada cermin pun akan bergeser pada skala. Dengan mengkonversi
skala, dan memperhatikan jarak m dan M serta massa m dan M, maka Cavendish
menetapkan nilai G sebesar 6,754 x 10-11 N.m2/kg2. Nilai ini kemudian kini dengan
perlengkapan yang lebih canggih disempurnakan, sehingga diperoleh nilai:
G = 6,672 x 10-11 N.m2/kg2.
Gaya gravitasi merupakan besaran vektor, sehingga bila suatu benda
mengalami gaya tarik gravitasi dari lebih satu benda sumber gravitasi, maka teknik
mencari resultannya dipergunakan teknik pencarian resultan vektor. Misalnya dua
buah gaya F1 dan F2 yang membentuk sudut , resultan gayanya dapat ditentukan
berdasarkan persamaan :
BAB II
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Munculnya astronomi modern diawali dari pengamatan yang telah
dilakukan astronom kuna untuk mencari pola dari pergerakan bintang dan
planet. Metode pengamatan yang dilakukan menjadi cikal bakal terlahirnya
teori-teori mengenai pergerakan planet
2. Hukum Newton menganalisis gerak benda yang diakibatkan oleh adanya
gaya yang bekerja. Newton mencetuskan 3 hukum mengenai gerak. Hukum
pertama menyatakan bahwa “dalam kerangka inersial, setiap benda akan
tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan jika resultan gaya
yang bekerja padanya adalah nol”. Hukum kedua Newton menyatakan
bahwa percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah
benda besarnya berbanding lurus dengan gaya tersebut, searah dengan gaya
tersebut, dan berbanding terbalik dengan massanya. Hukum ketiga Newton
mengungkap bahwa Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang
satu disebut aksi dan yang lain disebut reaksi, sedemikian sehingga aksi =
 reaksi.
3. Hukum gravitasi universal mengungkapkan bahwa semua benda di alam
semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding dengan hasil kali
massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara benda-benda tersebut. Newton mengemukakan, bahwa ternyata ada
suatu gaya pada suatu jarak yang memungkinkan dua benda atau lebih untuk
berinteraksi. Gaya gravitasi akan bekerja pada massa suatu benda yang
masih berada dalam medan gravitasi suatu benda atau planet.

3.2 Saran
Untuk pembuatan makalah selanjutnya diharapkan mampu mengupas topik
pergerakan planet ke dalam bidang ilmu lainnya seperti Kimia, Biologi, Teknologi,
Sains Kebumian, dll. Integrasi ke dalam lebih banyak cabang ilmu akan membuat
pembelajaran lebih efektif untuk dipelajari, karena dalam satu topik bisa dibahas
beberap cabang ilmu.

Anda mungkin juga menyukai