Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM EVOLUSI

KUNJUNGAN STUDI KE MUSEUM GEOTEKNOLOGI MINERAL


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA

Kelompok 5 :

Retna Munawati (17308141030)

Muhammad Fajar Badrudin (17308141032)

Heni Febriani (17308141035)

Amay Istikomah (17308141036)

Ananda Bela Yustisia (17308141038)

Salma Rosyadah (17308141040)

Lenny Mega Permatasari (17308141052)

Biologi F
2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul : Studi Lapangan Evolusi Museum Geoteknologi Mineral UPN


B. Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi secara menyeluruh,
mencakup asal mula terbentuknya, komposisi, struktur, sejarah (termasuk
perkembangan kehidupan) dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung
di bumi sampai sekarang ini.
Musem Geoteknologi Mineral berada di UPN “Veteran” Yogyakarta.
Museum ini merupakan tempat untuk pendidikan, pengajaran, riset dan
pengembangan, serta pegabdian kepada masyarakat publik dibidang sumber daya
manusia. museum geoteknologi mineral UPN menyediakann representati bukti-bukti
keberadaan alam semesta, planet bumi dan juga potensi sumber daya mineral di
wilayah baik yang tersingkap maupun terpendam di bawah permukaan
Pada museum geoteknologi mineral, pengunjung dapat menyaksikan
visualisasi sejarah terjadinya bumi, batuan mineral penyusunnya, fosil, dan berbagai
jejak kehidupan jutaan tahun silam.  Berbagai alat peraga yang berkaitan dengan
geologi, maket anjungan pengeboran minyak lepas pantai, beserta berbagai contoh
minyak mentah maupun minyak olahan
Berdasaarkan latar belakang tersebut, untuk mempelajari dan mendalami ilmu
geologi, serta hubungan antara evolusi geologi dan evolusi biologi maka diperlukan
berbagai sarana dan prasarana penunjang dalam mempelajarinya, salah satunya yaitu
museum Geoteknologi UPN“Veteran” Yogyakarta

C. Tujuan
1. Mengetahui proses terbentuknya lempeng bumi
2. Mengetahui hukum-hukum geologi tentang lapisan batuan
3. Mengetahui proses fosilisasi makhluk hidup
4. Mengetahui hubungan antara evolusi geologi dengan evolusi biologi
5. Mengetahui macam-macam fosil (replika) yang ada di museum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Museum Geoteknologi Mineral UPN

Gagasan untuk membangun Museum Geoteknologi Mineral (MGTM) ini diprakarsai


oleh Prof. Drs. H. R Bambang Soeroto, sebagai Rektor pertama UPN “Veteran”.Pada
waktu itu, beliau mengajak beberapa dosen dan ahli mengenai sumber daya alam atas
nama pendidikan, antara lain: Prof. Dr. S. Sartono (Alm.), Dr. M. Oentung, Dr. Ir. C.
Danisworo, MSc; Ir. Helmi Murwanto, dan Ir. F Suhartono mulai mengumpulkan koleksi
batuan dan fosil.
Selanjutnya, Museum Geoteknologi Mineral diberi wewenang oleh Menteri
Angkatan Darat Indonesia Pertahanan dan Keamanan, Jendral Poniman pada tanggal 27
Februari 1988 berupa penandatanganan prasasti yang diletakkan di depan MGTM, di
Kampus II UPN “Veteran” Jl Babarsari No. 2 Yogyakarta 55281.
B. Kolesksi Museum Geoteknologi Mineral UPN
1. Mineral / Minerals
2. Kristal dan Batumulia / CrystalsandGemstones
3. Batuan (Beku, Sedimen, Metamorf) dan Foto Petrografik / Rock (Igneous,
Sedimentary and Metamorphic) and petrographic description of rocks.
4. Bahan Galian Ekonomis / Economic Minerals
5. Fosil (Invertebrata dan Vertebrata) / Fossils (Invertebrates and Vertebrates)
6. Gambaran Jagad Raya Semesta, Tata Surya dan Meteorit / Tektite / Features
of the Universe, Solar Systemand Meteorites / Tectites
7. Bumi dan Dinamika Lempeng Tektonik / Dynamics ofthe Earthand Plate
Tectonics
8. Maket-maket: Geologi Permukaan, Gunung Merapi, Geologi Sangiran,
dll./ Mackets: Surface Geologic Maps, Mount Merapi-DIY, Geology of
Karangsambung, Bayat and Sangiran, etc.
9. Peralatan Pertambangan dan Alat Pertambangan / Mining Equipments and
mineral processing : separator and smeltering Equipmentandopen and underground
mining.
10. Teknik Perminyakan : Pengeboran Lepas Pantai / Petroleum Engineering :
Onshore and Offshore Drilling.
11. Peta-peta dan Panel Geoteknologi Mineral / The maps and panels of Mineral
Geotechnology
12. Patung Vertebrata dan Artefak / Fossils of Vertebrates and Artifacts.
13. Contoh Minyak Bumi / Crude oil Samples.
14. Sekuen Monolit Tanah / Sequences Soil of Monolith.
15. CD Film : Pertambangan Batubara, Timah, Kegiatan Eksploitasi, PT Freeport
Indonesia, PT Pertamina, Homo erectus / Coal Mining, Tin, Hydrocarbon
Exploitation, Plate tectonics, PT Freeport Indonesia, PT Pertamina, Homo
erectus, etc.
BAB III

METODE

A. Waktu dan tempat


Dilaksanakan pada Kamis, 12 Maret 2020 di Museum Geoteknologi dan
Mineralogi UPN.
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi alat tulis serta alat dokumentasi.
C. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mencatat informasi yang disampaikan pemateri sambil melakukan
pengamatan.
3. Melakukan pengamatan terhadap berbagai macam fosil yang ada di museum
serta mendokumentasikannya.
4. Mencari informasi pelengkap dengan melakukan studi literatur terhadap
bidang kajian serupa.
5. Menyusun laporan praktikum sesuai kaidah yang ditentukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Proses Terbentuknya Bumi


a. Teori Kabut Nebula
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang
begitu pekat dan besar. Kemudian kabut tersebut berputar dan berpilin dengan
kuat. Akibat perputaran itu, materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan
terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit
yang tetap dan membentuk susunan keluarga matahari. Pada saat yang
bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari
matahari yang disebut sebagai planet dan bergerak mengelilingi matahari.
Pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari.
b. Teori Planetisimal
Matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali. Pada suatu saat
melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari. Bintang
tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir terjadi tabrakan. Dekatnya
lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi. Karena pengaruh gaya
gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan
matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai
menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal.
Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
c. Teori Pasang Surut Gas
Saat sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan
matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung
gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan adanya gaya tarik
bintang tersebut. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar
biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari
massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu. Dalam lidah yang
panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah,
lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
d. Teori Teori Bintang Kembar
Galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang
meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak
meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan
ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang
yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan
bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
e. Teori Big Bang
Proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu.
Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke
luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu
saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang
kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih
kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk
suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian
membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke
luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan
yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
2. Hukum-hukum geologi tentang lapisan batuan
Dalam mempelajari geologi, terdapat beberapa hukum dasar yang digunakan untuk
menentukan umur relatif batuan sehingga dapat diperoleh informasi mengenai batuan mana
yang terbentuk terlebih dahulu atau batuan yang terbentuk terakhir. Adapun hukum dan
konsep geologi yang menjadi acuan dalam geologi antara lain adalah konsep tentang susunan,
aturan dan hubungan antar batuan dalam ruang dan waktu.

a. Hukum superposisi
Hukum Superposisi di kemukakan oleh Steno pada tahun 1669 yang berisi
“the lower is the older, the upper is the younger” Yang berarti Dalam suatu urutan
perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif
lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum
mengalami deformasi.
Contoh batuannya adalah saat pembentukan lapisan Batuserpih adalah lapisan
yang pertama kali terbentuk kemudian di ikuti oleh lapisan Batugamping,
Konglomerat, dan Batupasir. Sehingga dapat di simpulkan bahwa Serpih
merupakan lapisan tertua dan Batupasir merupakan lapisan termuda.
b. Hukum horizontal
Hukum horizontalitas dikemukakan oleh Steno pada tahun 1669. Hukum ini
menjelaskan bahwa Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau
perubahan, sedimen akan terendapkan secara horizontal. Sehingga jika dijumpai
batuan sedimen dengan kedudukan lapisan miring berarti batuan tersebut sudah
mengalami deformasi.
c. Hukum Continuity
Hukum Continuity di kemukakan oleh Nicolas Steno pada tahun 1669. Hukum
ini menyatakan bahwa Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
bersinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Lapisan
sedimen tidak mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan
lain dalam keadaan normal. Pada dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang
perlapisan, akan menerus walaupun tidak kasat mata.
d. Hukum Uniformitarianisme
Hukum Uniformitarianisme dikemukakan oleh James Hutton pada tahun 1785.
Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau
dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini.
Hukum ini dikenal dengan semboyan “PRESENT IS THE KEY TO THE PAST”
yang Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang
ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.
e. Hukum Faunal Succession
Hukum faunal Succession di kemukakan oleh Abble Giraud-Soulavie pada
tahun 1778. Hukum ini menunjukan bahwa pada setiap lapisan sedimen yang
berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara
sederhana bisa juga dikatakan bahwa Fosil yang berada pada lapisan bawah akan
berbeda dengan fosil di lapisan atasnya. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya
akan tertindih dengan fosil yang muncul sesudahnya, dengan kenampakan fisik
yang berbeda. Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi
dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.
f. Hukum Cross-cutting Relationship
Hukum faunal Succession di kemukakan oleh Abble Giraud-Soulavie pada
tahun 1778. Hukum ini menunjukan bahwa pada setiap lapisan sedimen yang
berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara
sederhana bisa juga dikatakan bahwa Fosil yang berada pada lapisan bawah akan
berbeda dengan fosil di lapisan atasnya. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya
akan tertindih dengan fosil yang muncul sesudahnya, dengan kenampakan fisik
yang berbeda. Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi
dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.
g. Hukum Law of Conclusion
Hukum ini menyatakan bahwa Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas
menembus kerak, menelan fragmen - fragmen besar disekitarnya yang tetap
sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang
terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk
setelah fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang mengandung
fragmen inklusi, lebih muda dari batuan lapisan batuan yang menghasilkan
fragmen tersebut.
h. Hukum Unconformity
1) Unconformity adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis
batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak
menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan.
Dalam geologi dikenal 3 (tiga) jenis ketidak selarasan yaitu
Paraconformity Adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang
ketidakselarasannya sejajar dengan perlapisan sedimen. Pada kasus ini
sangat sulit sekali melihat batas ketidakselarasannya karena tidak ada batas
bidang erosi. Cara yang digunakan untuk melihat keganjilan antara lapisan
tersebut adalah dengan melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen
memiliki umur yang berbeda dan fosil yang terkubur di dalamnya pasti
berbeda jenis.
2) Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan
antara satu lapisan sedimen dengan satu batuan sedimen lainnya yang
dibatasi oleh satu rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu
dimana tidak terjadi pengendapan)
3) Angular Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut) adalah salah satu jenis
ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok
batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki
hubungan/kontak yang membentuk sudut.
3. Proses fosilisasi makhluk hidup
Kata fosil berasal dari bahasa Latin, fossilis, yang secara harfiah berarti
“diperoleh dengan menggali”. Fosil itu sendiri merupakan sisa makhluk hidup
(hewan, tumbuhan, jamur, dan bahkan kehidupan uniseluler) yang membatu dan
terawetkan dalam lapisan-lapisan bebatuan tertentu setelah melalui proses yang amat
lama (puluhan ribu hingga miliaran tahun). Proses bagaimana makhluk hidup mampu
menjadi fosil dinamakan proses fosilisasi. Proses fosilisasi dimulai dengan
sedimentasi dari pasir dan endapan yang tererosi kemudian terbawa hingga ke sungai
menuju laut atau rawa. Kemudian bagian sedimen akan mengendap ke bagian dasar.
Sedimen akan menumpuk dan menekan endapan yang lebih tua untuk menjadi batu.
Ketika terdapat kehidupan di airatau organisme darat atau air yang telah mati maka
organisme tersebut akan terendapkan bersama-sama dengan sedimen. Setelah itu,
makhluk hidup akan terawetkan dan membentuk fosil selama beribu-ribu tahun. Fosil
dapat berupa tulang, gigi, kotoran, jejak kaki, cangkang, bulu, rambut, atau makhluk
hidup yang terawetkan dalam getah pohon yang terfosilisasi (amber).
Bukti paling meyakinkan tentang terjadinya evolusi adalah penemuan fosil
organisme yang sudah punah di lapisan-lapisan bumi yang berusia lebih tua. Sebagian
peninggalan biota yang pernah hidup dalam suatu kurun geologis pada masa lalu
tertanam sebagai fosil di lapisan batuan yang terbentuk pada kurun masa yang sama.
Tiap lapisan Bumi yang lebih tua mengandung leluhur biota yang jadi fosil di lapisan
yang berusia lebih muda. Fosil-fosil yang ditemukan di lapisan termuda seringkali
mirip dengan spesies yang masih hidup atau, dalam beberapa kasus, tak bisa
dibedakan dari spesies-spesies tersebut. Makin tua umur lapisan tempat ditemukan
suatu fosil yaitu, makin jauh pada masa lalu makin berbeda fosil tersebut dari
kerabatnya yang masih hidup. Darwin berpendapat bahwa memang demikianlah
seharusnya bila fauna dan flora dari lapisan yang lebih tua berevolusi secara bertahap
menjadi keturunan mereka di lapisan sesudahnya yang lebih muda.
Berdasarkan cara terbentuknya, fosil dapat dibedakan menjadi :
1) Permineralisasi, yaitu jenis yang paling umum. Fosil ini terbentuk ketika makhluk
hidup yang mati terkubur lapisan sedimen dan seluruh mineral di tulang,
cangkang, atau giginya digantikan dengan mineral lain di tanah, biasanya silika.
2) Pencetakan (cast / endocast) terbentuk umumnya pada hewan lunak. Fosil ini
terbentuk ketika tubuh hewan lunak yang terjebak di sedimen hancur, namun
permukaan tubuhnya terlanjur tercetak di sedimen sehingga terfosilisasi bersama
batuan.
3) Mineralisasi. Cara ini mirip dengan permineralisasi, hanya saja dalam kasus ini
hanya sebagian mineral dalam tubuh makhluk hidup yang tergantikan sebagian
lagi masih berada dalam bentuk aslinya, sehingga jenis fosil ini biasanya memiliki
tingkat detail yang paling tinggi.
4) Adpresi. Cara ini mirip dengan pencetakan, namun dalam kasus ini makhluk
hidup tersebut tidak hancur sehingga masih memiliki bentuk aslinya yang
terawetkan dalam bebatuan.
5) Amber, yaitu fosil yang terbentuk ketika getah pohon menetesi atau membungkus
hewan-hewan kecil, memerangkap hewan tersebut di dalamnya, dan ikut
memfosil. Getah pohon mampu mengawetkan kenampakan luar hewan di
dalamnya sehingga tampak seperti resin.
4. Hubungan antara evolusi geologi dan evolusi biologi
Evolusi biologi merupakan perubahan ciri/karakteristik suatu makhluk hidup
secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Evolusi didasarkan pada dua
mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan
sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang paling bermanfaat untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu
populasi begitupun sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang atau
akan hilang. Sementara itu, hanyutan genetik merupakan sebuah proses bebas yang
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi alel suatu populasi. Hanyutan genetik
dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu
bertahan hidup dan bereproduksi. Mekanisme evolusi ini secara perlahan
menyebabkan perubahan pada organisme dan puncaknya akan menghasilkan spesies
baru.
Evolusi geologi berkaitan dengan kondisi tanah pada setiap zaman yang berubah
seiring berjalannya waktu akibat aktivitas geologis. Evolusi ini meliputi perubahan
ketinggian tanah, stratigrafi, sedimentasi, perubahan iklim, dan lain sebagainya.
Hubungan antara evolusi geologi dan evolusi geografi adalah penemuan fosil
yang ada pada setiap formasi batuan. Sebagian besar fosil ditemukan dalam batuan
sedimen (batuan endapan) yang terbentuk dari pasir dan lumpur yang mengendap di
dasar laut, danau, atau rawa. Lapisan-lapisan endapan baru akan menutupi endapan
lapisan yang lebih tua dan menekan menjadi lapisan-lapisan batu yang saling
berhimpitan yang disebut strata (tunggal: stratum). Kemudian erosi mengikis lapisan
strata yang paling atas dan menyingkap strata yang lebih tua yang telah terkubur.
Fosil di dalam lapisan-lapisan itu menunjukkan suatu urutan organisme-organisme
yang telah menghuni bumi setiap masa sesuai dengan formasi batuan yang ditemukan.
5. Macam-macam fosil (replika) yang ada di museum
1) Fosil tengkorak gajah purba Mastodon sp.

Berusia ± 3 juta tahun yang lalu, berada di zaman pleistosen tengah, dan
ditemukan di Bumiayu, Jawa Tengah. Fosil yang ditemukan merupakan tinggalan
anatomis. Proses pembentukan fosil ini adalah unaltered preservation. Bagian lain
dari fosil ini sudah tergantikan dengan mineral lain namun masih menyisakan
mineral pada tulang tengkorak dan gadingnya.
2) Artefak
Perburuan gajah purba oleh sekelompok manusia purba Homo erectus –
(Pithecanthropus) di zaman pleistosen (1,7 – 2,0 juta tahun yang lalu). Gajah
digiring ke arah danau agar terjebak dalam lumpur kemudian di bunuh beramai
ramai. Fosil yang ditemukan merupakan fosil tinggalan artefak.

3) Fosil avertebrata masa paleozoikum (350-510 juta tahun lalu)


4) Koloni koral Indonesia
5) Batuan hasil mineralisasi hydrothermal

6) Mineral
7) Artefak (500.000 – 1.500.000 thn)
BAB V

KESIMPULAN

1. Proses terbentuknya bumi diawali dengan proses terbentuknya alam semesta yang
didasari teori diantaranya yaitu teori kabut nebula, teori planetesimal, teori pasang
surut gas, teori bintang kembar dan teori big bang.
2. Hukum-hukum geologi tentang lapisan batuan digunakan untuk menentukan umur
relatif batuan. Hukum-hukum tersebut diantaranya yaitu hukum superposisi, hukum
horizontal, hukum continuity, hukum uniformitarianisme, hukum faunal succession,
hukum cross-cutting relationship, hukum law of conclusion, dan hukum
unconformity.
3. Proses fosilisasi makhluk hidup dimulai dengan sedimentasi dari pasir dan endapan
yang tererosi atau dari getah pohon kemudian terbawa hingga ke sungai menuju laut
atau rawa. Sedimen akan menumpuk dan menekan endapan yang lebih tua untuk
menjadi batu. Ketika terdapat organisme darat atau air yang telah mati maka
organisme tersebut akan terendapkan bersama-sama dengan sedimen. Setelah itu,
makhluk hidup akan terawetkan dan membentuk fosil selama beribu-ribu tahun.
Selain itu juga fosil dapat terbentuk dari getah pohon yang menetesi atau
membungkus hewan-hewan kecil kemudian memerangkap hewan tersebut di
dalamnya, setelah itu hewan akan terawetkan dan membentuk fosil yang terlihat
kenampakan luar hewan.
4. Hubungan antara evolusi geologi dengan evolusi biologi adalah hasil dari evolusi
geologi yang merupakan stratigrafi formasi tanah memberikan informasi mengenai
fosil yang pernah hidup Hubungan antara evolusi geologi dengan evolusi biologi
adalah hasil dari evolusi geologi yang merupakan stratigrafi formasi tanah
memberikan informasi mengenai fosil yang pernah hidup pada formasi tanah dan
zaman tertentu. Fosil ini merupakan bukti dari adanya evolusi secara biologis.
5. Fosil-fosil atau replika fosil yang ditemukan di museum diantaranya adalah replika
fosil Mastodon sp., artefak alat batu, batu-batuan, dan fosil invertebrata.
DAFTAR PUSTAKA

http://geoteknologi.museum.upnyk.ac.id/ diakses Rabu, 01 April 2020 pukul 15.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai