Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok

 Egies pristia : K33170


 Lathifah Ramadhani : K3317043
 Riksa Histika : K3317061
 Muh. Ari Purnama Ali : K3317078

Soal

1. a) bagaimana cara menentukan umur alam semesta?


b) Dari data-data tentang umur alam semesta, berapa umur alam semesta menurut sdr?
2. apa yang dimaksud dengan chemical weathering? Sebutkan dan berikan penjelasan agen-
agen pelapukan.
3. Bagimana cara menentukan komposisi a) meteorit, b). matahari
4. Tanah pegunungan kapur sulit ditanami. Berikan penjelasan.
5. Apa yang dimaksud dengan mineral ?
6. Bagaimana pendapat sdr. Tentang istilah kerak bumi (tepat/ tidak tepat)

Jawab :

1. A. Penentuan umur dihitung atas dasar peluruan radioaktif, atau dikenal dengan istilah radio
active dating. Data-data menunjukkan bahwa unsur dengan nomor atom lebih besar dari 40
kira-kira sama kelimpahannya. Dari sini diasumsikan bahwa pada saat pembentukan,
unsur-unsur tersebut sama probabilitas terbentuknya. Karena unsur U238 dengan half life
4,5 x 109 tahun kira-kira sama dengan unsur stabil bismuth, berarti unsur-unsur ini tidak
dapat dibentuk lebih dari beberapa ribu juta tahun yang lalu. Di sisi lain bila diamati unsur
K40 dengan half life 1,3 x 109 tahun, saat ini terdapat hanya sedikit di alam, ini
menunjukkan bahwa pembentukan inti tata surya sedikitnya beberapa ribu juta tahun yang
lalu. Unsur Np237 dan Pu239 masing-masing dengan half life 2,25 x 106 dan 2,4 x 104
hampir tidak terdapat di alam. Ini berarti umur tata surya lebih dari dua kali umur paruh
unsur-unsur tersebut. Unsur U235 dan U238 sekarang kira-kira berbanding 1 : 140. Jika half
life U235 7,1 x 108 dan pada saat terbentuknya diasumsikan sama banyak dengan U 238 maka
umur alam semesta kira-kira 5 x 109 tahun.

Cara menghitung umur tersebut adalah dengan menggunakan rumus ln N/No = — λt., N =
jumlah inti yang tersisa dari peluruhan, No = jumlah inti pada awal peluruhan, λ =
konstante peluruhan yang besarnya sama dengan 0,693/t1/2. Dengan mengasumsikan
awal pembentukan U235 dan U238 sama banyak dan sekarang berbanding 1: 140, maka
dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dapat diperoleh umur alam semesta.

2. Proses pembentukan tanah diawali oleh proses pelapukan atau weathering. Pelapukan dapat
didefinisikan sebagai proses perubahan batuan induk dan bahan induk lainnya ke arah bentuk-
bentuk yang lebih stabil. Pelapukan terjadi sebagai akibat adanya kondisi suhu, kelembaban
dan aktivitas biologi yang bervariasi di permukaan bumi. Pelapukan akan lebih cepat terjadi
apabila kondisi di permukaan bumi (dimana batuan dan bahan induk tersebut berada) berbeda
jauh dengan kondisi di mana batuan dan bahan induk tersebut terbentuk (dalam perut bumi
atau di dasar laut). Secara lebih rinci pelapukan dapat didefinisikan sebagai disintegrasi dan
dekomposisi fisik dan kimia batuan dan bahan induk lainnya, yang terjadi karena mineral
yang terkandung di dalamnya berada dalam kondisi tidak stabil di bawah kondisi suhu,
tekanan dan kelembaban di lingkungan atmosfer-litosfer di mana saat ini batuan tersebut
berada, menjadi bentuk yang lebih stabil pada kondisi tersebut.

Sudah dikatakan sebelumnya bahwasannya mengenai pelapukan ini terjadi karena adanya berb
agai macam faktor. Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelap
ukan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Waktu

Faktor yang sangat erat dan sangat identik dengan peristiwa pelapukan adalah waktu. Seri
ng orang- orang mengatakan bahwasannya pelapukan ini terjadi karena sebuah batuan su
dah terlalu lama atau terlalu tua, hingga akhirnya batuan tersebut megalami pelapukan. B
ahkan waktu merupakan faktor pertama yang akan digunakan sebagai alasan mengapa pel
apukan tersebut terjadi.

b. Jenis batuan dan struktur batuan tersebut

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan adalah jenis batuan d


an strukturnya. Telah kita ketahui bersama bahwasannya batuan di dunia ini memiliki ber
bagai macam jenis batuan yabg berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Kemudia
n mengenai struktur batuan, yaitu sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan itu s
endiri. Sifat fisik batuan meliputi warna batuan.

c. Topografi

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pelapukan adalah topografi. Keadaan topografi m


uka Bumi juga mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan. Batuan- batuan yang b
erada di lereng yang curam cenderung akan mudah untuk mengalami pelapukan dibandin
gkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai.

d. Organisme

Faktor selanjutnya yang akan mempengaruhi proses pelapukan adalah adanya organisme.
Organisme marupakan hal yang cukup penting dalam proses pelapukan, seperti halnya de
ngan proses penguraian tumbuh- tumbuhan secara alami.

e. Iklim dan cuaca

Faktor selanjutnya yang sangat kuat kaitannya dengan pelapukan adalah mengenai cuaca
dan juga iklim (baca: iklim di Indonesia). Unsur- unsur cuaca dan juga iklim yang akan m
empengaruhi proses pelapukan antara lain adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari,
angin, dan lain sebagainya. Di daerah yang memiliki iklim lembab dan juga panas, batuan
akan cepat mengalami proses pelapukan. Selain itu pergantian antara siang dan juga mala
m yang dingin akan semakin membuat pelapukan mudah terjadi, apabila hal ini dibanding
kan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.

f. Keadaan vegetasi

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adanya pelapukan adalah keadaan vegetasi. Vege
tasi atau tumbuh- tumbuhan juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi proses pelap
ukan. Hal ini disebabkan akar- akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah- celah batu
an. Apabila akar- akar tersebut semakin membesar maka kekuatannya akan semakin besar
pula dalam menerobos batuan. Selain akar- akar, serasah dedaunan yang gugur juga akan
membantu mempercepat batuan melapuk. Hal ini disebabkan karena serasah batuan meng
andung zat- zat asam arang dan juga humus yang dapat merusak kekuatan pada batuan.

3. A. Cara mengetahui komposisi meteorit

Asal-usul materi organik dalam meteorit yang terbentuk saat pembentukan Tata Surya 4,5
miliar tahun lalu dapat menjadi kunci memahami lahirnya kehidupan di Bumi. Dengan
informasi tersebut, para astronom bisa menyelidiki potensi laik huni sistem ekstrasolar.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa bahan organik yang bertambah dalam asteroid
kondritik terbentuk melalui reaksi kimia dasar selama tahap awal Tata Surya.

Karbon kondrit adalah meteorit yang berasal dari asteroid kondritik yang usianya sudah
setua Tata Surya. Untuk mengetahui hal tersebut, Dr Romain Tartèse dari Manchester’s
School of Earth and Environmental Sciences melakukan analisis susunan isotop yang
menyusun oksigen dalam materi organik yang ditemukan pada meteorit. Isotop adalah
atom yang memiliki jumlah proton yang sama tapi jumlah neutron-nya berbeda.
Analisis isotop memberikan tanda khusus dari isotop dalam senyawa kimia, yang
bertindak sebagai sidik jari dalam proses pembentukannya. Dengan cara ini, kita bisa
menentukan asal usul materi organik yang terkandung dalam meteorit. Khususnya yang
mengandung unsur-unsur penting dalam kehidupan, seperti karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan belerang.
Penemuan ini memperlihatkan bahwa materi organik bisa terbentuk dalam proses kimia
dasar yang terjadi di Tata Surya. Dan proses yang sama juga mungkin terjadi di sistem
planet lainnya.
Karbon kondirt terbentuk dari materi padat yang terbentuk pertama kali di tata Surya
seperti batuan, organik, air es, dan debu. Saat meteorit ini dianalisis, informasi di
dalamnya membawa para astronom memahami pembentukan dan evolusi Tata Surya
miliaran tahun lalu.
Karbon kondrit yang kaya organik memang sangat langka. Hanya beberapa persen dari
seluruh meteorit yang diketahui. Komponen pada meteorit itu penting, karena Bumi
sebagai planet yang dinamis sudah kehilangan catatan masa lalunya lewat lempeng
tektonik maupun erosi.
Penelitian ini dilakukan dengan contoh meteorit yang terbentuk di awal Tata Surya yang
ada di Muséum National d’Histoire Naturelle, Paris. Fokusnya pada analisis isotop triple-
oksigen. berbeda dari penelitian lainnya yang lebih mengutamakan hidrogen dan
nitrogen. Apalagi pola isotop oksigen memiliki relasi dengan komposisi Matahari,
asteroid dan planet kebumian. Karena itu, informasi dari materi organik dalam karbon
kondrit yang terbentuk lewat proses kimia di awal Tata Surya jadi sangat penting.

B. Studi spektroskopis matahari telah dilakukan bertahuntahun namun ada beberapa


keterbatasan-keterbatasan, antara lain:

a. Beberapa unsur tidak memberikan spektrum yang dapat teramati. Unsur ini
memancarkan sinar dengan panjang gelombang radiasinya di bawah 2900 A. Sinar-
sinar ini diabsorbsi oleh atmosfer bumi, sehingga tidak mencapai bumi, padahal
spektroskop terpasang di bumi. Keterbatasan ini sekarang diatasi dengan
menggunakan roket yang membawa peralatanperalatan pengamatan ruang angkasa.

b. Spektrum yang dihasilkan dari permukaan memberikan informasi komposisi


matahari, jika ini dianggap mewakili komposisi keseluruhan matahari berarti kita
menerima bahwa komposisi matahari homogen. Sekarang sudah diidentifikasi lebih
dari 66 unsur dari spektrum matahari. Ini tidak berarti unsur lain tidak ada di
matahari. Unsur yang sangat melimpah di matahari adalah hidrogen, kemudian
helium.

4. Tanah kapur disebut juga dengan tanah mediteran, yakni salah satu jenis tanah yang tidak
memiliki unsur hara, atau memiliki unsur hara namun hanya dalam jumlah yang sedikit sekali.
Tanah kapur ini disebit juga dengan tanah mediteran karena memiliki atri terbentuk dari
bebatuan kapur yang yang telah lapuk dan hancur. Dimana yang seperti kita ketahui bahwa
unsur hara adalah unsur yang sangat dibutuhkan tanaman untuk, Jadi apabila tanah terebut tak
mempunyai unsur hara, maka akan sangat susah menanam di tanah tersebut, yaitu tanah kapur

5. Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur
(sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan
komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni
dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral
disebut mineralogi.

6.

Anda mungkin juga menyukai