Anda di halaman 1dari 2

EVOLUSI MAKHLUK HIDUP BERDASARKAN AGAMA

Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material
Dewa Wisnu dalam misi penyelamatan dunia. Apabila dikaji secara sains dan ilmiah, konsep
awatara memiliki banyak makna dan filsafat yang dapat dikaji. Filsafat Dasa Awatara
menunjukkan adanya perkembangan kehidupan dan peradaban manusia yang ada di bumi.
Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan jaman yang terjadi. Berikut
dijelaskan beberapa awatara dengan maknanya.
Proses penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan dijelaskan dalam kitab suci
Panaturan. Pada proses penciptaan selanjutnya atas kuasa Ranying Hatala, maka Garing
Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung keluar dari Kayu Erang Tingang dan kejadian
menjadi wujud laki-laki yang diberi nama Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
yang berwujud perempuan bernama Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu
Kamasan Tambun. Kemudian mereka berdua bertemu dan akhirnya tinggal bersama. Karena
tanpa adanya proses upacara perkawinan, sehingga menyebabkan Kameluh Putak Bulau
mengalami Pajanjuri darahnya (keguguran) yang berulang-ulang sampai dua belas kali.
Melihat hal demikian, Ranying Hatala memerintahkan Raja Uju Hakanduang untuk
melaksanakan Upacara Perkawinan bagi keduanya sesuai wahyu Ranying Hatala. Tata cara
perkawinan inilah yang menjadi contoh bagi umat Hindu Kaharingan di dunia.
Setelah perkawinan Manyamei Tunggul Garing dilaksanakan maka Kameluh Putak
Bulau hamil dan melahirkan tiga anak laki-laki kembar yang kemudian diberi nama yaitu
Raja Sangen, Raja Sangiang, Raja Bunu. Dari masa kehamilan sampai saat melahirkan
Manyamei Tunggul Garing dan Kameluh Putak Bulau melakukan upacara-upacara sesuai
dengan yang diperintah oleh Ranying Hatala, seperti upacara Nyaki Ehet (upacara tujuh
bulan bayi dalam kandungan) hingga upacara Nahunan (upacara pemberian nama). Upacara-
upacara seperti inilah yang dilakukan oleh umat Hindu Kaharingan hingga sekarang. Pada
waktu kecil Raja Bunu banyak mengalami peristiwa atau permasalahan hidup dari kedua
kakaknya. Raja Sangen dan Raja Sangiang dapat tumbuh sehat karena memakan Pantar
Pinang, namun lain halnya dengan adik mereka. Raja Bunu tidak dapat memakan Pantar
Pinang sehingga sering sakit-sakitan dan pertumbuhannya terganggu, melihat hal demikian
Ranying Hatala melalui Raja Uju Hakanduang memberikan Behas Manyangen Tingang.
Barulah Raja Bunu bisa tumbuh sehat dan gemuk karena memakan Behas tersebut.
Setelah ketiganya beranjak dewasa, mereka diberikan ujian oleh Ranying Hatala
berupa sepotong besi yang ujungnya timbul dipermukaan air dan ujung lainnya tenggelam.
Pada saat mereka bertiga memegang besi tersebut, kedua saudara Raja Bunu memegang
bagian ujung yang timbul dan Raja Bunu sendiri memegang ujung yang tenggelam. Hal
inilah yang menyebabkan kita sebagai keturunan Raja Bunu akan mengalami kematian.
Sedangkan keturunan kedua saudaranya tidak akan mengalami kematian. Selain ujian
tersebut masih banyak lagi ujian-ujian yang lain dihadapi oleh Raja Bunu, namun selalu
mendapatkan kegagalan. Sehingga hal inilah yang sudah ditetapkan oleh Ranying Hatala
bahwa Raja Bunu beserta keturunannya untuk mengisi kehidupan di bumi ini dan akan
mengalami proses lahir, hidup, dan mati. Paparan ini merupakan sebuah pengembangan dari
pemahaman yang ada tentang proses penciptaan manusia pertama. Dimana kemudian Raja
Bunu beserta keturunannyalah yang ditetapkan oleh Ranying Hatala untuk diturunkan dan
menempati Pantai Danum Kalunen yang telah diciptakan Ranying Hatala. Jadi jelaslah bahwa
proses penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan berbeda dengan ajaran agama-agama
lainnya. Setiap umat Hindu Kaharingan idealnya mengetahui dasar-dasar dari ajarannya,
lebih-lebih mengenai proses penciptaan manusia menurut Panaturan.

Anda mungkin juga menyukai