Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PBL BLOK 1.

Fertilitas

Kelompok 6 PBL
1. ConnyDian S
2. Hafizh Haidar
3. Hagi Wibawa
4. Hanif Haidaryafi
5. Marwan Hermawan
6. Mauli Ardhiya
7. Mellyna Iriyanti S
8. Verrell Avila Yususf
9. Yunanda Ardian

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PBL

Fertilitas

Diajukan untuk kegiatan belajar mandiri dan syarat untuk mengikuti Ujian Blok
Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunungjati

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal November 2015

Cirebon, November 2015

Tutor

dr. Ruri Eka M.


DAFTAR ISI

Skenario................................................................................................................. 1

Step 1 Klarifikasi Istiah ........................................................................................... 1

Step 2 Rumusan Daftar Masalah ............................................................................ 2

Step 3 Analisis Masalah .......................................................................................... 2

Step 4 Sistematika Masalah ................................................................................... 4

Step 5 Sasaran Belajar ............................................................................................. 8

Step 6 Belajar Mandiri ........................................................................................... 8

Step 7 Penjelasan..................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 27


Skenario 1

Fertilitas

Sepasang suami istri menikah selama 7 tahun dan telah memiliki seorang
anak laki-laki usia 6 tahun. Kini mereka ingin memiliki anak kedua berjenis
kelamin perempuan. Mereka melakukan konsultasi ke klinik fertilitas terkenal di
kota mereka. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium sperma, ahli fertilitas
menyarankan untuk melakukan inseminasi buatan untuk mendapatkan embrio
perempuan. Bila sel zigot tumbuh kembang dengan baik akan diimplantasi dalam
rahim. Setelah itu, ibu harus memeriksakan kehamilan secara teratur agar
perkembangan janin dapat dipantau secara baik.

STEP 1

1. Inseminasi buatan : Inseminasi buatan adalah proses pembuahan diluar


tubuh manusia, yang kemudian dimasukkan melalui selang tanpa adanya
kopulasi alami.
2. Fertilitas : Fertilitas adalah suatu kemampuan individu dalam
menghasilkan keturunan dari hasil reproduksi yang nyata dan faktor
penambah penduduk disamping migrasi.
3. Zigot : Zigot adalah sel telur yang sudah dibuahi dan
belum terjadi proses pembelahan.
4. Embrio : Embrio adalah bakal makhluk hidup baru yang
tumbuh dan berkembang dari awal hingga minggu ke-8.
5. Rahim : Rahim adalah alat reproduksi internal wanita yang
berfungsi sebagai tempat berkembangnya janin hingga kelahiran.
6. Janin : Janin adalah bakal bayi yang ada di dalam
kandungan.
7. Klinik : Klinik adalah fasilitas perawatan sederhana yang
dikhususkan untuk perawatan rawat jalan.
8. Implantasi : Implantasi adalah memasukan suatu bahan ke
dalam jaringan tubuh atau pelekatan sel telur yang sudah dibuahi di
dinding rahim yang dimulai pada hari ke lima sampai hari ke tujuh setelah
pembuahan.

STEP 2

1. Apa saja konsep fertilitas?


2. Bagaimana proses terjadinya fertilitas?
3. Apa saja faktor yang memengaruhi fertilitas?
4. Apa saja macam-macam inseminasi buatan?
5. Berapa persenkah keberhasilan inseminasi buatan?
6. Apa saja dampak dari inseminasi buatan?
7. Apa saja tahapan perkembangan embrio?
8. Bagaimana memantau perkembangan janin?

STEP 3

1. Konsep fertilitas, yaitu:


a. Lahir hidup
b. Lahir mati
c. Abortus
d. Masa reproduksi
2. Proses terjadinya fertilitas, yaitu:
a. Sperma berjalan melalui sel folikel dan berikatan dengan reseptor pada
zona pelusida ovum,
b. Pengikatan tersebut memicu terjadinya reaksi akrosomal, dimana
sperma membebaskan enzim hidrolitik pada akrosom menuju zona
pelusida,
c. Enzim hidrolitik akan mencerna zona pelusida dan membuat lubang
yang memungkinkan sperma mencapai membran sel ovum sehingga
dua membran menyatu,
d. Nukleus sel sperma dapat keluar dan menuju nukleus ovum untuk
terjadinya penyatuan nukleus,
e. Butiran kortikal pada ovum akan menyatu dengan membran ovum dan
membebaskan enzim dan makromolekul lain yang akan mengeraskan
zona pelusida untuk menghalangi sperma lain membuahi ovum.
3. Faktor yang memengaruhi fertilitas, yaitu:
a. Demografi
1) Komposisi umur
2) Status perkawinan
3) Umur kawin
4) Proporsi penduduk yang kawin
b. Non demografi
1) Keadaan ekonomi pendidikan
2) Tingkat pendidikan dan perbaikan status wanita
3) Urbanisasi Industrialisasi
4. Macam-macam inseminasi buatan:
a. ICI
b. IUI
c. ITI
d. IVI
e. DIPI
5. Keberhasilan inseminasi buatan sekitar 5-25%.
6. Dampak inseminasi buatan, antara lain:
a. Dampak positif: Membantu pasangan yang tidak bisa memiliki
keturunan.

b. Dampak negatif: Banyak bayi yang dilahirkan cacat karena kesalahan


prosedur inseminasi buatan.

7. Tahapan perkembangan embrio, yaitu: morula, blastula dan gastrula.

8. Cara memantau perkembangan janin yaitu dengan melalui USG, bisa juga
dengan buku perkembangan untuk ibu hamil.

STEP 4

1. Konsep fertilitas, yaitu:


a. Lahir hidup (live birth) : Suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya didalam kandungan dimana si bayi
menunjukan tanda-tanda kehidupan. Contoh : bernapas , bergerak ,
adanya denyut jantung dan gerakan-gerakan otot.
b. Lahir mati (still birth) : kelahiran seorang bayi dari kandungan
dimana pada saat dikeluarkan dari rahim seorang wanita mengalami
kematian.
c. Abortus : Kematian bayi didalam kandungan
d. Masa reproduksi : Masa dimana wanita masih mampu melahirkan
disebut usia subur (15-49) tahun.
2. Proses terjadinya fertilitas, yaitu:
a. Sperma berjalan melalui sel folikel dan berikatan dengan reseptor
pada zona pelusida ovum
b. Pengikatan tersebut memicu terjadinya reaksi akrosomonal dimana
sperma membebaskan enzim hidrolitik pada akrosom menuju zona
pelusida
c. Enzim hidrolitik akan mencerna zona pelusida dan membuat lubang
yang memungkinkan sperma dapat mencapai membran sel ovum
sehingga 2 membran menyatu
d. Nukleus sel sperma dapat keluar dan menuju nukleus ovum untuk
terjadinya penyatuan nukleus
e. Butiran kontraksi pada ovum menyatu dengan membran ovum dan
membebaskan enzim makromolekul lain yang akan mengeraskan zona
pelusida untuk menghalanginya sperma lain membuahi ovum
3. Demografi
a. Komposisi umur
b. Status perkawinan
c. Proporsi penduduk yang kawin

Non demografi

a. Keadaan ekonomi
b. Tingkat pendidikan
c. Urbanisasi dan industrialisasi
4. Macam-macam inseminasi buatan, antara lain:
a. Intracervical Insemination (ICI)
ICI merupakan proses yang kurang invasif dan dilakukan cepat
pada prosedur ini sperma ditempatkan dileher rahim dari leher rahim
sperma berenang menuju tuba fallopi , proses inseminasi buatan dilakukan
sebelum wanita berovulasi. Spekulum digunakan untuk membuka vagina
untuk mengekspos leher rahim. Kemudian dokter akan memasukan
sperma melalui jarum suntik kedalam vagina , kemudian leher rahim
disumbat dengan spons agar sperma tidak bocor setelah 6jam, spons
dilepas. Seluruh rangkaian prosedur memakan waktu 5-10 menit.
b. Intrauterina Insemination ( IVI)
Prosedurnya mirip ICI (intracervical insemination) , bedanya pada
IVI sperma dimasukan kedalam lahir dengan bantuan kateter , kemudian
sperma ditempatkan dalam rahim sebelum hari ovulasi , sperma
diharapkan berenang menuju tuba fallopi untuk membuahi sel telur.
c. Intratubal Insemination (ITI)
ITI termasuk proses invasif serta mahal , dalam proses ini sperma
dari pasangan atau donor ditempatkan langsung dikedua tuba fallopi ,
proses ini dapat dilakukan secara laparoskopi intraserviks. Dalam metode
laparoskopi sayatan kecil dibuat diperut untuk mencapai tuba fallopi.
Kateter kemudian dimasukan kedalam sayatan untuk menyalurkan sperma
langsung kedalam tubafallopi, pada metode ini kateter didorong langsung
menuju tubafallopi melalui vagina, leher rahim, dan rahim. Sperma
kemudian disalurkan langsung ke tubafallopi melalui kateter.
d. Intravaginal Insemination (IVI)
IVI mirip dengan hubungan seksual alami, pada prosedur ini
sperma ditempatkan dalam vagina dekat leher rahim. Pertama pasangan
mengumpulkan sperma dalam gelas steril, kemudian sperma dimasukan
kevagina dengan alat suntik sedekat mungkin ke serviks agar terjadi
pembuahan.
e. Inseminasi Intravaginal (INP)
Sperma harus ditempatkan sedekat mungkin dengan leher rahim,
mungkin metode inseminasi dapat digunakan saat menggunakan sperma
donor, dan ketika tidak ada masalah dengan kesuburan wanita.
5. Keberhasilan dalam inseminasi buatan yaitu sekitar 5-25 % berhasil.
6. Dampak inseminasi buatan, antara lain:
a. Dampak positif:
Membantu pasangan suami istri untuk mempunyai keturunan
b. Dampak negatif:
Menimbulkan cacat pada bayi yang dilahirkan pada bayi yang
dilahirkan dari inseminasi buatan
7. Tahapan perkembangan embrio:
a. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat
pembuahan sel terus menerus keberadaan antara satu dengan sel yang
lain adalah rapat.
b. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus
mengalami
pembelahan , bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan
sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
c. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan
tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh
embrio serta rongga tubuh.
8. Cara memantau perkembangan janin yaitu dengan cara pemeriksaan USG,
tujuan pemeriksaan USG ini adalah untuk mengetahui usia kehamilan,
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Biasanya USG dilakukan pada 3 bulan pertama saat kandung kemih penuh
agar rahim terangkat naik bisa dilihat jelas dilayar monitor. Kemudian bisa
juga menggunakan buku pemeriksaan Ibu hamil, buku ini dibawa setiap
ibu hamil akan melakukan pemeriksaan.
MIND MAP

Sel Sperma
Faktor yang
Mempengaruhi
Ovum

Konsep
Fertilitas

Inseminasi
Alami Buatan
Buatan

Proses
Macam-macam

Mitosis dan Meiosis

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pembentukan ovum dan sperma

Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio


STEP 5

Sasbel
1. Apa saja perbedaan dan mekanisme meiosis dan mitosis?
2. Bagimana proses terjadinya oogenesis dan spermatogenesis?
3. Bagaimana bentuk dan struktur ovum dan spermatozoa serta
kelainannya?
4. Bagaimana proses fertilisasi hingga menjadi bayi?
5. Bagaimana perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sel serta fase-
fasenya?
6. Bagaimana perkembangan embrio yang baik?

STEP 6

BELAJAR MANDIRI

STEP 7

1. Mekanisme mitosis dan meosis.


A. Mitosis
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh
sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis
terjadi di sel somatis. Pembelahan mitosis berlangsung secara bertahap
melalui beberapa tahap :
1) Profase : pembentukan 2 sentriol dari sentrosom, pembentukan
kromosom, kromosom duplikat meninggalkan daerah kutubdan
berjajar diekuator.
2) Metafase : proses dimana kromosom menempel pada dinding
ekuator.
3) Anafase : pergerakan kromatid kearah kutub-kutub berlawanan,
kinektetor yang masih melekat dibenang spindel akan
menunjukan arah bagi kromosom mendekati akan menunjukan
arah kromosom mendekati kromatid.
4) Telofase : kromatid menyusut, selaput inti dan nukleolus
terbentuk kembali, dan terjadi proses sitokinesis.
5) Interfase: proses persiapan energi untuk melakukan
pembelahan selanjutnya.

Gambar 1.1 Mitosis


(sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)

B. Meiosis
Meiosis adalah Proses di mana jumlah kromosom menjadi setengahnya
selama pembentukan gamet. Dalam meiosis, sel yang berisi jumlah
diploid kromosom diubah menjadi empat sel, masing-masing memiliki
jumlah kromosom haploid. Meiosis terjadi di sel gonad. Dalam sel
manusia, sel reproduksi yang mengandung 46 kromosom
menghasilkan empat sel, masing-masing dengan 23 kromosom. Proses
meiosis di jabarkan pada tahapan-tahapan di bawah ini:
2. Meiosis I
a. Profase I :
- Leptonema: Benang kromatin menjadi kromosom.
- Zigonema : Kromosom homolog berdekatan /
bergandengan.
- Palunema : Kiap bagian homolog mengganda dalam
satu ikatan sentromer.
- Diplonema : Kromatid dari tiap-tiap belahan kromosom
memendek dan membesar.
- Diakinetis : Sentrosom membentuk dua sentriol yang
masing-masing membentuk benang gelendong
pembelahan.
b. Metafase I : Tetrad berkumpul di bidang ekuator.
c. Anafase I : Benang gelendong pembelah dari tiap
kutub menarik kromosom homolog sehingga setiap
pasangan berpisah.
d. Telofase I : Kromatid memadat selubung inti terbentuk
dan nukleolus muncul lagi, kemudian sitokinesis
berlangsung.
3. Meiosis II
a. Profase II : sentrosom membentuk 2 sentriol yang terletak
pada kutub yang berlawanan dan dihubungkan oleh benang
gelendong.
b. Metafase II : kromosom melekati diekuator, kromatid
berkelompok dua-dua.
c. Anafase II : kromosom melekat dikinektetor benang
gelendong, lalu ditarik oleh benang gelendong ke kutub
yang berlawanan sehingga sentromer terbelah.
d. Telofase II : kromatid berkumpul pada kutub pembelahan
lalu berubah menjadi kromatin kembali. (Guyton, 2014)
Gambar 1.2 Meiosis
(sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)

C. Perbedaan mitosis dan meiosis.

Mitosis Meiosis

 Kromosom homolog tidak  Kromosom homolog


pernah berpasangan. berpasangan.
 Sel induk diploid  Sel induk diploid
menghasilkan 2 buah sel anak menghasilkan 4 buah sel
diploid. anak haploid.
 Fasenya berlangsung satu kali.  Fasenya berlangsung dua
 Sel anak identik dengan sel kali.
induk.  Sel anak tidak identik
dengan sel induk.

(Sadler, 2000:4-10)
2. Proses spermatogenesis dan oogenesis.
a. Spermatogenesis
Di dalam testis terkemas sekitar 250 m tubulus semiferus penghasil
sperma. Di tubulus ini terdapat dua jenis sel yang secara fungsional
penting:sel germinativum, yang sebagian besar berada dalam berbagai
tahap pembentukan sperma, dan sel sertoli, yang memberi dukungan
krusial bagi spermatogenesis. Spermatogenesis adalah suatu proses
kompleks ketika sel germinativum primordial yang relatif belum
dideferensiasi (primitif atau awal), spermatogonia (masing-masing
mengandung komplemen diploid 46 kromosom), berproliferasi dan
diubah menjadi spermatozoa yang sangat khusus dan motil (sperma),
masing-masing mengandung sel haploid 23 kromosom yang diterima
secara acak. Spermatogenesis memerlukan waktu 64 hari untuk
pembentukan dari spermatogonium menjadi sperma matang. Setiap saat
terdapat berbagai tahapan spermatogenesis pada tubulus semiferus yang
berbeda. Setiap hari dapat dihasilkan beberapa ratus juta sperma
matang. Spermatogenesis mencakup tiga tahap utama: proliferasi,
mitotik, meiosis, dan pengemasan.

Gambar 2.1 Spermatogenesis


(sumber: Buku Fisiologi Manusia Sherwood)
1. Proliferasi mitotik
Spermatogonia yang terletak di lapisan terluar tubulus terus
menerus bermitosis, dengan semua sel baru mengandung komplemen
lengkap 46 kromosom identik dengan sel induk. Proliferasi ini
menghasilkan pasokan sel germinativum baru yang terus menerus.
Setelah pembelahan mitotik sebuah spermatogonium, salah satu sel
anak tetap di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium tak
berdiferensiasi, sehingga turunan sel germinativum tetap terpelihara.
Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah lumen sambil menjalani
berbagai tahap yang dibutuhkan untuk membentuk sperma, yang
kemudian akan dibebaskan ke dalam lumen. Pada manusia, sel anak
penghasil sperma membelah secara mitotik dua kali lagi untuk
menghasilkan empat spermatosit primer identik. Setelah pembelahan
mitotik terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat ketika
kromosom-kromosom terduplikasi dan untai-untai rangkap tersebut
tetap menyatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiosis pertama.
2. Meiosis
Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid
46 kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-
masing dengan jumlah haploid 23 kromosom rangkap) selama
pembelahan meiosis pertama, akhirnya menghasilkan empat spermatid
(masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) akibat pembelahan
meiosis kedua.
Setelah tahap spermatogenesis ini tidak terjadi pembelahan lebih
lanjyt. Setiap spermatid mengaami remodeling menjadi spermatozoa.
Karena setiap spermatogonium secara mitosis menghasilkan empat
spermatosit primer dan setiap spermatosit primer secara meiosis
menghasilkan empat spermatid, rangkaian spermatogenik pada manusia
secara teoritis menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali
spermatogonium memulai proses ini. Namun, biasanya sebagian sel
lenyap di berbagai tahap sehingga efisiensi produksi jarang setinggi ini.
3. Pengemasan
Bahkan setelah meiosis, spermatid secara struktural masih mirip
spermatogonia yang belum berdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen
yang snagat khusus dan bergerak dari spermatid memerlukan proses
remodeling, atau pengemasan, ekstensif elemen-elemen sel, suatu
proses yang dikenal sebagai spermatogenesis. (Sherwood, 2014:792-
794)
b. Oogenesis
Gambar 2.2 Oogenesis
(sumber: Buku Fisiologi Manusia Sherwood)
1. Pembentukan oosit primer dan folikel primer
Oosit primer mengandung 46 kromosom replikasi, yang
dikumpulkan ke dalam pasangan-pasangan homolog tetapi tidak
memisah. Oosit primer tetap berada dalam keadaan meiotic arrest
ini selama bertahun-tahun sampai sel ini dipersiapkan untuk
ovulasi. Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel granulosa. Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel
granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Saat lahir hanya
sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masing-masing
mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu
ovum. Paandangan tradisional menyatakan bahwa tidak ada oosit
atau folikel yang muncul setelah lahir folikel yang sudah ada di
ovarium saat lahir berfungsi sebagai reservoar yang menjadi asal
bagi semua ovum sepanjang masa subur wanita yang bersangkutan.
Namun, para peneliti baru menemukan, paling tidak pada mencit,
bahwa oosit dan folikel baru dapat diproduksi setelah lahir dari sel
punca ovarium, yang sebelumnya tidak diketahui mampu
menghasilkan sel germinativum primordial atau oogonia. Sampai
masa pubertas, semua folikel yang mulai berkembang mengalami
atresia pada tahap-tahap awal tanpa pernah berovulasi.
2. Pembentukan oosit sekunder dan folikel sekunder
Oosit primer di dalam folikel primer masih merupakan suatu
sel diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Oosit
membesar sekitar seribu kali lipat. Pembesaran oosit ini disebabkan
oleh penimbunan badan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh
mudigah. Sebelum ovulasi, oosit primer menyelesaikan
pembelahan meiotik pertamanya. Pembelahan ini menghasilkan
dua sel anak, masing-masing menerima set haploid 23 kromosom
ganda, analog dengan pembentukan spermatosit sekunder. Namun
hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang
sekarang dinamai oosit sekunder dan di takdirkan untuk menjadi
ovum. Kromosom sel anak yang lain bersama dengan sedikit
sitoplasmanya membentuk badan polar pertama. Dengan cara ini,
calon ovum kehilangan separuh kromosomnya untuk membentuk
gamet haploid tetapi mempertahankan sitoplasma yang kaya
nutrien. Badan polar yang kekurangan sitoplasma tersebut segera
mengalami degenerasi.
3. Pembentukan ovum matang
Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan
untuk memicu pembelahan meiotik kedua. Selama pembelahan,
separuh set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma
dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh set lainnya tetap
tertinggal di dalam ovum matang. 23 kromosom ibu menyatu
dengan 23 kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk
menuntaskan pembuahan. Jika badan polar pertama belum
berdegenerasi maka sel ini juga mengalami pembelahan meiotik
kedua pada saat yang sama ketika oosit sekunder yang di buahinya
membagi kromosomnya. (Sherwood, 2014:834-835)

3. Bentuk dan struktur spermatozoa dan ovum:

a. Spermatozoa

Gambar 3.1 Spermatozoa


(Sumber: www.rugusavay.com)
Kepala mengandung inti dengan serat kromatin padat melingkar,
dikelilingi anterior oleh akrosom, yang mengandung enzim yang
digunakan untuk menembus sel telur wanita. Midpiece memiliki inti
filamen pusat dengan banyak mitokondria berputar di sekitar itu. Pada
hewan, sebagian besar energi (ATP) untuk motilitas sperma berasal dari
metabolisme fruktosa dilakukan dalam cairan mani. Ini terjadi di
mitokondria terletak di midpiece sperma. Energi ini digunakan untuk
perjalanan melalui tabung leher rahim, rahim, dan rahim perempuan. Sel
sperma motil biasanya bergerak melalui flagela dan memerlukan media air
untuk berenang menuju sel telur untuk sel fertilization. Tidak bisa
berenang mundur karena sifat propulsi mereka. Sel-sel sperma
uniflagellated (dengan satu flagela) hewan yang disebut sebagai
spermatozoa. Fungsi dari membran plasma adalah untuk melindungi
spermatozoa saat perjalanan menuju ovum. Fungsi dari akrosom adalah
untuk mengeluarkan enzim akrosin dan zat-zat serupa tripsin saat
menembus zona pelusida. Fungsi dari nucleus adalah untuk menyimpan
informasi genetik.

Ada beberapa bentuk dari spermatozoa yang tidak normal, yaitu


spermatozoa berkepala lebih besar dari normal, kepala spermatozoa lebih
kecil dari normal, berkepala dua, leher besar / ganda, ekor bercabang.

Gambar 3.2 Kelainan morfologi spermatozoa


(Sumber: www.seksualitas.net)
b. Ovum

Gambar 3.3 Sel Ovum


(Sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)

Nukleus adalah inti sel yang menyimpan informasi genetik.


Membran vitellin (sitoplasma) yaitu lapisan transparan di bagian dalam
ovum. Membran plasma dari sel telur disebut membran vitelline, dan
memiliki fungsi mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
Zona pelusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak
di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk
spermatozoa. Zona pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini
juga terlibat dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan mencegah
lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
Korona radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat
disisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal.
Lapisan terluar ini terdiri dari beberapa baris sel granulosa yang
mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona
radiata menyediakan sel telur dengan protein esensial dan bertindak seperti
pembungkus gelembung, melindunginya saat berjalan menuruni tuba
falopi.

Ada beberapa kelainan ovum yaitu ovum berinti dua atau ovum
berinti tiga. (Sherwood, 2014:818-820)
Gambar 3.4 Ovum berinti dua
(Sumber: www.drpatilfertilityclinic.com)

4. Proses fertilisasi hingga menjadi bayi, yaitu:


a. Minggu pertama
Pada minggu ini terjadi proses fertilisasi yaitu bertemunya
spermatozoa dan ovum di daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bisa
bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 46-70
jam. Umur ovum sekitar 24 jam. Hanya ada sekitar 300-500 spermatozoa
yang bisa sampai ke tempat pembuahan dari 200-300 juta spermatozoa
yang memasuki saluran reprodusi wanita. Selubung glikoprotein dari
protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang
membungkus daerah akrosom spermatozoa sehingga spermatozoa dapat
menembus zona korona radiata. Kemudian terjadi reaksi akrosom, yaitu
reaksi pengeluaran enzim hidrolitik untuk meluruhkan zona pelusida
sehingga sperma dapat memasuki zona tersebut. Segera setelah
spermatozoa memasuki oosit, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
keduanya dan membentuk pronukleus wanita. Zona pelusida menjadi tidak
dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lainnya. Kepala spermatozoa
terpisah dari ekor, membengkak, dan membentuk pronukleus pria. Setelah
kedua pronuklei melipatgandakan DNA-nya, kromosom pihak ayah dan
ibu bercampur, membelah secara longitudinal dan menjalani pembelahan
mitosis, sehingga terbentuklah tingkat dua sel.
Hasil pembuahan adalah:
a. Pengembalian jumlah kromosom yang diploid
b. Penentuan jenis kelamin kromosom
c. Dimulainya pembelahan
Gambar 4.1 Fertilisasi
(Sumber: http://www.slideshare.net)

Pembelahan merupakan serangkaian pembelahan mitosis, yang


menghasilkan bertambahnya jumlah sel, blastomer, yang menjadi semakin
kecil pada setiap pembelahan. Setelah tiga kali pembelahan, blastomer
mengalami pemampatan menjadi sebuah bola sel mampat yang
mengelompok menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Blastomer yang
mampat tersebut membentuk sebuah morula 32 sel. Ketika morula
memasuki rongga rahim pada hari ketiga atau keempat setelah pembuahan,
mulailah terlihat rongga yang disebabkan oleh masuknya cairan dari rahim
ke ruang antar sel dan terciptalah blastokista. Sel di bagian dalam akan
berkembang menjadi embrionya sendiri dan terletak di satu kutub
blastokista tersebut. Sel luar yang meneglilingi sel-sel dalam tersebut serta
rongga blastokista dan akan membentuk trofoblas.

Implantasi adalah tertanamnya blastokista ke dinding endometrium.


Implantasi terjadi karena efek relaksasi tuba yang disebabkan pengaktifan
reseptor-reseptor progesteron akibat sekresi oleh korpus luteum ovarium.
Implantasi merupakan hasil kerja sel-sel trofoblas yang berkembang di
permukaan blastokista. Sel ini mensekresi enzim proteolitik yang
mencairkan sel endometrium. Nutrisi pada blastokista diberikan oleh sel
endometrium yang dicairkan setelah terjadi implantasi, sel trofoblas dan
yang lainnya berdekatan. Berpoliferasi dengan cepat membentuk placenta
dan berbagai membran kehamilan.

Gambar 4.2 Implantasi


(Sumber: www.lusa.web.id)

b. Perkembangan minggu kedua

Pada hari kedelapan, daerah di atas embrioblas, trofoblas


berdiferensiasi menjadi dua lapisan: a. satu lapisan sel-sel berinti tunggal
di sebelah dalam disebut sitotrofoblas, dan b. satu zona luar berinti banyak
tanpa batasan yang jelas disebut sinsitiotrofoblas. Sebuah rongga kecil
muncul di dalam epiblas (lapisan sel silinder tinggi bersebelahan dengan
rongga amnion). Rongga ini membesar menjadi rongga amnion. Pada hari
kesembilan, blastotista semakin dalam terbenam didalam endometrium
terlihat vakuola-vakuola pada sinsitium ditrofoblas. Pada hari kesebals
sampai hari kedua belas, blastotista telah terbenam seluruhnya didalam
stroma endometrium. Menjelang akhir minggu ke dua terbentuklah
mesoderm ekstraembrional yang memenuhi ruangan diantara trofoblas dan
amnion serta selaput eksoselom di bagian dalam.

c. Perkembangan minggu ketiga


Terjadi proses yang membentuk ketiga lapisan germinal pada
embrio (gastrula). Ketiga lapisan graminal itu adalah mesoderm,
eksoderm, dan endoderm.

d. Perkembangan minggu keempat sampai kedelapan

Lapisan ectoderm membentuk organ dan struktur-struktur yang


memelihara hubungan dengan dunia luar, yaitu: a. Susunan saraf pusat, b.
Sistem saraf tepi, c. Epitel sensorik telinga, hidung, dan mata, d. Kulit,
rambut dan kuku, e. Kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar
keringat serta email gigi.Lapisan mesoderm membentuk sistem pembuluh,
yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh balik, pembuuh getah bening, dan
semua sel darah dan sel getah bening. Lapisan ini juga membentuk sistem
kemih kelamin: ginjal, gonad, dan saluran-salurannya serta limpa dan
kortek adrenal. Lapisan endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan kandung kemih. Lapisan ini juga
membentuk parenkim tiroid, kelenjar paratiroid, hati, kelenjar pankreas,
epitel kavum timpani, dan tuba eustachius.

e. Perkembangan minggu kesembilan sampai lahir

Pada masa ini ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan
penyempurnaan sistem-sistem organ tubuh, Pertumbuhan panjang badan
sangat mencolok pada bulan ketiga, keempat, dan kelima (kira-kira 5 cm
tiap bulan), sedangkan penambahan berat badan sangat mencolok pada dua
bulan terakhir kehamilan (kira-kira 700 g tiap bulan). Pada masa ini,
pertumbuhan kepala relatif melambat . Pada bulan kelima gerakan janin
jelas dirasakan ibu dan janin diliputi oleh rambut kecil yang halus. Janin
yang lahir pada bulan keenam atau permulaan bulan ketujuh sukar untuk
bertahan hidup, terutama karena diferensiasi system saraf pusat belum
cukup. Secara umum lama kehamilan 280 hari atau 40 minggu setelah hari
pertama haid terakhir, atau lebih tepat, 266 hari atau 38 minggu setelah
pembuahan. (Sadler, 2000:23-99)
Gambar 4.3 Perkembangan Embrio Minggu ke-8 sampai Minggu ke-40
(Sumber: www.panduanibuhamil.web.id)

5. Siklus sel yang berlangsung kontinu dan barulang (siklik) disebut


poliferasi. Keberhasilan sebuah poliferasi membutuhkan transisi
unidireksional dan teratur dari satu fase siklus sel menuju fase
berikutnya. Jenjang reaksi kimia organic yang terjadi seyogyanya
diselesaikan sebelum jenjang berikutnya dimulai. Sebagai contoh,
dimulainya fase mitosis sebelum selesainya tahap replikasi DNA akan
menyebabkan sel tereliminasi.

Pada sel prokariot yang tidak memiliki inti sel, siklus sel terjadi melalui
suatu proses yang disebut pembelahan biner, sedang pada sel
eukariot yang memiliki inti sel, siklus sel terbagi menjadi dua fase
fungsional, fase S dan M, dan fase persiapan, G1 dan G2:

a. Fasa S (sintesis)

Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel


tubuh manusia membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan
tahap ini. Hasil replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah
bersama dengan dua nuklei masing-masing guna proses mitosis pada fase
M.

b. Fasa M (mitosis)

Interval waktu fase M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi


pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada
mitosis, sel membelah dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah.
Dalam fase M terjadi beberapa jenjang fase, yaitu:

 Profase, fase terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan


pemintalnya. Pada saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.

 Prometafase, pada fase ini sampul inti sel terlarut dan kromosom yang
mengandung 2 kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial
(piringan metafase).

 Metafase. kondensasi kromosom pada bidang ekuatorial mencapai titik


puncaknya

 Anafase. Tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-
masing kromosom tertarik menuju pemintal kutub.

 Telofase. Kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi,


diikuti dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma
perlahan mulai membelah

 Sitokinesis. Pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh


interaksi antara pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin dan fusi sel,
dan menghasilkan dua sel anak yang identik.

c. Fasa G (gap)

Fasa G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fase sintesis zat yang
diperlukan pada fase berikutnya. Pada sel mamalia, interval fase G2 sekitar
2 jam, sedangkan interval fase G1 sangat bervariasi antara 6 jam hingga
beberapa hari. Sel yang berada pada fase G1 terlalu lama, dikatakan berada
pada fase G0 atau “quiescent”. Pada fase ini, sel tetap menjalankan fungsi
metabolisnya dengan aktif, tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara
aktif. Sebuah sel yang berada pada fase G0 dapat memasuki siklus sel
kembali, atau tetap pada fase tersebut hingga terjadi apoptosis.
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fase G0. Sel
tersebut dapat masuk kembali ke fase G1 oleh stimulasi antara lain berupa:
perubahan kepadatan sel, mitogen atau faktor pertumbuhan, atau asupan
nutrisi.

d. Interfase

Merupakan sebuah jedah panjang antara satu mitosis dengan yang


lain. Jedah tersebut termasuk fase G1, S, G2.

Gambar 5.1 Siklus sel


(sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)

Pertumbuhan sel adalah penambahan jumlah sel dengan cara


pembelahan. Ter adinya pembelahan sel adalah di sel gamet. Pertumbuhan
sel diawali sejak pertemuan rancangan seks sudah terbentuk, terjadi
segmentasi sehingga terbentuk blastomer dengan dua sel, selanjutnya
memecah kembali sampai seluruh besar ovum penuh dengan blastomer
dan disebut morula. Dengan kekuatan peristaltic tuba dan aliran cairan
oleh silia, sel endosalping, morula mencapai kavum uteri pada hari ketiga,
setelah konsepsi. Dalam situasi morula, terjadi peristiwa masuknya cairan
kedalam sehingga morula mengandung ruangan dengan cairan yang
disebut blastula blastokis. Perkembangan sel adalah saat-saat
perkembangan zigot menjadi embrio dan sampai menjadi janin.
(Manuaba,2007:102)
6. Selama perkembangan minggu ketiga hingga minggu kedelapan, suatu masa
yang dikenal sebagaiPada masa embriogenik, lapisan ektoderm membentuk
organ dan struktur-struktur yang memelihara hubungan dengan dunia luar,
yaitu:
a. Susunan saraf pusat
b. Sistem saraf tepi
c. Epitel sensorik telinga, hidung, dan mata
d. Kulit, rambut dan kuku
e. Kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat
f. Email gigi
Lapisan mesoderm membentuk sistem pembuluh, yaitu jantung, pembuluh
nadi, pembuluh balik, pembuuh getah bening, dan semua sel darah dan sel
getah bening. Lapisan ini juga membentuk sistem kemih kelamin, yaitu
ginjal, gonad, dan saluran-salurannya serta limpa dan kortek adrenal.
Lapisan endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan kandung kemih. Lapisan ini juga membentuk parenkim
tiroid, kelenjar paratiroid, hati, kelenjar pankreas, epitel kavum timpani, dan
tuba eustachius. Perkembangan embrio yang baik adalah pembentukan
organ-organ yang telah disebutkan diatas harus dibentuk secara sempurna
dan berfungsi dengan baik. (Sadler, 2000:67-71)
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2014. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Elsevier.

Manuaba, I. B. G. dan Chandranita Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.


Jakarta: EGC.

Sadler, T. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 8. Jakarta: EGC.

http://www.drpatilfertilityclinic.com

http://image.slidesharecdn.com

http://www.lusa.web.id

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com

http://www.panduanibuhamil.web.id

http://www.rugusavay.com

https://www.seksualitas.net/jenis-gangguan-sperma-pria.htm

Anda mungkin juga menyukai