Untuk keperluan membentuk panitia itu pada tanggal 8 Agustus, Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, dan Dr. Rajiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jendral Besar
Terauchi, Saiko Sikikan untuk daerah selatan (nanpoo gun), jadi penguasa Tersebut
juga meliputi kekuasaan wilayah Indonesia, menurut Soekarno, Jendral Terauchi pata
tanggal 9 Agustus memberikan kepadanya 3 cap, yaitu :
Panitia persiapan kemerdekaan atau dokuritsu jinbi inkai itu terdiri dari 21 orang,
termasuk ketua, dan wakil ketua. Adapun susunan keanggotaan PPKI tersebut adalah
sebagai berikut :
Anggota :
1. Ki Bagus Hadikoesoemo
2. Oto Iskandardinata
3. Pangeran Purbojo
4. Pangeran Soerdjohamidjojo
5. Soetardjo Kartohamidjojo
7. Abdul kadir
Berdasarkan fakta sejarah tersebut ternyata PPKI yang semula adalah badan
bentukan pemerintahan Jepang, kemudian sejak Jepang jatuh, dan kemudian
ditambahnya enam anggota baru atas tanggungan sendiri maka berubahlah sifatnya dari
badan Jepang menjadi badan nasional sebagai badan pendahuluan bagi Komite
Nasional. Adapun enam anggota baru tambahan tersebut adalah :
1. Ki Hajar Dewantara
2. Kasman Singodimejo
3. Sajuti Melik
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, maka kesempatan itu digunakan sebaik -
baiknya bagi bangsa Indonesia, namun terdapat perbedaan Pendapat dalam
pelaksanaan serta waktu proklamasi. Perbedaaan itu terjadi antara golongan tua, dan
golongan muda, antara lain :
2. Kusaini
3. Syahrir
4. Soedarso
5. Soepomo
6. Dkk
Dalam masalah ini, golongan pemuda ingin bersikap lebih agresif yaitu untuk
menghendaki kemerdekaan secepat mungkin. Perbedaan itu memuncak dengan
diculiknya Ir. Soekarno, dan Moh. Hatta ke Rengasengklok, agar tidak mendapat
pengaruh dari Jepang. Setelah diadakan pertemuan di Pejambon, Jakarta tanggal 16
Agustus 1945, dan telah memperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah, maka
Dwitunngal Soekarno-Hatta setuju untuk dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan,
akan tetapi dilaksanakan di Jakarta.
Kemudian Pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur 56,
Jakarta, Tepat pada hari Jum’at Pagi, Jam 10.00 WIB, Bung Karno dengan didampingi
Bung Hatta membacakan naskah proklamasi dengan Khidmat.
2. Sidang PPKI
Sehari setelah proklamasi, keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama. Sebelum sidang resmi dimulai, kira - kira 20
menit diadakan pertemuan untuk membahas beberapa perubahan yang berkaitan
dengan rancangan naskah pembukaan UUD 1945 pada saat itu dikenal dengan nama
Piagam Jakarta (Jakarta Charter), terutama yang menyangkut masalah perubahan sila
pertama pancasila.
(2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari badang
penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah setelah mengalami berbagai
perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta, kemudian
berfungsi sebagai UUD 1945
a. Jawa Barat
b. Jawa Tengah
c. Sulawesi
d. Jawa Timur
e. Sumatera
f. Maluku
g. Sunda kecil
h. Bali
(2) Untuk sementara waktu kedudukan kooti, dan sebagainya
diteruskan seperti sekarang.
3. Departemen kehakiman
4. Departemen keuangan
5. Departemen kemakmuran
6. Departemen kesehatan
8. Departemen sosial
9. Departemen pertahanan
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang komite partai nasional
Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.
3. Masa setalah Proklamasi Kemerdekaan
Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai
berikut :
Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidak stabilan di bidang politik.
Berlakunya sistem demokrasi liberal telah jelas - jelas merupakan penyimpangan
secara konstitusional terhadap UUD 1945. Serta secara ideologis terhadap pancasila.
Akibat penerapan sistem kabinet parlementer tersebut maka pemerintah negara
indonesia mengalami jatuh bangunnya kabinet sehingga membawa konsekuensi yang
sangat serius terhadap kedaulatan negara indonesia pada saat itu.
4. Terbentuknya Negara Republik Indonesia
Serikat (RIS)
Sebagai hasil konferensi meja bundar maka ditandatangani suatu persetujuan oleh
ratu belanda Yuliana, dan Wakil pemerinta Indonesia di kota Den Haag pada tanggal 27
Desember 1949, maka berlakupula lah secara otomatis anak – anak persetujuan hasil
kmb lainnya dengan kontitusi RIS, antara lain :
1) Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara serikat yaitu 16 negara bagian
2) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan azas demokrasi
liberal dimana menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah kepada parlemen
3) Mikadimah konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan
semangat isi pembukaan UUD 945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah
proklamasi yang terinci
Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh
karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan
melainkan pemulihan kedaulatan
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita – cita
proklamasi, Pancasila, dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi pada
pemerintah yang berasas demokrasi liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan
penyimpangan terhadap Pancasila. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan, dan
keinginan masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik,
ekonomi, social, maupun hankam. Keadaan seperti itu disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
a) Makin bekuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian Indonesia.
b) Akibat silih bergantinya kabinet
c) Sistem liberal yang berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh
bangun
d) Pemilu 1955 tidak mampu mencerminkan dalam DPR suatu perimbangan
kekuatan politik yang sebaiknya hidup dalam masyarakat.
e) Adanya dekriot presiden, yang isinya :
1. Membubarkan konstituante
2. Menetapkan berkalunya UUD 1945
3. Dibentuknya MPRS, dan DP AS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya
7. Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu pemutusan dari suatu organ tertinggi yang merupakan
penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bilamana Negara dalam
keadaan darurat, keselamatan bangsa, dan Negara terancam oleh bahaya. Landasan
hokum dekrit adalah “hukum darurat” yang dibedakan atas dua, yaitu :
Suatu hokum tata Negara dalam arti subjektif, yaitu suatu keadaan hukum
yang member wewenang pada organ tertinggi untuk bila perlu mengambil
tindakan-tindakan hukum, bahkan kalau perlu melanggar hukum. Contohnya ialah
dekrit presiden membubarkan konstituante serta menghentikan UUDS 1950, dan
digantidengan UUD 1945
b) Hukum darurat tata Negara objektif
Yaitu suatu keadaan hukum dimana memberikan wewenang kepada organ
tertinggi Negara untuk mengambil tindakan hukum, namun tetap berlandaskan pada
konstitusi yang berlaku, contohnya SP 11 Maret 1966
Setelah dekrit Presiden 5 Juli 1959, keadaan tata Negara Indonesia
berangsur – angsur stabil. Nampaknya keadaan ini mulai dimanfaatkan oleh kalangan
komunis, bahkan dalam pemerintahan juga tak luput dari bahaya tersebut, yaitu dengan
menanamkan ideology bahwa “ideology belum selesai, dan tidak akan selesai sebelum
tercapainya masyarakat adil, dan makmur”. Maka revolusi permanen merupakan suatu
ideologis tertinggi Negara. Maka dengan keadaan ini Orde Baru berangsur-angsur
melaksanakan programnya dalam upaya untuk merealisasikan pembangunan nasional
sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila, dan UUD 1945 secara murni, dan
konsekuen.